1
1
Disusun Oleh :
SIGIT WIENDARTO
J 410 100 026
Abstrak
Menyusui sejak dini mempunyai dampak yang positif baik bagi ibu maupun bayinya.
Ketidaktahuan dan kurangnya informasi tentang menyusui dini membuat ibu kurang
termotivasi untuk melakukan inisiasi menyusui dini dan kurangnya dukungan bidan
membuat ibu tidak percaya atau takut untuk melakukan inisiasi menyusui dini.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu, motivasi ibu,
dan dukungan bidan dengan inisiasi menyusui dini di Wilayah Kerja Puskesmas
Gajahan. Penelitian ini merupakan penelitian survei observasional dengan pendekatan
Cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh ibu yang melahirkan di wilayah
Kerja Puskesmas Gajahan pada bulan Juli 2014 sebanyak 74 ibu. Sampel sebanyak
70 ibu yang diambil dengan Proporsional Random Sampling tiap kelurahan. Uji
Hipotesis menggunakan chi square test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
hubungan antara pengetahuan ibu (p=0,000), motivasi ibu (p=0,001), dan dukungan
bidan (p=0,009) dengan kesediaan ibu melakukan Inisiasi Menyusui Dini di Wilayah
Kerja Puskesmas Gajahan Kota Surakarta.
ABSTRACT
Breastfeeding early have a positive impact for both mother and baby. Ignorance and
lack of information about the early stages of breastfeeding mothers are less motivated
to do the early initiation of breastfeeding and the lack of support for midwives make
mothers do not believe or are afraid to do the early initiation of breastfeeding. This
study aims to determine the relationship of maternal knowledge, maternal motivation,
and support the early initiation of breastfeeding midwife at the health center Gajahan
Work Area. This study is an observational survey with cross sectional approach. The
study population was all mothers who gave birth in Puskesmas Gajahan in July 2014
by 74 mothers. A sample of 70 mothers were taken with the Proportional Random
Sampling techniques for each village with Hypothesis Testing using the chi square
test. The results showed that there is a relationship between mothers knowledge
(p=0,000), maternal motivation (p=0,001) and support midwives (p=0,009) with a
willingness Early Initiation of Breastfeeding mothers do in the Work Area Health
Center Gajahan Surakarta City.
PENDAHULUAN
Air Susu Ibu (ASI) merupakan cairan terbaik dan termurah yang dapat
diberikan ibu kepada bayinya, didalamnya terkandung zat-zat yang dibutuhkan bayi
sejak lahir sampai usia 24 bulan atau lebih. ASI sebagai makanan alami pertama
untuk bayi menyediakan energi dan nutrisi dalam jumlah tepat yang dibutuhkan
sesuai dengan umur bayi. Pemberian ASI merupakan salah satu upaya membentuk
generasi sehat, cerdas, serta berkualitas demi masa depan dirinya, keluarga,
Hasil Riskesdas (2013) menyusui sejak dini mempunyai dampak yang positif
baik bagi ibu maupun bayinya. Bagi bayi, menyusu mempunyai peran penting untuk
menunjang pertumbuhan, kesehatan, dan kelangsungan hidup bayi karena ASI kaya
dengan zat gizi dan antibodi. Sedangkan bagi ibu, menyusui dapat mengurangi
morbiditas dan mortalitas karena proses menyusui akan merangsang kontraksi uterus
1
Pencapaian pada 2015 merupakan target komitmen global tujuan
berbagai penyakit yang tidak diobati dengan tepat sebelum atau semasa hamil sering
menjadi penyebab utama kematian ibu dan bayi baru lahir. Sebagian besar kematian
bayi baru lahir disebabkan oleh BBLR (Berat Badan Lahir Rendah), kesulitan
Menurut WHO ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai
usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI dapat diberikan
sampai bayi berusia 2 tahun. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dianjurkan oleh
pedoman internasional yang didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI baik
bagi bayi, ibu, keluarga, maupun negara. Menurut penelitian yang dilakukan di
Dhaka pada 1.667 bayi selama 12 bulan menyimpulkan bahwa Air Susu Ibu (ASI)
eksklusif dapat menurunkan risiko kematian akibat infeksi saluran nafas akut dan
diare. WHO dan UNICEF merekomendasikan kepada para ibu, bila memungkinkan
ASI eksklusif diberikan sampai 6 bulan dengan menerapkan hal-hal sebagai berikut :
(1). Inisiasi Menyusui Dini (IMD) selama 1 jam setelah kelahiran bayi. (2). ASI
eksklusif diberikan pada bayi hanya ASI saja tanpa makanan tambahan atau
minuman. (3). ASI diberikan secara on-demand atau sesuai kebutuhan bayi, setiap
hari setiap malam. (4). ASI diberikan tidak menggunakan botol, cangkir, maupun dot
(Sunarsih 2011).
