ADI SULAKSONO
P 052137594
PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
1
I PENDAHULUAN
Melestarikan lingkungan hidup merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditunda lagi dan
bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau pemimpin negara saja, melainkan
tanggung jawab setiap insan di bumi, dari balita sampai manula. Setiap orang harus melakukan
usaha untuk menyelamatkan lingkungan hidup di sekitar kita sesuai dengan kapasitasnya
masing- masing. Sekecil apa pun usaha yang kita lakukan sangat besar manfaatnya bagi
terwujudnya bumi yang layak huni bagi generasi anak cucu kita kelak. (Pradieta,2011)1
Kerusakan lingkungan hidup di Indonesia terjadi akibat eksploitasi Sumber Daya Alam
(SDA) yang berlebihan dan pelanggaran peruntukan tata ruang yang massif di berbagai daerah di
Indonesia. Isu politik Lingkungan dan Ekonomi merupakan dua kutub yang saling
berlawaman.Para ahli ekonomi berkeyakinan bahwa sumberdaya Alam diperlukan sebanyak-
banyaknya untuk mengakomodasi keperluan manusia sedangkan para pemerhati lingkungan
memaknai pemanfaatan sumberdaya Alam sesuai dengan koridor dan tingkat kecukupan akan
sumberdaya sampai pada kurun waktu yang tak terhingga. Melihat permasalahan tersebut di atas,
perlu perhatian serius dari pemerintah terkait kondisi lingkungan Indonesia saat ini. (Aries
Setiawan, 2012)2
Untuk pelestarian terhadap masalah lingkungan hidup sangat kompleks dan pemecahan
masalahnya memerlukan perhatian yang bersifat komperehensif dan menjadi tanggung jawab
pemerintah didukung pertisipasi masyarakat. Di Indonesia, pengelolaan lingkungan hidup harus
berdasarkan pada dasar hukum yang jelas dan menyeluruh sehingga diperoleh suatu kepastian
hukum (Siswanto Sunarso, 2005:31)3. Namun dalam perjalanannya hingga saat ini banyak UU
yang dibentuk atau dirubah oleh Pemerintah Pusat dan DPR RI. Menurut UUD 1945 tugas
membentuk UU berada pada Pemerintah Pusat / Eksekutif (Pasal 5 ayat 1) dan DPR RI /
Legislatif (Pasal 20 ayat 1, 2, 3, 4, 5 dan Pasal 20 A ayat 1), tetapi menjadi Perhatian menurut
1
pradieta , 2011 : http://pradieta-pelestarianlingkunganhidup.blogspot.com/2011/04/pengertian-lingkungan-
lingkungan-hidup.htm
2
Aries Setiawan, 2012: http://www.imahagiregion3.org/2012/10/eksploitasi-sumberdaya-alam-dalam-kaca.html -
3
Sunarso, Siswanto. 2005. Hukum Pidana Lingkungan Hidup dan Strateg Penyelesaian Sengketa. Rineka Cipta.
