Anda di halaman 1dari 5

Tugas Take Home Pengganti UTS

Disusun untuk memenuhi Tugas UTS Psikodiagnotika I

Disusun Oleh

Risdi Suyanto (16081209)

Kelas R3 Psikologi

JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI


UNIVERSITAS MERCUBUANA YOGYAKARTA
2017
SOAL

1. Teori-teori inteligensi dapat digolongkan menjadi 3, yaitu teori-teori yang


berorientasi pada faktor tunggal, teori-teori yang berorientasi pada dua faktor,
dan teori-teori yang berorientasi pada faktor ganda. Menurut Anda, orientasi
manakah yang paling tepat untuk menjelaskan inteligensi? Jelaskan
alasannya! (40 poin)
2. Pilihlah teori inteligensi dari salah satu tokoh psikologi dan berikan kritikan
Anda terhadap teori tersebut! (30 point)
3. Di dalam tes inteligensi, kita mengenal adanya norma tes.
a) Sebenarnya apakah yang dinaksud dengan norma? (10 poin)
b) Mengapa skor mentah yang dihasilkan dari sebuah tes tidak akan berarti
tanpa norma? Jelaskan dan berikan contoh! (20 poin)

JAWABAN :

1. Menurut saya, orientasi yang paling tepat untuk menjelaskan inteligensia


adalah teori intelegensi yang berorientasi pada factor ganda. Mengapa?
Karena dalam teori ini menggabungkan antara potensi-potensi otak kanan dan
otak kiri sehingga potensi-potensi tersebut dapat berjalan optimal. Teori ini
pertama kami dicetuskan oleh Howard Gardner yang mana beliau membagi
menjadi 8 jenis kecerdasan antara lain :

a. Verbal/Linguistic Intelligence : kecerdasan linguistik merupakan


kecerdasan yang berhubungan dengan membaca, menulis, berbicara, dan
berkomunikasi.

b. Logical/mathematical Intelligence : kemampuan yang berkaitan dengan


penggunaan bilangan dan logika secara efektif. Anak yang memiliki
intelegensi matematis- logis menonjol, dapat dengan mudah melakukan
tugas memikirkan sistem-sistem yang abstrak, seperti matematika dan
mudah belajar berhitung, kalkulus, dan bermain dengan angka.

c. Visual/Spatial Intelligence kemampuan untuk menangkap dunia ruang-


visual secara tepat, seperti dimiliki para pemburu, arsitek, navigator, dan
dekorator. Juga kepekaan terhadap keseimbangan, relasi, warna, garis,
bentuk, dan ruang.

d. Bodily/kinesthetic Intelligences : kemampuan menggunakan tubuh atau


gerak tubuh untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan seperti ada pada
aktor, atlet, penari, pemahat, dan ahli bedah.
e. Musical/Rhythmic Intelligence : kemampuan untuk mengembangkan,
mengekspresikan,dan menikmati bentu-bentuk musik dan suara. Termasuk
kepekaan akan ritme, melodi, dan intonasi, kemampuan memainkan alat
musik, kemampuan menyanyi, mencipta lagu, dan kemampuan menikmati
lagu, musik, dan nyanyian

f. Interpersonal Intelligence : kemampuan untuk mengerti dan menjadi


peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak, temperamen orang lain.
Kemampuan untuk menjalin relasi dan komunikasi dengan berbagai orang.

g. Intrapersonal Intelligence : kemampuan yang berkaitan dengan


pengetahuan akan diri sendiri dan kemampuan untuk bertindak secara
adaptatif berdasar pengenalan diri.

h. Naturalist Intelligence : kemampuan untuk dapat mengerti flora dan


fauna dengan baik. Kemampuan untuk memahami dan menikmati alam,
dan menggunakan kemampuan itu secara produktif dalam berburu, bertani,
dan mengembangkan pengetahuan akan alam.

Dari penjabaran 8 jenis pembagian tersebut, dapat diketahui bahwa teori


intelegensia lebih mampu mengeksplorasi semua kecerdasan manusia baik
potensi yang ada dalam otak kiri dan kanan. Selain itu seseorang memiliki
tidak hanya memiliki satu kecerdasan tetapi lebih yaitu disebut juga
multiple intelligences atau kecerdasan ganda yang mana menurut Gardner
mempunyai 8 jenis pembagian yang mana komponen tersebut dapat
dioptimalkan melalui latihan-latihan.

