Anda di halaman 1dari 4

PENGALAMAN KELUARGA MEMENUHI KEBUTUHAN NUTRISI

BALITA GIZI KURANG


Poppy Fitriyani1,2*, Junaiti Sahar2, Wiwin Wiarsih2
1. Program Studi Magister Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia
2. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia

Email: poppy@ui.ac.id

Abstrak
Peran keluarga sangat penting dalam memenuhi kebutuhan nutrisi balita. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman
yang mendalam tentang pengalaman keluarga dalam memenuhi kebutuhan nutrisi balita gizi kurang. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif (fenomenologi desktiptif) dengan wawancara mendalam yang datanya dianalisis dengan teknik Collaizi.
Penelitian ini menemukan tujuh tema yaitu perasaan keluarga, penilaian keluarga, strategi pemberian makan, sistem pendukung
keluarga dan masyarakat, motivasi, dan harapan keluarga. Kesimpulan dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengalaman
keluarga dalam memenuhi kebutuhan nutrisi balita gizi kurang sangat beragam. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
gambaran dalam memberikan intervensi keperawatan terhadap keluarga dalam mengatasi masalah gizi kurang pada balita dan
memberikan masukan bagi pemerintah dalam upaya mengatasi masalah gizi kurang pada balita.
Kata kunci: gizi kurang, balita, keluarga
Abstract
Familys role is very important to fulfill on nutritional demand of children under five years. This study aimed to provide in-
depth understanding of familys experience in fulfilling nutrition for underweight children. This study design was descriptive
phenomenology with in-depth interview and analyzed with Collaizis analysis method. This study identified seven themes,
which are familys feeling to children condition; appraisal to the causes of underweight; family use certain strategy to improve
their feeding practice; family applies social support from family members and the community especially informational and
instrumental support; the meaning of familys experience is high motivation; familys hope that the government has a good
program to solve malnutrition problem. The result indicated that there was various experience of family in fulfilling nutritional
demand. This study gave information about nursing intervention for family in managing nutritional problem and provided
some ways to guide government programs which related to malnutrition management in children.
Keywords: malnutrition, under five years, family

Pendahuluan dan dewasa. Hal ini diidukung pendapat Sururi


(2006), suatu penelitian menunjukkan kekurangan
Trend gizi buruk mengalami peningkatan dari tahun gizi pada siklus awal akan mempengaruhi kejadian
ke tahun di Indonesia, pada tahun 2004 mencapai kekurangan gizi pada siklus berikutnya.
28,47% termasuk kelompok gizi kurang dan gizi
buruk (Depkes, 2004). UNICEF (2006, dalam Balita adalah periode usia di bawah 5 (lima) tahun,
Sinung, 2006) menjelaskan bahwa jumlah anak pada masa ini otak berkembang sangat cepat dan
balita penderita gizi buruk mengalami lonjakan akan berhenti saat anak berusia tiga tahun. Sejak
dari 1,8 juta pada 2005 menjadi 2,3 juta pada 2006 anak dalam kandungan hingga berumur dua tahun
dan masih ada 5 juta lebih mengalami gizi kurang. merupakan masa emas yang merupakan masa kritis
Berdasarkan jumlah balita penderita gizi buruk untuk tumbuh kembang fisik, mental dan sosial.
dan gizi kurang, sekitar 10% berakhir kematian. Dari hasil penelitian yang dilakukan Puslitbang
Gizi Depkes (2003), balita yang mengalami gizi
Masalah gizi kurang dapat terjadi pada setiap siklus buruk, pada perkembangan selanjutnya saat anak
kehidupan manuasia dimulai dari janin dalam duduk di bangku sekolah, IQ lebih rendah 13 poin
kandungan, bayi, balita, anak usia sekolah, remaja, daripada anak-anak yang cukup gizi.
Pengalaman keluarga memenuhi kebutuhan nutrisi balita gizi kurang (Poppy Fitriyani, Junaiti Sahar, Wiwin Wiarsih) 151

