Anda di halaman 1dari 12

CKD ( CHRONIC KIDNEY DISEASE)

KONSEP MEDIS
A. Definisi
Gagal Ginjal Kronik adalah kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan metabolisme
serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur ginjal yang progresif
dengan manifestasi penumpukan sisa metabolit (toksik uremik) di dalam darah (Muttaqin &
Sari, 2014).
Gagal ginjal kronik adalah penyakit ginjal tahap akhir, progresif dan irreversible dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolise dan keseimbangan cairan dan
elektrolit sehingga terjadi uremia. (Kartikasari, 2013).
Gagal ginjal kronik adalah proses kerusakan ginjal selama rentang waktu lebih dari tiga
bulan dan dapat menimbulkan simtoma, yaitu laju filtrasi glomerular berada dibawah
60ml/men/1.73 m. (Asadi Muhammad, 2012).
B. Etiologi
Umumnya seseorang mengalami transisi dari keadaan sehat ke keadaan kronik atau
menetap (permanen) setelah melalui masa beberapa tahun. Kerusakan pada penyakit gagal
ginjal penyebab nya didasarkan atas dua kategori yaitu penyakit morfologi sistem ginjal itu
sendiri dan penyebab (etiologi) penyakit.
Morfologi :
1. Penyakit glomerulus (glumeruloncfritis, penyakit membran, glomerulus kleorosis
interkapiler).
2. Penyakit tubuler (hiperkalsemia kronik, penekanan potassium kronik, keracunan
logam berat).
3. Penyakit vaskular ginjal (penyakit iskemik ginjal, stenosis arteri venalis bilateral,
nefrosklerosis, hiperparatiroidisme).
4. Penyakit tractus urinarius ( obstruksi nerfropati).
5. Kelainan kongenital (hipoplastik ginjal, penyakit sistemik meduler, penyakit
polikistik ginjal).
Etiologi :
1). Diabetes mellitus
2). Glumerulonefritis kronis
3). Pielonefritis
4). Hipertensi tak terkontrol
5). Obstruksi saluran kemih
6). Penyakit ginjal polikistik
7). Gangguan Vaskular
8). Lesi Herediter
9). Agen toksik (timah, cadmium, dan merkuri)
(Kartikasari, 2013).
C. Tanda Dan Gejala
Tanda dan gejala klinis pada gagal ginjal kronis dikarenakan gangguan yang bersifat
sistemik. Ginjal sebagai organ koordinasi dalam peran sirkulasi memiliki fungsi yang banyak
(organ multifunction), sehingga kerusakan kronis secara fisiologis ginjal akan mengakibatkan
gangguan keseimbangan sirkulasi dan vasomotor.
Berikut ini adalah tanda dan gejala yang di tunjukan oleh gagal ginjal kronis (Robinson,
2013; Judith 2006).
1). Ginjal dan Gastrointestinal
Sebagai akibat dari Hiponatremi maka timbut hipotensi, mulut kering, penurunan turgor
kulit, kelemahan, fatigue dan mual. Kemudian terjadi penurunan kesadaran (samnolen) dan
nyeri kepala hebat. Dampak dari peningkatan kalium adalah peningkatan iritabiltas otot dan
akhirnya otot mengalami kelemahan. Kelebihan cairan yang tidak terkompensasi akan
mengakibatkan asidosis metabolik. Tanda paling khas adalah terjadinya penurunan urine
output dengan sedimentasi yang tinggi.
2). Kardiovaskuler
Biasanya terjadi hipertensi,aritmia, kardiomyopati, uremic pericarditis, effuse pericardial
(kemungkinan bisa terjadi tamponade jantung), gagal jantung, edema periorbital dan edema
perifer.
3). Respiratory system
Biasanya terjadi edema pulmonal, nyeri pleura, priction rub dan efusi pleura, crackles,
sputum yang kental, uremic pleuritis dan uremic lung, dan sesak nafas.
4). Gastrointestinal
Biasanya menunjukan adaanya imflamasi dan userasi pada mukosa gastrointestinal
karena stomatitis, ulserasi dan pendarahan gusi, dan kemungkinan juga disertai parotitis.
5). Integumen
Kulit pucat, kekuning-kuningan, kecoklatan kering dan ada scalp. Selain itu biasanya juga
menunjukan adanya purpura, ekimosis, dan timbunan urea pada kulit.
6). Neurologis
Biasanya di tunjukan dengan adanya neuropathy perifer, nyeri, gatal pada lengan dan
kaki. Selain itu juga adanya kram pada otot dan reflex kedutan, daya memori menurun,
apatis, rasa kantuk meningkat, pusing, koma, kejang. Dari hasil EEG menunjukan adanya
perubahan metabolik encephalophaty.
7). Endokrin
Biasa terjadi infertilitas dan penurunan libido, amenorrhea dan gangguan siklus menstruasi
pada wanita, impoten, penurunan sekresi sperma, peningkatan sekresi aldosterone, dan
kerusakan metabolism karbohidrat.
8). Hematopoitiec
Terjadi anemia, penurunan waktu hidup sel darah merah, trombositopenia (dampak dari
dialysis) dan kerusakan platelet. Biasanya masalah yang serius pada sistem hematologi
ditunjukan dengan adanya perdarahan (purpura, ekimosis dan petechiae).
9). Muskuloskeletal
Nyeri pada sendi dan tulang, demineralisasi tulanag, fraktur pathologis dan klasifikasi (otak,
mata, gusi, sendi miokard).
D. Pemeriksaan Penunjang
Didalam memberikan pelayanan keperawatan terutama intervensi maka perlu
pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan baik secara medis ataupun kolaborasi antara lain :
1. Pemeriksaan laboratorium darah
- Hematologi
Hb, Ht, Eritrosit, Lekosit, Trombosit
- RFT (Renal Fungsi Test)
Ureum dan Kreatinin
- LFT (Liver Fungsi Test )
- Elektrolit
Klorida, Kalium, Kalsium
- Koagulasi studi
PTT, PTTK
- BGA
2. Urine
- Urine rutin
- Urine khusus : benda keton, analisa kristal batu
3. Pemeriksaan kardiovaskuler
- ECG
- ECO

