Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ada dua juta cedera kepala yang terjadi setiap tahunnya di Amerika Serikat. Satu
setengah juta merupakan cedera ringan yang ditangani sebagai pasien rawat-jalan,
sedangkan 500.000 kasus mengalami cedera yang cukup parah dan memerlukan
perawatan di rumah sakit. Jumlah tersebut memprediksikan besarnya kemungkinan
menghadapi pasien-pasien cedera kepala. Cedera otak merupakan penyebab kematian
utama pada satu organ yang berkaitan dengan trauma. Cedera kepala merupakan
penyebab separuh dari seluruh kematian akibat kecelakaan kendaraan bermotor.
Orang muda yang berusia 15-24 tahun, memiliki insiden cedera kepala yang paling
tinggi. Orang tua merupakan kelompok berikutnya yang mempunyai angka insiden
tertinggi. Perawat kegawatdaruratan harus dapat mengkaji secara adekuat pasien
cedera kepala dan memulai tindakan perawatannya. Meskipun peranan perwat dalam
program pencegahan amat penting, peranannya dalam mengenali dan merawat cedera
otak juga tidak kalah pentingnya.

Setiap tahun 8.000-10.000 orang Amerika Serikat mengalami cedera medula spinalis
disertai dengan paralisis. Usia rata-rata korban cedera tulang belakang adalah 25
tahun; jumlah korban laki-laki melebihi wanita dengan perbandingan 4 : 1. Dari
riwayatnya, banyak di antara korban dengan cedera medula spinalis akut meninggal
akibat komplikasi respirasi. Perbaikan pada sistem penanganan trauma, telah
menurunkan angka komplikasi dan meningkatkan angka keberhasilan. Keberhasilan
dan kualitas hidup pasien bergantung pada perawatan kegawatdaruratan yang
didapatkan. Pengenalan dan perawatan awal akan mempertahankan potensi
rehabilitasi yang optimal.
B. Rumusan Masalah
Berkaitan dengan latar belakang diatas maka rumusan masalah dari makalah ini
adalah Bagaimana konsep dan asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien trauma
kepada dan tulang belakang

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui konsep teori, masalah keperawatan dan asuhan keperawatan pasien

dengan trauma kepala dan tulang belakang.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengertian trauma kepala dan tulang belakang

b. Mengetahui etiologi, klasifikasi, patofisiologi, manifestasi klinis,

pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan pasien dengan trauma kepala

dan tulang belakang.

c. Mengetahui masalah keperawatan dan asuhan keperawatan pasien dengan

trauma kepala dan tulang belakang


BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN TRAUMA KEPALA

A. Definisi
Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai
perdarahan interstitial dalam substansi otak, tanpa terputusnya kontinuitas
otak.

Trauma cerebral adalah suatu bentuk trauma yang dapat mengubah


kemampuan otak dalam menghasilkan keseimbangan aktivitas fisik,
intelektual, emosional, sosial dan pekerjaan.

B. Klasifikasi
1. Trauma kulit kepala (scalp wounds)
Kulit kepala harus diperiksa adakah bukti luka atau perdarahan akibat
fraktur tengkorak. Adanya obyek yang berpenetrasi atau benda asing harus
diangkat atau ditutupi dengan kain steril, perawatan untuk tidak menekan
area luka. Laserasi pada kulit kepala cenderung menyebabkan perdarahan
hebat dan harus ditanagani dengan pengaplikasian penekanan langsung.
Kegagalan mengontrol perdarahan dapat menyebabkan terjadinya syok.
Semenjak beberapa laserasi tidak dapat dideteksi dengan mudah, periksa
kulit kepala dengan menggunakan sarung tanagn, sishkan rambut untuk
memfasilitasi infeksi. Palpasi tengkorak dan catat adanya fragmen tulang.
Jangan memberikan tekanan pada tulang tengkorak atau jaringan otak
yang tidak stabil jika fraktur ditemukan, sejak jaringan otak dan area
sekitarnya dikelilingi oleh pembuluh-pembuluh darah dapat menyebabkan
cedera lebih lanjut.
Rambut disekitar laserasi kulit kepala harus dicukur dan luka dibersihkan,
didebridemen, diinspeksi keseluruhan areanya sebelum ditutup.
2. Fraktur tengkorak
Fraktur kalvaria (atap tengkorak) apabila tidak terbuka (tidak ada
hubungan otak dengan dunia luar) tidak memerlukan perhatian segera.
Yang lebih penting adalah keadaan intrakranialnnya. Fraktur tengkorak
tidak memerlukan tindakan pengobatan istimewa apabila ada fraktur
impresi tulang maka operasi untuk mengembalikan posisi.
Pada fraktur basis kranium dapat berbahaya terutama karena perdarahan
yang ditimbulkan sehingga menimbulkan ancaman terhadap jalan nafas.
Pada fraktur ini, aliran cairan serebro spinal berhenti dalam 5-6 hari dan
terdapat hematom kacamat yaitu hematom sekitar orbita.
3. Gegar otak (komosio serebri)
Kehilangan kesadaran sementara (<15 menit). Sesudah itu klien mungkin
mengalami disorientasi dan bingung hanya dalam waktu yang relatif
singkat. Gejala lain meliputi : sakit kepala, tidak mampu untuk
berkonsentrasi, gangguan memori sementara, pusing dan peka. Beberapa
klien mengalami amnesia retrograd. Kebanyakan klien sembuh sempurna
dan cepat, tetapi beberapa penderita lainnya berkembang kearah sindrom
pasca gegar dan dapat mengalami gejala lanjut selama beberapa bulan.
4. Kontusio serebri
Kehilangan kesadaran lebih lama. Dikenal dengan diffuse axonal injury
(DAI), yang mempunyai prognosis lebih buruk.
5. Dapat berupa perdarahan epidural, perdarahan subdural atau perdarahan
intrakranial. Terutama perdarahan epidural dapat berbahaya karena
perdarahan beranjut akan menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial
yang semakin berat-berat

