Anda di halaman 1dari 19

MANAJEMEN

PENYEHATAN SUMBER AIR BERSIH

DISUSUN OLEH :
1. Wahyu Dwi Handayani (201403092)
2. Wiwik Indrawati (201403093)
3. Yuda Agustiningrum (201403094)

DOSEN PENGAMPU:

S1 KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
Jl. Taman Praja Kec. Taman Kota Madiun Telp/Fax. (0351) 491947

TAHUN AKADEMIK 2016/2017


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Penyehatan
Sumber Air Bersih dengan baik.
Adapun Makalah Penyehatan Sumber Air Bersih ini telah kami usahakan semaksimal
mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari Makalah Penyehatan Sumber Air
Bersih ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi
terhadap pembaca.

Madiun, November 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
1.4 Manfaat 2

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Air bersih


2.2 Syarat Air Bersih
2.3 Klasifikasi dan Sumber Air
2.4 Pengolahan Sumber Air Bersih
2.5 Sumber-sumber pencemar air
2.6 Bahaya dari pencemaran air
2.7 Dampak pencemaran air
2.8 Indikator pencemaran air
2.9 Tindakan pencegahan dan pengendalian pencemaran air

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan 18
3.2 Saran 19

DAFTAR PUSTAKA 20

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah


1.3 Tujuan
1.4 Manfaat

1
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Air Bersih


2.2 Syarat Air Bersih
Berdasarkan peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia
No.416/MenKes/Per/IX/1990 yang dimasud air bersih adalah air bersih yang digunakan
untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat
diminum apabila telah dimasak.
Pemenuhan kebutuhan air bersih harus memenuhi dua syarat yaitu kuantitas dan
kualitas :
1. Syarat kuantitas
Syarat kuantitas adalah jumlah air yang dibutuhkan setiap hari tergantung kepada
aktivitas dan tingkat kebutuhan. Secara kuantitas di Indonesia diperkirakan
dibutuhkan air sebanyak 138,5 liter/orang/hari dengan perincian yaitu untuk mandi,
cuci kakus12 liter, minum 2 liter, cuci pakaian 10,7 liter, kebersihan rumah 31,4 liter,
taman 11,8 liter, cuci kendaraan 21,8 liter, wudhu 16,2 liter, lain-lain 33,3 liter.
2. Syarat kualitatif
Syarat kualitatif meliputi parameter fisik, kimia, radioaktivitas, dan mikrobiologis
yang memenuhi syarat kesehatan menurut Peraturan Mentri Kesehatan RI
416/MenKes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air.
a. Parameter Fisik
Air yang memenuhi persyaratan fisik yaitu air yang tidak berbau, tidak berasa,
tidak berwarna, tidak keruh atu jernih, dan dengan suhu di bawah suhu udara,
serta memiliki jumlah zat padat terlarut (TDS) yang rendah.
b. Parameter Mikrobiologis
Sumber air yang ada di alam pada umumnya mengandung bakteri. Jumlah dan
jenis bakteri berbeda sesuai tempat dan kondisi yang mempengaruhinya. Oleh
karena itu, air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari harus bebas dari
bakteri pathogen. Bakteri golongan koliform merupakan indikator dari
pencemaran air oleh bakteri pathogen.
c. Parameter Radioaktivitas
Air yang memiliki bentuk radioaktivitas dalam bentuk apapun memiliki efek
yang sama, yaitu menimbulkan kerusakan pada sel yang terpapar. Kerusakan
tersebut dapat berupa kematian sel dan perubahan komposisi genetic.
d. Parameter Kimia
Air yang baik dari segi parameter kimia adalah air yang tidak tercemar secara
berlebihan oleh zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain air raksa
(Hg), aluminium (Al), Arsen (As), Barium (Br), Besi (Fe), Flourida (F), Kalsium

