Anda di halaman 1dari 16

BAB III SIFAT MAMPU KERAS (HARDENABILITY)/KELOMPOK 19

BAB III

SIFAT MAMPU KERAS (HARDENABILITY)

3.1. TUJUAN PERCOBAAN :


1. Mengetahui dan memahami sifat mampu keras (hardenability) suatu
material
2. Memprediksi hardenability dengan melihat komposisi kimia
3. Menganalisa sifat kekerasan logam berdasarkan jarak pendinginan

3.2. TEORI DASAR :

Hardenability adalah ukuran kemampuan suatu material untuk membentuk


fasa martensite. Hardenability dapat diukur dengan beberapa metode. Diantaranya
metode jominy dan metode grossman. Dari metode tersebut kita akan
mendapatkan kurva antara harga kekerasan dengan jarak quenching dari pusat
quench.

Asumsi :
Laju pendinginan sangat lambat
Laju Pemanasan lambat
Terjadi mekanisme difusi (perpindahan atom secara individual dari konsentrasi
tinggi ke konsentrasi rendah)
Pembentukan martensit terjadi karena baja yang telah dipanaskan sampai suhu
austenitnya didinginkan secara cepat/ diquench, sehingga atom karbon tidak
sempat berdifusi dan hanya sempat bergeser mengisi rongga-rongga tetrahedral
dan oktahedral pada struktur FCC austenit. Karena terisinya rongga-rongga
tersebut sehingga mengakibatkan tidak teraturnya bentuk struktur FCC (laticce
site lebih panjang) sehingga terjadi distorsi latis menjadi BCT. Efek ini disebut
dengan Efek Tetragonalitas.
Proses Heat Treatment :
Full annealing adalah proses menaikan temperatur secara perlahan sekitar 50 C
(90 F) diatas Austenitic temperature line A3atau ACM pada baja Hypoeutectoid
(steels with < 0.77% Carbon) dan 50 C (90 F) pada baja Hypereutectoid (steels
with > 0.77% Carbon).
Spesimen ditahan sampai semua fasa berubah menjadi austenite. Kemudian secara
perlahan didinginkan degan laju pendinginan sekitar 20 C/hr (36 F/hr).

LABORATORIUM LOGAM TEKNIK METALURGI TAHUN 2016 20


BAB III SIFAT MAMPU KERAS (HARDENABILITY)/KELOMPOK 19

Butir hasil full annealing akan memiliki struktur coarse pearlite yang mengandung
ferrite atau cementite tergantung baja hypo atau baja hyper.baja hasil full
annealing bersifat lunak dan ulet
Normalizing adalah proses pemanasan melebihi temperatur 60 C (108 F),diatas
garis A3 atau ACM sampai daerah Austenite. Agar pada temperatur ini seluruh fasa
berubah menjadi austenite. Kemudian dikeluarkan dari tungku dan didiamkan
pada temperatur kamar. Struktur butir yang didapat adalah fine pearlite dengan
kelebihan ferrite atau cementite. Material hasil normalizing lunak. Proses
normalizing lebih murah daripada full annealing karena tidak ada biaya untuk
pengaturan pendinginan tungku.
Spheroidization adalah proses annealing dengan kadar karbon yang tinggi
(Carbon > 0.6%) yang kemudian akan di cold working atau di machining.
Panaskan spesimen sampai temperatur dibawah garis A1 atau 727 C (1340 F)
tahan temperatur dalam waktu yang lama lau dinginkan perlahan. Metode ini akan
menghasilkan struktur dimana semua cementite berada dalam bentuk bulatan kecil
(spheroids) yang terdispersi dalammatriks ferrite. Spheroidization meningkatkan
ketahanan terhadap abrasi.