4. Radidiagnostik
- USG abdominal
- CT scan abdominal
- BNO/IVP, FPA
- Renogram
- RPG ( retio pielografi )
E. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
a) Konservatif
- Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
- Observasi balance cairan
- Observasi adanya odema
- Batasi cairan yang masuk
b) Dialysis
- Peritoneal dialysis
Biasanya dilakukan pada kasus kasus emergency.
Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah CAPD
(Continues Ambulatori Peritonial Dialysis).
- Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan menggunakan mesin.
Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui daerah femoralis namun untuk mempermudah
maka dilakukan :
- AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
- Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi ke jantung )
c) Operasi
- Pengambilan batu
- Transplantasi ginjal
Proses Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Penderita CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada juga yang
mengalami CKD dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh berbagai hal seperti proses
pengobatan, penggunaan obat-obatan dan sebagainya. CKD dapat terjadi pada siapapun,
pekerjaan dan lingkungan juga mempunyai peranan penting sebagai pemicu kejadian CKD.
Karena kebiasaan kerja dengan duduk / berdiri yang terlalu lama dan lingkungan yang tidak
menyediakan cukup air minum / mengandung banyak senyawa / zat logam dan pola makan
yang tidak sehat. Riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti DM,
glomerulo nefritis, hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi saluran kemih, dan
traktus urinarius bagian bawah juga dapat memicu kemungkinan terjadinya CKD.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan utama yang didapat biasanya bervariasi, mulai dari urine output sedikit
sampai tidak BAK, gelisah sampai penurunan kesadaran, tidak selera makan (anoreksia),
mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, napas berbau (ureum), dan gatal pada kulit.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Kaji onset penurunan urine output, penurunan kesadaran, perubahan pola nafas,
kelemahan fisik, adanya perubahan kulit, adanya nafas berbau anomia, dan perubahan
pemenuhan nutrisi. Kaji sudah kemana saja klien meminta pertolongan untuk mengatasi
masalahnya dan mendapat pengobatan apa.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih, payah jantung,
penggunaan obat-obatan nefrotoksik, Benign Prostatic Hyperplasia dan prostaktektomi. Kaji
adanya riwayat penyakit batu saluraan kemih, infeksi system perkemihan yang berulang,
penyakit DM, dan penyakit hipertensi pada masa sebelumnya yang menjadi presdiposisi
penyebab. Penting untuk dikaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan
adannya riwayat alergi terhadap jenis obat kemudiaan dokumentasikan.
4) Riwayat Psikososial
Adanya perubahan fungsi struktur tubuh dan adanya tindakan dialisis akan
menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Lamanya perawatan,
banyaknya biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan,
gangguan konsep diri (gambaran diri) dan gangguan peran pada keluarga (self esteem).
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Kaji adanya riwayat penyakit keturunan dikeluarganya supaya dapat mengetahui ada
anggota dikeluarganya yang mengalami penyakit yang sama. Untuk mempermudah
tindakan perawatan selanjutnya.
c. Pengkajian Pola Fungsional Gordon
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan pasien
Gejalanya adalah pasien mengungkapkan kalau dirinya saat ini sedang sakit parah.
Pasien juga mengungkapkan telah menghindari larangan dari dokter. Tandanya adalah pasien
terlihat lesu dan khawatir, pasien terlihat bingung kenapa kondisinya seprti ini meski segala
hal yang telah dilarang telah dihindari.
2) Pola nutrisi dan metabolik
Gejalanya adalah pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB dalam kurun waktu 6
bulan. Tandanya adalah anoreksia, mual, muntah, asupan nutrisi dan air naik atau turun.
3) Pola eliminasi
Gejalanya adalah terjadi ketidak seimbangan antara output dan input. Tandanya
adalah penurunan BAK, pasien terjadi konstipasi, terjadi peningkatan suhu dan tekanan darah
atau tidak singkronnya antara tekanan darah dan suhu.
4) Aktifitas dan latihan
Gejalanya adalah pasien mengatakan lemas dan tampak lemah, serta pasien tidak
dapat menolong diri sendiri. Tandanya adalah aktifitas dibantu.
5) Pola istirahat dan tidur
Gejalanya adalah pasien terliat mengantuk, letih dan terdapat kantung mata. Tandanya
adalah pasien terliat sering menguap.
6) Pola persepsi dan koknitif
Gejalanya penurunan sensori dan rangsang. Tandanya adalah penurunan kesadaran
seperti ngomong nglantur dan tidak dapat berkomunikasi dengan jelas.
7) Pola hubungan dengan orang lain