Sistem pendukung keluarga tergambar dengan Tingkat yang pertama adalah cemas ringan. Cemas
tema dukungan sosial keluarga. Sumber dukungan ringan berhubungan dengan ketegangan akan
keluarga didapat dari keluarga dan masyarakat, peristiwa kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini
sedangkan bentuk dukungan yang didapat oleh lapangan persepsi melebar dan individu akan
keluarga berupa dukungan informasi dan dukungan berhati-hati dan waspada. Individu akan melihat,
instrumental. Keluarga merasakan ada peningkatan mendengar dan menangkap sesuatu lebih banyak
motivasi sebagai makna pengalamannya dalam dari sebelumnya. Individu terdorong untuk belajar
memenuhi kebutuhan nutrisi balita. Peningkatan yang menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
motivasi didapatkan dari kategori peningkatan
tanggung jawab dan peningkatan pengetahuan. Dalam penelitian ini, peneliti mengidentifikasi
bahwa cemas yang dirasakan oleh keluarga masih
Harapan keluarga dinyatakan dalam bentuk tema dalam tahap cemas ringan. Teori yang dikemukan
harapan terhadap program pemerintah yaitu adanya oleh Peplau juga mendukung perasaan cemas yang
peningkatan dalam jenis layanan dan frekuensi dialami oleh partisipan bahwa cemas ringan yang
layanan. Jenis layanan yang diinginkan adalah tetap dialami partisipan merupakan perasaan yang dapat
diberikannya makanan tambahan, kunjungan meningkatkan motivasi keluarga yang tergambar
rumah, pendidikan kesehatan, jaminan kesehatan, dalam makna keluarga dalam memenuhi kebutuhan
dan pemberdayaan masyarakat. Sedang frekuensi nutrisi balita gizi kurang.
layanan adalah ingin adanya peningkatan frekuensi
pelayanan posyandu. Partisipan dalam penelitian menyatakan penyebab
anaknya mengalami gizi kurang adalah karena
Pembahasan penyebab langsung dan penyebab tidak langsung.
Penyebab langsung yang dirasakan oleh partisipan
Penelitian ini berfokus pada pengalaman keluarga yaitu karena kurang jumlah asupan makanan.
dalam memenuhi kebutuhan nutrisi balita gizi Penyebab tidak langsung disebabkan faktor status
kurang. Partisipan yang terpilih berasal dari sebuah ekonomi, gangguan kesehatan, dan keturunan.
kelurahan di Depok. Respon keluarga terhadap
kondisi gizi kurang pada balita dinyatakan oleh Hasil penelitian ini mendukung pendapat yang
respon psikologis dari partisipan yang rata-rata dikemukakan oleh Soekirman (2008) bahwa faktor-
mengalami rasa cemas yang digambar partisipan faktor yang dapat menyebabkan terjadinya gizi
dengan kriteria resah, khawatir, bingung, dan takut kurang pada balita dapat dikelompokan menjadi
terhadap kondisi anak balitanya yang mengalami penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab
penurunan berat badan ataupun stagnan. langsung gizi kurang adalah makan tidak seimbang,
baik jumlah dan mutu asupan gizinya, di samping
Perasaan lain yang juga dirasakan oleh partisipan itu asupan zat gizi tidak dapat dimanfaatkan oleh
yaitu respon sikap bahwa memang kondisi balita tubuh secara optimal karena adanya gangguan
sudah disadari partisipan dan menerima dengan penyerapan akibat adanya penyakit infeksi.
alasan kondisi balita yang sedang mengalami gizi
kurang ini sudah lebih baik dibanding saudara Hal senada yang mendukung hasil penelitian ini
kandungnya yang juga mengalami gizi kurang. diungkapkan Suryanto (2008, dalam Nugraha, 2008)
Sikap partisipan ini didasari oleh kenyataan bahwa bahwa salah satu penyebab terjadinya gizi kurang
kondisi balita mereka yang mengalami gizi kurang adalah asupan yang kurang. Biasanya hal itu terkait
selalu mengalami perubahan berat badan artinya dengan sosial ekonomi, salah asuh atau penyakit
berat badan selalu turun dan tidak pernah naik. yang menyertai (TBC pada anak). Depkes (1997)
juga menjelaskan bahwa penyebab timbulnya gizi
Peplau (1963, dalam Stuart & Laraia, 2005) yang kurang adalah kekurangan makanan yang dimakan
mengidentifikasi cemas dalam empat tingkatan. sehari-hari dalam waktu lama, dan penyakit infeksi.
Pengalaman keluarga memenuhi kebutuhan nutrisi balita gizi kurang (Poppy Fitriyani, Junaiti Sahar, Wiwin Wiarsih) 153

