Anda di halaman 1dari 8

ILMU BANTU FILOLOGI

Sebagaimana yang telah diterangkan sebelumnya bahwa filologi merupakan suatu


ilmu yang saling berkaitan dengan ilmu lainnya. Karena dalam kajian filologi memerlukan
ilmu bantu agar dapat memecahkan masalah dalam ilmu filologi. Dalam menjelaskan naskah
ilmu filologi menjadi ilmu bantu bahasa, dimana ilmu bahasa memberikan suatu konteks
pemecahan dalam naskah kuno agar bahasa dalam naskah tersebut bisa dimengerti.
Kemudian para ahli filologi juga dapat menghubungkan beberapa ilmu untuk mendapatkan
hasil yang lebih akurat atau yang lebih mendekati dari makna naskah tersebut.

kemudian dalam proses lainnya filologi merupakan ilmu yang sangat membutuhkan,
karena ilmu filologi sangat berkesinambungan dengan ilmu-ilmu lainnya. Ilmu filologi
merupakan ilmu yang sangat penting karena ilmu filologi di anggap sebagai ilmu bantu untuk
mengungkapkan makna dari naskah-naskah yang ada.

A. Kedudukan filologi diantara ilmu-ilmu yang lain


Filologi memiliki hubungan yang erat dengan objek penelitiannya. Mereka
memiliki hubungan berbandinng lurus dan saling membutuhkan satu sama lain. Hal ini terjadi
apabila kita menyadari bahwa objek kajian dari filologi merupakan naskah-naskah kuno.
Sehingga, filologi membutuhkan bantuan dari ilmu lain untuk memaknai suatu teks
penelitian. Begitu juga dengan ilmu lain yang membutuhkan filologi sebagai ilmu bantu.
B. Ilmu Bantu Filologi
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa filollogi adalah disiplin ilmu yang
membahas mengenai naskah-naskah kuno dan untuk mengkaji naskah-naskah tersebut.
Filologi membutuhkan ilmu-ilmu bantu yang erat kaitannya dengan bahasa dan beberapa
ilmu pendukung baik dari ilmu sosial sampai agama.1
1. Ilmu Linguistik
Linguistik merupakan ilmu tentang bahasa; penyelidikan bahasa secara ilmiah yang
muncul pertama kali pada tahun 1808 dalam majalah ilmiah yang disunting oleh Johan
Severin Vater dan Friedrich Justin Bertuch (Kridalaksana. 2011:114). Sedangkan hubungan
antara filologi dan linguistik tercermin dari objek kajiannya, bahasa. Manakala filologi

