2. Efisiensi
Efisiensi terkait dengan hubungan antara output berupa barang atau pelayanan yang dihasilkan dengan
sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan output tersebut. Secara matematis, efisiensi
merupakan perbandingan antara output dengan input atau output per unit input. Suatu organisasi,
program, atau kegiatan dikatakan efisien apabila mampu menghasilkan output tertentu
dengan input serendah-rendahnya, atau dengan input tertentu mampu menghasilkan output sebesar-
besarnya (spending well). Untuk mendapatkan tingkat efisiensi, dapat menggunakan formula sebagai
berikut:
Efisiensi = Output : Input
3. Efektivitas
Efektifitas terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya
dicapai. Efektivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan. Semakin besar
kontribusi output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, program, atau kegiatan.
Jika ekonomi berfokus pada input dan efisiensi pada output atau proses, maka efektivitas berfokus
pada outcome. Suatu organisasi, program, atau kegiatan dinilai efektif apabila output yang dihasilkan
bisa memenuhi tujun yang diharapkan, atau dapat dikatakan spending wisely.
Formulasi yang dapat digunakan untuk mendapatkan tingkat efektivitas adalah sebagai berikut:
Efektivitas = Outcome : Output
Karena output yang dihasilkan pemerintah lebih banyak bersifat output yang tidak berwujud
(intangible) yang tidak mudah untuk dikuantifikasikan, maka pengukuran efektivitas sering
menghadapi kesulitan. Kesulitan dalam pengukuran efektivitas tersebut adalah karena pencapaian hasil
(outcome) sering tidak bisa diketahui dalam jangka pendek, akan tetapi jangka panjang setelah program
berakhir, sehingga ukuran efektivitas biasanya dinyatakan secara kualitatif dalam bentuk pernyataan
saja (judgement).
Value for Money menghendaki organisasi sektor publik bisa memenuhi prinsip ekonomi, efisiensi, dan
efektivitas tersebut secara bersama-sama. Dengan kata lain, value for money menghendaki pemerintah
dapat mencapai tujuan yang ditetapkan dengan tingkat biaya yang lebih rendah.
2. Biaya pelayanan (cost of service), Indikator biaya biasanya diukur dalam bentuk biaya unit (unit
cost), misalnya biaya per unit pelayanan. Beberapa pelayanan mungkin tidak dapat ditentukan biaya
unitnya,karena output yang dihasilkan tidak dapat dikuantifikasi atau tidak ada keseragaman tipe
pelayanan yang diberikan. Untuk kondisi tersebut dapat dibuat indicator kinerja proksi, misalnya
belanja per kapita.
Penggunaan (utilization), Indikator penggunaan pada dasarnya membandingkan antara jumlah
pelayanan yang ditawarkan (supply of service) dengan permintaan publik (public demand). Indikator
ini harus mempertimbangkan preferensi publik, sedangkan pengukurannya biasanya berupa volume
absolut atau persentase tertentu, misalnya persentase penggunaan kapasitas. Contoh lain adalah rata-
rata jumlah penumpang per bus yang dioperasikan. Indikator kinerja ini digunakan untuk mengetahui
frekuensi operasi atau kapasitas kendaraan yang digunakan pada tiap-tiap jalur.
Kualitas dan standar pelayanan (quality and standards), Indikator kualitas dan standar pelayanan
merupakan indicator yang paling sulit diukur, karena menyangkut pertimbangan yang sifatnya
subyektif. Penggunaan indicator kualitas dan standar pelayanan harus dilakukan secara hati-hati karena
kalau terlalu menekankan indicator ini justru dapat menyebabkan kontra produktif. Contoh indicator
kualitas dan standar pelayanan misalnya perubahan jumlah komplain masyarakat atas pelayanan
tertentu.
Cakupan pelayanan (coverage), Indikator cakupan pelayanan perlu dipertimbangkan apabila terdapat
kebijakan atau peraturan perundangan yang mensyaratkan untuk memberikan pelayanan dengan tingkat
pelayanan minimal yang telah ditetapkan.
