PENDAHULUAN
1
PEMBAHASAN
4 dimensi pertama merupakan atribut kualitas yang penting, tetapi sulit untuk diukur.
Kinerja mengacu pada konsistensi dan seberapa baik fungsi-fungsi sebuah produk.
Dalam jasa, prinsip tidak tidak tepisahkan (Inseparability Principle) mengandung arti
bahwa jasa dilakukan secara langsung dihadapan pelangan.
Dengan demikian, perbaikan kualiatas berarti perbaikan satu atau lebih dari 8
2
dimensi tersebut diatas sambil tetap mempertahankan kinerja dimensi lainnya.
Menyediakan produk yang lebih baik kualitasnya daripada pesaing berarti
mengungguli produk pesaing setidaknya satu dimensi sementara kinerja dimensi
lainnya tetap setara.
3
2. Biaya penilaian (Appraisal Cost)
Terjadi unutk menentukan apakah produk dan jasa telah sesuai dengan
persyaratan atau kebutuhan pelanggan.Contoh : biaya pemerikasaan dan pengujian
bahan baku, pemerikasaan kemasan, pengawasan kegiatan penilaian, penerimaan
produk, penerimaan proses, peralatan pengukuran (pemerikasaan dan pengujian) dan
pengesahan dari pihak luar.
3. Biaya kegagalan internal (Internal Failure Cost)
Terjadi karena produk dan jasa yang diinginkan tidak sesuai dengan spesifikasi
kebutuhan pelanggan. Ketidaksesuaian ini dideteksi sebelum dikirim kepihak luar. Ini
adalah kegagalan yang dideteksi oleh kegiatan penilaian.
4. Biaya kegagalan eksternal (Eksternal Failure Cost)
Terjadi karena produk dan jasa yang dihasilkan gagal memenuhi persyaratan atau
tidak memuaskan kebutuhan pelanggan setelah produk disampaikan kepada
pelanggan.
4
penjualan dan pangsa pasar.
3. Fungsi Kerugian Kualitas Taguchi (Taguchi Quality Loss Function)
Fungsi ini mengasumsikan bahwa biaya kualitas yang tersembunyi hanya terjadi
atas unit-unit yang menyimpang dari batas spesifikasi atas dan bawah.
Dimana setiap penyimpangan dari nilai target suatu karakteristik kualitas dapat
menimbulakn biaya kualitas yang tersembunyi.
Sehingga biaya kualitas yang tersembunyi dapat meningkat secara kuadrat pada
saat nilai aktual menyimpang dari nilai target. Persamaan Taguchi :
L(y) = k (y T)2
Keterangan :
k = Konstanta proporsionalitas yang besarnya bergantung pada struktur biaya
kegagalan eksternal perusahaan.
y = Nilai aktual dari karakteristik kualitas.
T = Nilai target dari karakteristik kualitas.
L = Kerugian kualitas
5
dengan menampilkan biaya biaya kualitas sebagai persentase dari penjualan aktual.
A. Fungsi Biaya Kualitas : Pandangan Kualitas yang Dapat Diterima
Pandangan kualitas yang dapat diterima mengasumsikan terdapat perbandingan
terbalik antara biaya pengendalian dan biaya kegagalan. Ketika biaya pengendalian
meningkat, biaya kegagalan seharusnya menurun. Selama penurunan biaya kegagalan
lebih besar daripada kenaikan biaya pengendalian, perusahaan harus terus
meningkatkan usahanya untuk mencegah atau mendeteksi unit unit yang tidak sesuai.
Pada akhirnya akan dicapai suatu titik dimana kenaikan tambahan biaya dalam
upaya tersebut menimbulkan biaya yang lebih besar daripada penurunan biaya
kegagalan. Titik ini mewakili tingkat minimum dari total biaya kualitas. Hal ini
merupakan perbandingan optimal antara biaya pengendalian dan biaya kegagalan,
serta mendefinisikan apa yang dikenal sebagai tingkat kualitas yang dapat diterima
(acceptable quality level - AQL).
B. Fungsi Biaya Kualitas : Pandangan Cacat-Nol
Dalam pengertian klasik, produk dikatakan cacat, bila kualitasnya di luar batas
toleransi karateristik kualitas. Biaya kegagalan timbul hanya jika produk tidak sesuai
spesifikasi. Selain itu, terdapat perbandingan terbalik optimal antara biaya kegagalan
dan biaya pengendalian.
