Anda di halaman 1dari 29

Makalah Akuntansi Alokasi Dana Bank

Disusun oleh :

Ricky Yusar Prayasa 164020249

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS PASUNDAN
2017
Kata Pengantar
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T., karena atas berkat rahmat dan
hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa shalawat serta salam senantiasa
tercurah kepada junjungan Nabi Besar Muhammad S.A.W., beserta keluarga dan para
sahabatnya.

Makalah yang berjudul Alokasi Dana Bank ini kami buat untuk memenuhi
kompetensi mata kuliah Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Dalam penyusunan makalah ini,
kami telah berusaha sekuat tenaga. Namun tentu saja, makalah ini tidaklah luput dari kesalahan.
Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun, agar makalah ini menjadi
lebih baik.

Dalam pembuatan makalah ini kami mendapatkan dukungan dari berbagai pihak.
Untuk itu, kami ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada:

1. Ibu Anita, selaku dosen pembimbing kami,


2. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan, baik secara moril maupun materil
kepada kami, dan
3. Rekan-rekan seperjuangan, yang telah memberikan energi positifnya kepada kami.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan penulis pada khususnya. Amin

Jakarta, 18 Maret 2017

Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar......................................................................................................................................... i
Daftar Isi .................................................................................................................................................. ii
BAB I. Pendahuluan................................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 2
1.3 Metode Penelitian ........................................................................................................................ 2
1.3.1 Objek Penelitian ..................................................................................................................... 2
1.3.2 Metode Penelitian ................................................................................................................. 2
BAB II. Kajian Teori .................................................................................................................................. 3
2.1 Pengertian Pengalokasian Dana................................................................................................... 3
2.2 Pengertian Kredit dan Pembiayaan .............................................................................................. 3
2.3 Unsur-unsur Kredit........................................................................................................................ 4
2.4 Tujuan dan Fungsi Kredit .............................................................................................................. 5
2.5 Jenis-Jenis Kredit ........................................................................................................................... 7
2.6 Jaminan Kredit .............................................................................................................................. 9
2.7 Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit ................................................................................................ 10
2.8 Aspek-aspek dalam penilaian kredit ........................................................................................... 12
2.9 Prosedur dalam Pemberian Kredit .............................................................................................. 13
2.10 Kualitas Kredit ........................................................................................................................... 16
2.11 Teknik Penyelesaian Kredit Macet ............................................................................................ 19
BAB III. Hasil Penelitian dan Pembahasan ............................................................................................ 21
BAB IV. Penutup .................................................................................................................................... 24
4.1 Kesimpulan Materi ...................................................................................................................... 24
4.2 Kesimpulan Jurnal ....................................................................................................................... 24
4.3 Saran ........................................................................................................................................... 25
Daftar Pustaka....................................................................................................................................... 26

ii
BAB I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Pada era globalisasi seperti sekarang ini, seiring dengan pesatnya perkembangan
ekonomi dalam rangka pembangunan nasional, semakin banyak industri-industri yang
didirikan. Salah satu industri yang didirikan adalah industri jasa yang melayani kebutuhan
masyarakat dan mendorong lajunya pertumbuhan ekonomi. Industri jasa yang muncul di
antaranya adalah jasa perbankan atau keuangan. Dimana perbankan merupakan inti dari sistem
keuangan di setiap negara.
Perbankan di Indonesia telah diatur menurut perundang-undangan perbankan, adapun
pengertian perbankan menurut Undang-undang Perbankan No. 10 Tahun 1998 adalah sebagai
berikut: Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak.
Dengan pengertian diatas, bank merupakan sebuah lembaga keuangan yang berupaya
meraih keuntungan dari nasabah yang memerlukan jasa perbankan. Usaha yang dilakukan oleh
lembaga perbankan adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali
kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Penyaluran kredit merupakan kegiatan usaha yang
mendominasi pengalokasian dana bank. Penggunaan dana untuk penyaluran kredit ini
mencapai 70-80% dari volume usaha bank. Oleh karena itu sumber utama pendapatan bank
berasal dari kegiatan penyaluran kredit dalam bentuk pendapatan bunga. Terkonsentrasinya
usaha bank dalam penyaluran kredit tersebut disebabkan oleh beberapa alasan:
Sifat usaha bank yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi antara unit surplus dengan
unit defisit, artinya bank berperan menjadi perantara antara pihak yang kelebihan dana
dengan pihak yang membutuhkan dana.
Penyaluran kredit memberikan spread yang pasti sehingga besarnya pendapatan yang
diperkirakan.
Melihat posisinya dalam pelaksanaan kebijakan moneter, perbankan merupakan sektor
usaha yang kegiatannya paling diatur dan dibatasi.
Sumber dana utama bank berasal dari dana masyarakat sehingga secara moral mereka harus
menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit, Dahlan Siamat (2004:165)
Namun dikarenakan karakteristik kredit yang rentan terhadap resiko kerugian maka
seorang pimpinan dituntut mampu mengambil keputusan yang tepat dalam menyetujui
pemberian kredit tersebut karena kelangsungan kegiatan operasional bank sangat dipengaruhi
pada kesiapan bank menanggung kemungkinan timbulnya resiko kerugian (potensial risk).
Dalam pengambilan keputusan tersebut seorang pimpinan memerlukan informasi yang
berkaitan dengan kredit. Dengan besarnya kredit yang diberikan kepada nasabah, bank
mempunyai resiko pengembalian piutang yang macet yang disebut risiko kredit (default risk)
yang merupakan suatu risiko kegagalan atau ketidakmampuan nasabah mengembalikan
pinjaman yang diterima dari bank beserta bunganya sesuai dengan jangka waktu yang telah
ditentukan (Mashyud Ali: 2004:132)

1
Karena pada masyarakat Banjar khususnya untuk Usaha Kecil Menengah (UKM)
mereka lebih memilih dana pinjaman dari bank untuk membantu kelangsungan usahanya,
dengan demikian permintaan kredit dari masyarakat menjadi semakin besar. Semakin besar
kredit yang disalurkan oleh PT Bank Rakyat Indonesia Cabang Banjar Unit Banjar maka resiko
kredit yang akan timbul dikemudian hari akan semakin besar pula, oleh karena itu pihak
manajemen perlu membenahi sistem informasi yang ada guna mengeliminir resiko kerugian
yang akan timbul dikemudian hari.

1.2 Rumusan Masalah


Untuk memudahkan pembahasan dalam penelitian ini, penulis mengidentifikasikan
masalah yang ada dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan sistem informasi kredit usaha di PT Bank Rakyat Indonesia Cabang
Banjar Unit Banjar.
2. Bagaimana prosedur pemberian kredit di PT Bank Rakyat Indonesia Cabang Banjar Unit
Banjar.
3. Bagaimana peranan sistem informasi kredit dalam menunjang pemberian kredit usaha di PT
Bank Rakyat Indonesia Cabang Banjar Unit Banjar.

1.3 Metode Penelitian

1.3.1 Objek Penelitian


Objek yang diteliti sistem informasi kredit dan pengambilan keputusan pemberian
kredit perusahaan, sedangkan yang menjadi subjek penelitian ini adalah PT. BRI (Persero)
Cabang Banjar unit Banjar

1.3.2 Metode Penelitian


Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif analisis yaitu dengan
cara mencari, mengumpulkan kemudian mengolah data-data yang diperlukan. Dari data-
data yang didapat tersebut, akhirnya diinterpretasikan dan diperbandingkan dengan landasan
teori yang penulis peroleh dari beberapa literatur yang relevan sehingga akhirnya dapat
diambil sebuah kesimpulan.