2
(Ca), derajat keasaman (pH), dan zat kimia lainya. Air sebaiknya dalam keadaan
netral (tidak asam dan tidak basa) untuk mencegah terjadinya pelarutan logam
berat dan korosi jaringan distribusi air. pH yang dianjurkan untuk air bersih
adalah 6,5-9.
2.3 Klarifikasi dan Sumber Air
1. Klarifikasi/penggolongan air
Air secara bakteriologis dapat dibagi menjadi beberapa golongan berdasarkan
jumlah bakteri koliform yang terkandung dalam 100 cc sampel air/MPN. Golongan-
golongan air ini, antara lain :
a. Air tanpa pengotoran; mata air (artesis) bebas dari kontaminasi bakteri koliform
dan pathogen atau zat kimia beracun.
b. Air yang sudah mengalami proses desinfeksi; MPN <50/100 cc.
c. Air dengan penjernihan lengkap; MPN <5000/100 cc.
d. Air dengan penjernihan tidak lengkap; MPN >5000/100 cc.
e. Air dengan penjernihan khusus (water purification); MPN > 250.000/100 cc.
MPN di sini mewakili Most Probable Number (jumlah terkenaan terdekat dari
bakteri koliform dalam 100 cc air).
2. Sumber air
Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber
yang bersih dan aman. Batasan-batasan sumber air yang bersih dan aman ini, antara
lain :
a. Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit.
b. Bebas dari subtansi kimia yang berbahaya dan beracun.
c. Tidak berasa dan tidak berbau.
d. Dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan domestic dan rumah tangga.
e. Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO dan Departemen
Kesehatan RI.
Air yang berada dipermukaan bumi dapat berasal dari berbagai sumber.
Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi air hujan, air pemukaan dan
air tanah.
a. Air hujan
Air hujan merupakan penyubliman awan/uap air menjadi air murni yang
ketika turun dan melalui udara akan melarutkan benda-benda yang terdapat di udara.
Dalam keadaan murni sangat bersi. Diantara benda-benda yang terkait dari udara ini
yaitu :
a. Gas (O2, CO2, H2, dan lain-lain)
b. Jasad-jasad renik.
c. Debu.
Kelarutan gas CO2 di dalam air hujan akan membentuk asam karbonat
(H2CO3) ya ng menjadikan air hujan bereaksi dengan asam. Beberapa gas oksida

3
dapat berada pula di udara, di antaranya yang penting adalah oksida belerang dan
oksida nitrogen (S2O3 dan N2O5). Kedua oksida ini bersama-sama dengan air hujan
akan membentuk larutan asam sulfat dan larutan asam nitrat (H 2SO4 dan H2NO3).
Jadi setelah mencapai permukaan bumi air hujan bukan merupakan air murni lagi.
b. Air permukaan
Air permukaan yang meliputi badan-badan air semacam sungai, danau, telaga,
waduk, rawa, terjun dan sumur permukaan, sebagian besar berasal dari air hujan
yang jatuh ke permukaan bumi. Air hujan kemudian akan mengalami pencemaran
baik oleh tanah, sampah, maupun lainnya.
Sumber air permukaan yang bersal dari sungai, selokan, dan parit mempunyai
persamaan, yaitu airnya mengalir dan dapat menghanyutkan bahan pencemar.
Sumber air permukaan yang berasal dari rawa, bendungan, dan danau memiliki air
yang tidak mengalir, tersimpan salam waktu yang lama, dan mengandung sisa-sisa
pembusukan alam, misalnya, pembusukan tumbuh-tumbuhan, ganggang, fungi, dan
lain-lain. Air permukaan yang berasal dari air laut mengandung kadar garam yang
tinggi sehingga jika akan digunakan untuk air minum, air ini harus menjalani proses
ion-exchange.
Air yang berasal dari parit, selokan, dan sungai mempunyai beberapa
kesamaan antara lain, mengalir sambil menghanyutkan bahan-bahan pencemar dan
pengotor air. Dari bahan pencemar dan pengotor ini dapat dibedakan benda-benda
yang melarut (zat warna, garam-garam), terapung (tinja, kayu-kayuan), melayang
(benda-benda koloid).
c. Air Tanah
Air tanah merupakan sebagian iar hujan yang mencapai permukaan bumi dan
menyerap ke dalam lapisan tanah dan menjadi air tanah. Sebelum mencapai lapisan
tempat air tanah, air hujan akan menembus beberapa lapisan tanah dan
menyebabkan terjadinya kesadahan pada air (hardness of water). Kesadahan pada
zat iar ini menyebabkan air mengandung zat-zat mineral dalam konsentrasi. Zat-zat
mineral tesebut antara lain, kalsium, magnesium, dan logam berat seperti Fe dan
Mn. Akibatnya, apabila kita menggunakan air sadah untuk mencuci, sabun yang
digunakan tidak akan berbusa dan bila diendapkan akan terbentuk endapan seperti
kerak.
Air tanah dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia dengan cara
membuat sumur atau pompa air. Sumur dibagi menjadi dua macam, yaitu :
1. Sumur dangkal
Sumur semacam ini memiliki sumber air yang berasal dari resapan air hujan di
atas permukaan bumi terutama di daerah daratan rendah. Jenis sumur ini benyak
4
terdapat di Indonesia dan mudah sekali terkontaminasi air kotor yang berasal
dari kegiatan mandi-cuci-kakus (MCK) sehingga persyaratan sanitasi yang ada
perlu sekali diperhatikan.
2. Sumur dalam
Sumur ini memiliki sumber air yang berasal dari proses purifikasi alami air
hujan oleh lapisan kulit bumi menjadi air tanahh. Sumber airnya tidak
terkontaminasi dan memenuhi syarat sanitasi.
d. Mata air
Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah.
Mata air yang berasal dari air tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh musim
dak kualitas maupun kuantitasnya sama dengan keadaan air dalam.
2.4 Pengolahan Sumber Air Bersih
Supaya memenuhi syarat-syarat air untuk minum, air baku yang berasal dari alam
harus diolah terlebih dahulu. Cara pengolahannya tergantung dari jenis air baku yang
dipakai. Air permukaan dapat diandalkan konstinuitasnya dan banyaknya, karena itu air
permukaan banyak dipakai untuk bahan baku air minum. Pengelolaan air permukaan bisa
dengan cara purifikasi air. Purifikasi air merupakan salah satu cara untuk menjernihkan
atau memurnikan sumber air baku guna mendapatkan air bersih. dibagi menjadi dalam
dua pola besar proses purifikasi, yaitu :
1. Purifikasi Skala Besar
Purifikasi iar dalam skala besar dilakukan di daerah perkotaan. Proses semacam ini
biasa dilakukan di instalasi penjernihan air bersih (PAM) melalui tahap berikut :
1) Penyimpanan (storage)
Air baku diisap atau dialirkan dari sumber seperti sungai, kali, dan sebagainya,
ke dalam bak penampungan alami atau bak buatanyang sudah dilindungi dari
pencemaran. Air yang disimpan dalam wadah penampungan tersebut akan
mengalami proses purifikasi secara alami berikut ini :
a. Proses fisik
Setelah melalui proses fisik ini, kualitas air sudah dapat diperbaiki sampai
sekitar 90%. Benda-benda yang terlarut dalam air akan mengendap dalam
waktu 24 jam dan air akan bertambah jernih.
b. Proses kimiawi
Selama masa penampungan juga berlangsung proses kimiawi. Dalam proses
ini, bakteri aerobic akan mengoksidasi bahan-bahan organic yang terdapat di
dalam air dengan bantuan oksigen bebas. Akibatnya, konsentrasi ammonia
bebas akan berkurang sementara konsentrasi nitrat justru meningkat.
c. Proses biologis

