Anda di halaman 1dari 3

2.

Menurunkan energi transisi dengan menciptakan lingkungan yang terdistribusi muatan


berlawanan dan tanpa mengubah bentuk substrat sedikit pun. 3. Membentuk lintasan reaksi
alternatif. 4. Menggiring substrat pada orientasi yang tepat untuk bereaksi, dengan cara
menurunkan perubahan entropi reaksi. Dilihat dari cara kerja enzim tersebut, bagian enzim
yang aktif sebagai katalis memiliki gugus prostetik yang bentuknya sangat spesifik sehingga
hanya bisa bereaksi terhadap molekul dengan bentuk yang spesifik pula. Dengan demikian,
cara kerja enzim bisa digambarkan dengan teori gembok dan anak gembok atau teori
kecocokan yang terinduksi. 1) Lock and key (gembok dan kunci) Menurut teori kunci-
gembok, terjadinya reaksi antara substrat dengan enzim karena adanya kesesuaian bentuk
ruang antara substrat dengan situs aktif (active site) dari enzim, sehingga sisi aktif enzim
cenderung kaku. Substrat berperan sebagai kunci masuk ke dalam situs aktif, yang
berperan sebagai gembok, sehingga terjadi kompleks enzim-substrat. Pada saat ikatan
kompleks enzim-substrat terputus, produk hasil reaksi akan dilepas dan enzim akan kembali
pada konfigurasi semula. Berbeda dengan teori kunci gembok. Jika enzim mengalami
denaturasi (rusak) karena panas, maka bentuk sisi aktif berubah sehingga substrat tidak
sesuai lagi. 2) Teori Kecocokan Induksi (Daniel Koshland) Menurut teori kecocokan
induksi reaksi antara enzim dengan substrat berlangsung karena adanya induksi substrat
terhadap situs aktif enzim sedemikian rupa sehingga keduanya merupakan struktur yang
komplemen atau saling melengkapi. Menurut teori ini situs aktif tidak bersifat kaku, tetapi
lebih fleksibel. Leonor Michaelis dan Maude Menten pada tahun 1913 mengajukan hipotesis
bahwa dalam reaksi enzim terjadi dahulu kompleks enzim-substrat yang kemudian
menghasilkan hasil reaksi dan enzim kembali. Secara sederhana hipotesis Michaelis dan
Menten itu dapat dituliskan sebagai berikut : Enzim (E) + Substrat (S) 1

Michaelis dan Menten berkesimpulan bahwa kecepatan reaksi tergantung pada


konsentrasi kompleks enzim-substrat [ES], sebab apabila tergantung pada konsentrasi
substrat [S], maka penambahan konsentrasi substrat akan menghasilkan pertambahan
kecepatan reaksi yang apabila digambarkan akan merupakan garis lurus. 2.7 Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Kerja Enzim Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kerja enzim,
yaitu: 1) Konsentrasi enzim, pada suatu konsentrasi substrat tertentu, kecepatan reaksi
bertambah dengan bertambahnya konsentrasi enzim. 2) Konsentrasi Substrat, hasil
eksperimen menunjukkan bahwa dengan konsentrasi enzim yang tetap, maka pertambahan
konsentrasi substrat akan menaikkan kecepatan reaksi. Akan tetapi pada batas konsentrasi
tertentu, tidak terjadi kenaikan kecepatan reaksi walaupun konsentrasi substrat diperbesar.
Dengan demikian konsentrasi kompleks enzim substrat makin besar dan hal ini
menyebabkan makin besarnya kecepatan reaksi. Pada suatu batas konsentrasi substrat
tertentu, semua bagian aktif telah dipenuhi oleh substrat atau telah jenuh dengan substrat.
Dalam keadaan ini, bertambah besarnya konsentrasi substrat tidak menyebabkan
bertambah besarnya kosentrasi kompleks substrat, sehingga jumlah hasil reaksinya pun
tidak bertambah besar. 3) Suhu, pada suhu rendah reaksi kimia berlangsung lambat,
sedangkan pada suhu yang lebih tinggi reaksi berlangsung lebih cepat. Di samping itu,
karena enzim adalah suatu protein, maka kenaikan suhu dapat menyebabkan terjadinya
proses denaturasi, sehingga bagian aktif enzim akan terganggu dan dengan demikian
konsentrasi efektif enzim menjadi berkurang dan kecepatan reaksinya pun menurun.
Kenaikan suhu sebelum terjadinya proses denaturasi dapat menaikkan kecepatan reaksi.
Namun kenaikan suhu pada saat terjadinya denaturasi akan mengurangi kecepatan reaksi.
Oleh karena ada dua 1