2
Pengetahuan dan pemahaman akan pentingnya IMD pada bayi baru lahir
menjadi suatu kebutuhan bagi semua petugas kesehatan dan masyarakat luas terutama
ibu-ibu yang sedang hamil. Rendahnya cakupan ASI ekslusif di Indonesia disebabkan
karena kurangnya informasi pelaksanaan IMD kepada masyarakat dari pihak instansi
kesehatan. Demikian juga persepsi dan pendapat masyarakat yang salah tentang IMD
yang benar tentang program IMD hendaknya terus disosialisasikan pada masyarakat
luas agar apa yang menjadi tujuan program pemerintah ini dapat tercapai dengan baik
(Hikmawati, 2008).
Metode IMD diperkenalkan oleh Karen M. Edmon pada Bulan Maret 2006.
Metode ini dilandaskan pada refleks atau kemampuan bayi dalam mempertahankan
diri (Survival instinc). Bayi yang baru berusia 20 menit dengan sendirinya dapat
langsung mencari puting ibunya. Proses ini dapat berlangsung selama 1 jam atau
lebih. Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan langsung bayi yang baru lahir di
dada ibunya dan membiarkan bayinya merayap untuk menemukan sendiri puting susu
ibunya untuk menyusu. IMD harus dilakukan secara langsung setelah bayi dilahirkan
tanpa boleh ditunda. Begitu bayi dilahirkan dan dinilai bayi sehat, kemudian bayi di
IMD dengan terlebih dulu dikeringkan seluruh badannya, kecuali kedua tangannya.
Proses harus berlangsung skin to skin antara bayi dan ibu (Widuri, 2013).
yang diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi
kualifikasi untuk di daftar (register) atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk
3
melakukan praktik kebidanan. Bidan diakui sebagai tenaga profesional yang
bertanggung jawab, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberi dukungan,
asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memimpin
persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru
lahir. Berhasil atau tidaknya praktek inisiasi menyusu dini tergantung pada petugas
kesehatan baik perawat, bidan atau dokter karena mereka yang pertama akan
Kota Makasar sudah sangat mengerti dan memahami akan IMD, Bidan menjelaskan
dengan baik informasi-informasi tentang IMD pada ibu yang melahirkan. Bidan
melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) setelah membantu persalinan. Dalam upaya
IMD bidan penolong persalinan mempunyai peranan yang penting dalam membantu
ibu melakukan menyusui dini. Penelitian Media dan Manalu (2001) bahwa sebagian
besar ibu sudah mempunyai pengetahuan tentang ASI/menyusui yang relatif baik,
namun pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif relatif rendah, begitu juga perilaku
pemberian ASI secara eksklusif, pada umumnya mereka tidak dapat memberikan
besar dalam kategori rendah (53,6%). Sedangkan untuk perilaku pemberian ASI
Terdapat hubungan antara motivasi dengan pemberian ASI eksklusif di Desa Balun
4
Penelitian Ratifah dan Chasanah (2013) menyatakan sebagian besar responden
mempunyai pengetahuan tentang IMD cukup yaitu sejumlah 32 orang (42,1%) dan
sebagian besar mempunyai motivasi baik sebanyak 32 orang (42,1%). Sebagian besar
dengan motivasi baik 16 orang (50%) serta pengetahuan kurang motivasi baik 21
orang (61,9%).
ibu saat menyusui masih memungkinkan bayi mendapatkan ASI eksklusif, sedangkan
memberikan kontribusi yang positif kepada ibu untuk memberikan ASI eskklusif.