2
BAB II
Kajian Teori

2.1 Pengertian Pengalokasian Dana


Kegiatan bank yang kedua setelah menghimpun dana dari masyarakat luas dalam
bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito adalah menyalurkan kembali dana tersebut
kepada masyarakat yang membutuhkannya. Kegiatan penyaluran dana ini dikenal juga dengan
istilah alokasi dana.
Pengalokasian dana dapat diwujudkan dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal
dengan kredit. Pengalokasian dana dapat pula dilakukan dengan membelikan berbagai aset
yang dianggap menguntungkan bank.
Arti lain dari alokasi dana adalah menjual kembali dana yang diperoleh dari
penghimpunan dana dalam bentuk simpanan. Penjualan dana ini tidak lain agar perbankan
dapat memperoleh keuntungan seoptimal mungkin. Dalam mengalokasikan dananya pihak
perusahaan harus dapat memilih dari berbagai alternatif yang ada.
Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa keuntungan utama bisnis perbankan adalah
selisih antara bunga dari sumber-sumber dana dengan bunga yang diterima dari alokasi dana
tertentu. Oleh karena itu, baik faktor-faktor sumber dana maupun alokasi dana memegang
peranan yang sama pentingnya di dunia perbankan. Penentuan bunga sumber dana akan sangat
berpengaruh terhadap bunga alokasi dana yang akan dibebankan.
Pembahasan dalam bab ini hanya dikhususkan kepada alokasi dana yang paling utama
dan paling penting bagi kegiatan perbankan. Kegiatan alokasi dana yang terpenting tersebut
adalah alokasi dana dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal dengan kredit bagi bank
berdasarkan prinsip konvensional dan pembiayaan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah.

2.2 Pengertian Kredit dan Pembiayaan


Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 kredit adalah penyediaan
uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Sedangkan pengertian pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan
tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
Dari pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa kredit atau pembiayaan dapat berupa
uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan uang, misalnya bank membiayai kredit untuk
pembelian rumah atau mobil.Kemudian adanya kesepakatan antara bank (kreditor) dengan
nasabah penerima kredit (debitur), bahwa mereka sepakat sesuai dengan perjanjian yang telah
dibuatnya.Dalam perjanjian kredit tercakup hak dan kewajiban masing-masing pihak, termasuk

3
jangka waktu serta bunga yang ditetapkan bersama.Demikian pula dengan masalah sangsi
apabila si debitur ingkar janji terhadap perjanjian yang telah dibuat bersama.
Yang menjadi perbedaan antara kredit yang diberikan oleh bank berdasarkan
konvensional dengan pembiayaan yang diberikan oleh bank berdasarkan prinsip syariah adalah
terletak pada keuntungan yang diharapkan.Bagi bank berdasarkan prinsip konvensional
keuntungan yang diperoleh melalui bunga sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip bagi
hasil berupa imbalan atau bagi hasil.
Dalam artian luas kredit diartikan sebagai kepercayaan. Begitu pula dalam bahasa latin
kredit berarti credere artinya percaya. Maksud dari percaya bagi si pemberi kredit adalah ia
percaya kepada si penerima kredit bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan
sesuai perjanjian. Sedangkan bagi si penerima kredit merupakan penerimaan kepercayaan
sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar sesuai jangka waktu.
Sebelum kredit diberikan, untuk meyakinkan bank bahwa si nasabah benar-benar dapat
dipercaya, maka bank terlebih dulu mengadakan analisis kredit.Analisis kredit mencakup latar
belakang nasabah atau perusahaan, prospek usahanya, jaminan yang diberikan serta faktor-
faktor lainnya.Tujuan analisis ini adalah agar bank yakin bahwa kredit yang dberikan benar-
benar aman.
Pemberian kredit tanpa dianalisis terlebih dulu akan sangat membahayakan bank.
Nasabah dalam hal ini dengan mudah memberikan data-data fiktif sehingga kredit tersebut
sebenarnya tidak layak untuk diberikan. Akibatnya jika salah dalam menganalisis, maka kredit
yang disalurkan akan sulit untuk ditagih alias macet. Namun, faktor salah analisis ini bukanlah
merupakan penyebab utama kredit macet walaupun sebagian terbesar kredit macet diakibatkan
salah dalam mengadakan analisis.Penyebab lainnya mungkin disebabkan oleh bencana alam
yang memang tidak dapat dihindari oleh nasabah.Misalnya kebanjiran atau gempa bumi atau
dapat pula kesalahan dalam pengelolaan.
Jika kredit yang disalurkan mengalami kemacetan, maka langkah yang dilakukan untuk
penyelamatan kredit tersebut beragam.Dikatakan beragam karena dilihat terlebih dulu
penyebabnya. Jika memang masih bisa dibantu, maka tindakan membantu apakah dengan
menambah jumlah kredit atau dengan memperpanjang jangka waktunya. Namun, jika memang
sudah tidak dapat diselamatkan kembali, maka tindakan terakhir bagi bank adalah menyita
jaminan yang telah dijaminkan oleh nasabah.

2.3 Unsur-unsur Kredit


Dari penjelasan diatas dapat diuraikan hal-hal apa saja yang terkandung dalam
pemberian suatu fasilitas kredit. Atau dengan kata lain pengertian kata kredit jika dilihat secara
utuh mengandung makna apa saja sehingga jika kita bicara kredit, maka termasuk
membicarakan unsur-unsur yang terkandung di dalamnya.
Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah
sebagai berikut:

4
1. Kepercayaan
Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (berupa uang,
barang atau jasa) akan benar-benar diterima kembali dimasa tertentu dimasa datang.
Kepercayaan ini diberikan oleh bank, di mana sebelumnya sudah dilakukan penelitian
penyelidikan tentang nasabah baik secara interen maupun eksteren.Penelitian dan penyelidikan
tentang kondisi masa lalu dan sekarang terhadap nasabah permohon kredit.
2. Kesepakatan
Di samping unsur percaya di dalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara
si pemberi kredit dengan si penerima kredit.Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian
di mana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.
3. Jangka waktu
Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini
mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati.Jangka waktu tersebut bisa
berbentuk jangka pendek, jangka menengah atau jangka panjang.
4. Risiko
Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu risiko tidak
tertagihnya/macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit semakin besar risikonya
demikian pula sebaliknya.Risiko ini menjadi tanggungan bank, baik risiko yang disengaja oleh
nasabah yang lalai, maupun oleh risiko yang tidak disengaja.Misalnya terjadi bencana alam
atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainnya.
5. Balas jasa
Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang kita kenal
dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya administrasi kredit ini
merupakan keuntungan bank.Sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas
jasanya ditentukan dengan bagi hasil.

2.4 Tujuan dan Fungsi Kredit


Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai tujuan tertentu. Tujuan pemberian kredit
tersebut tidak akan terlepas dari misi bank tersebut didirikan.
Adapun tujuan utama pemberian suatu kredit adalah sebagai berikut.
1. Mencari keuntungan
Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut.Hasil tersebut
terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi
kredit yang dibebankan kepada nasabah.
Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup bank. Jika bank yang terus menerus
menderita kerugian, maka besar kemungkinan bank tersebut akan dilikuidasi (dibubarkan).
2. Membantu usaha nasabah

5
Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik
dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan
dapat mengembangkan dan memperluaskan usahanya.
3. Membantu pemerintah
Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka
semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti adanya peningkatan pembangunan di
berbagai sektor.
Keuntungan bagi pemerintah dengan menyebarnya pemberian kredit adalah sebagai
berikut:
Penerimaan pajak, dari keuntungan yang diperoleh nasabah dan bank.
Membuka kesempatan kerja, dalam hal ini untuk kredit pembangunan usaha baru atau
perluasan usaha akan membutuhkan tenaga kerja baru sehingga dapat menyedot tenaga
kerja yang masih menganggur.
Meningkatkan jumlah barang dan jasa, jelas sekali bahwa sebagian besar kredit yang
disalurkan akan dapat meningkatkan jumlah barang dan jasa yang beredar di
masyarakat.
Menghemat devisa negara, terutama untuk produk-produk yang sebelumnya diimpor
dan apabila sudah dapat diproduksi didalam negeri dengan fasilitas kredit yang ada jelas
akan dapat menghemat devisa negara.
Meningkatkan devisa negara, apabila produk dari kredit yang dibiayai untuk keperluan
ekspor.