1
http://mirzaindie.blogspot.com/2013/07/10/16:24/makalah-filologi-1.html

1
mencari makna dari suatu teks yang pada dasarnya adalah bahasa maka filologi
membutuhkan linguistik sebagai upaya untuk memaknai bahasa masa lampau dengan
berbagai keunikannya.
Kemudian, ada beberapa cabang linguistik yang dipandang dapat membantu filologi
dalam pengkajian naskah. Pertama, etimologi yang berfungsi untuk mempelajari asal muasal
sejarah kata. Kedua, sosiolinguistik merupakan cabang linguistik yang menelaah korelasi dan
saling berpengaruhnya antara perilaku bahasa dan perilaku sosial.
Ketiga, stilistika merupakan ilmu yang mencermati gaya bahasa sastra sehingga filologi akan
terbantu untuk mengetahui berapa usia teks tersebut. Selanjutnya stilistika, yaitu cabang ilmu
linguistik yang menyelidiki bahasa sastra khususnya gaya bahasa, diharapkan dapat
membantu filologi dalam pencarian teks asli atau mendekati aslinya dan dalam penentuan
usia teks. Telah disinggung dalam pembicaraan pengertian filologi bahwa naskah-naskah
yang sampai kepada kita (naskah saksi) mencerminkan adanya tradisi penyalinan yang
longgar, artinya penyalin dapat, mengubah dan mengurangi naskah yang disalinnya apabila
dirasa perlu. Selain itu ,naskah-naskah asli memperlihatkan penyalinan secara horisontal,
penyalinan menggunakan beberapa naskah induk. Hal-hal ini sangat menyulitkan pelacakan
naskah asli dengan menekuni gaya bahasa suatu teks mungkin akan tampak adanya suatu
episode yang memperlihatkan kelainan gaya bahasanya. Besar kemungkinannya bahwa
episode yang demikian itu bukan termasuk teks asli. Selanjutnya pengetahuan stilistika
diharapkan dapat membantu penentuan usia teks. Telah dikemukakan bahwa banyak naskah
lama yang tidak mencantumkan jatah waktu penulisan atau penyalinannya dan nama pengarangnya.
Perbandingan gaya bahasa naskah yang demikian dengan gaya bahasa naskah-naskah yang diketahui usianya
meskipun hanya sekedar perkiraan zaman penulisannya. Dalam sastra Jawa
misalnya, Barahmandapurana yang tanpa menyebut angka tahun penulisan dan nama
penulisnya oleh Poerbatjaraka (dalamBaroroh dkk, 1985: 12) ditempatkan sejaman dengan
Sang Hyang Kamahayanikan atasdasara dhapukanipun saha lelewaning basa struktur dan
gaya bahasanya
2. Pengetahuan Bahasa-Bahasa yang Mempengaruhi Bahasa Teks.
Dalam bidang ini, seorang filolog harus mampu menguasai atau mengetahui bahasa-
bahasa yang sering terdapat dalam naskah kuno yang dapat mempengaruhi suatu teks.
Semisal dalam sebuah naskah kuno dalam ranah Nusantara yang banyak dipengaruhi oleh
bahasa asing. Terutama adalah bahasaSansekerta dan Arab. Kedua bahasa ini akan
memudahkan seorang filolog untuk menguraikan makna suatu naskah nusantara.
2
Semisal bahasa Sansekerta yang banyak dijumpai dalam naskah cerita fiksi atau
berupa epik Ramayana, mahabarata, dan Sang Hyang Kamahayanikan. Sedang dalam
bahasa arab akan kita temui dalam karya melayu kuno seperti karangan Hamzah Fanzuri,
Nuruddin Arraniri, Abdurauf Asssingkeli dan lain-lain. Dalam karya ini, mereka
menggunakan bahasa Arab yang menguraikan banyak hal mengenai agama Islam yang
memiliki bentuk tanpa syakal atau berharokat.
3. Paleografi
Dari beberapa ilmu pendukung dalam pembahassan filologi, paleografi merupakan
ilmu yang wajib dimiliki oleh seorang filolog dikarenakan ilmu ini membahas mengenai
tulisan-tulisan kuno. Sedangkan hubungan antara keduanya adalah pengkajian mengenai
penjabaran tulisan-tulisan kuno baik dalam prasasti, batu atau pun logam. Lebih lanjut,
paleografi akan membantu dalam menentukan waktu dan tempat terjadinya tulisan tersebut.
Hal ini sangat penting karena indikator-indikator yang muncul dari tulisan tersebut akan
memberikan titik terang tentang siapa pengarang tulisan tersebut. Selain itu, hal yang tidak
boleh dilewatkan adalah pengamatan anatomi dari tulisan itu sendiri seperti ukuran, bahan
naskah, tinta, panjang dan jarak baris dalam tulisan.