Hasil penelitian Sari dan Wirawani (2012) menunjukkan bahwa proporsi ibu
IMD hanya sebesar 14,81%. Pada ibu IMD, pemberian kolostrum 100%,
dan lama pemberian ASI adalah 8,753,54 kali/hari dan 2522,04 menit. Pada ibu
eksklusif 4,3%, rata-rata frekuensi dan lama pemberian ASI adalah 10,194,3
Kecamatan Pasar Kliwon. Jumlah ibu hamil di Puskesmas Gajahan Tahun 2014
5
sebanyak 844 ibu. Pelayanan persalinan ditangani oleh tenaga kesehatan khususnya
bidan. Untuk IMD di Puskesmas Gajahan sudah diterapkan, ibu yang melahirkan di
puskesmas diberi pelayanan dengan fasilitas rawat gabung. Fasilitas rawat gabung
tersebut sangat penting dalam upaya perawatan pasca persalinan dan memudahkan
kontak ibu dengan bayi dalam pelaksanaan IMD. Ketidaktahuan dan kurangnya
informasi tentang menyusu dini membuat ibu kurang termotivasi untuk melakukan
inisiasi menyusui dini dan kurangnya dukungan bidan membuat ibu tidak percaya
atau takut untuk melakukan inisiasi menyusui dini. Berdasarkan latar belakang di atas
ibu, motivasi ibu, dan dukungan bidan dengan inisiasi menyusui dini di Wilayah
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan studi observasional dengan rancangan Cross
sectional karena mempelajari korelasi antar variabel bebas dengan terikat yang
diamati dalam satu titik waktu bersamaan (point time). Penelitian ini dilakukan pada
bulan Juli 2014. Tempat penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Gajahan
Kota Surakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang melahirkan di
Wilayah Kerja Puskesmas Gajahan Kota Surakarta. Sampel sebanyak 70 ibu hamil,
6
Analisis data meliputi analisis univariat dengan menggunakan distribusi
frekuensi dan analisis bivariat dengan menggunakan uji statistik Chi Square test
sebesar 59 responden (84,3%), sedangkan yang paling sedikit pada kelompok usia
35-50 tahun yakni sebesar 3 responden (4,3%). Ibu dengan umur tertua yaitu 43 tahun
dan termuda 16 tahun dengan rata-rata usia ibu yaitu 27,37 tahun. Responden yang
responden ibu paling banyak tidak bekerja atau sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT),
sebesar 48 orang (68,6%), sedangkan yang paling sedikit pada ibu yang bekerja
7
B. Gambaran tentang pengetahuan ibu, kesediaan ibu, motivasi ibu dan
dukungan bidan
Baik 64 91,4%
Kesediaan ibu Bersedia 64 8,6%
sebagian kecil responden yang pengetahuannya kurang yaitu sebesar 6 orang (8,6%).
Responden yang bersedia melakukan IMD sebanyak 64 orang (91,4%), lebih banyak
dari pada responden yang tidak bersedia yakni 6 orang (8,6%). Responden yang
memiliki motivasi sebanyak 63 orang (90,0%), lebih banyak dari pada responden
yang tidak memiliki motivasi yaitu 7 orang (10,0%). Bidan yang mendukung untuk
melakukan inisiasi menyusui dini terhadap ibu sebanyak 65 orang (92,9%), lebih
banyak dari pada bidan yang tidak mendukung sebanyak 5 orang (7,1%).
8
C. Hubungan antara tingkat pengetahuan ibu, motivasi ibu, dan dukungan
bidan.
Kesediaan IMD
Variabel Kategori Bersedia Tidak Total p-value
bersedia
n (%) n (%)
Tingkat Baik 62 (88,6%) 2 (2,9%) 64 (91,4%)
pengetahuan ibu 0,000
Kurang 2 (2,9%) 4 (5,7%) 6 (8,6%)
Tingkat motivasi Ada 60 (85,7%) 3 (4,3%) 63 (90,0%)
Ibu motivasi
0,001
Tidak ada 4 (5,7%) 3 (4,3%) 7 (10,0%)
motivasi
Tingkat dukungan Mendukung 61 (87,1%) 4 (5,7%) 65 (92,9%)
Bidan 0,009
Tidak 3 (4,3%) 2 (2,9%) 5 (7,1%)
mendukung
dan tidak bersedia melakukan IMD sebanyak 6 orang (8,6%). berdasarkan hasil
analisis dengan Chi Square didapatkan nilai p=0,0000,05, dengan demikian ada
hubungan antara pengetahuan ibu dengan kesediaan ibu melakukan IMD di Wilayah
(85,7%) bersedia melakukan IMD. Sedangkan ibu yang tidak memiliki motivasi,
sebanyak 3 orang (4,3%) tidak bersedia IMD. berdasarkan hasil analisis dengan Chi
9
Gajahan. Bidan yang bersedia mendukung sebanyak 61 (87,1%), sedangkan bidan
yang tidak bersedia mendukung yaitu 2 (2,9%), berdasarkan hasil analisis dengan
Chi Square didapatkan nilai p=0,009, dengan demikian diperoleh ada hubungan
Puskesmas Gajahan.
D. PEMBAHASAN
1) Pengetahuan ibu
pendidikan, pengalaman diri sendiri maupun orang lain, media massa maupun
dalam kriteria baik, yaitu sebanyak 64 (91,4%). Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar ibu yang baru melahirkan memiliki pengetahuan yang baik
tentang IMD. Dengan pengetahuan ibu yang baik tentang IMD mendorong
seorang ibu akan memberikan ASInya segera setelah bayi lahir atau pada satu
jam kelahiranya. Dengan demikian bayi akan memiliki kekebalan tubuh yang
baik serta tidak rentan terhadap penyakit yang berbahaya. Selain itu IMD sangat
baik untuk menciptakan hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi.