Kemudian di samping tujuan diatas suatu fasilitas kredit memiliki fungsi sebagai
berikut.
1. Untuk meningkatkan daya guna uang.
Dengan adanya kredit dapat meningkatkan daya guna uang maksudnya jika uang hanya
disimpan saja tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan diberikannya kredit
uang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau jasa oleh si penerima kredit.
2. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.
Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari satu wilayah ke
wilayah lainnya sehingga suatu daerah yang kekurangan uang dengan memperoleh kredit maka
daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya.
3. Untuk meningkatkan daya guna barang.
Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh si debitur untuk mengolah
barang yang tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat.

4. Meningkatkan peredaran barang.

6
Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang dari satu wilayah ke
wilayah lainnya sehingga jumlah barang yang beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya
bertambah atau kredit dapat pula meningkatkan jumlah barang yang beredar.
5. Sebagai alat stabilitas ekonomi.
Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai stabilitas ekonomi karena adanya
kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakt.
Kemudian dapat pula kredit membantu dalam mengekspor barang dari dalam negeri ke luar
negeri sehingga meningkatkan devisa negara.
6. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha.
Bagi si penerima kredit tentu akan dapat meningkatkan kegairahan berusaha, apalagi
bagi si nasabah yang memang modalnya pas-pasan.
7. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan.
Semakin banyak kredit yang disalurkan, akan semakin baik, terutama dalam hal
meningkatkan pendapatan. Jika sebuah kredit diberikan untuk membangun pabrik, maka pabrik
tersebut tentu membutuhkan tenaga kerja sehingga dapat pula mengurangi pengangguran. Di
samping itu, bagi masyarakat sekitar pabrik juga akan dapat meningkatkan pendapatannya
seperti membuka warung atau menyewa rumah kontrakan atau jasa lainnya.
8. Untuk meningkatkan hubungan internasional.
Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan saling membutuhkan antara si
penerima kredit dengan si pemberi kredit. Pemberian kredit oleh negara lain akan
meningkatkan kerja sama di bidang lainnya.

2.5 Jenis-Jenis Kredit


Kredit yang diberikan bank umum dan bank perkreditan rakyat untuk masyarakat
terdiri atas berbagai jenis.

Secara umum jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi antara
lainsebagaiberikut:

1. Dilihat dari segi kegunaan


a. Kredit investasi
Biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/ pabrik
baru atau untuk keperluan rehabilitasi. Contoh kredit investasi misalnya untuk
membangun pabrik atau membeli mesin mesin. Pendek kata masa pemakaiannya
untuk suatu periode yang relatif lebih lama.
b. Kredit modal kerja
Digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Sebagai
contoh kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji
pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.

7
2. Dilihat dari segi tujuan kredit
a. Kredit produktif
Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini
diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa. Sebagai contohnya kredit untuk
membangun pabrik yang nantinya akan menghasilkan barang, kredit pertanian akan
menghasilkan produk pertanian atau kredit pertambangan menghasilkan bahan
tambang atau kredit industri lainnya.
b. Kredit konsumtif
Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada
pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau
dipakai oleh seseorang atau badan usaha. Sebagai contoh kredit untuk perumahan,
kredit mobil pribadi, kredit perabotan rumah tangga, dan kredit konsumtif lainnya.
c. Kredit perdagangan
Kredit yang digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk membeli barang dagangan
yang pembayarannya di harapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit
ini sering diberikan kepada supplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli
barang dalam jumlah besar. Contoh kredit ini misalnya kredit ekspor dan impor.

3. Dilihat dari segi jangka waktu


a. Kredit jangka pendek
Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama 1
tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja. Contohnya untuk
peternakan misalnya kredit pertenakan ayam atau jika untuk pertanian misalnya
tanaman padi atau palawija.
b. Kredit jangka menengah
Jangka waktu kreditnya berkisar antara satu tahun sampai dengan 3 tahun, biasanya
untuk investasi. Sebagai contoh kredit untuk pertanian seperti jeruk, atau peternakan
kambing.
c. Kredit jangka panjang
Merupakan kredit yang masa pembeliannya paling panjang. Kredit jangka panjang
waktu pengembaliannya di atas 3 tahun atau 5 tahun. Biasanya kredit ini untuk investasi
jangka panjang seperti perkebunan karet, kepala sawit atau manufaktur dan untuk kredit
konsumtif seperti kredit perumahan.
4. Dilihat dari segi jaminan
a. Kredit dengan jaminan
Kredit yang diberikan dengan suatu jaminan, jaminan tersebut dapat berbentuk barang
berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang. Artinya setiap kredit yang
dikeluarkan akan di lindungi senilai jaminan yang di berikan si calon debitur.
b. Kredit tanpa jaminan
Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis
ini diberikan dengan melihat prospek usaha dan karakter serta loyalitas atau nama baik
si calon debitur selama ini.

5. Dilihat dari segi sektor usaha

8
a. Kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sector perkebunan atau
pertanian rakyat. Sektor usaha pertanian dapat berupa jangka pendek atau jangka
panjang.
b. Kredit peternakan, dalam hal ini dalam jangka pendek misalnya peternakan ayam dan
jangka panjang kambing atau sapi.
c. Kredit industri, yaitu kredit untuk membiayai industri kecil, menengah atau atas.
d. Kredit pertambangan, jenis usaha tambang yang dibiayainya biasanya dalam jangka
panjang , seperti tambang emas, minyak atau timah.
e. Kredit pendidikan, merupakan kredit yang di berikan untuk membangun sarana dan
prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para mahasiswa.
f. Kredit profesi, diberikan kepada professional seperti, dosen, dokter, atau pengacara.
g. Kredit perumahan, yaitu kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian
perumahan.
h. Dan sektor-sektor lainnya.

2.6 Jaminan Kredit


Seperti sudah dibahas di atas bahwa kredit dapat diberikan dengan jaminan atau tanpa
jaminan. Kredit tanpa jaminan sangat membahayakan posisi bank, mengingat jika nasabah
mengalami suatu kemacetan, maka akan sulit untuk menutupi kerugian terhadap kredit yang di
salurkan. Sebaliknya dengan jaminan, kredit relatif lebih aman mengingat setiap kredit macet
akan dapat ditutupi oleh jaminan tersebut.

Adapun jaminan yang dapat dijadikan jaminan kredit oleh calon debitur adalah sebagai
berikut.

1. Dengan jaminan
a. Jaminan benda berwujud, yaitu barang-barang yang dapat dijadikan jaminan seperti :
Tanah
Bangunan
Kendaraan bermotor
Mesin-mesin/peralatan
Barang dagangan
Tanaman/kebun/sawah
Dan lainnya
b. Jaminan benda tidak berwujud yaitu benda-benda yang merupakan surat-surat yang
dijadikan jaminan seperti :
Sertifikat saham
Sertifikat obligasi
Sertifikat tanah
Sertifikat deposito
Rekening tabungan yang dibekukan
Rekening giro yang di bekukan

9
Promes
Wesel
Dan surat tagihan lainnya
c. Jaminan orang
Yaitu jaminan yang diberikan oleh seseorang dan apabila kredit tersebut macet, maka
orang yang memberikan jaminan itulah yang menanggung risikonya.
2. Tanpa jaminan
Kredit tanpa jaminan maksudnya adalah bahwa kredit yang diberikan bukan dengan
jaminan barang tertentu. Biasanya diberikan untuk perusahaan yang memang benar-benar
bonafid dan profesional sehingga kemungkinan kredit tersebut macet sangat kecil. Dapat
pula kredit tanpa jaminan hanya dengan penilaian terhadap prospek usahanya atau dengan
pertimbangan untuk pengusaha-pengusaha ekonomi lemah.

2.7 Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit


Sebelum suatu fasilitas kredit diberikan, bank harus merasa yakin bahwa kredit yang
diberikan benar-benar akan kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian kredit
sebelum kredit tersebut di salurkan. Penilaian kredit oleh bank dapat dilakukan dengan
berbagai cara untuk mendapatkan keyakinan tentang nasabahnya, seperti melalui prosedur
penilaian yang benar.

Dalam melakukan penilaian kriteria-kriteria serta aspek penilaiannya tetap sama.


Begitu pula dengan ukuran-ukuran yang ditetapkan sudah menjadi standar penilaian setiap
bank. Biasanya kriteria penilaian yang harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah
yang benar-benar menguntungkan dilakukan dengan analisis 5 C Dan 7 P.