LABORATORIUM LOGAM TEKNIK METALURGI TAHUN 2016 21


BAB III SIFAT MAMPU KERAS (HARDENABILITY)/KELOMPOK 19

3.3. TATA CARA PRAKTIKUM


3.3.1. SKEMA PROSES

Lakukan Preparasi pada spesimen

Lakukan pemanasan dan holding time

Specimen diangkat dan di pindahkan ke atas alat jominy test

Lakukan quenching dengan media air

Lakukan preparasi kembali pada spesimen

Beri tanda pada spesimen sesuai dengan jarak yang di tentukan

Lakukan uji kekerasan di jarak jarak tersebut

Analisa dan pembahasan

Kesimpulan

LABORATORIUM LOGAM TEKNIK METALURGI TAHUN 2016 22


BAB III SIFAT MAMPU KERAS (HARDENABILITY)/KELOMPOK 19

3.3.2. PENJELASAN SKEMA PROSES


1. Spesimen terlebih dahulu di lakukan proses preparasi dengan di
beri tanda sepanjang 2,5 inch
2. Kemudian masukkan spesimen ke dalam tungku muffle dengan
posisi berdiri (diamteter yang kecil dibawah)
3. Dilakukan pemanasan di dalam tungku dengan temperatur 850 C,
serta dilakukan proses holding time selama 15 menit
4. Setelah proses pemanasan dan holding time selesai, spesimen
dipindahkan ke alat jominy test secara cepat dengan
menggunakan penjepit
5. Spesiemen dalam kondisi panas dilakukan proses quenching
dengan media air, atur kecepatan atau besar kecilnya air yang
keluar dari karan air
6. Setelah spesimen melalui proses wuenching dilakukan kembali
pengamplasan dan pengikiran tujuanya agar spesimen bersih dari
scale/kotoran hasil dari pemasan dan quenching
7. Beri tanda pada spesiemn sesui dengan jarak yang telah di
tentukan contoh 4/16, 8/16, 12/16 dan sterusnya
8. Prsoes selanjutnya dilakukan uji kekerasan rockwell C pada
setiap titik yang ada kemudian analisa dan catat hasilnya

LABORATORIUM LOGAM TEKNIK METALURGI TAHUN 2016 23


BAB III SIFAT MAMPU KERAS (HARDENABILITY)/KELOMPOK 19

3.4.ALAT DAN BAHAN


3.4.1. Alat
Tungku muffle
Alat uji kekerasan Rockwell C
Sarung tangan
Penjepit
Kikir
Alat uji jominy test
Jangaka sorong
Ragum
3.4.2. Bahan
Spesimen AISI 4140
Amplas 400 dan 1000 mesh

LABORATORIUM LOGAM TEKNIK METALURGI TAHUN 2016 24


BAB III SIFAT MAMPU KERAS (HARDENABILITY)/KELOMPOK 19

3.5. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA


3.5.1. PENGUMPULAN DATA

Data Awal

Jenis Material : AISI 4140


Temperatur austenisasi : 850C
Holding time pada temperatur austenisasi : 30 menit
Media quench : Air
Diameter kran : 0,4375 in
Jarak antara nozzle dengan ujung spesimen : 2 in

Tabel komposisi kimia


Jenis %C % Cr % Mn % Si % Mo % Ni
material
AISI 4140 0,36-0,44 0,60-0,90 0,55-0,80 0,15-0,30 0,20-0,30 1,65-2,00

LABORATORIUM LOGAM TEKNIK METALURGI TAHUN 2016 25


BAB III SIFAT MAMPU KERAS (HARDENABILITY)/KELOMPOK 19

3.5.2. PENGOLAHAN DATA

Tabel Hasil Uji Kekerasan (HRC)

KEKERASAN (HRC) HRC Rata


POSISI (INCH)
1 2 3 Rata
32/16 27,5 33 28,5 29,67
28/16 21,5 26 33,5 27
24/16 25,5 26,5 29,5 27,17
20/16 28 27 35,5 30,17
16/16 33 25,5 38 32,16
12/16 30,5 37 30,5 32,16
8/16 49,5 48 49,5 49,0
4/16 48 49,5 51,5 49,6
1/16 51,5 50 52,5 51,33

Perhitungan uji Kekerasan (HRC)

27,5 +33+28,5 89
- Posisi 32/16 inch = = = 29,67
3 3
25,5 +26,5+29,5 81
- Posisi 28/16 inch = = = 27
3 3
28 +27+28,5 89
- Posisi 24/16 inch = = = 29,67
3 3
27,+33+35,5 90,5
- Posisi 20/16 inch = = = 30,17
3 3
33+25,5+38 96,5
- Posisi 16/16 inch = = = 32,16
3 3
30,5 +37+30,5 98
- Posisi 12/16 inch = = = 32,6
3 3
49,5+48+49,5 147
- Posisi 8/16 inch = = = 49,0
3 3
48 +49,5+51,5 149
- Posisi 4/16 inch = = = 49,6
3 3
51,5 +50+52,5 154
- Posisi 1/16 inch = = = 51,33
3 3