C. Etiologi
Menurut penyebabnya trauma kepala dibagi atas :
1. Trauma tumpul
Kekuatan benturan akan menyebabkan kerusakan yang menyebab.
Berat ringannya cedera yang trjadi tergantung pada proses akselerasi-
deselerasi, kekuatan benturan dan kekuatan rotasi internal. Rotasi
internal dapat menyebabkan perpindahan cairan dan prdarahan petekie
karena pada saat otak bergeser akan terjadi pergesekan antara
permukaan otak dengan tonjolan-tonjolan yang terdapat dipermukaan
dalam tengkorak laserasi jaringan otak sehingga mengubah integritas
vaskuler otak.
2. Trauma tajam
Disebabkan oleh isau atau peluru, atau fragmen tulang pada fraktur
tulang tengkorak. Kerusakan tergantung pada kecepatan gerak
(velocity) benda tajam tersebut menancap ke kepala atau otak.
Kerusakan terjadi hanya pada area dimana benda tersebut merobek
otak (lokal).
Objek dengan velocity tinggi (peluru) menyebabkan kerusakan struktur
otak yang luas. Adanya luka terbuka menyebabkan risiko infeksi.
3. Coup dan contracoup
Pada cedera coup kerusakan terjadi segera pada daerah benturan
sedangkan pada cedera contracoup kerusakan terjadi pada sisi yang
berlawanan dengan cedera coup.

Menurut berat-ringannya trauma, cedera kepala terbagi sebagai berikut :


1. Cedera kepala ringan
Nilai GCS 13-15
Amnesia < 30 menit
Trauma sekunder dan trauma neurologis tidak ada
Kepala pusing beberapa jam sampai beberapa hari
2. Cedera kepala sedang
Nilai GCS 9-12
Penurunan kesadaran 30 menit 24 jam
Terdapat trauma sekunder
Gangguan neurologis sedang
3. Cedera kepala berat
Nilai GCS 3-8
Kehilangan kesadaran > 24 jam sampai berhari-hari
Terdapat cedera sekunder : kontusio, fraktur tengkorak,
perdarahan dan atau hematoma intrakranial

D. Patofisiologi
Suatu sentakan traumatik pada kepala menyebabkan cedera kepala. Sentakan
biasanya tiba-tiba dan dengan kekuatan penuh, seperti jatuh, kecelakaan
kendaraan bermotor, atau kepala terbentur. Jika sentakan menyebabkan suatu
trauma akselerasi-deselerasi atau coup-cotracoup, maka kontisio serebri dapat
terjadi. Trauma akselerasi-deselerasi dapat terjadi langsung dibawah sisi yang
terkena ketika otak terpantul kearah tengkorak dari kekuatan suatu sentakan
(seperti suatu pukulan benda tumpul), ketika kekuatan sentakan mendorong
otak terpantul kearah sisi berlawanan tengkorak, atau ketika kepala terdorong
kedepan dan terhenti seketika.otak terus bergerak dan terbentur kembali ke
tengkorak (akselerasi) dan terpantul (deselerasi).