Adapun penjelasan untuk analisis 5 C kredit adalah sebagai berikut.

1. Character
Suatu keyakinan bahwa, sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit
benar-benar dapat dipercaya,hal ini tercermin dari latar belakang si nasabah baik yang
bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti : cara hidup atau
gaya hidup yang di anutnya, keadaan keluarga,hoby dan sosial standingnya. Ini semua
merupakan ukuran kemauan membayar.
2. Capacity
Untuk melihat nasabah dalam kemampuannya dalam bidang bisnis yang dihubungkan
dengan pendidikannya, kemampuan bisnis juga di ukur dengan kemampuannya dalam
memahami ketentuan-ketentuan pemerintah. Begitu pula dengan kemampuannya dalam
menjalankan usahanya selam ini. Pada akhirnya akan terlihat kemampuannya dalam
mengembalikan kredit yang di salurkan.

3. Capital
Untuk melihat penggunaan modal apakah efekti, dilihat laporan keuangan (neraca dan
laporan rugi laba) dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas, solvabilitas,
10
rentabilitas, dan ukuran lainnya. Capital juga dapat dilihat dari sumber mana saja modal
yang ada sekarang ini.
4. Colleteral
Merupakanan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun
non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus
di teliti keabhasannya sehingga jika terjadi suatu masalah, maka jaminan yang di titipkan
akan dapat dipergunakan secepat mungkin.
5. Condition
Dalam menilai kredit, hendaknya juga di nilai kondisi ekonomi dan politik sekarang
dan dimasa yang akan datang sesuai dengan sektor masing-masing, serta prospek usaha
dari sektor yang ia jalankan. Penilaian prospek bidang usaha yang dibiayai hendaknya
benar-benar memiliki prospek yang baik sehingga kemungkinan kredit tersebut
bermasalah relatif kecil.

Kemudian penilaian kredit dengan metode analisis 7 P adalah sebagai berikut :


1. Personality
Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-sehari
maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap,emosi,tingkah laku, dan tindakan
nasabah dalam menghadapi suatu masalah.
2. Party
Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan-
golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. Sehingga nasabah dapat
digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank.
3. Perpose
Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit,termasuk jeniskredit
yang di inginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam-macam. Sebagai
contoh apakah untuk modal kerja atau investasi, konsumtif atau produktif, dan lain
sebagainya.
4. Prospect
Yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang menguntungkan atau
tidak, atau dengan kata lain, mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini penting
mengingat jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospe, bukan hanya
bank yang rugi, tetapi juga nasabah.
5. Payment
Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah di ambil
atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit.
Semakin banyak penghasilan debitur, akan semakin baik. Dengan demikian, jika salah
satu usahanya merugi akan di tutupi oleh sektor lainnya.

6. Profitability
Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. Profitability
di ukur dari priode ke priode apakah akan tetap sama atau akan semakin meningkat, apalagi
dengan tambahan kredit yang akan di perolehnya.

11
7. Protection
Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan.
Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi.

2.8 Aspek-aspek dalam penilaian kredit


Di samping menggunakan 5 C dan 7 P, maka penilaian suatu kredit layak atau tidak
untuk diberikan dapat dilakukan dengan menilai seluruh aspek yang ada. Penilaian dengan
seluruh aspek yang ada dikenal dengan nama study kelayakan usaha. Penilaian dengan modal
ini biasanya digunakan untuk proyek-proyek yang bernilai besar dan berjangka waktu panjang.

Aspek-aspek yang dinilai antara lain sebagai berikut.

1. Aspek yuridis/hukum
Yang kita nilai dalam aspek ini adalah masalah legalitas badan usaha serta izin-izin
yang dimiliki perusahaan yang mengajukan kredit. Penilaian di mulai dari akte pendirian
perusahaan sehingga dapat diketahui siapa-siapa pemilik dan besarnya modal masing-masing
pemilik. Kemudian juga diteliti keabhasannya adalah seperti :
Surat izin usaha industry (SIUI) untuk sector industry;
Surat izin usaha perdgangan (SIUP) untuk sektor perdagangan;
Tanda daftar perusahaan(TDP)
Nomor pokok wajib pajak (NPWP)
Keabsahan surat-surat yang dijaminkan misalnya sertifikat tanah;
Serta hal-hal yang di anggap penting lainnya.
2. Aspek pemasaran
Dalam aspek ini yang kita nilai adalah permintaan terhadap produk yang dihasilkan
sekarang ini dan dimasa yang akan datang prospeknya bagaimana. Yang perlu diteliti dalam
aspek ini adalah:
Pemasaran produknya minimal tiga bulan yang lalu atau tiga tahun yang lalu;
Rencana penjualan dan produksi minimak tiga bulan atau tiga tahun yang akan datang;
Peta kekuatan pesaing yang ada;
Prospek produk secara keseluruhan
3. Aspek keuangan
Aspek yang dinilai adalah sumber-sumber dana yang dimiliki untuk membiayai
usahanya dan bagaimana penggunaan dana tersebut. Di samping itu, hendaknya dibuatkan cash
flow dari pada keuangan perusahaan.

Penilaian bank dari segi aspek keuangan biasanya dengan suatu kriteria kelayakan
investasi yang mencakup antara lain:
Rasio-rasio keuangan
Payback period
Net present value (NPV)
Profitability indek (PI)

12
Internal rate of return (IRR)
Dan break even point (BEP)

4. Aspek teknis/operasi
Aspek ini membahas masalah yang berkaitan dengan produksi seperti kapasitas mesin
yang digunakan, masalah lokasi,lay out ruangan, dan mesin-mesin termasuk jenis mesin yang
digunakan.

5. Aspek manejemen
Untuk menilai struktur organisasi perusahaan, sumber daya manusia yang dimiliki serta
latar belakang pengalaman sumber daya manusianya. Pengalaman perusahaan dalam
mengelola berbagai proyek yang ada dan pertimbangan lainnya.
6. Aspek sosial ekonomi
Menganalisis dampaknya terhadap perekonomian dan masyarakat umum seperti:
Meningkatkan ekspor barang
Mengarungi pengangguran atau lainnya
Meningkatkan pendapatan masyarakat
Tersedianya sarana dan prasarana
Membuka isolasi daerah tertentu

7. Aspek amdal
Menyangkut analisis terhadap lingkungan baik darat,air,atau udara jika proyek atau
usaha tersebut dijilankan. Analisis ini dilakukan secara mendalam apakah apabila kredit
tersebut disalurkan, maka proyek yang dibiayai akan mengalami pencemaran lingkungan di
sekitar nya. Pencemaran yang sering terjadi antara lain terhadap:
Tanah/darat menjadi gersang
Air, menjadi limbah berbau busuk, berubah warna atau rasa ;
Udara mengakibatkan polusi, berdebu, bising dan panas

2.9 Prosedur dalam Pemberian Kredit


Prosedur pemberian dan penilaian kredit oleh dunia perbankan secara umum antarbank
yang satu dengan yang lain tidak jauh berbeda. Yang menjadi perbedaan mungkin hanya
terletak pada prosedur dan persyaratan yang ditetapkannya dengan pertimbangan masing-
masing.

Prosedur pemberian kredit secara umum dapat dibedakan antara pinjaman perseorangan
dengan pinjaman oleh suatu badan hukum, kemudian dapat pula ditinjau dari segi tujuannya
apakah untuk konsumtif atau produktif.

Secara umum akan dijelaskan prosedur pemberian kredit oleh badan hukum sebagai
berikut.