Gejalanya penurunan keharmonisan pasien, dan adanya penurunan kepuasan dalam
hubungan. Tandanya terjadi penurunan libido, keletihan saat berhubungan, penurunan
kualitas hubungan.
8) Pola persepsi diri
Gejalanya konsep diri pasien tidak terpenuhi. Tandanya kaki menjadi edema, citra diri
jauh dari keinginan, terjadinya perubahan fisik, perubahan peran, dan percaya diri.
9) Pola mekanisme koping
Gejalanya emosi pasien labil. Tandanya tidak dapat mengambil keputusan dengan
tepat, mudah terpancing emosi.
10) Pola kepercayaan
Gejalanya pasien tampak gelisah, pasien mengatakan merasa bersalah meninggalkan
perintah agama. Tandanya pasien tidak dapat melakukan kegiatan agama seperti
biasanya.
d. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan sistem tubuh secara keseluruhan dengan
menggunakan teknik inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultrasi. Klien dengan CKD
kemungkinan didapat data sebagai berikut :
1) Penampilan / keadaan umum.
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran pasien dari
compos mentis sampai coma.
2) Tanda-tanda vital
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi meningkat dan
reguler.
3) Antropometri
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan nutrisi, atau terjadi
peningkatan berat badan karena kelebihan cairan.
4) Sistem neurosensori
Yang dikaji adalah fungsi saraf cranial, fungsi serebral, fungsi sensori serta reflex.
Pada klien gagal ginjal kronis terdapat keluhan sakit kepala. Penglihatan kabur, kram
otot/kejang, gangguan status mental, fasikulasi otot, rambut tipis, kuku rapuh dan tipis.
5) Sistem pernafasan
Biasanya terdapat nafas pendek, takipnea dispnea, kusmaull, batuk produktif dengan
sputum merah muda encer.
6) Sistem kardiovaskuler
Pada klien gagal ginjal terdapat kronik biasanya terjadi hipertensi, palpitasi, nyeri
dada, disritmia jantung, anemia.
7) Sistem gastrointestinal
Terdapat edema, malnutrisi, anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, diare/konstipasi.
8) Sistem perkemihan
Penurunan jumlah urine, oliguria, anuria, perubahan warna urine.
9) Sistem musculoskeletal
Terjadi kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.
10) Sistem integumen
Kulit pucat, keabu-abuan dan kering bersisik serta pruritus, kuku tipis dan mudah
pecah, rambut kering dan mudah putus.
11) Sistem endokrin
Terdapat hiperparatiroidisme, infertilitas dan disfungsi seksual.
12) Pengkajian psikologis
Pada klien gagal ginjal kronis sering terdapat cemas dari
tingkat ringan sampai berat.
13) Pengkajian sosial
Kesulitan menentukan kondisi, contoh tidak mampu bekerja, memperhatikan fungsi
peran biasanya dalam keluarga.
14) Pengkajian spiritual
Klien dapat melaksanakan kewajiban nya sebagai umat beragama, bahkan mungkin
lebih taat.
15) Data penunjang
a. Pemeriksaan urine
b. Pemeriksaan darah lengkap
c. USG
d. Pemeriksaan EKG
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada masalah CKD menurut Doenges (2007) adalah sebagai
berikut:
1) Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi paru.
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
mual muntah.
3) Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai O2 dan nutrisi ke
jaringan sekunder.
4) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluran urine dan retensi cairan
dan natrium.
5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk sampah dan
prosedur dialisis.
3. Intervensi Keperawatan
1. Tidak efektifnya pola napas berhubungan dengan hiperventilasi paru.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien menunjukkan pola napas efektif.
Kriteria hasil : Pertukaran gas dalam rentang normal, tidak ada anda sianosis maupun
dispnea, bunyi napas tidak mengalami penurunan, tanda-tanda vital dalam batas normal (RR
16-24 x/menit). Intervensi:
a) Kaji fungsi pernapasan klien, catat kecepatan, adanya gerak otot dada, dispnea, sianosis,
dan perubahan tanda vital.
Rasional : Distress pernapasan dan perubahan tada vital dapat terjadi sebagai akibat dari
patofisiologi dan nyeri.
b) Catat pengembangan dada dan posisi trakea.
Rasional : Pengembangan dada atau ekspansi paru dapat menurun apabila terjadi ansietas
atau edema pulmonal.
c) Kaji klien adanya keluhan nyeri bila batuk atau napas dalam.
Rasional : Tekanan terhadap dada dan otot abdominal membuat batuk lebih efektif dan dapat
mengurangi trauma.
d) Pertahankan posisi nyaman misalnya posisi semi fowler.
Rasional : Meningkatkan ekspansi paru.
e) Kolaborasikan pemeriksaan laboratorium (elektrolit).
Rasional : Untuk mengetahui elektrolit sebagai indicator keadaan status cairan.
f) Kolaborasikan pemeriksaan GDA dan foto thoraks.
Rasional : Mengkaji status pertukaran gas dan ventilasi serta evaluasi dari implementasi, juga
adanya kerusakan pada paru.
g) Kolaborasikan pemberian oksigen pada ahli medis.
Rasional : Menghilangkan distress respirasi dan sianosis.