5
Organisme pathogen berangsur-angsur akan mati. Keadaan semacam ini dapat
terlihat jika air disimpan selama 5-7 hari. Dalam kondisi tersebut, jumlah
bakteri dalam air akan berkurang sampai 90%.
Batas waktu yang optimum untuk penampungan berkisar 10-14 hari, bila lebih
lama akan berkembang tumbuh-tumbuhan air seperti alga yang dapat
menimbulkan rasa dan bau tidak enak dan perubahan warna pada air.
2) Penyaringan (filtration)
Proses penyaringan atau filtrasi merupakan tahap kedua dari proses purifikasi
air. Proses ini sangat penting karena dapat mengurangi jumlah bakteri sampai
sekitar 98-99% dalam air yang dihasilkan. Proses filtrasi dapat dilakukan melalui
slow sand filter (filter biologi) dan rapid sand filter (filter mekanis). Metode-
metode tersebut memiliki kelebihan dan kekurangnya masing-masing.
Perbandingan antar Slow Sand Filter dan Rapid Sand Filter,sebagai berikut :
Spesifikasi Slow sand filter Rapid sand filter
1. Ruangan Perlu ruangan besar Perlu ruangan kecil
2. Kecepatan filtrasi 0,1-0,4 m3/m2/jam 5-15 m3/m2/jam
3. Butir pasir efektif 0,15-0,35 mm 0,6-2,0 mm
4. Preliminary Treatment Plain coagulation Koagulasi kimia
5. Pembersihan filter Pengerukan lapisan atas Back washing
6. Operasi Sederhana Perlu tenaga pendidik
7. Efek turbiditas Baik Baik
8. Menghilangkan warna Sedang Baik
9. Menghilangkan bekteri 99,9% 98-99,9%

3) Klorinasi (chlorination)
Klorinasi (chlorination) adalah proses pemberian klorin ke dalam air yang telah
menjalani proses filtrasi dan merupakan langkah yang maju dalam proses
purifikasi air. Klorin banyak digunakan dalam proses industry, pengolahan air
limbah, air kolam renang, dan air minum. Senyawa-senyawa klor yang umum
digunakan dalam proses klorinasi antara lain, gas klorin, senyawa hipoklorit, klor
dioksida, bromine klorida, dan kloramin. Berikut kegunaan klorin :
a. Memiliki sifat bakterisidal dan germisidal.
b. Dapat mengoksidasi zat besi, mangan, dan hydrogen sulfide.
c. Dapat menghilangkan bau dan rasa tidak enak pada air.
d. Dapat mengontrol perkembangan alga dan organisme pembentuk lumut yang
dapat mengubah bau dan rasa pada air.
e. Dapat membantu proses koagulasi.
2. Purifikasi Air Skala Kecil
Uraian di bawah ini berkaitan dengan beberapa contoh yang lazim kita
temukan dalam purifikasi skala kecil.
a. Purifikasi air di rumah