LABORATORIUM LOGAM TEKNIK METALURGI TAHUN 2016 26


BAB III SIFAT MAMPU KERAS (HARDENABILITY)/KELOMPOK 19

Diameter ideal (DI) ukuran butir dan kurva DI vs % C


a. Kurva Diameter Ideal (DI) vs % C

Tabel DI ukuran butir


Jensi material No butir %C % DI
No 7 grain 0,36 % 0,21 %
AISI 1045
No 7 grain 0,44 % 0,224 %

LABORATORIUM LOGAM TEKNIK METALURGI TAHUN 2016 27


BAB III SIFAT MAMPU KERAS (HARDENABILITY)/KELOMPOK 19

Faktor pengali hardening


a. Grafik

Tabel faktor pengali berdasarkan unsur paduan


Unsur paduan F max F min
Cr 3,38 2,79
Mn 3,60 2,90
Si 1,20 1,18
Mo 1,85 1,65

LABORATORIUM LOGAM TEKNIK METALURGI TAHUN 2016 28


BAB III SIFAT MAMPU KERAS (HARDENABILITY)/KELOMPOK 19

Harga Diameter Kritis


Tabel Diameter Kritis
Diameter Kritis
Max 6,050 inch
Min 3,308 inch

Diameter kritis ideal minimal

DI min x ( Fp Mn x Fp Si x Fp Cr x Fp Mo)
= 0,21 x 2,90 x 1,18 x 2,79 x 1,65
= 3,308 inch

Diameter kritis ideal maksimal

DI maks x ( Fp Mn x Fp Si x Fp Cr x Fp Mo)
= 0,224 x 3,60 x 1,20 x 3,38 x 1,85
= 6,050 inch

LABORATORIUM LOGAM TEKNIK METALURGI TAHUN 2016 29


BAB III SIFAT MAMPU KERAS (HARDENABILITY)/KELOMPOK 19

Harga kekerasan
a. Grafik

Tabel harga kekerasan

%C Kekerasan (HRC)
0,36 % 55 HRC
0,44 % 58 HRC

LABORATORIUM LOGAM TEKNIK METALURGI TAHUN 2016 30


BAB III SIFAT MAMPU KERAS (HARDENABILITY)/KELOMPOK 19

Pengaruh Diameter Kritis terhadap IH/DH


a. Grafik

LABORATORIUM LOGAM TEKNIK METALURGI TAHUN 2016 31


BAB III SIFAT MAMPU KERAS (HARDENABILITY)/KELOMPOK 19

Tabel kekerasan IH/DH pada berbagai posisi (line)

IH/DH IH/DH Kekerasan


Posisi (inch)
Min Max Min Max
1/16 - - 55 58
4/16 1,45 1,05 37,93 55,24
8/16 2,3 1,25 23,91 46,4
12/16 2,85 1,45 19,30 40
16/16 3,25 1,65 16,92 35,15
20/16 3,45 1,8 15,94 32,22
24/16 3,6 1,9 15,98 30,52
28/16 3,8 2 14,47 29
32/16 3,95 2,05 13,92 28,29

Perhitungan kekerasan IH/DH berdasarkan jarak (inch)


- Kekerasan pada jarak 4/16
1
55
16
HRC min = \ = = 37,93
1,45
1
58
16
HRC max = \ = = 55,24
1,05

