Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat dan keadaan perekonomian
duniapun dapat berubah dengan intensitas yang cukup tinggi, di mana hal ini baik
secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi keadaan dan eksistensi sebuah
perusahaan. Pimpinan perusahaan harus mengikuti perkembangan zaman dan
perubahan yang terjadi pada segala aspek di lingkungan perusahaan sehingga mampu
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Di samping itu pihak manajemen
perusahaan harus mampu mengindikasikan dengan akurat kompetisi yang terjadi di
pasar dan bagaimana strategi yang harus diterapkan oleh perusahaan untuk
memenangkan persaingan tersebut. Kesemuanya itu telah menyadarkan para
pimpinan perusahaan bahwa hanya perusahaan yang dikelola dengan sangat baik yang
dapat berkembang dengan baik dalam lingkungan yang stabil dan menguntungkan.
Pada era krisis ekonomi ini perilaku konsumen menjadi lebih rasional dan cermat,
mereka lebih mengutamakan nilai (value) dari produk yang mereka beli.
Nilai (value) merupakan perbandingan antara keuntungan (benefit) dan biaya yang
harus dikeluarkan oleh konsumen untuk menikmati manfaat dari produk tersebut.
Dalam rangka menyediakan nilai bagi konsumen perusahaan perlu mengembangkan
produk yang benar-benar bernilai, artinya produk tersebut tidak hanya memenuhi
selera konsumen melainkan juga harus tersedia harga yang layak dan terjangkau oleh
konsumen yang menjadi pangsa pasar perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana menjelaskan konsep tentang biaya kualitas?
2. Bagaimana menjelaskan konsep tentang produktivitas?
3. Bagaimana menjelaskan pengukuran, pelaporan, dan pengendalian biaya
kualitas dan produktivitas?
1.3 Tujuan
1. Untuk menjelaskan konsep tentang biaya kualitas
2. Untuk menjelaskan konsep tentang produktivitas
3. Untuk menjelaskan pengukuran, pelaporan, dan pengendalian biaya kualitas
dan produktivitas
BAB II

1
PEMBAHASAN

2.1 Pengukuran Biaya Kualitas


Peningkatan kualitas dapat meningkatkan profitabilitas melalui dua cara, seperti :
dengan meningkatkan pelanggan atau menghemat biaya biaya.
Peningkatan kualitas dapat menghasilkan peningkatan yang berarti dalam
profitabilitas dan efisiensi perusahaan secara keseluruhan. Kualitas telah menjadi
dimensi kompetitif yang penting bagi perusahaan manufaktur maupun jasa, juga bagi
usaha kecil dan usaha besar.

2.1.1 Definisi Kualitas


Pengertian kualitas (kamus) adalah derajat atau tingkat kesempurnaan. Dalam
hal ini, kualitas adalah ukuran relatif dari kebaikan (Goodness). Harapan pelanggan
dapat digambarkan melalui atribut atribut kualitas yang sering disebut dengan dimensi
kualitas. Jadi produk atau jasa yang berkualitas adalah yang memenuhi atau melebihi
harapan pelanggan dalam 8 dimensi berikut :
1. Kinerja (Performance)
2. Estetika (Aesthetics)
3. Kemudahan perawatan dan perbaikan (Serviceability)
4. Fitur (Features)
5. Keandalan (Reliability)
6. Tahan lama (Durability)
7. Kualitas kesesuaian (Quality of Conformance)
8. Kecocokan penggunaan (Fitness for Use)

4 dimensi pertama merupakan atribut kualitas yang penting, tetapi sulit untuk diukur.
Kinerja mengacu pada konsistensi dan seberapa baik fungsi-fungsi sebuah produk.
Dalam jasa, prinsip tidak tidak tepisahkan (Inseparability Principle) mengandung arti
bahwa jasa dilakukan secara langsung dihadapan pelangan.
Dengan demikian, perbaikan kualiatas berarti perbaikan satu atau lebih dari 8

2
dimensi tersebut diatas sambil tetap mempertahankan kinerja dimensi lainnya.
Menyediakan produk yang lebih baik kualitasnya daripada pesaing berarti
mengungguli produk pesaing setidaknya satu dimensi sementara kinerja dimensi
lainnya tetap setara.