Dalam sejarah Asia tenggara, ada pula tulisan kuno yang dikembangkan di Nusantara
dulu. Tulisan itu adalah tulisan yang disebut Palawa. Tulisan ini dibagi menjadi 2 ciri, palawa
awal dan palawa lanjut. Palawa awal menunjukkan adanya pengaruh dari India Selatan dan
Sri Langka di abad ke-3 hingga abad ke-5. Sedang palawa lanjut, dimulai pada abad ke-7 dan
8.
4. Ilmu Sastra
Dalam peradaban nusantara banyak sekali karya fiksi yang mengarah kepada karya
sastra. Karya sastra ini lebih didominasi dengan karaya yang bergenre jenaka atau pelipur
lara, berbingkai. Selain itu, ada pula cerita pewayangan yang menggambarkan kisah
kehidupan manusia yang tercermin dari khasanah agama Islam. Tentunya, itu semua
membutuh kan pendekataan yang signifikan untuk mengetahui secara pasti makna dari kisah-
kisah tersebut.
Untuk itu, pendekatan yang dirasa baik dan tepat adalah 4 pendekatan milik Abrams
(1953) oleh Teeuw (1980) yang dianggap oleh Wellek dan Waren sebagai 3 pendekatan
ekstrinsik dan 1 pendikatan intrinsik.
a) Pendekatan Mimetik: Suatu pendekatan yang lebih mengutamakan aspek-aspek
referensial, acuan karya sastra, kaitannya dengan dunia nyata.
3
b) Pendekatan pragmatik: Pendekatan yang mengutamakan respon atau pengaruh suatu
teks terhadap pembaca atau pendengar.
c) Pendekatan ekspresif: Suatu pendekatan yang menitik beratkan penulis karya sastra
sebagai penciptanya yang mengandung banyak arti didalam karyanya terutama dalam
eksperi dan emmosii pengarang.
d) Pendekatan objektif: Pendekatan yang mengkaji naskah tersebut tanpa melihat asal
muasal naskah tersebut.
Akan tetapi, para sastrawan modern mendapati suatu pendekatan yang
disebut pendekatan represif. Pendekatan ini lebih menonjolkan seberapa besar tanggapan
pembaca terhadap karya yang ada.
5. Ilmu Agama
Selain ilmu sastra atau linguistik yang diperlukan dalam memaknai sebuah teks,
seorang filolog pula harus mengetahui seluk-beluk tentang agama yang ada di nusantara.
Seperti Hindu, Budha dan Islam. Mengingat ketiga agama ini banyak mempengaruhi budaya
nusantara. Ddalam masalah ilmu bantu yang satu ini diharapkan seorang filolog dapat
mengkoneksikan hubungan antara pengaruh agama dalam sebuah naskah seperti yang tercitra
dalam naskahBrahmadapura yang menjadi kitab panutan pemeluk agama Hindu.
Lebih lanjut, Dari sejumlah 5.000 naskah Melayu yang telah berhasil dicatat oleh
Ismail Hussein dari perpustakaan dan museum berbagai Negara yang terdiri dari 800 judul,
300 judul diantaranya berupa karya-karya dalam bidang ketuhanan (Baried, 1994:23). Dalam
pernyataan ini menandakan bahwa ilmu tentang agama memiliki peran penting dalam
pengkajian filologi yang nantinya dapat memberikan kontribusi terhadap pemecahan isi dari
suatu naskah.
6. Sejarah Kebudayaan
Penguasaan Sejarah Negara bagi seorang filolog akan membantu dalam meruntutkan
sejarah dan kebudayaan yang telah ada secara runtut dan historis. Melalui sejarah
kebudayaan, kita dapat mengetahui seberapa jauh kebudayaan yang tumbuh dan berkembang
pada waktu itu. Hal ini, sangat berbanding lurus dengan seberapa hebat karya yang mereka
lahirkan.
7. Antropologi
Secara singkat disebutkan bahwa antropologi ialah penyelidikan terhadap manusia
dan kehidupannya (Partanto, 2001:44). Dari pengertian yang ada, maka dapat dikaitkan
dengan filologi bahwa kehidupan manusia tidak bisa lepas dari adanya kebudayaan dan
4
filologi mengkaji salah satu budaya dari manusia yang berbentuk naskah. Dalam hal ini,
antropologi lebih menekankan penelitian bagaimana manusia menyikapi naskah yang telah
ada dari zaman dahulu hingga sekarang.
Kemudian filologi juga bisa dijadikan sebagai ilmu bantu bagi ilmu-ilmu yang lain,
tidak hany filologi yang yang memerlukan ilmu bantu tetapi ilmu-ilmu yang lainnya_pun
memerlukan filologi.
C. Filologi sebagai Ilmu Bantu Bagi Ilmu-Ilmu Lain
Sebuah karya baik sastra atau tidak merupakan cerminan keintelektualan