2. Teori Dua Faktor (Charles Spearman)

Teori dua factor (the two-factor theory), yang dikembangkan oleh Charles
Spearman (seorang psikolog Inggris) mendasarkan teorinya pada analisis
factor inteligensi, ia berupaya mendeskripsikan struktur inteligensi ke dalam
satu atau lebih kemampuan yang berdiri sendiri melalui analisis faktor yang
membangun konstruk kemampuan. Menurut Spearman, kecerdasan ialah
kemampuan umum untuk berpikir dan menimbangyang mengandung dua
komponen kualitatif yaitu :

a. Edukasi relasi, kemampuan untuk menerapkan hubungan dasar yang


berlaku antar dua hal
b. Edukasi korelasi, kemampuan untuk menerapkan hubungan dasar yg telah
ditemukan dalam edukasi relasi sebelumnya kedalam situasi baru.

Spearman membagi inteligensi menjadi dua faktor utama yaitu:


a. Faktor G, yang mencakup semua kegiatan intelektual dan dimiliki oleh
setiap orang dalam berbagai derajat tertentu. Menurut Spearman, suatu
faktor umum yang sama berdasarkan hasil pengukuran yang dihasilakan
dari interkorelasi positif tes inteligensi disebut sebagai faktor g. Faktor ini
terdapat pada semua individu, tetapi berbeda satu dengan yang lainnya
(mendasari semua perilaku orang). Faktor ini selalu didapati dalam semua
performance.

b. Faktor S, yang mencakup berbagai faktor khusus tertentu yang relevan


dengan tugas tertentu. Menurut Spearman, faktor spesifik dan hanya
diungkap oleh tes tertentu inilah yang disebut sebagai faktor s. Faktor ini
merupakan faktor yang khusus mengenai bidang tertentu (berfungsi pada
perilaku-perilaku khusus saja). Dengan demikian, maka jumlah faktor ini
banyak, misalnya ada S1, S2, S3, dan sebagainya sehingga kalau pada
seseorang s factor dalam bidang tertentu dominan, maka orang itu akan
menonjol dalam bidang tersebut.

Kritik untuk teori ini adalah terkadang kedua faktor di atas terkadang saling
tumpang-tindih dan terkadang pula terlihat berbeda. Faktor G lebih banyak
mewakili segi genetis dan faktor S lebih banyak diperoleh melalui latihan
dan pendidikan. Namun yang lebih sering ialah intelegensi hanya berisi
factor G saja. Selain itu di dalam teori ini tidak ada kekomplekan tingkah
laku mental yang spesifik

3. Norma tes

a. Yang dimaksud dengan norma adalah penyebaran skor-skor dari suatu


kelompok yang digunakan sebagai patokan untuk memberi makna pada
skor-skor individu. Norma digunakan untuk membantu memperlancar
interpretasi oleh pengguna tes. Secara kasarnya norma adalah batas.

b. Mengapa skor mentah yang dihasilkan dari sebuah tes tidak akan berarti
tanpa norma karena dalam hal ini skor mentah tidak akan ada arti apa-apa
dan tidak ada maknanya sehingga dibutuhkan norma agar skor mentah
tersebut dapat bermakna dengan kata lain skor mentah diubah menjadi
ukuran relatif. Skor-skor yang diturunkan ini dirancang untuk melayani
dua fungsi berikut:

1) Skor-skor ini menunjukkan sikap posisi relatif individual dalam sempel


normatif dan dengan demikianmemungkinkan satu evaluasi tentang
kinerjannya dalam acuan pada orang-orang lain.

2) Skor-skor ini memberikan ukuran yang dapat dibandingkan yang


memungkinkan perbandingan langsung dari kinerja individu pada
berbagai tes.

Sebagai contohnya :

Jika seorang anak perempuan mendapat sekor mentah 40 pada sebuah tes
kosakata dan sekor mentah 22 pada tes penalaran aritmetik, jelas kita tidak
mengetahui apapun tentang kinerja relatifnya pada dua tes. Apakah ia lebih
baik pada kosakata atau dalam aritematika, atau sama baiknya dalam kedua
bidang itu? Oleh karena itu skor-skor mentah pada tes yang berada
biasanya diungkapkan dalam unit-unit yang berbeda, maka sebuah
perbandingan langsung dari sekor-sekor tersebut mutahil dilakukan

Anda mungkin juga menyukai