2.1.2 Definisi Biaya Kualitas


Kegiatan yang berhubungan dengan kualitas adalah kegiatan yang dilakukan
karena mungkin atau telah terdapat kualitas yang buruk. Biaya-biaya untuk
melakukan kegiatan-kegiatan tersebut disebut biaya kualitas. Biaya kualitas (Cost of
Quality) adalah biaya-biaya yang timbul karena mungkin atau telah terdapat produk
yang buruk kualitasnya. Definisi ini mengimplikasikan bahwa biaya kualitas
berhubungan dengan 2 sub kategori dari kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
kualitas, antara lain :
1. Kegiatan pengendalian (Control Activities)
Kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk mencegah atau mendeteksi
kualitas yang buruk (karena kualitas yang buruk mungkin terjadi). Jadi, kegiatan
pengendalian terdiri dari kegiatan-kegiatan pencegahan dan penilaian.
2. Biaya pengendalian (Control Cost)
Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan kegiatan pengendalian.
3. Kegiatan karena kegagalan (Failure Activities)
Dilakukan oleh perusahaan atau oleh pelanggannya untuk merespon kualitas yang
buruk (kualitas buruk memang telah terjadi). Biaya kegagalan (failure cost) adalah
biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan karena telah terjadinya kegiatan karena
kegagalan.
Definisi mengenai kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan kualitas juga
menunjukkan 4 kategori biaya kualitas, antara lain :
1. Biaya pencegahan (Preventional Cost)
Biaya ini digunakan untuk mencegah kualitas yang buruk pada produk atau jasa
yang dihasilkan. Sejalan dengan peningkatan biaya pencegahan, kita mengharapkan
biaya kegagalannya turun.

3
2. Biaya penilaian (Appraisal Cost)
Terjadi unutk menentukan apakah produk dan jasa telah sesuai dengan
persyaratan atau kebutuhan pelanggan.Contoh : biaya pemerikasaan dan pengujian
bahan baku, pemerikasaan kemasan, pengawasan kegiatan penilaian, penerimaan
produk, penerimaan proses, peralatan pengukuran (pemerikasaan dan pengujian) dan
pengesahan dari pihak luar.
3. Biaya kegagalan internal (Internal Failure Cost)
Terjadi karena produk dan jasa yang diinginkan tidak sesuai dengan spesifikasi
kebutuhan pelanggan. Ketidaksesuaian ini dideteksi sebelum dikirim kepihak luar. Ini
adalah kegagalan yang dideteksi oleh kegiatan penilaian.
4. Biaya kegagalan eksternal (Eksternal Failure Cost)
Terjadi karena produk dan jasa yang dihasilkan gagal memenuhi persyaratan atau
tidak memuaskan kebutuhan pelanggan setelah produk disampaikan kepada
pelanggan.

2.1.3 Mengukur Biaya Kualitas


Biaya kualitas dapat diklasifikasikan sebagai biaya yang dapat diamati atau
tersembunyi. Biaya kualitas yang dapat diamati (Observable Quality Cost) adalah
biaya-biaya yang tersedia atau dapat diperoleh dari catatan akuntansi perusahaan.
Biaya kualitas yang tersembunyi (hidden quality cost) adalah biaya kesempatan
(opportunity) yang terjadi karena kualitas yang buruk.
Ada 3 metode yang disaranakan untuk mengestimasi biaya kualitas yang
tersembunyi, antara lain :
1. Metode Pengali (Multiplier Method)
Metode ini, mengasumsikan bahwa total biaya kegagalan adalah hasil pengali dari
biaya-biaya kegagalan yang terukur.