Jakarta
2
Ilmu Hukum apa urgensinya Legislatif sering merubah UU dilihat dari Jangka Waktu berlaku
masih terlalu singkat ? Apakah memang UU tersebut tidak layak dipergunakan Aparat Penegak
Hukum karena perkembangan masyarakat ? Bahkan Sosialisasi dari UU tersebut kepada
masyarakat masih rendah , dilihat dari Tujuan Hukum serta Azas - azas Hukum dalam UU
tersebut belum tercapai. Atau apakah ada Kepentingan tertentu Individu atau Kelompok di
Pemerintahan atau diLegislatif untuk Kepentingan Jangka Pendek ? Negara Indonesia yg
berdasarkan atas UUD 1945 dan Pancasila terutama Sila ke 3 Persatuan Indonesia seharusnya
dalam mengambil Kebijakan Pemerintah mengutamakan Kepentingan Umum / Masyarakat dan
Negara daripada Kepentingan Individu / Kelompok Apabila demi Kepentingan tertentu Individu
atau Kelompok atau untuk Kepentingan Jangka Pendek bertentangan dengan Ilmu Hukum
seperti ditinjau dari Tujuan Hukum , Azas - azas Hukum dalam UU tsb , UU sebagai Sumber
Hukum dalam Sistem Hukum di Negara Indonesia serta Prinsip - prinsip lain menurut Konstitusi
UUD 1945 Jangan Pemerintah Pusat atau Legislatif / DPR menyalahgunakan kekuasaan dan
wewenang yang diberikan.(liza erwina, 2006)4
I.2 Tujuan
Dasawarsa tahun 1970-an merupakan awal permasalahan lingkungan secara global yang
ditandai dengan dilangsungkannya Konferensi Stockholm tahun 1972 yang membicarakan
masalah lingkungan (UN Coference on the Human Environment,UNCHE). Konferensi yang
diselenggarakan oleh PPB ini berlangung dari tanggal 5-12 juni 1972, akhirnya tanggal 5 juli
ditetapkan sebagai hari lingkungan hidup sedunia. Pada 1987 terbentuk sebuah komisi dunia
yang disebut dengan Komisi Dunia tentang Lingkungan Hidup dan Pembangunan (World
Commission on Environment and Development) yang kemudian lahir konsep sustainable
4
Erwina Liza, 2006, Analisis Perubahan Undang Undang dan Supremasi Hukum, USU, Hal 16
3
Sejak era 1980-an, berkembang tuntutan yang meluas agar kebijakan-kebijakan resmi
negara yang pro lingkungan dapat tercermin dalam bentuk perundang-undangan yang mengingat
untuk ditaati oleh semua pemangku kepentingan (stakeholder). Tak terkecuali, Indonesia juga
menghadapi tuntutan yang sama, yaitu perlunya disusun suatu kebijakan yang dapat dipaksakan
berlakunya dalam bentuk undang-undang tersendiri yang mengatur mengenai lingkungan hidup.
(Inarotul faizah 2013)7
Itu juga sebabnya, maka Indonesia menyusun dan akhirnya menetapkan berlakunya
Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup (UULH 1982). Inilah produk hukum pertama yang dibuat di Indonesia,
setelah sebelumnya dibentuk satu kantor kementerian tersendiri dalam susunan anggota Kabinet
Pembangunan III, 1978- 1983. Menteri Negara Urusan Lingkungan Hidup yang pertama adalah
Prof. Dr. Emil Salim yang berhasil meletakkan dasar-dasar kebijakan mengenai lingkungan
hidup dan akhirnya dituangkan dalam bentuk undang-undang pada tahun 1982. (Inarotul faizah
2013)8
5
Inarotul faizah 2013 dalam http://www.slideshare.net/AizFinchy/modul-konsep-dasar-pengelolaan-lingkungan-
hidupoling
6
Inarotul faizah 2013 dalam http://www.slideshare.net/AizFinchy/modul-konsep-dasar-pengelolaan-lingkungan-
hidupoling
7
Inarotul faizah 2013 dalam http://www.slideshare.net/AizFinchy/modul-konsep-dasar-pengelolaan-lingkungan-
hidupoling
8
Inarotul faizah 2013 dalam http://www.slideshare.net/AizFinchy/modul-konsep-dasar-pengelolaan-lingkungan-
hidupoling
4
Lahirnya UULH 1982 tanggal 11 Maret 1982 dipandang sebagai pangkal tolak atau awal
dari lahir dan pertumbuhan hukum lingkungan nasional. Sebelum lahirnya UULH 1982
sesungguhnya telah berlaku berbagai bentuk peraturan perundang-undangan tentang atau yang
berhubungan dengan lingkungan hidup atau sumber daya alam dan sumber daya buatan, yang
dipandang sebagai rezim hukum nasional klasik. Rezim hukum lingkungan klasik berisikan
ketentuan-ketentuan yang melindungi kepentingan sektoral, sementara masalah-masalah
lingkungan yang timbul semakin kompleks sehingga peraturan perundang-undangan klasik tidak
mampu mengantisipasi dan menyelesaikan masalah-masalah lingkungan secara efektif,
sedangkan rezim hukum lingkungan modern yang dimulai lahirnya UULH 1982 berdasarkan
pendekatan lintas sektoral atau komprehensif integral. (Inarotul faizah 2013)9
UULH 1982 merupakan sumber hukum formal tingkat undang-undang yang pertama
dalam konteks hukum lingkungan modern di Indonesia. UULH 1982 memuat ketentuan-
ketentuan hukum yang menandai lahirnya suatu bidang hukum baru, yakni hukum lingkungan
karena ketentuan-ketentuan itu mengandung konsep-konsep yang sebelumnya tidak dikenal
dalam bidang hukum. Di samping itu, ketentuan-ketentuan UULH 1982 memberikan landasan
bagi kebijakan pengelolaan lingkungan hidup. (Inarotul faizah 2013)10
Akan tetapi, setelah UULH 1982 berlaku selama sebelas tahun ternyata oleh para
pemerhati lingkungan hidup dan juga pengambil kebijakan lingkungan hidup dipandang sebagai
instrumen kebijakan pengelolaan lingkungan hidup yang tidak efektif. Sejak pengundangan
UULH 1982 kualitas lingkungan hidup di Indonesia ternyata tidak semakin baik dan banyak
kasus hukum lingkungan tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh sebab itu, perlu dilakukan
perubahan terhadap UULH 1982, setelah selama dua tahun dipersiapkan, yaitu dari sejak naskah
akademis hingga RUU, maka pada tanggal 19 September 1997 pemerintah mengundangkan
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UULH 1997).
