BAB III
Asumsi :
Laju pendinginan sangat lambat
Laju Pemanasan lambat
Terjadi mekanisme difusi (perpindahan atom secara individual dari konsentrasi
tinggi ke konsentrasi rendah)
Pembentukan martensit terjadi karena baja yang telah dipanaskan sampai suhu
austenitnya didinginkan secara cepat/ diquench, sehingga atom karbon tidak
sempat berdifusi dan hanya sempat bergeser mengisi rongga-rongga tetrahedral
dan oktahedral pada struktur FCC austenit. Karena terisinya rongga-rongga
tersebut sehingga mengakibatkan tidak teraturnya bentuk struktur FCC (laticce
site lebih panjang) sehingga terjadi distorsi latis menjadi BCT. Efek ini disebut
dengan Efek Tetragonalitas.
Proses Heat Treatment :
Full annealing adalah proses menaikan temperatur secara perlahan sekitar 50 C
(90 F) diatas Austenitic temperature line A3atau ACM pada baja Hypoeutectoid
(steels with < 0.77% Carbon) dan 50 C (90 F) pada baja Hypereutectoid (steels
with > 0.77% Carbon).
Spesimen ditahan sampai semua fasa berubah menjadi austenite. Kemudian secara
perlahan didinginkan degan laju pendinginan sekitar 20 C/hr (36 F/hr).
Butir hasil full annealing akan memiliki struktur coarse pearlite yang mengandung
ferrite atau cementite tergantung baja hypo atau baja hyper.baja hasil full
annealing bersifat lunak dan ulet
Normalizing adalah proses pemanasan melebihi temperatur 60 C (108 F),diatas
garis A3 atau ACM sampai daerah Austenite. Agar pada temperatur ini seluruh fasa
berubah menjadi austenite. Kemudian dikeluarkan dari tungku dan didiamkan
pada temperatur kamar. Struktur butir yang didapat adalah fine pearlite dengan
kelebihan ferrite atau cementite. Material hasil normalizing lunak. Proses
normalizing lebih murah daripada full annealing karena tidak ada biaya untuk
pengaturan pendinginan tungku.
Spheroidization adalah proses annealing dengan kadar karbon yang tinggi
(Carbon > 0.6%) yang kemudian akan di cold working atau di machining.
Panaskan spesimen sampai temperatur dibawah garis A1 atau 727 C (1340 F)
tahan temperatur dalam waktu yang lama lau dinginkan perlahan. Metode ini akan
menghasilkan struktur dimana semua cementite berada dalam bentuk bulatan kecil
(spheroids) yang terdispersi dalammatriks ferrite. Spheroidization meningkatkan
ketahanan terhadap abrasi.
Kesimpulan
Data Awal
27,5 +33+28,5 89
- Posisi 32/16 inch = = = 29,67
3 3
25,5 +26,5+29,5 81
- Posisi 28/16 inch = = = 27
3 3
28 +27+28,5 89
- Posisi 24/16 inch = = = 29,67
3 3
27,+33+35,5 90,5
- Posisi 20/16 inch = = = 30,17
3 3
33+25,5+38 96,5
- Posisi 16/16 inch = = = 32,16
3 3
30,5 +37+30,5 98
- Posisi 12/16 inch = = = 32,6
3 3
49,5+48+49,5 147
- Posisi 8/16 inch = = = 49,0
3 3
48 +49,5+51,5 149
- Posisi 4/16 inch = = = 49,6
3 3
51,5 +50+52,5 154
- Posisi 1/16 inch = = = 51,33
3 3
DI min x ( Fp Mn x Fp Si x Fp Cr x Fp Mo)
= 0,21 x 2,90 x 1,18 x 2,79 x 1,65
= 3,308 inch
DI maks x ( Fp Mn x Fp Si x Fp Cr x Fp Mo)
= 0,224 x 3,60 x 1,20 x 3,38 x 1,85
= 6,050 inch
Harga kekerasan
a. Grafik
%C Kekerasan (HRC)
0,36 % 55 HRC
0,44 % 58 HRC
1
58
16
HRC max = \ = = 35,5
1,65
3.7. KESIMPULAN
1. Sifat mampu keras dapat di tentukan oleh metode jominy test
2. Nilai kekerasan paling tinggi diperoleh pada jarak 1/16 dengan
kekerasan 58 HRC, nilai yang paling rendah diperoleh pada jarak
32/16 dengan kekerasan 28 HRC
3. Hasil kekerasaan spesimen 4140 lebih keras dibandingkan dengan
hasil uji kekerasan spesimen 4340 dengan parameter uji kekerasan
yang dilakukan