Kepuasan (satisfaction), Indikator kepuasan biasanya diukur melalui metode jajak pendapat secara
langsung. Bagi pemerintah daerah, metode penjaringan aspirasi masyarakat (need assessment), dapat
juga digunakan untuk menetapkan indicator kepuasan. Namun demikian, dapat juga digunakan
indicator proksi misalnya jumlah komplain. Pembuatan indicator kinerja tersebut memerlukan kerja
sama antar unit kerja.
3. Pemeriksaan Keuangan, pemeriksaaan atas laporan keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Pemeriksaan keuangan ini dilakukan oleh BPK RI dalam rangka memberikan opini tentang tingkat
kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan pemerintah. Laporan hasil pemeriksaan
atas laporan keuangan pemerintah memuat opini.
Pemeriksaan Kinerja, pemeriksaan atas aspek ekonomi dan efisiensi serta pemeriksaan atas aspek
efektivitas yang lazim dilakukan bagi kepentingan manajemen. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk
mengidenrifikasikan hal-hal yang perlu menjadi perhatian lembaga perwakilan. Adapun untuk
pemerintah, pemeriksaan kinerja dimaksudkan agar kegiatan yang dibiayai dengan keuangan
negara/daerah diselenggarakan secara ekonomis dan efisien serta memenuhi sasaran secara efektif.
Laporan hasil pemeriksaan kinerja memuat temuan, simpulan dan rekomendasi.
Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu, Pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan khusus, diluar
pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja. Termasuk dalam pemeriksaan dengan tujuan tertentu
ini adalah pemeriksaan atas hal-hal yang berkaitan dengan keuangan dan pemeriksaan investigatif.
Laporan hasil pemeriksaan dengan tujuan tertentu memuat kesimpulan.
Metode Penilaian Investasi Tradisional, Metode tradisional yang sering digunakan adalah tingkat
pengembalian modal yang diinvestasikan (accounting rate of return on capital employed-ROCE)
danpayback period (PP). Secara sederhana ROCE dirumuskan : Laba akuntansi : Jumlah modal yang
diinvestasikan
Informasi mengenai laba akuntansi diperoleh dari laporan laba/rugi organisasi, sedangkan informasi
modal dapat diketahui dari neraca. Masalah dalam menggunakan metode ROCE adalah :
1. Penghitungan angka akuntansi didasarkan pada konsep akuntansi akrual dan memasukkan item-item
bukan kas, seperti depresiasi dan cadangan kerugian piutang.
2. Hanya mengukur periode tunggal tanpa memperhitungkan nilai waktu uang.
Payback period digunakan untuk mengatahui jangka waktu pengembalian investasi. Payback
period merupakan teknik analisis investasi yang relatif mudah dan sederhana. Namun
demikian, payback period mengandung kelemahan yaitu :
1. Mengabaikan penerimaan-penerimaan investasi atau proceeds yang diperoleh setelah payback
period dicapai.
3. Tidak dapat digunakan untuk pengambilan keputusan investasi yang bersifat muttualy exclusive.
Apabila dikelompokkan menurut jenisnya Badan Layanan Umum terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu:
1. BLU yang kegiatannya menyediakan barang atau jasa meliputi rumah sakit, lembaga pendidikan,
pelayanan lisensi, penyiaran, dan lain-lain;
2. BLU yang kegiatannya mengelola wilayah atau kawasan meliputi otorita pengembangan wilayah dan
kawasan ekonomi terpadu (Kapet); dan
3. BLU yang kegiatannya mengelola dana khusus meliputi pengelola dana bergulir, dana UKM,
penerusan pinjaman dan tabungan pegawai.
6.Definisi BLU, adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan
dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
BLU bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan
umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan
berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas, dan penerapan praktek bisnis yang sehat.
Asas-asas dalam BLU
BLU beroperasi sebagai unit kerja kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah untuk tujuan
pemberian layanan umum yang pengelolaannya berdasarkan kewenangan yang didelegasikan oleh
instansi induk yang bersangkutan
Pejabat yang ditunjuk mengelola BLU bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan pemberian
layanan umum yang didelegasikan kepadanya oleh menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/
walikota.
Rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja BLU disusun dan disajikan sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dari rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja
kementerian negara/lembaga/SKPD/pemerintah daerah.
BLU mengelola penyelenggaraan layanan umum sejalan dengan praktek bisnis yang sehat.