6
Ada tiga metode yang sering dipakai untuk melakukan purifikasi air dalam
rumah. ketiganya dapat digunakan secara sendiri atau kombinasi sebagai berikut.
1. Pemasakan
Memasak air merupakan cara paling baik untuk melakukan proses purifikasi air
dalam rumah. agar lebih efektif, air dibiarkan tetap mendidih antara 5-10 menit.
Dalam kisaran waktu tersebut, proses pendidihan diharapkan telah mematikan
semua kuman, spora, kista, atau telur selain menjadikan air bersifat steril. Di
samping itu, proses pendidihan juga dapat mengurangi kesadahan sementara
(temporary hardness) air karena penguapan CO2 dan pengendapan CaCO3.
2. Desinfeksi kimia
a. Bubuk pemutih (kaporit, CaOCl2), bubuk pemutih (bleaching powder)
merupakan bubuk berwarna putih dengan bau seperti klorin dan harus
disimpan di tempat gelap, kering, dan tertutup rapat. Pada air yang mengalami
tingkat pencemaran yang cukup parah dan berwarna keruh, pemberian klorin
secara langsung kurang baik dan tidak efektif.
b. Larutan klorin. Larutan klorin dapat dibuat dari bubuk pemutih dengan cara
sebagai berikut. Sebanyak 4kg bubuk kaporit yang mengandung 25% klorin
dicampur dengan 20 liter air, yang berarti terdapat 5% klorin dalam larutan ini.
c. High Test Hypoclorite (HTH). High Test Hypoclorite juga disebut sebagai
perkloron yang merupakan persenyawaan kalsium dengan kadar klorin 60-70.
Zat ini lebih stabil dibandingkan dengan bubuk kaporit dan mudah disimpan.
d. Tablet klorin. Tablet klorin dapat berupa tablet Halazone, chlor de chlor,
hydrochlonazone yang banyak dijual dipasaran. Tablet klorin cukup baik jika
dipakai sebagai desinfektan air dalam skala kecil. Sebanyak 100 mg klorin
dapat dipakai untuk mendesinfeksi 2 galon air yang memiliki turbiditas 500
ppm dan residual chlorine bebas dalam air 2 mg/l.
e. Iodine, merupakan desinfektan yang paling baik terutama untuk proses
desinfektan air dalam skala kecil, tetapi harganya cukup mahal jika akan
digunakan sebagai desinfektan air dalam skala besar.
f. Filtrasi. Air dalam skala kecil dpat difiltrasi dengan menggunakan ceramic
filter semacam Pasteur Chamberland Filter, Berkefeld Filter, dan Katadyn
Filter. Chamberland Filter memiliki suatu bagian berbentuk lilin dan terbuat
dari porselen, sementara Berkefeld Filter memiliki suatu bagian yang terbuat
dari Kieselgurf atau Infusorial Earth, sedangkan Katadyn Filter dialpisi
dengan silver catalyst. Filter-filter tersebut hanya dapat menyaring bakteri
tetapi tidak menyaring virus.
b. Desinfeksi Air Sumur

7
Metode yang paling efektif dan murah untuk melakukan proses desinfeksi pada
air sumur adalah dengan menggunakan bubuk pemutih (bleaching powder).
2.5 Sumber-Sumber Pencemar Air
Pencemaran air adalah masuk atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energi dan atau
komponen lain kedalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia atau
proses alam sehingga kualitas air turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan air
kurang atau tidak dapat lagi berfungsi sesuai dengan peruntukkannya.
Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air
seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Danau, sungai,
lautan dan air tanah adalah bagian penting dalam siklus kehidupan manusia dan
merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Selain mengalirkan air juga
mengalirkan sedimen dan polutan.
Ada beberapa penyebab terjadinya pencemaran air antara lain apabila air
terkontaminasi dengan bahan pencemar air seperti sampah rumah tangga, sampah
lembah industri, sisa-sisa pupuk atau pestisida dari daerah pertanian, limbah rumah sakit,
limbah kotoran ternak, partikulat-partikulat padat hasil kebakaran hutan dan gunung
berapi yang meletus atau endapan hasil erosi tempat-tempat yang dilaluinya.