1. Pengajuan berkas-berkas
13
Dalam hal ini pemohon kredit mengajukan permohonan kredit yang dituangkan dalam
suatu proposal. Kemudian dilampiri dengan berkas-berkas lainnya yang dibutuhkan.
Pengajuan proposal kredit hendaknya yang berisi antara lain sebagai berikut.
Latar belakang perusahaan seperti riwayat hidup singkat perusahaan, jenis bidang
usaha, identitas perusahaan, nama pengurus berikut pengetahuan dan pendidikannya,
perkembangan perusahaan serta relasinya dengan pihak-pihak pemerintah dan swasta.
Maksud dan tujuan
Apakah untuk memperbesar omset penjualan atau meningkatkan kapasitas produksi
atau mendirikan pabrik baru (perluasan) serta tujuan lainnya.
Besarnya kredit dan jangka waktu
Dalam hal ini pemohon menentukan besarnya jumlah kredit yang ingin diperoleh dan
jangka waktu kreditnya. Penilaian kelayakan besarnya kredit dan jangka waktunya
dapat kita lihat dari cash flow serta laporan keuangan (neraca dan laporan laba dan rugi)
tiga tahun terakhir. Jika dari hasil analisis tidak sesuai dengan permohonan, maka pihak
bank tetap berpedoman terhadap hasil analisis mereka dalam memutuskan jumlah
kredit dan jangka waktu kredit yang layak diberikan kepada si pemohon.
Cara pemohon mengembalikan kredit, dijelaskan secara rinci cara-cara nasabah dalam
mengembalikan kreditnya apakah dari hasil penjualan atau cara lainnya.
Jaminan kredit. Hal ini merupakan jaminan untuk menutupi segala resiko terhadap
kemungkinan macetnya suatu kredit baik yang ada unsur kesengajaan, palsu, dan
sebagainya. Biasanya jaminan diikat dengan suatu asuransi tertentu. Selanjutnya
proposal ini dilampiri dengan berkas-berkas yang telah dipersyaratkan seperti:
Akte notaris
TDP (Tanda Daftar Perusahaan)
NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)
Naraca dan laporan laba rugi tiga tahun terakhir
Bukti diri dari pimpinan perusahaan
Foto kopi sertifikat jaminan
Penilaian yang dapat kita lakukan untuk sementara adalah dari neraca dan laporan
laba rugi yang ada dengan menggunakan rasio-rasio sebagai berikut:
Current ratio
Acid test ratio
Inventory turn over
Sales to receivable ratio
Profit margin ratio
Return on net worth
Working capital
2. Penyelidikan berkas pinjaman
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah berkas yang diajukan sudah lengkap sesuai
persyaratan dan sudah benar. Jika menurut pihak perbankan belum lengkap atau cukup,
maka nasabah diminta untuk segera melengkapinya dan apabila sampai batas tertentu
nasabah tidak sanggup melengkapi kekurangan tesebut, maka sebaiknya permohonan
kredit dibatalkan saja.

14
3. Wawancara I
Merupakan penyidikan kepada calon peminjam, untuk meyakinkan apakah berkas-berkas
tersebut sesuai dan lengkap seperti dengan yang bank inginkan. Wawancara ini juga untuk
mengetahui keinginan dan kebutuhan nasabah yang sebenarnya. Hendaknya dalam
wawancara ini dibuat serileks mungkin sehingga diharapkan hasil wawancara akan sesuai
dengan tujuan yang diharapkan.
4. On the Spot
Merupakan kegiatan pemeriksaan ke lapangan dengan meninjau berbagai objek yang akan
dijadikan usaha atau jaminan. Kemudian hasil on the spot dicocokkan dengan hasil
wawancara I. Pada saat akan melakukan on the spot hendaknya jangan diberitahu kepada
nasabah. Sehingga apa ypakaang kita lihat di lapangan sesuai dengan kondisi yang
sebenarnya.
5. Wawancara II
Merupakan kegiatan perbaikan berkas, jika mungkin ada kekurangan-kekurangan pada saat
setelah dilakukan on the spot di lapangan. Catatan yang ada pada permohonan dan pada
saat wawancara I dicocokkan dengan pada saat on the spot apakah ada kesesuaian dan
mengandung suatu kebenaran.
6. Keputusan kredit
Keputusan kredit dalam hal ini adalah menentukan apakah kredit akan diberikan atau
ditolak, jika diterima, maka dipersiapkan administrasinya, biasanya keputusan kredit yang
akan mencakup:
Jumlah uang yang diterima
Jangka waktu kredit
Dan biaya-biaya yang harus dibayar.
Keputusan kredit biasanya merupakan keputusan team. Begitu pula bagi kredit yang
ditolak, maka hendaknya dikirim surat penolakan sesuai dengan alasannya masing-masing.
7. Penandatanganan akad kredit/perjanjian lainnya
Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari diputuskannya kredit, maka sebelum kredit
dicairkan maka terlebih dahulu calon nasabah menandatangani akad kredit, mengikat
jaminan dengan hipotek dan surat perjanjian atau pernyataan yang dianggap perlu.
Penandatanganan dilaksanakan:
Antara bank dengan debitur secara langsung batau
Dengan melalui notaris
8. Realisasi kredit
Realisasi kredit diberikan setelah penandatanganan surat-surat yang diperlukan dengan
membuka rekening giro atau tabungan di bank yang bersangkutan.
9. Penyaluran/penarikan dana
Adalah pencairan atau pengambilan uang dari rekening sebagai realisasi dari pemberian
kredit dan dapat diambil sesuai ketentuan dan tujuan kredit yaitu:
Sekaligus atau
Secara bertahap

15
2.10 Kualitas Kredit
Hidup matinya suatu bank sangatlah dipengaruhi oleh jumlah kredit yang disalurkan dalam
suatu periode. Artinya, semakin banyak kredit yang disalurkan, semakin besar pula perolehan
laba dari bidang ini. Bahkan hamper semua bank masih mengandalkan penghasilan utamanya
dari jumlah penyaluran kreditnya (spread based), di samping dari penghasilan atas fee based
yang berupa biaya-biaya dari jasa-jasa bank lainnya yang dibebankan ke nasabah.

Dalam praktiknya banyaknya jumlah kredit yang disalurkan juga harus memerhatikan
kualitas kredit tersebut. Artinya, semakin berkualitas kredit yang diberikan atau memang layak
untuk disalurkan, akan memperkecil risiko terhadap kemungkinan kredit tersebut bermasalah.
Dalam hal ini pinsip kehati-hatian bank dalam menyalurkan kredit perlu memerhatikan kualitas
kredit. Bukan tidak mungkin kredit yang jumlahnya cukup banyak akan mengakibatkan
kerugian apabila kredit yang disalurkan tersebut ternyata tidak berkualitas dan mengakibatkan
kredit tersebut bermasalah.

Oleh karena itu, dalam melepas kreditnya agar berkualitas pihak perbankan perlu
memerhatikan pihak perbankan perlu memerhatikan dua unsure, yaitu sebagai berikut.

1. Tingkat perolehan laba (return), artinya jumlah laba yang akan diperoleh atas penyaluran
kredit. Jumlah perolehan laba tersebut harus memnuhi ketentuan yang berlaku apabila ingin
dinilai baik kesehatannya.
2. Tingkat resiko (risk). Artinya tingkat risikon yang akan dihadapi terhadap kemungkinan
melesetnya perolehan laba baik dari kredit yang disalurkan.
Dalam memenuhi tingkat perolehan laba bank agar dapat dikatakan memenuhi kriteria
ketentuan yang berlaku, perbankan harus memerhatikan empat faktor seperti di bawah ini agar
kesehatan bank dapat diukur sesuai ketentuan tersebut:
1. Tingkat Return On Assets (ROA)
2. Return Onn Equity (ROA)
3. Timing of Return (waktu perolehan laba)
4. Dan Future Prospect (prospek ke depan/di masa yang akan dating)
Selanjutnya, tingkat perolehan laba bank juga harus mengetahui resiko-resiko yang akan
dihadapinya. Resiko ini merupakan kondisi dan situasi yang akan dihadapi di masa yang akan
datang yang sangat besar pengaruhnya terhadap persoalan laba bank. Secara umum jenis-jenis
risiko yang mungkin atau bakal dihadapi meliputi sebagai berikut.
1. Risiko Lingkungan
Risiko lingkungan, artinya risiko yang berkaitan dengan lingkungan perbankan terutama
yang berkaitan dengan lingkungan luar (eksternal) perbankan. Risiko lingkungan terdiri
dari beberapa risiko antara lain: risiko ekonomi, risiko kompetisi, dan risiko peraturan.
2. Risiko Manajemen
Risiko manajemen, artinya risiko yang berkaitan dengan risiko dalam perusahaan (internal)
seperti risiko organisasi, risiko kemampuan, dan risiko kegagalan.
3. Risiko Penyerahan
Risiko penyerahan juga lebih terpengaruh oleh internal bank seperti operasional, risiko
teknologi, dan risiko strategik.