2.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake


inadekuat, mual, muntah, anoreksia.
Tujuan : Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat.
Kriteria hasil : Pengukuran antropometri dalam batas normal, perlambatan atau penurunan
berat badan yang cepat tidak terjadi, pengukuran albumin dan kadar elektrolit dalam batas
normal, peneriksaan laboratorium klinis dalam batas normal, pematuhan makanan dalam
pembatasan diet dan medikasi sesuai jadwal untuk mengatasi anoreksia.
Intervensi :
a) Kaji status nutrisi, perubahan berat badan, pengukuran antropometri, nilai laboratorium
(elektrolit serum, BUN, kreatinin, protein, dan kadar besi).
Rasional : Menyediakan data dasar untuk memantau perubahan dan mengevaluasi intervensi.
b) Kaji pola diet dan nutrisi pasien, riwayat diet, makanan kesukaan, hitung kalori.
Rasional : Pola diet sekarang dan dahulu dapat dipertimbangkan dalam menyusun menu.
c) Kaji faktor-faktor yang dapat merubah masukan nutrisi misalnya adanya anoreksia, mual
dan muntah, diet yang tidak menyenangkan bagi pasien, kurang memahami diet.
Rasional : Menyediakan informasi mengenai faktor lain yang dapat diubah atau dihilangkan
untuk meningkatkan masukan diet.
d) Menyediakan makanan kesukaan pasien dalam batasan diet.
Rasiomal : Mendorong peningkatan masukan diet.
e) Anjurkan camilan tinggi kalori, rendah protein, rendah natrium, diantara waktu makan.
Rasional : Mengurangi makanan dan protein yang dibatasi dan menyediakan kalori untuk
energi, membagi protein untuk pertumbuhan dan penyembuhan jaringan.
f) Jelaskan rasional pembatasan diet dan hubungannya dengan penyakit ginjal dan
peningkatan urea serta kadar kreatinin.
Rasional : Meningkatkan pemahaman pasien tentang hubungan antara diet, urea, kadar
kreatinin dengan penyakit renal.
g) Sediakan jadwal makanan yang dianjurkan secara tertulis dan anjurkan untuk memperbaiki
rasa tanpa menggunakan natrium atau kalium.
Rasional : Daftar yang dibuat menyediakan pendekatan positif terhadap pembatasan diet dan
merupakan referensi untuk pasien dan keluarga yang dapat digunakan dirumah.

3) Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai O2 dan nutrisi ke


jaringan sekunder.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan perfusi jaringan adekuat.
Kriteria hasil : Membran mukosa warna merah muda, kesadaran pasien compos mentis,
pasien tidak ada keluhan sakit kepala, tidak ada tanda sianosis ataupun hipoksia, capillary
refill kurang dari 3 detik, nilai laboratorium dalam batas normal (Hb 12-15 gr %),
konjungtiva tidak anemis, tanda-tanda vital stabil: TD 120/80 mmHg, nadi 60-80 x/menit.
Intervensi :
a) Awasi tanda-tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit dan dasar kuku.
Rasional : Memberikan informasi tentang derajat atau keadekuatan perfusi jaringan dan
membantu menentukan kebutuhan tubuh.
b) Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.
Rasional : Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan
seluler, vasokonstrisi (ke organ vital) menurunkan sirkulasi perifer.
c) Catat keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh hangat sesuai dengan
indikasi.
Rasional : Kenyamanan klien atau kebutuhan rasa hangat harus seimbang dengan kebutuhan
untuk menghindari panas berlebihan pencetus vasodilatasi (penurunan perfusi
organ).
d) Kolaborasi untuk pemberian O2. Rasional : Memaksimalkan transport oksigen ke jaringan.
e) Kolaborasikan pemeriksaan laboratorium (hemoglobin).
Rasional : Mengetahui status transport O2.

4) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine dan retensi cairan
dan natrium.
Tujuan : Kelebihan cairan / edema tidak terjadi.
Kriteria hasil : Tercipta kepatuhan pembatasan diet dan cairan, turgor kulit normal tanpa
edema, dan tanda-tanda vital normal.
Intervensi :
a) Monitor status cairan, timbang berat badan harian, keseimbangan input dan output, turgor
kulit dan adanya edema, tekanan darah, denyut dan irama nadi.
Rasional : Pengkajian merupakan dasar berkelanjutan untuk memantau perubahan dan
mengevaluasi intervensi.
b) Batasi masukan cairan
Rasional : Pembatasan cairan akan menentukan berat tubuh ideal, keluaran urine dan respons
terhadap terapi.
c) Identifikasi sumber potensial cairan, medikasi dan cairan yang digunakan untuk
pengobatan, oral dan intravena.
Rasional : Sumber kelebihan cairan yang tidak diketahui dapat diidentifikasi.
d) Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan.
Rasional : Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga dalam pembatasan
cairan.
e) Bantu pasien dalam menghadapi ketidaknyamanan akibat pembatasan cairan.
Rasional : Kenyamanan pasien meningkatkan kepatuhan terhadap pembatasan diet.
f) Kolaborasi pada medis dalam pembatasan cairan intravena antara 5-10 tetes permenit, dan
pembatasan obat-obatan cair.
Rasional : dengan pembatasan cairan intravena dapat membantu menurunkan resiko kelebian
cairan.

5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk sampah dan
prosedur dialisis.
Tujuan : Berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat ditoleransi.
Kriteria hasil : Berpartisipasi dalam aktivitas keluwarga sesuai kemampuan, melaporkan
peningkatan rasa segar dan bugar, melakukan istirahat dan aktivitas secara bergantian,
berpartisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri yang dipilih.
Intervensi :
a) Kaji faktor yang menyebabkan keletihan, anemia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit,
retensi produk sampah, dan depresi.
Rasional : Menyediakan informasi tentang indikasi tingkat keletihan.
b) Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri yang dapat ditoleransi, bantu jika
keletihan terjadi.
Rasional : Meningkatkan aktivitas ringan / sedang dan memperbaiki harga diri.
c) Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat.
Rasional : Mendorong latihan dan aktivitas dalam batasbatas yang dapat ditoleransi dan
istirahat yang adekuat.
d) Anjurkan untuk beristirahat setelah dialisis.
Rasional : Dianjurkan setelah dialisis, yang bagi banyak pasien sangat melelahkan.

Anda mungkin juga menyukai