Pada dasarnya Bahan Pencemar Air dapat dikelompokkan menjadi:

1. Sampah yang dalam proses penguraiannya memerlukan oksigen yaitu sampah yang
mengandung senyawa organik, misalnya sampah industri makanan, sampah industri
gula tebu, sampah rumah tangga (sisa-sisa makanan), kotoran manusia dan kotoran
hewan, tumbuhtumbuhan dan hewan yang mati. Untuk proses penguraian sampah-
sampah tersebut memerlukan banyak oksigen, sehingga apabila sampah-sampah
tersbut terdapat dalam air, maka perairan (sumber air) tersebut akan kekurangan
oksigen, ikan-ikan dan organisme dalam air akan mati kekurangan oksigen. Selain itu
proses penguraian sampah yang mengandung protein (hewani/nabati) akan
menghasilkan gas H2S yang berbau busuk, sehingga air tidak layak untuk diminum
atau untuk mandi.

2. Bahan pencemar penyebab terjadinya penyakit, yaitu bahan pencemar yang


mengandung virus dan bakteri misal bakteri coli yang dapat menyebabkan penyakit
saluran pencernaan (disentri, kolera, diare, types) atau penyakit kulit. Bahan pencemar
ini berasal dari limbah rumah tangga, limbah rumah sakit atau dari kotoran
hewan/manusia.

3. Bahan pencemar senyawa anorganik/mineral misalnya logam-logam berat seperti


merkuri (Hg), kadmium (Cd), Timah hitam (pb), tembaga (Cu), garam-garam
anorganik. Bahan pencemar berupa logam-logam berat yang masuk ke dalam tubuh
biasanya melalui makanan dan dapat tertimbun dalam organ-organ tubuh seperti

8
ginjal, hati, limpa saluran pencernaan lainnya sehingga mengganggu fungsi organ
tubuh tersebut.

4. Bahan pencemar organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yaitu
senyawa organik berasal dari pestisida, herbisida, polimer seperti plastik, deterjen,
serat sintetis, limbah industri dan limbah minyak. Bahan pencemar ini tidak dapat
dimusnahkan oleh mikroorganisme, sehingga akan menggunung dimana-mana dan
dapat mengganggu kehidupan dan kesejahteraan makhluk hidup.

5. Bahan pencemar berupa makanan tumbuh-tumbuhan seperti senyawa nitrat, senyawa


fosfat dapat menyebabkan tumbuhnya alga (ganggang) dengan pesat sehingga
menutupi permukaan air. Selain itu akan mengganggu ekosistem air, mematikan ikan
dan organisme dalam air, karena kadar oksigen dan sinar matahari berkurang. Hal ini
disebabkan oksigen dan sinar matahari yang diperlukan organisme dalam air
(kehidupan akuatik) terhalangi dan tidak dapat masuk ke dalam air.

6. Bahan pencemar berupa zat radioaktif, dapat menyebabkan penyakit kanker, merusak
sel dan jaringan tubuh lainnya. Bahan pencemar ini berasal dari limbah PLTN dan dari
percobaan-percobaan nuklir lainnya.

7. Bahan pencemar berupa endapan/sedimen seperti tanah dan lumpur akibat erosi pada
tepi sungai atau partikulat-partikulat padat/lahar yang disemburkan oleh gunung
berapi yang meletus, menyebabkan air menjadi keruh, masuknya sinar matahari
berkurang, dan air kurang mampu mengasimilasi sampah.

8. Bahan pencemar berupa kondisi (misalnya panas), berasal dari limbah pembangkit
tenaga listrik atau limbah industri yang menggunakan air sebagai pendingin. Bahan
pencemar panas ini menyebabkan suhu air meningkat tidak sesuai untuk kehidupan
akuatik (organisme, ikan dan tanaman dalam air). Tanaman, ikan dan organisme yang
mati ini akan terurai menjadi senyawa-senyawa organik. Untuk proses penguraian
senyawa organik ini memerlukan oksigen, sehingga terjadi penurunan kadar oksigen
dalam air.

2.6 Bahaya Dari Pencemaran Air


Banyak akibat yang ditimbulkan oleh polusi air, diantaranya:

1. Terganggunya kehidupan organisme air karena berkurangnya kandungan oksigen.

2. Terjadinya ledakan ganggang dan tumbuhan air.

3. Pendangkalan dasar perairan.

4. Tersumbatnya penyaring reservoir, dan menyebabkan perubahan ekologi.

5. Dalam jangka panjang mengakibatkan kanker dan kelahiran cacat.

6. Akibat penggunaan pestisida yang berlebihan selain membunuh hama dan penyakit,
juga membunuh serangga dan makhluk yang berguna terutama predator.

9
7. Kematian biota kuno, seperti plankton, ikan bahkan burung.

8. Dapat mengakibatkan mutasi sel kanker dan leukemia.

2.7 Dampak Pencemaran Air


Pencemaran air berdampak luas, misalnya dapat meracuni sumber air minum,
meracuni makanan hewan, ketidakseimbangan ekosistem sungai dan danau, pengrusakan
hutan akibat hujan asam, dan sebagainya. Di badan air, sungai dan danau, nitrogen dan
fosfat (dari kegiatan pertanian) telah menyebabkan pertumbuhan tanaman air yang di
luar kendali (eutrofikasi berlebihan). Ledakan pertumbuhan ini menyebabkan oksigen,
yang seharusnya digunakan bersama oleh seluruh hewan/tumbuhan air, menjadi
berkurang. Ketika tanaman air tersebut mati, dekomposisi mereka menyedot lebih
banyak oksigen. Sebagai akibatnya, ikan akan mati, dan aktivitas bakteri menurun.
Dampak pencemaran air pada umumnya dibagi atas 4 kelompok, yaitu :

1. Dampak terhadap kehidupan biota air

Banyaknya zat pencemaran pada air limbah akan menyebabkan menurunnya


kadar oksigen terlarut dalam air tersebut. Sehingga mengakibatkan kehidupan dalam
air membutuhkan oksigen terganggu serta mengurangi perkembangannya.
Akibat matinya bakteri-bakteri, maka proses penjernihan air secara alamiah yang
seharusnya terjadi pada air limbah juga terhambat. Dengan air limbah yang sulit
terurai. Panas dari industri juga akan membawa dampak bagi kematian organisme,
apabila air limbah tidak didinginkan terlebih dahulu.
2. Dampak terhadap kualitas air tanah
Pencemaran air tanah oleh tinja yang biasa diukur dengan faecal coliform telah
terjadi dalam skala yang luas, hal ini dibuktikan oleh suatu survey sumur dangkal di
Jakarta. Banyak penelitian yang mengindikasikan terjadinya pencemaran tersebut.
3. Dampak terhadap kesehatan
Peran air sebagai pembawa penyakit menular bermacam-macam antara lain :
1) Air sebagai media untuk hidup mikroba pathogen,
2) Air sebagai sarang insekta penyebar penyakit,
3) Jumlah air yang tersedia tidak cukup, sehingga manusia bersangkutan tak dapat
membersihkan diri,
4) Air sebaga media untuk hidup vector penyakit.
4. Dampak terhadap estetika lingkungan

10
Dengan semakin banyaknya zat organik yang dibuang ke lingkungan perairan,
maka perairan tersebut akan semakin tercemar yang biasanya ditandai dengan bau
yang menyengat disamping tumpukan yang dapat mengurangi estetika lingkungan.
Masalah limbah minyak atau lemak juga dapat mengurangi estetika lingkungan.
2.8 Indikator Pencemaran Air
Indikator yang umum diketahui pada pemeriksaan pencemaran air adalah pH
atau konsentrasi ion hydrogen, oksigen terlarut (Dissolved Oxygen, DO), kebutuhan
oksigen biokimia (Biochemiycal Oxygen Demand, BOD) serta kebutuhan oksigen
kimiawi (Chemical Oxygen Demand, COD).
1. pH atau Konsentrasi Ion Hidrogen
Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH
sekitar 6,5 7,5. Air akan bersifat asam atau basa tergantung besar kecilnya pH. Bila
pH di bawah pH normal, maka air tersebut bersifat asam, sedangkan air yang
mempunyai pH di atas pH normal bersifat basa. Air limbah dan bahan buangan
industri akan mengubah pH air yang akhirnya akan mengganggu kehidupan biota
akuatik.
Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahab pH dan menyukai pH
antara 7 8,5. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan ,
misalnya proses nitrifikasi akan berakhir pada pH yang rendah. Pengaruh nilai pH
pada komunitas biologi perairan dapat dilihat pada table di bawah ini :
Tabel : Pengaruh pH Terhadap Komunitas Biologi Perairan

Nilai pH Pengaruh Umum

6,0 6,5 Keanekaragaman plankton dan bentos sedikit menurun


Kelimpahan total, biomassa, dan produktivitas tidak mengalami perubahan
5,5 6,0 Penurunan nilai keanekaragaman plankton dan bentos semakin tampak
Kelimpahan total, biomassa, dan produktivitas masih belum
mengalami perubahan yang berarti
Algae hijau berfilamen mulai tampak pada zona litoral
5,0 5,5 Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis plankton, perifilton dan
bentos semakin besar
Terjadi penurunan kelimpahan total dan biomassa zooplankton dan bentos
Algae hijau berfilamen semakin banyak
Proses nitrifikasi terhambat
4,5 5,0 Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis plankton, perifilton dan
bentos semakin besar

11
Penurunan kelimpahan total dan biomassa zooplankton dan bentos
Algae hijau berfilamen semakin banyak
Proses nitrifikasi terhambat
Pada pH < 4, sebagian besar tumbuhan air mati karena tidak dapat
bertoleransi terhadap pH rendah. Namun ada sejenis algae yaituChlamydomonas
acidophila mampu bertahan pada pH =1 dan algaeEuglena pada pH 1,6.

