PENDAHULUAN
Pajak daerah terbagi atas dua kelompok, yaitu Pajak Provinsi dan Pajak
Kabupaten/Kota. Pajak daerah juga merupakan salah satu penerimaan yang penting di
2011).
Pemberian kewenangan kepada daerah untuk memungut pajak dan retribusi daerah
diperlukan adanya landasan hukum yang merupakan dasar hukum pemungutan pajak
dan retribusi daerah yaitu Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 yang berlaku sejak
berbagai kewenangan dalam rangka desentralisasi ini tentunya harus disertai dengan
adalah sumber pembiayaan yang dikenal dengan istilah Pendapatan Asli Daerah
(PAD) di mana komponen utamanya adalah penerimaan yang berasal dari komponen
1
2
Retribusi Daerah, pemerintah pusat mengalihkan beberapa pajak yang semula ditarik
oleh pusat menjadi pajak daerah. Selain itu, terdapat perluasan basis pajak yang sudah
ada, yaitu untuk Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan
Retribusi Daerah (PDRD), yang pertama adalah untuk memberikan kewenangan yang
lebih besar kepada daerah dalam perpajakan dan retribusi, sejalan dengan semakin
memperkuat otonomi daerah. Tujuan yang ketiga adalah untuk memberikan kepastian
bagi dunia usaha mengenai jenis-jenis pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah
(www.djpk.depkeu.go.id).
angka kemacetan yang disebabkan oleh padatnya kendaraan bermotor milik pribadi.
Jika mengacu pada pasal 6 ayat (2) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28
Tahun 2009 tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah, kepemilikan kendaraan
bermotor didasarkan atas nama dan/atau alamat yang sama. Akan tetapi dalam
Bermotor secara progresif, dengan diberlakukannya tarif progresif setiap wajib pajak
yang memiliki jumlah kendaraan lebih dari satu dengan nama dan alamat yang sama,
untuk pajak kendaraan bermotor yang kedua dan seterusnya dikenakan pajak yang
lebih tinggi dari pajak kendaraan bermotor yang pertama dan ini hanya berlaku untuk
motor ke motor atau mobil ke mobil. Tarif progresif Pajak Kendaraan Bermotor
(PKB) diatur dalam pasal 7, sedangkan tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
Tabel 1.1
Perbandingan Tarif Pajak Kendaraan Bermotor Dan Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor Di Provinsi Jawa Barat
Tarif
No Jenis Pajak
Pajak
1 Pajak Progresif Kendaraan kepemilikan pertama 1,75%
Brmotor (roda empat) kepemilikan kedua 2,25%
kepemilikan ketiga 2,75%
kepemilikan keempat 3,25%
kepemilikan kelima dan sterusnya 3,75%
2 Pajak Progresif Kendaraan
Brmotor (roda dua/tiga) kepemilikan pertama 1,75%
kepemilikan kedua 2,25%
kepemilikan ketiga 2,75%
kepemilikan keempat 3,25%
kepemilikan kelima dan sterusnya 3,75%
3 Bea Balik Nama Kendaraan penyerahan pertama 10%
Bermotor
penyerahan kedua dan seterusnya 1%
Sumber : Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 13 Tahun 2011 Tentang
Pajak Daerah
Dalam Putusan Mahkamah Konstitusi (2013) untuk tahun 2011, jumlah
penerimaan PKB secara nasional adalah sebesar Rp. 15,9 triliun, dan untuk BBNKB
4
adalah sebesar Rp. 18,022 triliun. Realisasi penerimaan pajak kendaraan bermotor
rata-rata setiap tahunnya sebesar 109,78% dari target yang telah ditetapkan.