Menurut Organisasi Pangan Dunia (FAO, 2008 Upaya lain yang dilakukan oleh keluarga dalam
dalam Khomsan, 2008), masyarakat Indonesia meningkatkan nafsu makan balita adalah dengan
mengkonsumsi susu rata-rata 9 (sembilan) liter melakukan pijat. Menurut Roesli (2008), pemijatan
setiap tahun per kapita. Tertinggal jauh dibanding dapat meningkatkan nafsu makan, berat badan,
Malaysia 25,4 liter; Singapura 32 liter; Filipina 11,3 dan kecerdasan bayi dan balita. Penelitian yang
liter; dan bahkan Vietnam 10,7 liter. dilakukan Field (1986, dalam Kautsar 2008)
menunjukkan bahwa pada 20 bayi prematur (berat
Dalam penelitian ini, partisipan juga mengatakan badan 1.280 dan 1.176 g), yang dipijat 3 x 15 menit
bahwa strategi yang digunakan dalam mengatasi selama 10 hari, mengalami kenaikan berat badan
anak dengan gizi kurang yaitu dengan memberikan 20% 47% per hari dibanding yang tidak dipijat.
suplemen vitamin. Depkes (1995) menjelaskan Sedang pada bayi cukup bulan yang berusia 1 3
bahwa vitamin berfungsi agar faal organ-organ dan bulan yang dipijat 15 menit, dua kali seminggu
jaringan tubuh termasuk otak dapat berjalan seperti selama 6 minggu mengalami kenaikan berat badan
yang diharapkan. Hal ini diperkuat oleh Cook dan yang lebih tinggi dari kelompok kontrol .
Payne (1985, dalam Pipes 1989) yang menjelaskan
penggunaan suplemen vitamin secara bermakna Definisi sederhana dukungan sosial adalah akses
dapat meningkatkan presentase anak kelas 2 dan terhadap individu, kelompok atau institusi yang
kelas 6 dalam memenuhi kebutuhan vitamin yang dapat memberikan bantuan dalam situasi yang sulit
sesuai dengan Angka Kebutuhan Gizi (AKG) yang (Norbeck, et al., 1983 dalam Carvahaels, Benicio,
dianjurkan. & Barros, 2005). Kane (1988, dalam Friedman
1998) mendefinisikan dukungan sosial keluarga
Lebih lanjut Cook dan Payne juga menjelaskan sebagai proses hubungan antara keluarga dan
hasil penelitiannya bahwa lebih dari setengah dari lingkungan sosial. Sedangkan, menurut Friedman
jumlah responden usia prasekolah dan usia sekolah (1998) dukungan sosial keluarga merupakan
menerima multivitamin dan mineral. Berdasarkan dukungan yang diterima oleh anggota keluarga
hal tersebut, maka keluarga sudah melakukan yang atau dukungan yang dapat diakses oleh keluarga.
sesuai juga dengan yang dianjurkan oleh Depkes
(1995) bahwa di dalam makanan balita harus Engle dan Ricciuti (1995 dalam Carvahaels,
terdapat enam jenis zat gizi yang diantaranya adalah Benicio, & Barros, 2005) memasukan variabel
kebutuhan vitamin. karakteristik dukungan sosial sebagai salah satu
variabel dalam model konseptual dalam determinan
Partisipan juga memberikan ramuan tradisional status nutrisi bayi. Dalam penelitiannya didapat
jamu cekok sebagai upaya dalam meningkatkan hasil bahwa sistem pendukung keluarga yang
nafsu makan balita. Jamu cekok merupakan salah adekuat kemungkinan mempunyai efek terhadap
satu upaya pengobatan yang telah dikenal luas dan perawatan nutrisi yang dapat mempengaruhi status
dimanfaatkan masyarakat untuk tujuan mengobati anak.
penyakit ringan, mencegah datangnya penyakit dan
menjaga ketahanan dan kesehatan anak. Dalam penelitian didapatkan hasil bahwa keluarga
telah menggunakan sistem pendukung yaitu
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Limananti dukungan sosial keluarga dalam membantu upaya
dan Triratnawati (2003), bahwa semua informan pemenuhan nutrisi balita. Hal ini dibuktikan lebih
menyatakan keyakinannya dengan mengkonsumsi lanjut oleh Ryan dan Austin (1989, dalam Friedman
jamu cekok maka nafsu makan anak meningkat. 1998) bahwa adanya dukungan sosial yang adekuat
Selain itu, faktor biaya yang relatif lebih murah berhubungan dengan penurunan angka kematian,
daripada mengkonsumsi suplemen penambah nafsu akan mempercepat proses penyembuhan penyakit,
makan juga menjadi pertimbangan orang tua dan pada lansia dapat meningkatkan kesehatan
memilih jamu cekok. fisik, emosional, dan fungsi kognitif.
Pengalaman keluarga memenuhi kebutuhan nutrisi balita gizi kurang (Poppy Fitriyani, Junaiti Sahar, Wiwin Wiarsih) 155