Pada akhir tahun 1970-an, model cacat nol (zero - defects model) menentang
model AQL karena model cacat nol menyatakan bahwa dengan mengurangi unit cacat
hingga nol maka akan diperoleh keunggulan biaya. Perusahaan dengan semakin
sedikit produk cacat akan lebih kompetitif relatif daripada perusahaan dengan model
AQL tradisional. Pertengahan tahun 1980-an, model cacat nol disempurnakan dengan
model kualitas kokoh (robust quality model), yang menentang AQL. Menurut
pandangan ini penyimpangan dari spesifikasi ideal adalah merugikan dan batas
toleransi spesifikasi tidak menawarkan manfaat apapun, bahkan menipu.
Model cacat nol menekankan pada biaya kualitas dan potensi penghematan dari
upaya yang lebih besar untuk meningkatkan kualitas. Model kualitas kokoh
menentang definisi unit cacat, menyempurnakan pandangan terhadap biaya kualitas,
mengintensifkan upaya perbaikan kualitas. Perusahaan yang berupaya mencapai
6
kondisi cacat nol atas produk mereka ( kondisi dengan toleransi nol ), dapat
mengkapitalisasi kualitas dengan menurunkan jumlah unit cacat sambil menekan total
biaya kualitas.
Tingkat optimal dari biaya kualitas ialah keadaan di mana produk-produk yang
diproduksi memenuhi nilai target. Upaya untuk mencapai nilai target menciptakan
sebuah dunia kalitas dinamis, berlawanan dengan dunia kualitas statis AQL.
C. Manajemen Berbasis Kegiatan Dan Biaya Kualitas Optimal
Manajemen berbasis kegiatan (ABM) mengklasifikasikan berbagai kegiatan
sebagai bernilai tambah, serta tidak bernilai tambah, dan hanya mempertahankan
kegiatan yang bernilai tambah. Prinsip ini diaplikasikan pada kegiatan berkaitan
dengan kualitas. Biaya kegagalan, penilaian, dan biaya-biaya yang tudak
menghasilkan nilai tambah harus dihilangkan.
ABM mendukung pandangan cacat nol robust, di mana tidak ada perbandingan
terbalik optimal antara biaya kegagalan dan biaya pengendalian; biaya kegagalan
tidak menghasilkan nilai tambah, sehingga harus dikurangi hingga nol. Beberapa
biaya pengendalian juga tidak memberikan nilai tambah, sehingga juga harus
dihilangkan.
Sedangkan untuk biaya pengendalian yang memberikan nilai tambah mungkin
dijalankan namun tidak efisien, dan biaya untuk kegiatan tidak efisien dianggap tidak
bernilai tambah, sehingga biaya untuk kategori ini juga dapat dikurangi menjadi lebih
rendah.
D. Analisis Tren
Laporan biaya kualitas menunjukkan jumlah dan distribusi biaya kualitas di
antara 4 kategori yaitu:
1. Biaya pencegahan
2. Penilaian
3. Kegagalan internal
4. Kegagalan eksternal
Sehingga menunjukkan peluang untuk perbaikan kualitas. Perubahan biaya kualitas
dari waktu ke waktu dapat digambarkan oleh grafik tren atau biasanya disebut laporan
7
tren kualitas multi-periode.
8
kuantitas fisik, maka kita memperoleh ukuran produksitivitas operasional (operational
productivity measure).
Jika output dan input dinyatakan dalam dolar, maka kita memperoleh ukuran
produktivitas keuangan (financial productivity measure).
Ukuran-Ukuran Parsial dan Pengukuran Perubahan Efesiensi Produktif, Rasio
Produktivitas tenaga kerja sebesar tiga mesin per jam adalah ukuran produktivitas
Ladd Lighting pada tahun 2007, rasio tersebut menunjukkan sedikit informasi
mengenai efesiensi produktif atau apakah produktivitas perusahaan telah meningkat
atau menurun.
Namun, dapat juga dibuat laporan mengenai peningkatan atau penurunan.
Efesiensi produktivitas melalui pengukuran perubahan dalam produktivitas. Untuk
mengukur perubahan dalam produktivitas, ukuran prroduktivitas yang aktual berjalan
dibandingkan dengan ukuran produktivitas periode sebelumnya.
Periode sebelumnya ini disebut periode dasar (base period) dan menjadi acuan
atau standar bagi pengukuran perubahan efesiensi produktif. Periode sebelumnya
dapat ditentukan secara bebas. Misalnya, tahun sebelumnya, minggu sebelumnya,
atau bahkan periode di mana batch produk terakhir diproduksi.
Untuk evaluasi strategis, periode dasar yang biasanya dipilih adalah tahun
sebelumnya. Untuk pengendalian operasional, periode dasar cenderung mendekati
periode berjalan-seperti batch produk terakhir atau minggu sebelumnya.
9
lainnya.
Trade-off seperti itu di perlukan jika biaya secara keseluruhannya turun, tetapi
pengaruh tersebut akan hilang jika digunakan ukuran parsial masing-masing.
Misalnya, mengubah proses agar tenaga kerja langsung menggunakan lebih sedikit
waktu untuk merakit sebuah produk mungkin akan meningkatkan sisa bahan baku dan
limbah produksi sementara output totalnya tidak berubah. Dalam hal ini, produktivitas
tenaga kerja meningkat, tetapi produktivitas penggunaan bahan baku menurun.
Jika kenaikan biaya sisa bahan baku dan limbah produksi melebihi penghematan
dari pengurangan tenaga kerja, maka produktivitas secara keseluruhan menurun.
10
Aturan Keterkaitan dengan Laba (Profit-Linkage Rule): untuk periode berjalan,
hitunglah biaya input yang seharusnya digunakan dalam keadaan tanpa adanya
perubahan produktivitas dan bandingkan biaya tersebut dengan biaya input aktual
yang digunakan.
Selisih biayanya adalah sejumlah perubahan laba yang disebabkan oleh perubahan
produktivitas. Untuk mengaplikasikan aturan ini, input yang seharusnya digunakan
selama periode berjalan dalam keadaan tanpa perubahan produktivitas harus
dihitung terlebih dahulu.
11
cacat maka lebih sedikit tenaga kerja dan bahan yang digunakan untuk menghasilkan
output yang sama.
Penurunan jumlah unit cacat memperbaiki kualitas, sementara pengurangan
jumlah output yang digunakan meningkatkan produktivitas.
Oleh karena sebagian besar peningkatan kualitas mengurangi jumlah sumber daya
yang digunakan untuk memproduksi dan menjual output perusahaan, maka
kebanyakan peningkatan kualitas secara umum akan tercermin pada ukuran - ukuran
produktivitas.
Namun, ada juga cara - cara lain untuk meningkatkan produktivitas. Sebuah
perusahaan mungkin saja memproduksi barang dengan sedikit atau tanpa cacat akan
tetapi masih menjalankan proses yang tidak efisien.
12
Setiap bauran input untuk memproduksi output tertentu, dimana tidak ada satupun
input yang digunakan melebihi yang diperlukan guna menghasilkan yang namanya
output. Melirik dari bauran yang ada di point pertama, dipilih bauran dengan biaya
yang paling rendah.
Kondisi pada point pertama diatas tersebut digerakkan oleh hubungan teknis dan
karenanya sering disebut dengan istilah Efisiensi Teknis atau Technical Efficiency.
Berbeda dengan kondisi yang pertama, kondisi yang ada pada point dua diatas lebih
pada digerakkan oleh hubungan relative dari harga input, maka dari itu kondisi ini
sering mendapat istilah Efisiensi Trade-Off input atau Input Trade-Off Efficiency.
BAB III
KESIMPULAN
Biaya kualitas merupakan biaya yang bisa lebih besar dari estimasi karena
13
kurang pengetahuannya seorang menejer dalam menganalisis biaya kualitas. Dengan
mempelajari dan mengaplikasikan system informasi biaya kualitas, diharapkan
seorang manajer nantinya mampu mengestimasi biaya kualits dengan baik. Dalam
suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi akan lebih efisien biaya jika
seorang manager / akuntannya sudah mampu menelusuri biaya kualitas yang
tersembunyi maupun yang tidak tersembunyi.
Informasi biaya kualitas dapat berguna untuk seorang manajer dalam
pengambilan keputusan, mengevaluasi kinerja program peningkatan kualitas secara
menyeluruh dan membantu perbaikan berbagai keputusan manajerial. Karena begitu
pentingnya biaya kualitas wajib bagi sebuah perusahaan untuk menelunsuri biaya
kualitasnya.
Selain daripada pentingnya biaya kualitas persahaan juga harus memperhatikan
hubungan output maupun input dalam sebuah kegiatan produktivitas. Karena akan
mempengaruhi harga, laba usaha, dan insentif bagi karyawan. Agar mencapai
ketiga tersebut perusahaan harusmemenuhi hubungan efisiensi trade-off input. Apbila
tercapai efisiensi trade-off input maka akan terpacu pula efisiensi produktif total.
Dengan adanya kombinasi antara biaya kualitas dan produktifitas maka
perusahaan akan mampu mengalokasikan biaya-biaya secara efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Don R. Hansen and Maryanne. Mowen. Akuntansi Manajerial. Jilid dua. Edisi
kedelapan. Salemba Empat, Jakarta 2011.
www.academia.edu/4551616/Biaya_kualitas_dan_produktifitas
14