16
4. Risiko Keuangan
Risiko keuangan berkaitan erat dengan pengaruh internal dan eksternal bank seperti risiko
kredit, risiko likuiditas, risiko suku bunga, risiko leverage, dan risiko internasional.
Agar kredit yang disalurkan oleh suatu bank memiliki kualitas kredit yang baik, perlu
dilakukan pemisahan fungsi dalam organisasi kredit. Pemisahan ini dilakukan agar masing-
masing fungsi dapat bekerja secara baik dan memperkecil terjadinya penilaian yang tidak
objektif dengan berbagai sebab yang berpotensi terjadinya penyimpangan yang akhirnya akan
menyebabkan kredit yang disalurkan bermasalah.
Seperti diketahui bahwa di dalam manajemen kredit terdapat beberapa fungsi sehingga
memudahkan bank untuk menjalankan aktivitas kreditnya. Oleh karena itu, pemisahan fungsi
dalam organisasi kredit juga harus memerhatikan keberadaan fungsi tersebut. Berikut ini
pemisahan fungsi dalam organisasi kredit pada umumnya terdiri dari:
1. Pemasaran kredit;
2. Analisis kredit;
3. Taksasi jaminan;
4. Administrasi kredit;
5. Audit kredit
Tujuannya pemisahan fungsi kredit ini tidak lain adalah agar pengelolaan suatu
permohonan kredit dapat diproses secara benar, lengkap, teliti, dan sempurna sehungga
memiliki risiko rendah dan tidak menimbulkan masalah. Penilaian dimulai dari pertama sekali
permohonan kredit diajukan sampai dengan kredit berjalan dan berakhir.
Sekalipun terjadi pemisahan fungsi kredit, semua fungsi harus berjalan seiring dengan satu
tujuan sehingga sesuai dengan harapan manajemen sebelumnya. Semua bagian juga harus
bekerja sama, bukan saling menjatuhkan.
Banyak cara agar kredit yang diberikan oleh perbankan memiliki kualitas. Dalam
memutuskan suatu permohonan kredit yang akan diberikan kepada nasabah agar berkualitas,
sebaiknya perlu dibentuk komite kredit (loan committees). Komite ini bertugas memberikan
pelayanan hal-hal yang berkaitan dengan kredit yang disalurkan. Secara umum tugas komite
kredit ini adalah sebagai berikut.
Membuat keputusan dan penelaahan kredit baru, artinya setiap adanya permohonan kredit
baru, perlu ditelaah secara benar tentang kelayakan kredit sebelum diambil keputusan.
Memastikan kelengkapan dokuman kredit, artinya dalam pengajuan kredit, apa pun syarat
kelengkapan dokumen mutlak untuk diserahkan. Syarat ini merupakan salah satu aspek
penilaian kelayakan suatukredit sehingga tidak menimbulkan masalah ke depan.
Persetujuan perpanjangan kredit, artinya bagi kredit yang sudah berakhir pinjamannya dan
nasabah tersebut masih ingin memperpanjang kredit karena sesuatu hal, komite kembali
harus memberikan persetujuan apakah kredit tersebut layak atau tidak untuk diperpanjang
dengan pertimbangan yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Perubahan kondisi dan syarat kredit, artinya kalau kondisi nasabah dengan situasi yang
berkembang di luar menyebabkan nasabah mengalami kesulitan, pihak perbankan perlu
melakukan perubahan tentang kondisi dan syarat kredit, misalnya perubahan jangka waktu
pembayaran, atau bunga yang dibebankan ke nasabah.

17
Untuk menentukan berkualitas atau tidaknya suatu kredit perlu diberikan ukuran-ukuran
tertentu. Bank Indonesia menggolongkan kualitas kredit menurut ketentuan sebagai berikut.
1. Lancar (pas)
Suatu kredit dapat dikatakan lancar apabila:
a. Pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat waktu; dan
b. Memiliki mutasi rekening yang aktif atau;
c. Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai (cash collateral)
2. Dalam Perhatian Khusus (special mention)
Dikatakan dalam perhatian khusus apabila memenuhi kriteria di antaranya:
a. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui
90 hari; atau
b. Kadang-kadang terjadi cerukan; atau
c. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan; atau
d. Mutasi rekening reklatif aktif; atau
e. Didukung pinjaman yang baru.
3. Kurang Lancar (doubtful)
Dikatakan diragukan apabila memenuhi criteria di antaranya:
a. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui
90 hari; atau
b. Sering terjadi cerukan; atau
c. Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari;
d. Frekuensi mutasi rekening reklatif rendah; atau
e. Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur; atau
f. Dokumen pinjaman yang lemah.
4. Diragukan (doubtful)
a. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/ atau bunga yang telah
melampaui 180 hari; atau
b. Terjadi cerukan yang bersifat permanen; atau
c. Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari; atau
d. Terjadi kapitalisasi bunga;
e. Dokumen hukum yang lemah, baik untuk perjanjian
5. Macet
Dikatakan macet apabila memenuhi criteria antara lain:
a. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/ atau bunga yang telah
melampaui 270 hari; atau
b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru;
c. Dari segi hukum dan kondisi pasar, jaminan tidak dicairkan pada nilai yang wajar.
Selanjutnya, dalam rangka penetapan kriteria kualitas kredit serta penentuan tingkat
kesehatan bank, dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

No Kriteria Bobot

18
1 Permodalan (Capital Adequacy Ratio) 20,0%
2 Aktiva Produktif
a. Non Perfoming (NPL) 12,5 %
b. Pemenuhan PPAP 7,5 %
3 Rentabilitas
c. Return On Average Assets 10,0 %
d. Return On Average Equity 10,0 %
4 Likuiditas
a. Loan to Deposit Ratio (LDR) 15,0 %
b. Pertumbuhan Kredit/Pertmbuhan Dana 5,0 %
5 Efisiensi
a. Beban Operasional/Pendapatan Operasional (BOPO) 10,0 %
b. Net Interest Margin (NIM) 10,0 %
TOTAL 100 %

2.11 Teknik Penyelesaian Kredit Macet

Sepandai apa pun analisa kredit dalam menganalisis setiap permohonan kredit,
kemungkinan kredit tersebut macet pasti ada, hal ini disebabkan oleh dua unsur sebagai berikut:

1. Dari pihak perbankan


Artinya dalam melakukan analisinya, pihak analisis kurang teliti sehingga apa yang
seharusnya terjadi, tidak diprediksi sebelumnya. Dapat pula terjadi akibat kolusi dari pihak
analis kredit dengan pihak debitur sehingga dalam analisisnya dilakukan secara subjektif.
2. Dari pihak nasabah
Dari pihak nasabah kemacetan kredit dapat dilakukan akibat dua hal yaitu:
Adanya unsure kesengajaan. Dalam hal ini nasabah sengaja untuk tidak bermaksud
membayar kewajibannya kepada bank sehingga kredit yang diberikan macet. Dapat
dikatakan tidak adanya unsur kemauan untuk membayar.
Adanya unsur tidak sengaja. Artinya si debitur mau membayar, tetapi tidak mampu.
Sebagai contoh kredit yang dibiayai mengalami musibah seperti kebakaran, kena hama,
kebanjiran, dan sebagainya. Sehingga kemampuan untuk membayar kredit tidak ada.
Dalam hal kredit macet pihak bank perlu melakukan penyelamatan sehingga tidak akan
menimbulkan kerugian. Penyelamatan yang dilakukan apakah dengan memberikan keringanan
berupa jangka waktu atau angsuran terutama bagi kredit terkena musibah atau melakukan
penyitaan bagi kredit yang sengaja lalai untuk membayar. Terhadap kredit yang mengalami
kemacetan sebaiknya dilakukan penyelamatan sehingga bank tidak mengalami kerugian.

Penyelamatan terhadap kredit macet dilakukan dengan cara sebagai berikut.