2. Oksigen terlarut (DO)


Tanpa adanya oksegen terlarut, banyak mikroorganisme dalam air tidak dapat
hidup karena oksigen terlarut digunakan untuk proses degradasi senyawa organic
dalam air. Oksigen dapat dihasilkan dari atmosfir atau dari reaksi fotosintesa algae.
Oksigen yang dihasilkan dari reaksi fotosintesa algae tidak efisien, karena oksigen
yang terbentuk akan digunakan kembali oleh algae untuk proses metabolisme pada
saat tidak ada cahaya.Kelarutan oksigen dalam air tergantung pada temperature dan
tekanan atmosfir.
Berdasarkan data-data temperature dan tekanan, maka kalarutan oksigen jenuh
dalam air pada 25o C dan tekanan 1 atmosfir adalah 8,32 mg/L.
Kadar oksigen terlarut yang tinggi tidak menimbulkan pengaruh fisiologis bagi
manusia. Ikan dan organisme akuatik lain membutuhkan oksigen terlarut dengan
jumlah cukup banyak. Kebutuhan oksigen ini bervariasi antar organisme. Keberadaan
logam berat yang berlebihan di perairan akan mempengaruhi system respirasi
organisme akuatik,sehingga pada saat kadar oksigen terlarut rendah dan terdapat
logam berat dengan konsentrasi tinggi, organisme akuatik menjadi lebih menderita.
Pada siang hari, ketika matahari bersinar terang, pelepasan oksigen oleh
proses fotosintesa yang berlangsung intensif pada lapisan eufotik lebih besar
daripada oksigen yang dikonsumsi oleh proses respirasi. Kadar oksigen terlarut dapat
melebihi kadar oksigen jenuh, sehingga perairan mengalami supersaturasi.
Sedangkan pada malam hari,tidak ada fotosintesa, tetapi respirasi terus berlangsung.
Pola perubahan kadar oksigen ini mengakibatkan terjadinya fluktuasi harian oksigen
pada lapisan eufotik perairan. Kadar oksigen maksimum terjadi pada sore hari dan
minimum pada pagi hari.
3. Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD)
Dekomposisi bahan organic terdiri atas 2 tahap, yaitu terurainya bahan organic
menjadi anorganik dan bahan anorganik yang tidak stabil berubah menjadi
bahan anorganik yang stabil, misalnya ammonia mengalami oksidasi menjadi nitrit

12
atau nitrat(nitrifikasi). Pada penentuan nilai BOD, hanya dekomposisi tahap pertama
yang berperan,sedangkan oksidasi bahan anorganik (nitrifikasi) dianggap sebagai zat
pengganggu.
Dengan demikian, BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme dalam lingkungan air untuk memecah (mendegradasi) bahan
buangan organic yang ada dalam air menjadi karbondioksida dan air. Pada dasarnya,
proses oksidasi bahan organic berlangsung cukup lama.
Untuk kepentingan praktis, proses oksidasi dianggap lengkap selama 20 hari,
tetapi penentuan BOD selama 20 hari dianggap masih cukup lama. Penentuan BOD
ditetapkan selama 5 hari inkubasi, maka biasa disebut BOD5. Selain memperpendek
waktu yang diperlukan, hal ini juga dimaksudkan untuk meminimumkan pengaruh
oksidasi ammonia yang menggunakan oksigen juga. Selama 5 hari masa inkubasi,
diperkirakan 70% - 80% bahan organic telah mengalami oksidasi.
Jumlah mikroorganisme dalam air lingkungan tergantung pada tingkat
kebersihan air. Air yang bersih relative mengandung mikroorganisme lebih sedikit
dibandingkan yang tercemar. Air yang telah tercemar oleh bahan buangan yang
bersifat antiseptic atau bersifat racun, ]seperti fenol, kreolin, detergen, asam cianida,
insektisida dan sebagainya, jumlah mikroorganismenya juga relative sedikit.
Sehingga makin besar kadar BOD nya, maka merupakan indikasi bahwa perairan
tersebut telah tercemar, sebagai contoh adalah kadar maksimum BOD5 yang
diperkenankan untuk kepentingan air minum dan menopang kehidupan organisme
akuatik adalah 3,0 6,0 mg/L berdasarkan UNESCO/WHO/UNEP,1992.Sedangkan
berdasarkan Kep.51/MENKLH/10/1995 nilai BOD5 untuk baku mutu limbah cair
bagi kegiatan industri golongan I adalah 50 mg/L dan golongan II adalah 150mg/L.
4. Kebutuhan Oksigen Kimiawi (COD)
COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada
dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia baik yang dapat didegradasi secara
biologis maupun yang sukar didegradasi. Bahan buangan organic tersebut akan
dioksidasi oleh kalium bichromat yang digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing
agent) menjadi gas CO2 dan gas H2O serta sejumlah ion chrom.
Jika pada perairan terdapat bahan organic yang resisten terhadap degradasi
biologis, misalnya tannin, fenol, polisacharida dansebagainya, maka lebih cocok
dilakukan pengukuran COD daripada BOD. Kenyataannya hampir semua zat organic

