Anda di halaman 1dari 2

Dan peningkatan tekanan darah yang berat merupakan tanda dan simtom dengan prevalensi

terbesar, yang mengarah ke gejala neurogikal. Walaupun gejala ini tidak spesifik untuk semua jenis
stroke, penelitian sebelumnya membuktikan bahwa munculnya manifestasi akut memperbesar
kemungkinan stroke hemoragik.

Terdapat 3 penyebab utama yaitu, hipoperfusi, emboli, dan trombosis yang merupakan penyebab
tersering. Gejala dan simptom pada pasien tersebut dapat semakin parah perlahan dan berkembang
dalam beberapa jam. Berbagai manifestasi dapat muncul akibat stroke iskemi, seperti paresisi,
ataxia, paralisis, muntah dan mata cowong, namun hal itu tergantung bagian otak yang mengalami
lesi.

Diagnosis cepat dan pengobatan yang tepat dapat menentukan tingkat keparahan neurologis pada
pasien setelah kerusakan cerebrovaskular, dan menentukan jenis stroke merupakan kunci untuk
menentukan terapi dan manajemen yang benar. Bagaimanapun juga, CT scan non contrast
merupakan modalitas yang paling banyak digunakan saat ini untuk mengindentifikasi adanya
perdarahan pada pasien stroke, dikarenankan CT scan non kontras memiliki kemampuan untuk
mengidntifikasinya pada beberapa jam awal serangan CVA, namun tidak semua RS memiliki alar ini.
Diagnosis cepat sangat berperan penting pada pasien stroke karena dapat mencegah terjadinya
defek permanen. Walalupun, Imaging diagnostic masih tetap harus dilakukan untuk memastikan hal
tersebut, maka dari itu pada instalasi yang tidak memilik fasilitas tersebut temuan klinis dapat sangat
berguna untuk menetukan jenis stroke.

Hasil pada penelitian sebelumnya menyebutkan, studi kelompok pasien dapat menjadi representasi
yang baik pada pasien stroke dan hal ini mengindikasikan penelitian ini dapat digunakan untuk
semua pasien stroke.

Pada penelitian ini, stroke iskemik memiliki prevalensi tertinggi. Mengacu pada patofisiologi CVA,
rata- rata umur pasien dengan stroke iskemik lebih tinggi diabndingkan dengan stroke hemoragik,
dan sesuai dengan hasil penelitian ini.

Pada penelitian ini, analisis statistik menyebutkan GCS yang lebih rendah, mood agitasi, onset nyeri
akut, kejang, dan pupil midriasis memiliki prevalensi yang lebih tinggi pada stroke hemoragik dimana
sesuai dengan penelitian oleh Besson. Membenadingkan prevalensi pada dua grup pasien stroke
menunjukka hubungan yang signifikan antara onset stroke hemoragik dan manifestasi klinis pasien
(P,0.001). Fakta ini menunjukkankeberadaan gejala dan simtom tersebut dapat mengindikasikan
jenis stroke dan menolong diagnosis awal dokter. Pada stroke iskemik, manifestasi pada stroke
iskemeik semakin parah dalam hitungan jam, nyeri kepala yang yang bertamabah parah memiliki
prevalensi yang tinggi pada stroke iskemik. Dan juga pada penelitian ini, keberadaan simtom
simtom tersebut meningkatakn kemungkinan pasien tersebut terkena stroke iskemik.

Pada akhirnya, walaupun manifestasi klinis dapat sangat membantu untuk menentukan jenis stroke
saat diagnosis awal, Imaging masih merupakan Gold standard untuk pasien dengan stroke serebral.
Namun, pada rumah sakit daerah, dimana tidak terdapat fasilitas tersebut, hasil penelitian ini dapat
digunakan untuk manajemen awal pasien sebelum pasien dirujuk ke pusat stroke.

Kesimpulan
Pada penelitian ini, dinilai bermacam manifestasi klinis berbagai jenis CVA, yang digunakan untuk
membedakan stroke hemoragik dan iskemik dengan cara mengkategorikan prevalensi gejala dan
simtom menurut masing-masing tipe stroke. Walalupun hasilnya menunjukka hubungan yang
signifikasn antara jenis stroke dan temuan klinis yang spesifik, penelitian lebih lanjut tetap harus
dilakukan untuk mengetahui masing-masing nilai manifestasi untuk mengantisipasi terjadinya stroke.
Tetap lebih baik untuk menggunakan sistem skoring seperti pada NIHSS dikombinasikan gejala dan
simtom, untuk hasil yang lebih tepat.

Anda mungkin juga menyukai