1. Rescheduling
a. Memperpanjang jangka waktu kredit
Dalam hal ini si debitur diberikan keringanan dalam masalah jangka waktu kredit
misalnya perpanjangan jangka waktu kredit dari 6 bulan menjadi satu tahun sehingga
si debitur mempunyai waktu yang lebih lama untuk mengembalikannya.
b. Memperpanjang jangka waktu angsuran
Memperpanjang angsuran hamper sama dengan jangka waktu kredit. Dalam hal ini
jangka waktu angsuran kreditnya diperpanjang pembayarannya pun misalnya dari 36

19
kali menjadi 48 kali dan hal ini tentu saja jumlah angsuran pun menjadi mengecil
seiring dengan penambahan jumlah angsuran.
2. Reconditioning
Dengan cara mengubah berbagai persyaratan yang ada seperti berikut ini.
a. Kapitalisasi bunga, yaitu bunga dijadikan uang pokok.
b. Penundaaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu.
Dalam hal penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu, maksudnya hanya
bunga yang dapat ditunda pembayarannya, sedangkan pokok pinjamannya tetap harus
dibayar seperti biasa.
c. Penurunan suku bunga
Penurunan suku bunga dimaksudkan agar lebih meringankan beban nasabah. Sebagai
contoh jika bunga per tahun sebelumnya dibebankan 20% diturunkan menjadi 18, hal
ini tergantung dari pertimbangan yang bersangkutan. Penurunan suku bunga akan
memengaruhi jumlah angsuran yang semakin mengecil sehingga diharapkan dapat
membantu meringankan nasabah.
d. Pembebasan bunga
Dalam pembebasan suku bunga diberikan kepada nasabah dengan pertimbangan
kepada nasabah sudah akan mampu lagi membayar kredit tersebut. Akan tetapi,
nasabah tetap mempunyai kewajiban untuk membayar pokok pinjamannya sampai
lunas.
3. Restructuring
a. Dengan menambah jumlah kredit
b. Dengan menambah equity:
Dengan menyetor uang tunai
Tambahan dari pemilik
4. Kombinasi
Merupakan kombinasi dari ketiga jenis yang di atas.
5. Penyitaan jaminan
Penyitaan jaminan merupakan jalan terakhir apabila nasabah sudah benar-benar tidak
punya etiket, baik uang ataupun sudah tidak mampu lagi untuk membayar semua utang-
utangnya.

20
BAB III
Hasil Penelitian dan Pembahasan

Dalam suatu perusahaan jasa perbankan atau keuangan, penyaluran dana kepada
masyarakat dalam bentuk kredit merupakan aktifitas atau kegiatan yang dapat meraih
keuntungan dari nasabah dalam bentuk pendapatan bunga. Kegiatan tersebut merupakan
sumber utama pendapatan bank. Namun dikarenakan karakteristik kredit yang rentan terhadap
resiko kerugian yang diakibatkan oleh kredit yang bermasalah maka seorang pimpinan harus
dengan teliti dalam hal menyalurkan dananya kepada masyarakat agar tidak timbulnya kredit
yang bermasalah, karena sebagian dana yang digunakan untuk melakukan aktifitas perkreditan
merupakan dana yang dihimpun dari masyarakat dalam bentuk tabungan. Itu semua dilakukan,
untuk menjaga kepercayaan masyarakat yang telah diberikan kepada pihak bank. Oleh karena
itu untuk dapat meminimalisir resiko tersebut perlu adanya sistem informasi kredit guna
membantu pimpinan dalam hal pengambilan keputusan. Karena dengan pemberian kredit tepat
sasaran maka diharapkan modal kerja bank dari segi pendapatan bunga kredit akan terus
meningkat, itu semua dikarenakan para nasabah melakukan pembayaran cicilan kreditnya
dengan tertib.
Demikian pula halnya pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Banjar Unit Banjar,
sistem informasi pada perusahaan ini mengenai kredit telah dilakukan oleh pihak manajemen
dalam menunjang pemberian Kupedes. Dokumen-dokumen mengenai kredit secara langsung
memberikan informasi berupa data-data dari calon nasabah, yang digunakan untuk mendukung
dalam proses pengambilan keputusan. Dalam perusahaan jasa ini untuk menghasilkan suatu
informasi kredit yang baik dilakukan dengan cara mengumpulan data dan mengolah data
dengan tertib, yang meliputi unsur-unsur yang dapat menunjang informasi yang di antaranya:
kelengkapan, efisien, informatif, sistematis, dan aman.
Prosedur pemberian kredit dimulai dari pengajuan permohonan kredit oleh nasabah atau
calon nasabah sampai dengan pihak bank memberikan / menyalurkan kredit sesuai dengan
tujuannya.
Adapun prosedur pemberian kredit yang dilakukan oleh PT.(Persero) BRI Cabang
Banjar Unit Banjar adalah sebagai berikut :
1. Persiapan Kredit
a) Calon debitur datang ke BRI unit menghubungi dan memberitahukan kepada Deskman
bahwa yang bersangkutan akan mengajukan permohonan kredit (Kupedes)
b) Debitur mengisi surat permohonan Kupedes, yaitu SKPP Model 72 atau model lainnya
yang telah ditetapkan yang berisi mengenai perkiraan flafond yang diminta, jangka waktu
pinjaman dan keperluan Kupedes. Kemudian menyerahkan dokumen-dokumen sesuai
yang dipersyaratkan yaitu bukti diri, bukti agunan, dan lain sebagainya.
c) Kemudian debitur mengisi formulir tanda terima bukti kepemilikan agunan yaitu dengan
model 72a Kupedes atau formulir lainnya yang telah ditetapkan.
2. Analisa Kredit
a) Setelah debitur menyerahkan SKPP dan tanda bukti diri, selanjutnya Deskman meneliti
dan memastikan bahwa calon debitur yang bersangkutan tersebut tidak termasuk ke

21
dalam Daftar Hitam BRI atau menjadi nasabah unit kerja BRI lainnya, kecuali yang
ditetapkan oleh ketentuan yang berlaku.
b) Pada hari yang sama sesuai dengan tanggal pendaftaran SKPP, Kepala unit menerima
berkas pengajuan Kupedes disertai dengan register Model 35 dari Deskman dan
memeriksa kelengkapan isi berkas SKPP. Apabila telah sesuai dengan Pasar Sasaran (PS)
dan Kriteria Risiko yang dapat Diterima (KRD), maka Kepala Unit menunjuk pejabat
atau petugas (biasanya oleh seorang mantri) dengan disposisi pada model 72.
c) Pemeriksaan lapangan atau on the spot dilakukan oleh Mantri dengan tujuan untuk
memberikan keyakinan bahwa : Calon debitur benar-benar sesuai dengan keterangan
pada model 72 Kupedes.
Calon debitur yang akan menerima kredit benar-benar memiliki karakter yang baik.
Usaha yang dilakukan oleh pihak calon debitur telah sesuai dengan yang tertera pada
Model 72 dan memiliki prospek usaha yang baik.
Kebenaran agunan dan melakukan penaksiran atas nilai agunan tersebut.
3. Tahap Putusan Kupedes
Proses putusan Kupedes dilakukan oleh pejabat pemutus Kupedes (Kaunit / Pinca) yang
mempunyai Kewenangan dan limit putusan sesuai Putusan Delegasi Wewenang Kredit
(PDWK). Sebelum pemberian putusan Kupedes, pejabat pemutus Kupedes wajib meneliti
dan memastikan bahwa dokumen-dokumen yang mendukung pemberian putusan Kupedes
masih berlaku lengkap, sah dan berkekuatan hukum.
Uraian kegiatan yang harus dilaksanakan dan diperhatikan oleh pejabat pemutus
Kupedes adalah sebagai berikut :
Meneliti hasil analisa dan pemeliharaan SKPP yang dilakukan oleh pejabat Pemrakarsa
melalui berkas SKPP.
Apabila menurut Kaunit hasil pemeriksaan pejabat pemrakarsa tersebut sudah benar,
Kaunit dapat langsung memberikan putusan sesuai dengan PDWK-nya pada Model 70.
Apabila Kaunit merasa ragu atau tidak sependapat dengan hasil pemeriksaan pejabat
pemrakarsa, pejabat pemutus dapat melakukan pemeriksaan ulang.
Apabila setelah diperiksa ulang oleh Kaunit ternyata jumlah Kupedes yang diberikan
lebih kecil, sama atau lebih besar dari jumlah yang diusulkan pejabat pemrakarsa, maka
terhadap SKPP tersebut harus diputus oleh pejabat pemutus setingkat lebih tinggi,
maksimal Pinca. Sedangkan apabila ditolak, Kaunit memberikan catatan alasan
penolakan pada Model 70.
4. Tahap Pencairan Kupedes
Tahap pencairan Kupedes adalah merupakan tahapan akhir dari suatu proses pelayanan
Kupedes yang dimulai sejak tahap pendaftaran sampai dengan fasilitas Kupedes tersebut
dibukukan dan dibayarkan.
Adapun urutan tahap pencairan Kupedes adalah sebagai berikut :
a. Persiapan Pencairan
i) Menerima berkas SKPP yang telah diputus oleh pejabat pemutus yang berwenang dan
kemudian mencatatnya pada Register Model 35.
ii) Menyiapkan Surat Pengakuan Hutang (SPH) Model SH-03 / Kupedes.