Total Biaya Kegagalan Eksternal = k (biaya kegagalan eksternal yang terukur)

2. Metode Penelitian Pasar (Market Research Method)


Metode ini digunakan untuk menilai dampak kualitas yang buruk terhadap

4
penjualan dan pangsa pasar.
3. Fungsi Kerugian Kualitas Taguchi (Taguchi Quality Loss Function)
Fungsi ini mengasumsikan bahwa biaya kualitas yang tersembunyi hanya terjadi
atas unit-unit yang menyimpang dari batas spesifikasi atas dan bawah.
Dimana setiap penyimpangan dari nilai target suatu karakteristik kualitas dapat
menimbulakn biaya kualitas yang tersembunyi.
Sehingga biaya kualitas yang tersembunyi dapat meningkat secara kuadrat pada
saat nilai aktual menyimpang dari nilai target. Persamaan Taguchi :

L(y) = k (y T)2

Keterangan :
k = Konstanta proporsionalitas yang besarnya bergantung pada struktur biaya
kegagalan eksternal perusahaan.
y = Nilai aktual dari karakteristik kualitas.
T = Nilai target dari karakteristik kualitas.
L = Kerugian kualitas

2.2 Pelaporan Informasi Biaya Kualitas


Sebuah sistem pelaporan akuntansi memiliki arti penting bagi perusahaan yang
menaruh perhatian serius pada perbaikan dan pengendalian biaya kualitas. Langkah
pertama dan paling sederhana dalam menciptakan sistem ini ialah dengan menilai
biaya kualitas aktual saat ini.
Pencatatan biaya kualitas secara rinci berdasarkan kategorinya memberikan dua
masukan pandangan penting, yaitu:
1. Catatan tersebut mengungkapkan besarnya biaya kualitas setiap periode, sehingga
manajer dapat menilai dampak keuangannya.
2. Catatan tersebut menunjukkan distribusi biaya kualitas menurut kategori, sehingga
para manajer dapat menilai kepentingan relatif masing-masing kategori.
2.2.1 Laporan Biaya Kualitas
Pentingnya biaya kulaitas terhadap keuangan perusahaan dapat lebih mudah dinilai

5
dengan menampilkan biaya biaya kualitas sebagai persentase dari penjualan aktual.
A. Fungsi Biaya Kualitas : Pandangan Kualitas yang Dapat Diterima
Pandangan kualitas yang dapat diterima mengasumsikan terdapat perbandingan
terbalik antara biaya pengendalian dan biaya kegagalan. Ketika biaya pengendalian
meningkat, biaya kegagalan seharusnya menurun. Selama penurunan biaya kegagalan
lebih besar daripada kenaikan biaya pengendalian, perusahaan harus terus
meningkatkan usahanya untuk mencegah atau mendeteksi unit unit yang tidak sesuai.
Pada akhirnya akan dicapai suatu titik dimana kenaikan tambahan biaya dalam
upaya tersebut menimbulkan biaya yang lebih besar daripada penurunan biaya
kegagalan. Titik ini mewakili tingkat minimum dari total biaya kualitas. Hal ini
merupakan perbandingan optimal antara biaya pengendalian dan biaya kegagalan,
serta mendefinisikan apa yang dikenal sebagai tingkat kualitas yang dapat diterima
(acceptable quality level - AQL).
B. Fungsi Biaya Kualitas : Pandangan Cacat-Nol
Dalam pengertian klasik, produk dikatakan cacat, bila kualitasnya di luar batas
toleransi karateristik kualitas. Biaya kegagalan timbul hanya jika produk tidak sesuai
spesifikasi. Selain itu, terdapat perbandingan terbalik optimal antara biaya kegagalan
dan biaya pengendalian.
Pada akhir tahun 1970-an, model cacat nol (zero - defects model) menentang
model AQL karena model cacat nol menyatakan bahwa dengan mengurangi unit cacat
hingga nol maka akan diperoleh keunggulan biaya. Perusahaan dengan semakin
sedikit produk cacat akan lebih kompetitif relatif daripada perusahaan dengan model
AQL tradisional. Pertengahan tahun 1980-an, model cacat nol disempurnakan dengan
model kualitas kokoh (robust quality model), yang menentang AQL. Menurut
pandangan ini penyimpangan dari spesifikasi ideal adalah merugikan dan batas
toleransi spesifikasi tidak menawarkan manfaat apapun, bahkan menipu.
Model cacat nol menekankan pada biaya kualitas dan potensi penghematan dari
upaya yang lebih besar untuk meningkatkan kualitas. Model kualitas kokoh
menentang definisi unit cacat, menyempurnakan pandangan terhadap biaya kualitas,
mengintensifkan upaya perbaikan kualitas. Perusahaan yang berupaya mencapai