masih sekitar 8,5% dari populasi anak balita. khawatir dan bingung. Upaya yang telah dilakukan
Stagnansi ini menunjukkan adanya sesuatu yang keluarga dalam mengatasi anak balita dengan gizi
tidak efektif, karena selama ini penanganan kurang perlu lebih ditingkatkan terutama dalam
masalah gizi dilakukan secara parsial sehingga hal prinsip pemberian makan dan strategi yang
tidak mampu menyentuh semua aspek pokok yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
menjadi akar dari permasalahan. Contohnya, balita.
pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI).
Program ini baik untuk perbaikan gizi anak, tapi Sistem pendukung yang didapat oleh keluarga
setelah anak sudah pulih program dihentikan dan berupa dukungan sosial keluarga dapat dijadikan
orangtuanya tidak mampu menyediakan kebutuhan kekuatan dalam upaya memenuhi kebutuhan nutrisi
gizi anak secara berlanjut karena miskin sehingga balita dengan gizi kurang. Perilaku tersebut dapat
kasus itu kemudian akan berulang lagi. dikuatkan oleh petugas kesehatan dan dapat
pula digunakan untuk keluarga lain, sehingga
Partisipan menyatakan bahwa harapan terhadap kemandirian masyarakat dalam hal pencapaian
pelayanan kesehatan atau dalam hal ini program kebutuhan gizi pada balita dapat dilakukan.
pemerintah yaitu dengan ditingkatkannya program
pemberdayaan keluarga. Oleh karena itu, untuk Upaya dan strategi yang telah dilakukan keluarga
menanggulangi masalah gizi kurang pada balita merupakan upaya yang baik. Sistem pendukung
diperlukan adanya pemberdayaan keluarga karena keluarga mencakup dukungan sosial keluarga yaitu
keluarga merupakan entry point dalam menurunkan ada sumber dukungan yang didapat dari keluarga,
risiko gangguan akibat pengaruh gaya hidup dan masyarakat, dan media. Bentuk dukungan yang
lingkungan. didapat yaitu berupa informasi dan instrumental
merupakan faktor yang memperkuat keluarga
Hal ini didukung oleh hasil penelitian dari Lian, dalam upaya mengatasi masalah gizi kurang pada
Muda, Hussin, dan Hock (2007) tentang persepsi balita.
tenaga kesehatan bahwa keluarga sebagai care
giver memainkan peranan penting dalam hal Makna pengalaman keluarga dalam memenuhi
meningkatkan kesehatan balita yang mengalami kebutuhan nutrisi balita teridnetifikasi dapat
malnutrisi. Praktik memenuhi makanan balita lebih meningkatkan motivasi keluarga dalam mengatasi
berdasarkan pada kebutuhan dari semua anggota masalah gizi kurang. Tema banyaknya harapan
keluarga daripada kebutuhan balita sendiri. dari keluarga juga ditemukan dari penelitian ini
yang ditujukan kepada pemerintah agar dapat
Hal tersebut juga sejalan dengan penelitian yang mengatasi masalah nutrisi kurang pada balita
dilakukan oleh Azis (1992) bahwa faktor yang (NM, JS, NN).
mempengaruhi kenaikan berat badan anak adalah
praktek pemberian makan oleh ibu, praktek ibu
Referensi
menimbang anak, dan pendidikan ibu. Berdasarkan
hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa Azis, E. (1992). Hubungan perilaku ibu terhadap
peran keluarga sangat penting dalam memenuhi gizi dengan kenaikan barat badan anak di
kebutuhan nutrisi balita. Kabupaten Bogor (Tesis master, tidak dipubli-
kasikan). Universitas Indonesia, Jakarta.

Kesimpulan Basuki, U. (2003). Faktor-faktor yang berhubung-


an dengan status gizi baduta (6-23 bulan)
Hasil penelitian ini memberi gambaran mengenai pada keluarga miskin dan keluarga tidak miskin
perasaan keluarga terhadap kondisi balita gizi di Kota Bandar Lampung (Tesis master, tidak
kurang yang mengalami perasaan cemas, takut, dipublikasikan). Universitas Indonesia, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai