Pesonal industri di sini bukan dalam pengertian yang sempit, tetapi meliputi
berbagai teknologi, profesi, kemampuan dan terapan berbagai ilmu. Dalam persoalan
ini problema terbesar yang dihadapi umat Islam adalah persoalan bagaimana
mencetak individu yang sanggup memikul risalah dalam sejarah ini. Kita tidak ingin
lagi mewarisi generasi yang terdiri dari orang-orang yang sok pintar atau orang-orang
awam teknologi. Sebab, orang-orang yang sok pintar dan serba tanggung, yang
dikendalikan oleh oleh naluri dan bukan oleh wahyu dan akalya, tidak lebih seperti
air yang telah melewati turbin dan telah kehilangan daya pembangkitnya. Hal senada
dikatakan oleh Hodgson, bahwa kemajuan pada zaman ini merupakan hasil
transmutasi atau perubahan besar masyarakat melalui ilmu pengetahuan dan
penerapannya dalam teknologi. Maka, sikap positif kepada teknologi dan industri
melalui sistem keimanan akan melengkapi setiap proses yang terjadi dengan inter
dinamics yang secara sejati mendorong maju ke depan. Dunia Islam bukan seperti
anak kecil yang selalu merengek meminta pasokan (import) benda-benda jadi dari
dunia lain, tanpa adanya kreasi untuk mencoba mencipta. Bagaimana umat Islam
mengimpikan sebuah transformasi, apabila untuk keperluan jarum pentul saja masih
harus mengimport dari Cina.