6
kondisi cacat nol atas produk mereka ( kondisi dengan toleransi nol ), dapat
mengkapitalisasi kualitas dengan menurunkan jumlah unit cacat sambil menekan total
biaya kualitas.
Tingkat optimal dari biaya kualitas ialah keadaan di mana produk-produk yang
diproduksi memenuhi nilai target. Upaya untuk mencapai nilai target menciptakan
sebuah dunia kalitas dinamis, berlawanan dengan dunia kualitas statis AQL.
C. Manajemen Berbasis Kegiatan Dan Biaya Kualitas Optimal
Manajemen berbasis kegiatan (ABM) mengklasifikasikan berbagai kegiatan
sebagai bernilai tambah, serta tidak bernilai tambah, dan hanya mempertahankan
kegiatan yang bernilai tambah. Prinsip ini diaplikasikan pada kegiatan berkaitan
dengan kualitas. Biaya kegagalan, penilaian, dan biaya-biaya yang tudak
menghasilkan nilai tambah harus dihilangkan.
ABM mendukung pandangan cacat nol robust, di mana tidak ada perbandingan
terbalik optimal antara biaya kegagalan dan biaya pengendalian; biaya kegagalan
tidak menghasilkan nilai tambah, sehingga harus dikurangi hingga nol. Beberapa
biaya pengendalian juga tidak memberikan nilai tambah, sehingga juga harus
dihilangkan.
Sedangkan untuk biaya pengendalian yang memberikan nilai tambah mungkin
dijalankan namun tidak efisien, dan biaya untuk kegiatan tidak efisien dianggap tidak
bernilai tambah, sehingga biaya untuk kategori ini juga dapat dikurangi menjadi lebih
rendah.
D. Analisis Tren
Laporan biaya kualitas menunjukkan jumlah dan distribusi biaya kualitas di
antara 4 kategori yaitu:
1. Biaya pencegahan
2. Penilaian
3. Kegagalan internal
4. Kegagalan eksternal
Sehingga menunjukkan peluang untuk perbaikan kualitas. Perubahan biaya kualitas
dari waktu ke waktu dapat digambarkan oleh grafik tren atau biasanya disebut laporan

7
tren kualitas multi-periode.

2.3 Penggunaan Informasi Biaya Kualitas


Tujuan utama pelaporan biaya kualitas adalah memperbaiki dan mempermudah
perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan manajerial.
Informasi biaya kualitas dapat digunakan dalam keputusan penetapan harga strategis
dan analisis produk baru. Informasi biaya kualitas menjadi dasar yang sangat penting
bagi penelusuran perusahaan atas perbaikan yang berkelanjutan.

2.3.1 Pengukuran Produktivitas Parsial


Pengukuran produktivitas (productivity measurement) adalah penilaian kuantitatif
atas perubahan produktivitas.
Tujuan pengukuran ini adalah untuk menilai apakah efesiensi produktif telah
meningkat atau menurun. Pengukuran produktivitas dapat berupa actual atau
perspektif. Pengukuran produktivitas aktual memungkinkan manajer untuk menilai,
memantau, dan mengendalikan perubahan.
Pengukuran prospektif melihat ke masa depan, dan berguna sebagai input bagi
pengambilan keputusan strategis. Secara khusus, pengukuran prospektif
memungkinkan para manajer untuk membandingkan manfaat relatif diri berbagai
kombinasi input, pemilihan input dan bauran input yang memberikan manfaat
terbesar.
Pengukuran produktivitas dapat dikembangkan untuk masing-masing input secara
terpisah atau seluruh input secara bersama-sama.