Mekanisme trauma :
Trauma kepala terjadi bila ada kekuatan mekanik yang ditransmisikan ke
jaringan otak.
Akselerasi : kepala yang diam (tak bergerak) ditabrak oleh benda yang
bergerak
Deselerasi : kepala membentur benda yang tak bergerak
Deformasi : benturan pada kepala (tidak menyebabkan fraktur tulang
tengkorak) menyebabkan pecahnya pembuluh darah vena yang
terdapat di permukaan kortikal sampai ke dura sehingga terjadi
perdarahan subdural.

E. Manifestasi Klinis
1. Peningkatan TIK
Trias TIK : penurunan tingkat kesadaran, gelisah, pail edema,
muntah proyektil
Penurunan fungsi neurologis, seperti : perubahan bicara,
perubahan reaksi pupil, sensori motorik berubah
Sakit kepala, mual, pandangan kabur (diplopia)
2. Fraktur tengkorak
CSF atau darah mengalir dari telinga dan hidung
Perdarahan dibelakang membran timpani
Periorbital ekhimosis
Battels sign (memar didaerah mastoid)
3. Kerusakan saraf kranial dan telinga tengah, terjadi saat kecelakaan
Perubahan penglihatan akibat kerusakan nervus optikus
Pendengaran berkurang akibat kerusakan nervus auditory
Hilangnya daya penciuman akibat kerusakan nervus olfaktorius
Pupil dilatasi, ketidakmampuan mata bergerak akibat kerusakan
nervus okulomotor
Vertigo akibat kerusakan otolith ditelinga tengah
Nistagmus karena kerusakan sistem vestibular
4. Komosio serebri
Sakit kepala-pusing
Retrograde amnesia
Tidak sadar lebih dari atau sama dengan 5 menit
5. Kontisio serebri
Terjadi pada injuri berat, termasuk fraktur servikalis :
Kontisio serebri
Manifestasi tergantung hemisfer otak yang terkena. Kontisio
pada lobus temporal : agitasi, confuse; kontisio frontal :
hemiparise, klien sadar; kontisio frontotemporal : aphasia.
Tanda dan gejala tersebut reversible.
Kontisio batang otak
Respon segera menghilang dan pasien koma
Penurunan tingkat kesadaran terjadi berhari-hari, bila
kerusakan berat
Pada sistem riticular terjadi comatuse permanen
Pada perubahan tingkat kesadaran :
- Respirasi : normal/periodik/cepat
- Pupil : simetris konstriksi dan reaktif
- Kerusakan pada batang otak dan bagian atas
pupil abnormal
- Gerakan bola mata tidak ada

F. Penatalaksanaan
1. Perawatan emergeny
1) Primary survey
Nilai tingkat kesadaran
Lakukan penilaian ABC
A airway : kaji apakah ada muntah, perdarahan, benda
asing dalam mulut
B breathing: kaji kemampuan bernafas, peningkatan PCO2
akan memperburuk edema serebri
C circulation: nilai denyut nadi dan perdarahan
Imobilisasi kepala atau leher dengan collar neck atau alat lain
dipertahankan sampai hasil x-ray membuktikan tidak ada
fraktur cervikal
2) Intervensi primer
Buka jalan nafas dengan tekhnik jaw thurst kepala janagan
ditekuk, isap lendir jika perlu
Beri O2 4-6 liter/menit untuk mencegah anoksia serebri
Hiperventilasi 20-25 x/menit meningkatkan vasokontriksi
pembuluh darah otak sehingga edema serebri menurun
Kontrol perdarahan, jangan beri tekanan pada luka perdarahan
di kepala, tutup saja dengan kassa, diplester. Jangan berusaha
menghentikan aliran darah dari lubang telinga atau hidung
dengan menutup lubang tersebut.
Pasang infus
3) Secondary survey
a) Kaji riwayat trauma
Mekanisme trauma
Posisi saat klien ditemukan
Memori
b) Tingkat kesadaran
Nilai dengan Glasgow Coma Scale (GCS)
c) Ukur TTV
Hipertensi dan bradikardi menandakan peningkatan TIK
Nadi irregular atau cepat menandakan disritmia jantung
Apnea, perubahan pola nafas terdapat pada terdapat
pada cedera kepala
Suhu meningkat dihubungkan dengan heart injuri
(taruma panas)
d) Respon pupil : simetris atau tidak
e) Gangguan penglihatan
f) Sunken eyes (mata terdorong kedalam): satu atau keduanya
g) Kejang
h) Tanda batlles yaitu blush discoloration atau memar
dibelakang telinga (mastoid) menandakan adanya fraktur dasar
tengkorak
i) Rinorea atau otorea menandakan kebocoran NSF
j) Periorbital ecchymosis akan ditemukan pada fraktur anterior
basilar

Anda mungkin juga menyukai