13
dapat dioksidasi oleh oksidator kuat seperti kalium permanganat dalam suasana
asam,diperkirakan 95% - 100% bahan organic dapat dioksidasi.
Seperti pada BOD, perairan dengan nilai COD tinggi tidak diinginkan bagi
kepentingan perikanan dan pertanian. Nilai COD pada perairan yang tidak
tercemar biasanya kurang dari 20 mg/L, sedangkan pada perairan tercemar dapat
lebih dari 200mg/L dan pada limbah industri dapat mencapai 60.000 mg/L.
2.9 Tindakan Pencegahan Dan Pengendalian Pencemaran Air
Pada dasarnya ada tiga cara yang dapat dilakukan dalam rangka pencegahan
pencemaran lingkungan, yaitu:
1. Secara Administratif
Upaya pencegahan pencemaran lingkungan secara administratif adalah
pencegahan pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh pemerintah dengan cara
mengeluarkan kebijakan atau peraturan yang berhubungan dengan lingkungan hidup.
Contohnya adalah dengan keluarnya undang-undang tentang pokok-pokok
pengelolaan lingkungan hidup yang dikeluarkan oleh presiden Republik Indonesia
pada tanggal 11 Maret 1982. Dengan adanya AMDAL sebelum adanya proyek
pembangunan pabrik dan proyek yang lainnya.
2. Secara Teknologis
Cara ini ditempuh dengan mewajibkan pabrik untuk memiliki unit pengolahan
limbah sendiri. Sebelum limbah pabrik dibuang ke lingkungan, pabrik wajib
mengolah limbah tersebut terlebih dahulu sehingga menjadi zat yang tidak berbahaya
bagi lingkungan.
3. Secara Edukatif
Cara ini ditempuh dengan melakukan penyuluhan terhadap masyarakat akan
pentingnya lingkungan dan betapa bahayanya pencemaran lingkungan. Selain itu,
dapat dilakukan melalui jalur pendidikan-pendidikan formal atau sekolah.
Selain itu terdapat beberapa cara mudah antara lain :
1. Gunakan air dengan bijaksana.

2. Kurangi penggunaan deterjen.

3. Kurangi konsumsi obat-obat kimia.

4. Kurangi penggunaan obat nyamuk dan pembasmi serangga.

5. Kurangi penggunaan bahan-bahan yang sulit terurai.

6. Kelola sampah rumah tangga dengan baik.

14
7. Menanam pohon.

8. Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor.

9. Menggalakkan industri daur ulang.

10. Pengelolaan limbah pada industri rumah tangga.

15
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, Dedi, Ratna Muliawati.2013. Pilar Dasar : Ilmu Kesehatan MAsyarakat.


Yogyakarta : Nuha Medika.
Chandra, Budiman. 2012. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.
Kambuaya, Lorens Rinto. Cara Menghitung Kebutuhan Air Bersih.
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/2014/04/cara-menghitung-kebutuhan-air-
bersih.html. Diakses pada 3 Des 2016, pukul 18.30.
Sanim, Bunasor. 2011. Sumber Daya Air dan Kesejahteraan Publik (Suatu Tinjauan
Teoritis dan Kajian Praktis). Jakarta : IPB Press.
Sabarguna, Boy Subirosa, Agus Kharmayana Rubaya. 2011. Sanitasi Air dan Limbah
Pendukung Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Jakarta : Salemba Medika.
Sumatri, Arif. 2015. Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Kencana.
Suprihatin, Ono Suparno. 2013. Tenologi Proses Pengolahan Air. Jakarta : IPB Press.
Sutrisno, C. Totok. 2006. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta : Rineka Cipta.
http://eprints.polsri.ac.id/1530/3/BAB%20II.pdf. Diakses pada 5 Des 2016, pukul 8.45.

16

Anda mungkin juga menyukai