A. Pengukuran produktivitas parsial (partial productivity measurement).


Definisi Pengukuran Produktivitas Parsial adalah produktivitas dari satu input
tunggal biasanya diukur dengan menghitung rasio output terhadap input.

Rasio produktivitas = output/input


Karena hanya produksitivitas dari satu input yang sedang diukur, maka ukuran itu
disebut pengukuran produktivitas parsial. Jika output dan input diukur dalam

8
kuantitas fisik, maka kita memperoleh ukuran produksitivitas operasional (operational
productivity measure).
Jika output dan input dinyatakan dalam dolar, maka kita memperoleh ukuran
produktivitas keuangan (financial productivity measure).
Ukuran-Ukuran Parsial dan Pengukuran Perubahan Efesiensi Produktif, Rasio
Produktivitas tenaga kerja sebesar tiga mesin per jam adalah ukuran produktivitas
Ladd Lighting pada tahun 2007, rasio tersebut menunjukkan sedikit informasi
mengenai efesiensi produktif atau apakah produktivitas perusahaan telah meningkat
atau menurun.
Namun, dapat juga dibuat laporan mengenai peningkatan atau penurunan.
Efesiensi produktivitas melalui pengukuran perubahan dalam produktivitas. Untuk
mengukur perubahan dalam produktivitas, ukuran prroduktivitas yang aktual berjalan
dibandingkan dengan ukuran produktivitas periode sebelumnya.
Periode sebelumnya ini disebut periode dasar (base period) dan menjadi acuan
atau standar bagi pengukuran perubahan efesiensi produktif. Periode sebelumnya
dapat ditentukan secara bebas. Misalnya, tahun sebelumnya, minggu sebelumnya,
atau bahkan periode di mana batch produk terakhir diproduksi.
Untuk evaluasi strategis, periode dasar yang biasanya dipilih adalah tahun
sebelumnya. Untuk pengendalian operasional, periode dasar cenderung mendekati
periode berjalan-seperti batch produk terakhir atau minggu sebelumnya.

B. Keunggulan Ukuran Parsial


Keunggulan parsial memungkinkan manajer untuk memfokuskan perhatiannya pada
penggunaan input tertentu. Penggunaan ukuran parsial memiliki keunggulan, yaitu:
1. Mudah diinterprestasikan oleh semua pihak di dalam perusahaan, sehingga ukuran
tersebut mudah digunakan untuk menilai kinerja produktivitas dari karyawan
operasional.
C. Kelemahan Ukuran Parsial
Ukuran parsial, yang digunakan secara terpisah, dapat menyesatkan. Penurunan
produktivitas suatu input mungkin diperlukan untuk meningkatkan produktivitas yang

9
lainnya.
Trade-off seperti itu di perlukan jika biaya secara keseluruhannya turun, tetapi
pengaruh tersebut akan hilang jika digunakan ukuran parsial masing-masing.
Misalnya, mengubah proses agar tenaga kerja langsung menggunakan lebih sedikit
waktu untuk merakit sebuah produk mungkin akan meningkatkan sisa bahan baku dan
limbah produksi sementara output totalnya tidak berubah. Dalam hal ini, produktivitas
tenaga kerja meningkat, tetapi produktivitas penggunaan bahan baku menurun.
Jika kenaikan biaya sisa bahan baku dan limbah produksi melebihi penghematan
dari pengurangan tenaga kerja, maka produktivitas secara keseluruhan menurun.