10
2) Motivasi Ibu
yang timbul dari dalam diri seseorang yang secara sadar atau tidak sadar
wilayah kerja Puskesmas Gajahan sebagian besar termasuk dalam kriteria baik
tenaga kesehatan kepada ibu agar kesadaran dan kemauan ibu timbul untuk
dengan kuesioner tentang motivasi ibu didapatkan jawaban ibu yang memiliki
3) Dukungan bidan
terhadap IMD, dan membantu ibu melaksanakan IMD dengan baik. Bidan
peranan bidan dapat membantu ibu untuk memberikan ASI dengan baik dan
11
yang mendapat dukungan bidan sebesar 61 (92,9%) responden dengan jawaban
Puskesmas Gajahan (p=0,001). Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil
untuk memberikan ASI satu jam pertama setelah bayi lahir. Penelitian ini juga
Gajahan tentang praktek IMD termasuk dalam kriteria baik. Hal ini
pengetahuan yang baik tentang IMD, sehingga dapat memberikan ASI sedini
mungkin pada bayinya. Dengan pengetahuan ibu yang baik tentang arti
pentingnya ASI bagi bayi sudah pasti seorang ibu akan memberikan ASInya
pada satu jam pertama setelah bayi lahir. Ibu yang memiliki pengetahuan yang
12
baik tentang IMD, akan menyusui anaknya segera setelah melahirkan
dibandingkan dengan ibu yang memiliki pengetahuan yang kurang. Hal ini
disebabkan ibu yang memiliki pengetahuan yang baik tentang ASI, pada
yang benar adalah kurang sampainya pengetahuan yang benar tentang IMD
pada para ibu. Seorang ibu harus mempunyai pengetahuan baik dalam
kehilangan sumber makanan yang paling penting dan cara perawatan yang
Puskesmas Gajahan.
orang (90,0%). Sedangkan ibu yang tidak memiliki motivasi sebanyak 7 orang
(10,0%). Ada hubungan antara motivasi ibu dengan kesediaan ibu melakukan
sejalan dengan hasil penelitian Afifah (2008) yang menyimpulkan bahwa perlu
ada motivasi yang berupa penyuluhan atau pemberian informasi dari keluarga,
masyarakat, dan tenaga kesehatan kepada ibu agar kesadaran dan kemauan ibu
13
timbul untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Hasil penelitian
Hal ini berarti seorang ibu yang memiliki motivasi baik berpengaruh pada
IMD dapat terlaksana, seorang ibu harus tahu manfaat dan keuntungan
memberikan IMD bagi bayi. Seorang ibu juga harus percaya bahwa bayi yang
baru lahir bisa menyusu dengan sendirinya tanpa perlu bantuan dari orang
Karena dalam waktu tersebut peran penolong persalinan masih sangat dominan.
Dengan IMD ibu semakin percaya diri untuk dapat memberikan ASI sehingga
tidak merasa perlu untuk memberikan makanan atau minuman apapun kepada
bayinya dan bayi akan merasa nyaman menempel di dada ibu dan tenang dalam
14
pelukan ibunya segera setelah lahir. Berhasil atau tidaknya praktek IMD
tergantung pada petugas kesehatan baik perawat, bidan atau dokter karena
Kesimpulan
Umur responden paling banyak pada usia 20-35 tahun sebesar 59 responden
responden (61,4%). Sedangkan pekerjaan yang paling banyak sebagai Ibu Rumah
Tangga (IRT) yaitu 48 responden (68,6%). Ibu yang berpengetahuan baik sebesar 64
orang (91,4%), yang mempunyai motivasi sebanyak 63 orang (90,4%), dan ibu yang
mendapat dukungan bidan untuk melakukan inisiasi menyusui dini terhadap ibu
sebanyak 65 orang (92,9%). lebih banyak dari pada bidan yang tidak mendukung
sebanyak 5 orang (7,1%). Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kesediaan
ibu melakukan IMD di Wilayah Kerja Puskesmas Gajahan p=0,000. Ada hubungan
antara motivasi ibu dengan kesediaan melakukan IMD di Wilayah Kerja Puskesmas
15
Saran
penyuluhan tentang IMD terutama pada ibu hamil serta tenaga kesehatan untuk
para ibu dapat meningkatkan pengetahuan akan pentingnya pemberian ASI sedini
mungkin dengan IMD dan ASI eksklusif pada bayinya. Bagi peneliti lain yang
menggunakan variabel penelitian seperti sikap dan perilaku, lebih luas pembahasan
materinya, menggunakan metode dan tehnik yang berbeda seperti kohort serta
16
DAFTAR PUSTAKA
Widuri, H. 2013. Cara Mengolah ASI Ekslusif Bagi Ibu Bekerja.Yogyakarta : Gosyen
Publising.
Yuntas, Djunaidi M D dan Sukmawati.2013. Perilaku Bidan dalam Pelaksanaan
Inisiasi Menyusui Dini (IMD) Studi Kasus Di Puskesmas Batua Makassar.
FKM. Universitas Hasanuddin.