masyarakatnya. Hal inilah yang berusaha dikaji oleh filologi dalam menelaah tiap naskah
kuno yang ada sebagai objek kajiannya. Hasil penyelidikan ini, dapat pula digunakan untuk
mengamati adat istiadat masyarakat tempo dulu yang bisa digunakan sebagi data pengkajian
ilmu-ilmu lain. Dengan kata lain, filologi menyajikan beberapa data yang telah disortir
berdasarkan kandungan naskah itu sendiri dan mengelompokkannya. Sedang beberapa ilmu
yang menjadikan filologi sebagai ilmu bantu ialah ilmu sejarah, ilmu kebudayaan, ilmu
agama, ilmu adat istiadat, dll.
1. Filologi Sebagai Ilmu Bantu Ilmu Sastra
Diatas tadi telah dijelaskan bahwa karya nusantara sangatlah banyak dan sebagian besar
dari karya yang lahir merupakan karya sastra kuno atau tradisional. Dari karya yang ada,
filologi berperan untuk menelaah lebih dalam tentang kandungan karya tersebut dan
mengelompokkannya dalam sub-bagian yang mempermudah khalayak untuk membacanya.
Dari hal tersebut, para sastrawan yang mumpuni saat ini menggunakannya untuk menyusun
sebuah sejarah sastra atau teori sastra.
2. Filologi Sebagai Ilmu Bantu Sejarah Kebudayaan
Dalam hal ini filologi berperan untuk mengangkat khazanah atau suri tauladan ruhaniyah
nenek moyang yang termaktub dalam sebuah naskah baik berupa adat istiadat, kesenian
ataupun kepercayaan. Nantinya, hal ini akan menjadi bahan pembelajaran bagi ilmu sejarah
kebudayaan. Dalam perjalanannya, beberapa kebudayaan telah punah atau hilang karena
tidak ada penerus dalam pelaksanaannya.Maka, filologi dianggap penting untuk membatu
ilmu ini untuk mengungkap khazanah kuno yang masih terendap dalam naskah.
3. Filologi sebagai Ilmu Bantu Sejarah
Fungsi utama filologi dalam ilmu ini ialah pendukung atau rujukan sebuah fakta baru.
Rujukan yang dimaksud disini adalah terungkapnya sebuah karya yang memuat suatu
penjelasann tentang suatu daerah atau benda. Semisal, ditemukannya Negarakretagama,
5
Babad Tanah Jawi, Pararaton dan sebagainya. Naskah-naskah yang ada ini akan dijadikan
sebuah petunjuk untuk mencari tahu kehidupan masa lampau di Nusantara, sekaligus menjadi
rujukan primer. Naskah-naskah Nusantara yang oleh pendukungnya dipandang berisi teks
sejarah jumlahnya cukup banyak, misalnya Negarakretagama, Pararaton (Jawa Kuna), Babad
Tanah Jawi, Babad Dipenegara (Jawa Baru), Sejarah Melayu, Hikayat Raja-raja Pasai,
Hikayat Aceh, dan Hikayat Banjar (Melayu). Suntingan naskah-naskah jenis ini, terutama
yang melalui proses pengkajian filologis, dapat dimanfaatkan sebagai sumber sejarah setelah
diuji berdasarkan sumber-sumber lain (sumber asing, prasasti, dan sebagainya) atau setelah
diketahui sifat-sifatnya. Biasanya bagian yang bersifat historis hanyalah bagian-bagian yang
melukiskan peristiwa-peristiwa yang sezaman dengan penulisnya. Itupun banyak yang
penyajiannya diperhalus, yaitu apabila peristiwanya dipandang dapat mengurangi nama baik
raja yang sedang berkuasa. Meskipun demikian, teks-teks semacam itu sangat bermanfaat
untuk melengkapi informasi sejarah yang terdapat di dalam sumber-sumber lain, misalnya
batu nisan, prasasti, dan candi. Informasi sejarah dalam batu nisan Sultan Malikus-Salih di
Samudra Pasai (Aceh) tidak akan berbicara banyak sekiranya tidak ditemukan naskah
Hikayat Raja-raja Pasai dan Sejarah Melayu. Ilmu sejatrah dapat juga memanfaatkan
suntingan teks jenis lain, bukan jenis sastra sejarah, khususnya teks-teks lama yang dapat
memberikan informasi lukisan kehidupan masyarakat yang jarang ditemukan dalam sumber-
sumber sejarah di luar sastra. Dalam sastra Melayu, misalnya Hikayat Abdullah, banyak
memberikan kritik tajam terhadap kehidupan feodal. Dalam sastra undang-undang Melayu,
juga dapat kita gali gambaran kehidupan masyarakat. Dalam sastra Jawa, terdapat Serat
Wicara Keras. Seperti yang terlihat dari arti judulnya, bicara keras, teks ini memberikan
kritik tajam terhadap kehidupan masyarakat Surakarta pada waktu itu.2