2.3.2 Pengukuran Produktivitas Total


Pengukuran produktivitas dari seluruh input disebut pengukuran produktivitas
total (total productivity measurement). Perusahaan hanya mengukur produktivitas dari
faktor-faktor yang dianggap sebagai indikator relevan bagi keberhasilan dan kinerja
perusahaan.
Jadi, pengukuran produktivitas total dapat didefinisikan sebagai pemfokusan
perhatian pada beberapa input yang menunjukkan keberhasilan perusahaan secara
total.
Pengukuran produktivitas total mensyaratkan pengembangan dari pendekatan
pengukuran multifaktor yang umum disarankan dalam literatur produktivitas adalah
menggunakan indeks produktivitas agregat. Indeks agregat bersifat kompleks, sulit
diinterpretasikan dan belum diterima secara umum.
Dua pendekatan yang telah memperoleh beberapa pengakuan antara lain :
1. Pengukuran Profil Produktivitas
Pengukuran profil menyediakan serangkaian atau sebuah vektor ukuran
operasional parsial yang berbeda dan terpisah.
Pengukuran Produktivitas yang Berkaitan dengan Laba, Pengukuran jumlah
perubahan laba yang diakibatkan oleh perubahan produktivitas disebut pengukuran
produktivitas yang berkaitan dengan laba. Keterkaitan perubahan produktivitas
dengan laba dijelaskan oleh aturan berikut:

10
Aturan Keterkaitan dengan Laba (Profit-Linkage Rule): untuk periode berjalan,
hitunglah biaya input yang seharusnya digunakan dalam keadaan tanpa adanya
perubahan produktivitas dan bandingkan biaya tersebut dengan biaya input aktual
yang digunakan.
Selisih biayanya adalah sejumlah perubahan laba yang disebabkan oleh perubahan
produktivitas. Untuk mengaplikasikan aturan ini, input yang seharusnya digunakan
selama periode berjalan dalam keadaan tanpa perubahan produktivitas harus
dihitung terlebih dahulu.

PQ = Output periode berjalan/Rasio produktivitas periode dasar

2.3.3 Komponen Pemulihan Harga


Komponen pemulihan harga ( price recovery component ) adalah selisih antara
perubahan laba total dan perubahan produktivitas terkait dengan harga. Komponen ini
adalah perubahan pendapatan dikurangi perubahan biaya input, dengan asumsi tidak
ada perubahan produktivitas.
Oleh karena itu, komponen pemulihan harga mengukur kemampuan perubahan
pendapatan untuk menutupi perubahan biaya input, dengan asumsi tidak ada
perubahan aktivitas.

Pemulihan harga = Perubahan harga Perubahan produktivitas terkait


dengan laba
Kenaikan pendapatan tidak akan cukup untuk menutupi kenaikan biaya input.
Penurunan produktivitas hanya akan memperburuk masalah pemulihan harga. Tetapi
kenaikan produktivitas dapat digunakan untuk mengimbangi kerugian pemulihan
harga.

2.3.4 Kualitas dan Produktivitas


Peningkatan kualitas dapat meningkatkan produktivitas dan juga sebaliknya.
Sebagai contoh, jika pengerjaan ulang berkurang karena menurunnya unit produk

11
cacat maka lebih sedikit tenaga kerja dan bahan yang digunakan untuk menghasilkan
output yang sama.
Penurunan jumlah unit cacat memperbaiki kualitas, sementara pengurangan
jumlah output yang digunakan meningkatkan produktivitas.
Oleh karena sebagian besar peningkatan kualitas mengurangi jumlah sumber daya
yang digunakan untuk memproduksi dan menjual output perusahaan, maka
kebanyakan peningkatan kualitas secara umum akan tercermin pada ukuran - ukuran
produktivitas.
Namun, ada juga cara - cara lain untuk meningkatkan produktivitas. Sebuah
perusahaan mungkin saja memproduksi barang dengan sedikit atau tanpa cacat akan
tetapi masih menjalankan proses yang tidak efisien.