22
iii)Penandatanganan pengikatan agunan oleh debitur sebagai kelengkapan berkas SKPP,
yaitu antara lain :
a. Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMTH).
b. Akta Pembebanan Hak Tanggungan (APHT).
c. Pengikatan agunan barang bergerak, termasuk bangunan yang berdiri di atas tanah
orang lain.
d. Akta gadai.
iv) Deskman mengisi kuitansi pencairan Kupedes yang dibuat rangkap tiga, dengan
distribusi :
a. Lembar pertama bermaterai untuk bukti kas.
b. Lembar kedua untuk debitur.
c. Lembar ketiga untuk berkas Kupedes.
v) Meminta debitur menandatangani Surat Pengakuan Hutang (SPH) dan surat-surat
pengikat agunan.
vi) Meminta pengesahan SPH kepada pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
vii) Menyerahkan kuitansi dan tanda bukti diri serta semua berkas pencairan kepada
Kaunit untuk difiat bayar.
b. Fiat Bayar
Kepala unit / Kaunit kemudian melakukan kegiatan sebagai berikut:
i) Menerima kuitansi dan memeriksa kelengkapan serta kebenaran pengisian berkas
Kupedes untuk dicocokkan dengan syarat-syarat yang disebutkan dalam putusan
Kupedes.
ii) Apabila telah sesuai dan cocok maka Kaunit membubuhkan tanda tangan sebagai
persetujuan bayar atau fiat bayar pada kuitansi pencairan Kupedes.
c. Pembayaran Pencairan Kupedes
Pembayaran pencairan Kupedes kepada debitur dilakukan oleh Teller, yaitu dengan
kegiatan sebagai berikut:
i) Menerima dan meneliti keabsahan kuitansi pencairan Kupedes serta tanda bukti diri
asli dari Kaunit.
ii) Melakukan validasi pada kuitansi pencairan Kupedes serta lembar kedua kuitansi
pembayaran. Sedangkan lembar pertama dan ketiga diserahkan kepada Deskman
untuk diverifikasi.

23
BAB IV
Penutup
4.1 Kesimpulan Materi
Bank adalah lembaga keuangan yang berfungsi menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Penyaluran kredit
merupakan kegiatan usaha yang mendominasi pengalokasian dana bank. Sehingga sumber
utama pendapatan bank berasal dari kegiatan penyaluran kredit dalam bentuk pendapatan
bunga. Namun dikarenakan karakteristik kredit yang rentan terhadap resiko kerugian maka
diperlukan penilaian serta prosedur pemberian kredit untuk melihat kualitas kredit yang
diberikan.

4.2 Kesimpulan Jurnal


Berdasarkan data-data yang diperoleh dari hasil penelitian dengan didukung oleh teori-
teori yang ada, penulis mengambil kesimpulan bahwa PT.(Persero) BRI Cabang Banjar Unit
Banjar telah melakukan sistem informasi kredit dengan menerapkan unsur-unsur dalam
menunjang pemberian kredit usaha secara baik sehingga dalam pelaksanaannya dapat
membantu proses pengelolaan perkreditan untuk mengambil keputusan yang dapat
dipertanggungjawabkan, hal ini terlihat dari :
1. Sistem informasi kredit yang terdapat di PT. (Persero) BRI Cabang Banjar Unit Banjar,
khususnya informasi Kupedes tersebut telah berjalan dengan baik. Hal ini terlihat dari
pengumpulan data atau dokumentasi mengenai Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) oleh BRI
Cabang Banjar Unit Banjar dilaksanakan dengan baik, tertib, dan lengkap. Jadi dokumen
kupedes yang diperlukan dikumpulkan didalam satu berkas khusus dan tidak ada dokumen
yang terlewat baik itu dokumen internal maupun eksternal lalu dokumen-dokumen tersebut
disimpan dalam suatu ruangan khusus yang telah disediakan agar terhindar dari kebakaran
maupun pencurian. Sistem informasi kredit yang baik akan mendukung terhadap keefektifan
dan keefisienan pengolahan dan analisis data yang memungkinkan suatu informasi dapat
menjadi alat untuk memperoleh keyakinan yang memadai terhadap keputusan untuk
menerima atau menolak permohonan Kupedes.
2. Pemberian Kupedes di BRI Cabang Banjar Unit Banjar, yaitu mulai tahap prakarsa atau
tahap pendaftaran sampai dengan pencairan dana kredit, kemudian pengambilan keputusan,
pengawasan dan pembinaan kredit, telah berjalan dengan baik sesuai dengan peraturan
perbankan. Hal ini terlihat dari meningkatnya pencapaian realisasi kredit yang telah
ditetapkan dalam Rencana Anggaran Kerja (RAK) pada tahun 2005. Pelaksanaan proses
Kupedes tersebut yang jika dijalankan dengan baik tentunya akan mempengaruhi terhadap
tingkat kesehatan dan likuiditas BRI Cabang Banjar Unit Banjar.
3. Sistem informasi kredit sangat berperan dalam menunjang pemberian kredit umum pedesaan
dan realisasi kredit yang direncanakan pada Rencana Anggaran Kerja (RAK) oleh PT.
(Persero) BRI Cabang Banjar Unit Banjar. Selain itu juga sistem informasi kredit mampu
meminimalisir kerugian yang mungkin timbul karena terjadinya kredit yang bermasalah.
Hal ini dikarenakan antisipasi dari sistem informasi kredit dalam mencegah penyaluran
Kupedes kepada nasabah yang mempunyai track record yang jelek dengan cara melihat dari

24
catatan yang berisi tentang data-data nasabah kupedes selama ini, karena setiap ada transaksi
permohonan kupedes pihak bank selalu mencatat transaksi tersebut kedalam buku khusus,
selain dari itu setiap nasabah wajib memenuhi semua dokumen yang berkaitan dengan
nasabah yaitu mulai dari bukti identitas diri sampai surat kepemilikan agunan yang akan
dijadikan jaminan.

4.3 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, penulis mengajukan beberapa saran dengan
aktivitas pelaksanaan sistem informasi kredit dalam menunjang pemberian kredit usaha pada
PT. BRI Cabang Banjar Unit Banjar yaitu:
1. Dilakukannya pengawasan atau pemantauan dan pembinaan dari pihak bank BRI terhadap
debitur secara umum dengan cara memberikan suatu pelatihan manajemen usaha.
2. Manajemen bank BRI perlu mempertahankan sistem prosedur pemberian kredit yang selama
ini telah berjalan.

25
Daftar Pustaka

Kasmir. 2011. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Suherman, Maman dan Chandra Christiana. 2008. Peranan Sistem Informasi Kredit dalam
Menunjang Pemberian Kredit Usaha di PT. BRI (Persero) Cabang Banjar Unit Banjar.
Jurnal Akuntansi FE Unsil. Volume 3, No. 1

26

Anda mungkin juga menyukai