2
http://www.srcibd.com/doc/2013/07/10/16:56/Filologi_Sebagai_Ilmu_Bantu_Ilmu_Sejarah

6
Kesimpulan

Filologi dan ilmu-ilmu yang bersangkutan dengan naskah pasti memiliki hubungan
timbal balik dan saling membutuhkan. Dalam kajian penelitian filologi, para filolog harus
menguasai ilmu-ilmu yang bersangkutan dengan teks yang akan di telaah. Dalam penelitian
ilmu-ilmu lainnya, para ilmuwan juga harus menguasai filologi agar dapat mendapat sumber
yang dekat dengan kebenaran.

Ilmu bantu yang di pakai oleh para filolog dalam penelitiannya ialah Ilmu Sejarah,
Ilmu Sastra, Ilmu Budaya, Agama, Lingguistik, Paleografi, dan Antopologi. Filologi juga
menjadi ilmu bantu dalam pengkajian sastra, sejarah, budaya, agama, dan lain-lain

7
Pertanyaan

1. Mengapa filologi dijadikan ilmu bantu dalam ilmu sejarah?

Jawab

1. Karena filologi merupakan suatu ilmu yang dapat mengungkapkan mambantu ilmu
sejarah. Ilmu filologi dapat mengungkapkan isi dari sebuah naskah yang berikan
tentang sejarah atau kebudayaan masa lampau dengan demikian ilmu sejarah dapat
lebih mengkaji dari apa yang telah dijelaskan oleh ilmu filologi tersebut. Filologi juga
merupakan suatu ilmu yang mendasarkan kerjanya pada bahan tertulis dan bertujuan
untuk mengungkapkan makna teks tersebut dalam segi kebudayaannya. Teks klasik
dikaji karena menyimpan hasil budaya cetusan pikiran masyarakat dahulu. Dengan
demikian, ilmu ini diperlukan untuk mengungkap sebuah misteri sejarh dari
peninggalan kuno yang berupa tulisan. Kemudian dapat disimpulkan bahwasanya
ilmu sejarah tidak akan bisa mengungkapkan misteri dalam sebuah naskah tanpa
adanya bantuan dari ilmu filologi, dengan demikian ilmu filologi sangat berkaitan erat
dengan ilmu sejarah.

Rencana Naskah.

Judul naskah: Hikayat Syah Mardan.

Kepemilikan: Perpustakaan Nasional RI.

Bahasa: Bahasa Melayu, aksara Arab.

Jenis kertas: Kertas Eropa.

Isi naskah: Cerita tentang kehidupan Syah Mardan dan muridnya.

Anda mungkin juga menyukai