pengaruh yang berlawanan, maka akan terjadi suatu titik optimum, yaitu suhu yang paling
tepat bagi suatu proses reaksi yang menggunakan enzim tersebut. 4) pH, struktur ion
enzim tergantung pada pH lingkungan. Enzim dapat berbentuk ion positif, ion negative
atau ion bermuatan ganda (zwitter ion). Dengan demikian perubahan pH lingkungan akan
berpengaruh terhadap efektifitas bagian aktif enzim dalam membentuk kompleks enzim
substrat. Tinggi rendahnya pH juga dapat menyebabkan denaturasi yang dapat
menurunkan aktifitas enzim, sehingga diperlukan suatu pH optimum yang dapat
menyebabkan kecepatan reaksi enzim yang paling tinggi. 5) Produk/hasil reaksi (dapat
menghambat enzim) 6) Zat penggiat (aktivator), misalnya logam alkali, logam alkali
tanah, Mn, Mg, dan Cl. 7) Zat penghambat (Inhibitor), yaitu molekul atau ion yang
dapat menghambat reaksi pembentukan kompleks enzim-substrat. Hambatan yang dilakukan
oleh inhibitor dapat berupa hambatan tidak revesibel atau hambatan revesibel.

Hambatan Revesibel Hambatan revesibel dapat berupa hambatan bersaing atau hambatan
tidak bersaing. Hambatan bersaing. Hambatan bersaing disebabkan karena ada molekul
mirip dengan substrat, yang dapat pula membentuk kompleks, yaitu kompleks enzim
inhibitor (EI) pembentukan kompleks ES, yaitu melalui penggabungan inhibitor dengan
enzim pada bagian aktif enzim. Dengan demikian terjadi persaingan antara inhibitor dengan
substrat terhadap bagian aktif enzim melalui reaksi sebagai berikut : E + S -------------- ES
E + I --------------- EI Inhibitor yang menyebabkan hambatan bersaing disebut inhibitor
bersaing. Inhibitor ini menghalangi terbentuknya kompleks ES dengan cara membentuk
kompleks EI dan tidak dapat membentuk hasil reaksi ( P). E + S -------------- ES ------------
E + P (membentuk hasil reaksi) E + I -------------- EI ------------ ( tidak terbentuk hasil
reaksi) 1

Dengan demikian adanya inhibitor bersaing dapat mengurangi peluang bagi terbentuknya
kompleks ES dan hal ini menyebabkan berkurangnya kecepatan reaksi. Hambatan tak
bersaing Hambatan tidak bersaing ( non competitive inhibition ) tidak di pengaruhi oleh
besarnya konsentrasi substrat dan inhibitor yang melakukannya (inhibitor tidak bersaing).
Dalam hal ini inhibitor dapat bergabung dengan enzim di luar bagian aktif. Penggabungan
antara inhibitor dengan enzim ini terjadi pada enzim bebas, atau pada enzim yang telah
mengikat substrat yaitu kompleks enzim substrat. E + I ----------- EI ES + I ------------ ESI b)
Hambatan tidak reversibel Hambatan tidak reversibel ini dapat terjadi karena inhibitor
bereaksi tidak reversibel dengan bagian tertentu pada enzim, sehingga mengakibatkan
berubahnya bentuk enzim. Dengan demikian mengurangi aktivitas katalik enzim tersebut.
Reaksi ini berlangsung tidak reversibel sehingga menghasilkan produk reaksi dengan
sempurna. Hambatan Alosterik Hambatan yang terjadi pada enzim alosterik dinamakan
hambatan alosterik, sedangkan inhibitor yang menghambat dinamakan inhibitor alosterik.
Bentuk molekul inhibitor alosterik berkaitan dengan enzim pada tempat diluar bagian aktif
enzim. Dengan demikian, hambatan ini tidak akan dapat diatasi dengan penambahan
sejumlah besar substrat. Terbentuknya ikatan antara enzim dengan inhibitor mempengaruhi
konformasi enzim, sehingga bagian aktif mengalami perubahan bentuk. Akibatnya ialah
penggabungan substrat pada bagian aktif enzim terhambat.

Anda mungkin juga menyukai