penerimaan Pajak dari Pajak Kendaraan Bermotor akan meningkat, selain itu
penerimaan pajak dari Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor juga akan meningkan
Tabel 1.2
Penerimaan Pajak Daerah per-Jenis Pajak
Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Wilayah Kota Bandung III
Tahun Anggaran 2013
Tahun 2013 %
Jenis Penerimaan
Target Realisasi Realisasi
PKB 201,626,297,000 277,362,770,500 137.56%
BBNKB I 179,679,136,000 221,725,480,000 123.40%
BBNKB II 2,439,000,000 5,115,463,450 209.74%
Pajak Bahan Bakar KB 165,842,818,000 168,845,555,334 101.81%
Pajak Air Permukaan 80,840,000 83,315,500 103.06%
Sumber : Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Provinsi Wil. Kota Bandung III
penerimaan pajak daerah dibandingan dengan sumber pendapatan dari pajak lainnya,
sehingga pendapatan daerah dari Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama
Tabel 1.3
Penerimaan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Bekas di Cabang
Pelayanan Dinas Pendapatan Provinsi Wilayah Kota Bandung III
Tahun (2008-2013)
%
Penerimaan
Tahun Perubahan Pertumbuhan Keterangan
BBNKB II
Per Tahun
Bekas (BBNKB II) di Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Wilayah
Kota Bandung III dari tahun 2008-2010 (sebelum progresif) dan dari tahun 2011-
2013 (setelah progresif). Penerimaan BBNKB Bekas dari tahun 2008-2011 setiap
tahunnya meningkat, tetapi pada tahun 2012 penerimaan BBNKB Bekas mengalami
penurunan.
wajib pajak yang belum faham terhadap penerapan pajak progresif, jadi wajib pajak
yang telah menjual kendaraannya tidak melaporkan kepada pihak smasat untuk di
blokir nomor polisi kendaraannya, sehingga wajib pajak tersebut dikenai tariff
6
progresif dengan demikian pembeli kendaraan bekas bisa membayar pajak kendaraan
Tabel 1.4
Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor di Cabang Pelayanan Dinas
Pendapatan Provinsi Wilayah Kota Bandung III
Tahun (2008-2013)
Penerimaan Pajak %
Tahun Kendaraan Perubahan Pertumbuhan Keterangan
Bermotor Per Tahun
progresif PKB pada tahun 2010 Cabang Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Wil. Kota
Bandung III penerimaan PKB sebesar Rp. 119.998.507.575 dan pada tahun 2011
sebesar 22,77%. Begitupun pada tahun 2012 dan 2013 Penerimaan Pajak dari PKB
7
selalu mengalami kenaikan yaitu pada tahun 2012 sebesar 32,82% dan pada tahun
karena banyak warga yang tidak mengerti sepenuhnya tentang penerapan pajak
progresif ini, menyebabkan tidak sedikit terjadi permasalahan pada saat warga
atas nama warga tersebut walaupun sebenarnya kendaraan tersebut sudah tidak
dikuasai lagi. Hal ini sering terjadi karena warga telah menjual kendaraan
sehingga ia dikenai pajak progresif terhadap kendaraan yang tidak dikuasainya lagi
(Agung, 2012).
SAMSAT untuk melakukan pemblokiran nomor polisi kendaraan yang sudah dijual
nantinya tentu berpengaruh terhadap pendataan pemilk kendaraan yang terkena atau
wilayahnya sesuai dengan alamat di STNK untuk melaporkan data kendaraan yang
8
dijual dengan membawa fotocopy KTP pemilik lama dengan fotoopy KTP pemilik
baru, nomor kendaraan yang dijual dan dokumen penting lain, membawa kuitansi
pernyataan. Kemudian datangi bagian Tata Usaha (TU) Pajak dan minta permohonan
pemblokiran kendaraan. Namanya adalah Blokir Atas Lapor Jual Kendaraan, pemilik
Pada Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Provinsi Wil. Kota Bandung III
(Bandung Timur)
1.3.1 Maksud
tariff progresif.
1.3.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Pajak Progresif
dan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan Bea Balik Nama
kegunaan bagi:
1. Penulis
2. Pembaca
3. Instansi terkait
dalam penyusunan skripsi ini, maka penulis melakukan penelitian. Lokasi penelitian
yang dipilih adalah Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Wilayah
Kota Bandung III dengan alamat Jalan Soekarno Hatta No. 528 Bandung. Adapun
Provinsi Wilayah Kota Bandung III ini karena kantor Samsat ini melayani
permasalahan terkait tarif progresif Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor.