Anda di halaman 1dari 7

BAB I

DEFINISI

Interaksi obat merupakan satu dari delapan kategori masalah terkait obat (drug-related
problem) yang diidentifikasi sebagai kejadian atau keadaan terapi obat yang dapat
mempengaruhi outcome klinis pasien. Sebuah interaksi obat terjadi ketika farmakokinetika
atau farmakodinamika obat dalam tubuh diubah oleh kehadiran satu atau lebih zat yang
berinteraksi.
Suatu interaksi terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh kehadiran obat lain, obat
herbal, makanan, minuman atau agen kimia lainnya dalam lingkungannya. Definisi yang
lebih relevan kepada pasien adalah ketika obat bersaing satu dengan yang lainnya, atau apa
yang terjadi ketika obat hadir bersama satu dengan yang lainnya
Secara umum, ada dua mekanisme interaksi obat :
1. Interaksi Farmakokinetik
Interaksi farmakokinetik terjadi ketika suatu obat mempengaruhi absorbsi,
distribusi, metabolisme dan ekskresi obat lainnya sehingga meningkatkan atau
mengurangi jumlah obat yang tersedia untuk menghasilkan efek farmakologisnya.
2. Interaksi Farmakodinamik
Interaksi farmakodinamik adalah interaksi yang terjadi antara obat yang memiliki
efek farmakologis, antagonis atau efek samping yang hampir sama. Interaksi ini
dapat terjadi karena kompetisi pada reseptor atau terjadi antara obat-obat yang
bekerja pada sistem fisiologis yang sama. Interaksi ini biasanya dapat diprediksi
dari pengetahuan tentang farmakologi obat-obat yang berinteraksi.

1
BAB II
RUANG LINGKUP

Sekarang ini potensi efek yang tidak terduga sebagai akibat dari interaksi antara obat
dan obat lain atau makanan telah ditetapkan. Risiko interaksi obat akan meningkat seiring
dengan peningkatan jumlah obat yang digunakan oleh individu. Hal ini juga menyiratkan
risiko yang lebih besar pada orang tua dan mengalami penyakit kronis, karena mereka
akan menggunakan obat-obatan lebih banyak daripada populasi umum. Risiko juga
meningkat bila rejimen pasien berasal dari beberapa resep. Peresepan dari satu apotek saja
mungkin dapat menurunkan risiko interaksi yang tidak terdeteksi
Kejadian interaksi obat dalam klinis sukar diperkirakan karena :
a. dokumentasinya masih sangat kurang
b. seringkali lolos dari pengamatan, karena kurangnya pengetahuan akan mekanisme
dan kemungkinan terjadi interaksi obat. Hal ini mengakibatkan interaksi obat
berupa peningkatan toksisitas dianggap sebagai reaksi idiosinkrasi terhadap salah
satu obat, sedangkan interaksi berupa penurunakn efektivitas dianggap diakibatkan
bertambah parahnya penyakit pasien
c. kejadian atau keparahan interaksi obat dipengaruhi oleh variasi individual, di mana
populasi tertentu lebih peka misalnya pasien geriatric atau berpenyakit parah, dan
bisa juga karena perbedaan kapasitas metabolisme antar individu. Selain itu faktor
penyakit tertentu terutama gagal ginjal atau penyakit hati yang parah dan faktor-
faktor lain (dosis besar, obat ditelan bersama-sama, pemberian kronik).

2
BAB III
TATA LAKSANA

A. Pasien yang Rentan Terhadap Interaksi Obat


Efek dan tingkat keparahan interaksi obat dapat bervariasi antara pasien yang satu
dengan yang lain. Berbagai faktor dapat mempengaruhi kerentanan pasien terhadap
interaksi obat, antara lain yaitu:
1). Pasien lanjut usia
2). Orang yang minum lebih dari satu macam obat
3). Pasien yang mempunyai gangguan fungsi ginjal dan hati 4). Pasien dengan
penyakit akut
5). Pasien dengan penyakit yang tidak stabil
6). Pasien yang memiliki karakteristik genetik tertentu
7). Pasien yang dirawat oleh lebih dari satu dokter.
Reaksi yang merugikan dan interaksi obat yang terjadi pada pasien lanjut usia
adalah tiga sampai tujuh kali lebih banyak daripada mereka yang berusia 16
pertengahan dan dewasa muda. Pasien lanjut usia menggunakan banyak obat karena
penyakit kronis dan banyaknya penyakit mereka, oleh karena itu mereka mudah
mengalami reaksi dan interaksi yang merugikan. Reaksi yang merugikan dan interaksi
obat yang terjadi pada pasien lanjut usia lebih tinggi karena beberapa sebab, yaitu:
1). Pasien lanjut usia menggunakan banyak obat karena penyakit kronik dan
banyaknya penyakit mereka.
2). Banyak dari pasien lanjut usia melakukan pengobatan diri sendiri dengan obat
bebas, memakai obat yang diresepkan untuk masalah kesehatan yang lain,
menggunakan obat yang diberikan oleh beberapa dokter, menggunakan obat yang
diresepkan untuk orang lain, dan tentunya proses penuaan fisiologis yang terus
berjalan.
3). Perubahan-perubahan fisiologis yang berkaitan dengan proses penuaan seperti
pada sistem gastrointestinal, jantung dan sirkulasi, hati dan ginjal dan perubahan
ini mempengaruhi respon farmakologik terhadap terapi obat.