2.3.5 Insentif Pembagian Keuntungan


Insentif pembagian keuntungan (gainsharing) adalah pemberian insentif ulang
tunai bagi seluruh tenaga kerja perusahaan yang menjadi kunci pencapaian kualitas
dan produktivitas.
Pembagian keuntungan memberikan insentif dengan menawarkan bonus kepada
pegawai sesuai dengan persentase penghematan biaya. Insentif pembagian
keuntungan dapat digunakan sebagai insentif bagi para manjer dan pekerja untuk
mencari cara cara untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas. Bonus dapat
diberikan misalnya dengan melihat kualitas produk keseluruhan. Jumlah bonus dapat
bertambah atau berkurang tergantung pada seberapa baik target produktivitas dan
kualitas dapat dipenuhi.

2.4 Produktivitas : Pengukuran dan Pengendalian


Produktivitas berkaitan dengan memproduksi output secara efisien dan spesifik
yang nantinya akan ada kesinambungan antara output dan input yang mana nantinya
digunakan untuk memproduksi output. Dalam produktivitas ini ada juga istilah
mengenai Efisiensi Produksi Total dimana pengertiannya adalah suatu titik dimana
ada dua kondisi yang terpenuhi, yaitu:

12
Setiap bauran input untuk memproduksi output tertentu, dimana tidak ada satupun
input yang digunakan melebihi yang diperlukan guna menghasilkan yang namanya
output. Melirik dari bauran yang ada di point pertama, dipilih bauran dengan biaya
yang paling rendah.
Kondisi pada point pertama diatas tersebut digerakkan oleh hubungan teknis dan
karenanya sering disebut dengan istilah Efisiensi Teknis atau Technical Efficiency.
Berbeda dengan kondisi yang pertama, kondisi yang ada pada point dua diatas lebih
pada digerakkan oleh hubungan relative dari harga input, maka dari itu kondisi ini
sering mendapat istilah Efisiensi Trade-Off input atau Input Trade-Off Efficiency.

BAB III
KESIMPULAN

Biaya kualitas merupakan biaya yang bisa lebih besar dari estimasi karena

13
kurang pengetahuannya seorang menejer dalam menganalisis biaya kualitas. Dengan
mempelajari dan mengaplikasikan system informasi biaya kualitas, diharapkan
seorang manajer nantinya mampu mengestimasi biaya kualits dengan baik. Dalam
suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi akan lebih efisien biaya jika
seorang manager / akuntannya sudah mampu menelusuri biaya kualitas yang
tersembunyi maupun yang tidak tersembunyi.
Informasi biaya kualitas dapat berguna untuk seorang manajer dalam
pengambilan keputusan, mengevaluasi kinerja program peningkatan kualitas secara
menyeluruh dan membantu perbaikan berbagai keputusan manajerial. Karena begitu
pentingnya biaya kualitas wajib bagi sebuah perusahaan untuk menelunsuri biaya
kualitasnya.
Selain daripada pentingnya biaya kualitas persahaan juga harus memperhatikan
hubungan output maupun input dalam sebuah kegiatan produktivitas. Karena akan
mempengaruhi harga, laba usaha, dan insentif bagi karyawan. Agar mencapai
ketiga tersebut perusahaan harusmemenuhi hubungan efisiensi trade-off input. Apbila
tercapai efisiensi trade-off input maka akan terpacu pula efisiensi produktif total.
Dengan adanya kombinasi antara biaya kualitas dan produktifitas maka
perusahaan akan mampu mengalokasikan biaya-biaya secara efektif dan efisien.

DAFTAR PUSTAKA

Don R. Hansen and Maryanne. Mowen. Akuntansi Manajerial. Jilid dua. Edisi
kedelapan. Salemba Empat, Jakarta 2011.
www.academia.edu/4551616/Biaya_kualitas_dan_produktifitas

14

Anda mungkin juga menyukai