- Kekerasan pada jarak 8/16


1
min 55
16
HRC min = = = 23,91
\ 2,3
1
58
16
HRC max = \ = = 46,4
1,25

- Kekerasan pada jarak 12/16


1
55
16
HRC min = \ = = 19,30
2,85
1
58
16
HRC max = \ = = 40
1,45

- Kekerasan pada jarak 16/16


1
55
16
HRC min = \ = = 16,92
3,25

LABORATORIUM LOGAM TEKNIK METALURGI TAHUN 2016 32


BAB III SIFAT MAMPU KERAS (HARDENABILITY)/KELOMPOK 19

1
58
16
HRC max = \ = = 35,5
1,65

- Kekerasan pada jarak 20/16


1
55
16
HRC min = \ = = 15,94
3,45
1
58
16
HRC max = \ = = 32,22
1,8

- Kekerasan pada jarak 24/16


1
55
16
HRC min = \ = = 15,28
3,6
1
58
16
HRC max = \ = = 30,52
1,9

- Kekerasan pada jarak 28/16


1
55
16
HRC min = \ = = 14,47
3,8
1
58
16
HRC max = \ = = 29
2

- Kekerasan pada jarak 32/16


1
55
16
HRC min = \ = = 13,92
3,95
1
58
16
HRC max = \ = = 28,29
2,05

LABORATORIUM LOGAM TEKNIK METALURGI TAHUN 2016 33


BAB III SIFAT MAMPU KERAS (HARDENABILITY)/KELOMPOK 19

3.6. ANALISA DAN PEMBAHASAN


Pada praktikum kali ini, spesimen yang digunakan adalah AISI
4140, yang memiliki berbagai macam unsur paduan antara lain C= 0,36-
0,44 %, lalu Cr = 0,60-0,90%, Mn = 0,55-0,80%, Si = 0,15-0,30%, lalu
Mo = 0,20-0,30%, tidak adanya nikel dikarenakan spesiemen AISI 4140,
sedangkan spesimen 4340 ada unsur paduan nikel. Unsur unsur diatas
memiliki fungsi sebagai berikut
Chromium fungsinya untuk menambah sifat keuletan, kekerasan dan
ketahan material terhadap aus sehingga material akan mempunyai sifat
yang baik
Silicon fungsinya untuk meningkatkan sifat elastisitas, meningkatkan sifat
kemagentean.
Nikel mempunyai sifat yang akan membuat material lebih ulet, kuat dan
mencegah korosi atau karat.
Mangan fungsinya agar material yang dihasilkan akan menjadi lebih
mengkilap dan bersih dan membuat kekuatan dan ketahanan panas
Molybdenum meningkatkan kemampan untuk pengerasan dengan oli dan
udara, biasanya di tambahkan pada paduan paduan chromium dan nickel
untuk mempermudah proses heat treatment.
Pada proses jominy test permukaan bawah benda memiliki
kekerasan yang tinggi. Semburan air dari nozzle tidak boleh terlalu kecil
karena akan berpengaruh terhadap hasil akhir kekerasan dari spesimen
tersebut.
Sedangkan jika terlalu besar akan terjadi percikan air yang dapat
mengganggu spesimen yang lain yang sedang di uji. Pada saat proses
pendinginan spesimen yang baru di keluakan terjadi pendegrasian warna
secara perlahan lahan dari merah jingga menjadi hitam.
Pada proses uji kekerasan yang dilakukan mendapatkan hasil yang
signifikan tidak sesuai dengan prosedur dikarenakan ketidakvalidan mesin.
Hasil dari uji kekerasan paling tinggi 58 HRC pada jarak 1/16 dan didapat
nilai kekeresan paling rendah yaitu 28 HRC pada jarak 32/16.

LABORATORIUM LOGAM TEKNIK METALURGI TAHUN 2016 34


BAB III SIFAT MAMPU KERAS (HARDENABILITY)/KELOMPOK 19

Adapun faktor faktor yang mempengaruhi kekerasaan diantaanya human


error, laju pendinginan, ketidakvalidan mesin.
Hasil kekerasaan spesimen 4140 lebih keras dibandingkan dengan hasil uji
kekerasan spesimen 4340 dengan parameter uji kekerasan yang dilakukan.

3.7. KESIMPULAN
1. Sifat mampu keras dapat di tentukan oleh metode jominy test
2. Nilai kekerasan paling tinggi diperoleh pada jarak 1/16 dengan
kekerasan 58 HRC, nilai yang paling rendah diperoleh pada jarak
32/16 dengan kekerasan 28 HRC
3. Hasil kekerasaan spesimen 4140 lebih keras dibandingkan dengan
hasil uji kekerasan spesimen 4340 dengan parameter uji kekerasan
yang dilakukan

LABORATORIUM LOGAM TEKNIK METALURGI TAHUN 2016 35

Anda mungkin juga menyukai