B. Penatalaksanaan Interaksi Obat


Langkah pertama dalam penatalaksanaan interaksi obat adalah waspada terhadap
pasien yang memperoleh obat-obatan yang mungkin dapat berinteraksi dengan obat lain.

3
Langkah berikutnya adalah memberitahu dokter dan mendiskusikan berbagai langkah
yang dapat diambil untuk meminimalkan berbagai efek samping obat yang mungkin
terjadi. Strategi dalam penataan obat ini meliputi :
1). Menghindari kombinasi obat yang berinteraksi. Jika risiko interaksi obat lebih
besar daripada manfaatnya, maka harus dipertimbangkan untuk memakai obat
pengganti.
2). Menyesuaikan dosis jika hasil interaksi obat meningkatkan atau mengurangi efek
obat, maka perlu dilaksanakan modifikasi dosis salah satu atau kedua obat untuk
mengimbangi kenaikan atau penurunan efek obat tersebut.
3). Memantau pasien Jika kombinasi obat yang saling berinteraksi diberikan,
pemantauan diperlukan.
4). Melanjutkan pengobatan seperti sebelumnya Jika interaksi obat tidak bermakna
klinis, atau jika kombinasi obat yang berinteraksi tersebut merupakan pengobatan
yang optimal, pengobatan pasien dapat diteruskan tanpa perubahan.

B. Data Potensi Interaksi Obat dengan Obat


Berikut adalah beberapa list data potensi obat dengan obat yang dapat
menimbulkan efek samping beserta rekomendasi dalam mengatasinya:
Keterangan dan
Interaksi Efek Potensial
Rekomendasi
Warfarin dengan Efek warfarin meningkat Pilih/ganti antibiotika
siprofloksasin, klaritromisin, alternative
eritromisin, metronidazol,
atau kotrimoksazol
Warfarin dengan Perdarahan meningkat, INR Sedapat mungkin gunakan
asetaminofen meningkat dosis asetaminofen terendah,
monitor INR
Warfarin dengan NSAID Perdarahan meningkat, INR Sedapat mungkin hindari
meningkat penggunaan obat-obat tsb
bersamaan. Jika diperlukan
penggunaan bersama,
gunakan inhibitor Cox-2 dan
monitor INR

4
Keterangan dan
Interaksi Efek Potensial
Rekomendasi
Fluorokuinolon dengan Absorpsi fluorokuinolon Beri jarak waktu pemberian
kation di/trivalen atau menurun 2 - 4 jam
sucralfate
Fenitoin dengan rifampin Kadar plasma fenitoin Monitor kadar plasma
menurun fenitoin Monitor
Pil kontraseptik oral dengan Keefektifan pil kontraseptik Sedapat mungkin hindari
rifampin, antibiotic dan oral menurun interaksi ini. Jika kontrasepsi
troglitazon oral diperlukan, gunakan
kontraseptik oral dengan
estrogen kadar
tinggi(>35p,getinil estradiol),
atau metoda kontrasepsi
altematif lain
Cisapride dengan eritromsiin, Perpanjangan interval QT Hindari!
klaritromisin, flukonazol, diikuti aritmia karena
itrakonazol, ketokonazol, penghambatan metabolisme
nefazodon, indinavir atau cisaprid
ritonavir
Cisapride dengan anti aritmia Perpanjangan interval QT Hindari!
klas IA/III, antidepresan diikuti aritmia
trisiklik atau fenotiazin
Ciprofloxacin dengan Dapat menyebabkan Hindari penggunaan
dexametason kerusakan tendon bersamaan terutama pasien
berusia diatas 60 th.
Diltiazem dengan simvastatin Meningkatkan kadar Sedapat mungkin hindari
simvastatin dalam darah, interaksi ini.
menyebabkan
rhabdomyolisis
Levofloxacin dengan Perpanjangan interval QT Hindari!
ondansetron diikuti aritmia

5
Keterangan dan
Interaksi Efek Potensial
Rekomendasi
Alprazolam dengan ISDN Menurunkan tekanan darah Monitoring tekanan darah
pasien
Ibuprofen dengan Aspirin Penggunaan aspirin tidak Hindari!
akan efektif dalam
penyembuhan stroke
Menyebabkan pendarahan
gastrointestinal
Simvastatin dengan Meningkatkan kadar Sedapat mungkin hindari
Fenofibrate simvastatin dalam darah, interaksi ini.
menyebabkan
rhabdomyolisis
Ciprofloxacin dengan Perpanjangan interval QT Sedapat mungkin hindari
Azitromycin diikuti aritmia interaksi ini.

6
BAB IV
PENUTUP

Diharapkan dengan adanya buku pedoman ini, kegiatan pelayanan di Instalasi


Farmasi yang selama ini sudah dijalankan dapat lebih ditingkatkan hasil dan kinerjanya.

Bagi staf di Instalasi Farmasi Rumah Sakit diharapkan buku pedoman ini dapat
membantu memberi gambaran kegiatan, hal-hal apa saja yang dilaksanakan dan upaya-upaya
peningkatan kinerja sehingga tercapai budaya farmasi yang optimal di Instalasi Farmasi
khususnya di Rumah Sakit Umum Daerah Cimacan.

Panduan ini masih akan terus dievaluasi. Kami mengharapkan masukan yang
berharga bagi penyempurnaan buku pedoman ini dimasa mendatang.

Anda mungkin juga menyukai