(Inarotul faizah 2013)11
9
Inarotul faizah 2013 dalam http://www.slideshare.net/AizFinchy/modul-konsep-dasar-pengelolaan-lingkungan-
hidupoling
10
Inarotul faizah 2013 dalam http://www.slideshare.net/AizFinchy/modul-konsep-dasar-pengelolaan-lingkungan-
hidupoling
11
Inarotul faizah 2013 dalam http://www.slideshare.net/AizFinchy/modul-konsep-dasar-pengelolaan-lingkungan-
hidupoling
5
Lahirnya UU No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan lingkungan hidup yang salah satu
acuannya adalah UU No.4 Tahun 1982 tentang pokok-pokok Pengelolaan lingkungan hidup
merupakan kemajuan besar bagi bangsa Indonesia dalam usaha pemanfaatan sumber daya
alamnya secara maksimal. Lingkungan hidup yang baik akan menyokong semua elemen dalam
kehidupan, kemudian mendorong sebuah gagasan pembangunan yang berwawasan lingkungan.
(verawaty marpaung, 2010) 12
12
verawaty marpaung, 2010 dalam http://samalovernosasa.blogspot.com/2010/12/perbandingan-uu-no23-
tahun-1997- dengan.html?showComment=1392521282856#c987673997232835325)
13
Ahmad Amrullah Sudiarto, 2010: http://lakeiko.blogspot.com/2010_08_01_archive.html
6
d) menjaga kelestarian
d) terlaksananya fungsi lingkungan
pembangunan hidup;
berwawasan
lingkungan untuk
kpentingan
generasi sekarang
dan mendatang;
e) terlindunginya e) mencapai keserasian,
negara terhadap keselarasan,
dampak kegiatan dankeseimbangan
diluar wilayah lingkungan hidup;
negara yang
mnyebabkan
kerusakan dan
pencemaran
lingkungan
f) menjamin
terpenuhinya
keadilan generasi
masa kini dan
generasi masa depan;
g) menjamin
pemenuhan dan
perlindungan hak
atas lingkungan
hidup sebagai bagian
dari hak asasi
manusia;
h) mengendalikan
pemanfaatan sumber
daya alam secara
bijaksana;
i) mewujudkan
pembangunan
berkelanjutan; dan
j) mengantisipasi isu
lingkungan global.
Upaya
pengendalian Belum diatur secara Diatur dalam BAB V
5 Belum diatur
lingkungan jelas dan terpisah tentang pengendalian.
hidup
8
a) KLHS
b) Tata Ruang
c) Baku Mutu
Lingkungan
d) Kriteria Baku
Kerusakan
Lingkungan Hidup
e) AMDAL
f) UKL-UPL
g) Perizinan
Instrumen
h) Instrumen Ekonomi
pencegahan
Lingkungan
pencemaran ditetapkan dengan
Diatur dengan peraturan i) Peraturan
6 dan/atau peraturan perundang-
pemerintah (pasal 14) Perundang-
kerusakan undangan (pasal 17)
Undangan Berbasis
lingkungan
Lingkungan
hidup
j) Anggaran Berbasis
Lingkungan
k) Analisis Resiko
Lingkungan
l) Audit Lingkungan
m) Instrumen Lain
Sesuai
Perkembangan
IPTEK
pendekatan
ekosistem
Denda paling banyak Denda paling banyak
Denda paling banyak sebesar Rp Rp 15. 000.000.000,00
9 Denda Pidana Rp. 100.000.000,- 750.000.000,00 (tujuh (lima belas milyar
(seratus juta rupiah) ratus lima puluh juta rupiah)
rupiah)
Tidak terlalu detail Pembagian tugas dan
Tidak disebutkan
dijelaskan pembagian kewenangan jelas dalam
dengan jelas tugas dan
Kewenangan kewenangan antara pasal 63-64 (bab IX ttg
wewenang antara
10 Pusat dan pusat dan daerah (bab Tugas dan wewenang
pemerintah pusat dan
daerah IV ttg Wewenang Pemerintah dan
daerah (bab v tentang
Pengelolaan Pemerintah Daerah).
kelembagaan)
Lingkungan Hidup)
Tidak dibahas sama Dalam ketentuan umum Tidak di jelaskan
Pelestarian
sekali ttg pelestarian di jelaskan mengenai mengenai pelestarian
daya dukung
daya dukung dan daya pelestarian daya dukung daya dukung dan daya
11 dan Daya
tamping lingkungan, dan daya tampung tampung lingkungan.
tampung
hanya pengertian daya lingkungan.
Lingkungan
dukung lingkungan.
Analisis mengenai Analisis mengenai Analisis mengenai
dampak lingkungan dampak lingkungan dampak lingkungan
adalah hasil studi hidup adalah kajian hidup, yang selanjutnya
mengenai dampak mengenai dampak besar disebut Amdal, adalah
sesuatu kegiatan yang dan penting suatu usaha kajian mengenai
direncanakan terhadap dan/atau kegiatan yang dampak penting suatu
Pengertian lingkungan hidup, direncanakan pada usaha dan/atau kegiatan
12
AMDAL yang diperlukan bagi lingkungan hidup yang yang direncanakan pada
proses pengambilan diperlukan bagi proses lingkungan hidup yang
keputusan pengambilan keputusan diperlukan bagi proses
tentang pengambilan keputusan
penyelenggaraan usaha tentang
dan/atau kegiatan; penyelenggaraan usaha
dan/atau kegiatan.
Kajian lingkungan
hidup strategis, yang
selanjutnya disingkat
KLHS,adalah rangkaian
Kajian analisis yang sistematis,
Lingkungan menyeluruh, dan
13 Tidak ada Tidak ada.
Hidup partisipatif untuk
Strategis memastikan bahwa
prinsip pembangunan
berkelanjutan telah
menjadi dasar dan
terintegrasi dalam
10
pembangunan suatu
wilayah dan/atau
kebijakan, rencana,
dan/atau program.
Upaya pengelolaan
lingkungan hidup dan
upaya pemantauan
lingkungan hidup, yang
selanjutnya disebut
Upaya
UKL-UPL, adalah
pengelolaan
pengelolaan dan
lingkungan
pemantauan terhadap
hidup dan
14 Tidak ada Tidak ada. usaha dan/atau kegiatan
upaya
yang tidak berdampak
pemantauan
penting terhadap
lingkungan
lingkungan hidup yang
hidup
diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan
tentang
penyelenggaraan usaha
dan/atau kegiatan.
Pencemaran Pencemaran lingkungan Pencemaran lingkungan
lingkungan adalah hidup adalah masuknya hidup adalah masuk
masuknya atau atau dimasukkannya atau dimasukkannya
dimasukannya makhluk hidup, zat, makhluk hidup, zat,
makhluk hidup, zat, energi, dan/atau energi, dan/atau
energi dan atau komponen lain ke komponen lain ke
komponen lain ke dalam lingkungan hidup dalam lingkungan hidup
dalam lingkungan dan oleh kegiatan manusia oleh kegiatan manusia
Pengertian
atau berubahnya sehingga kualitasnya sehingga melampaui
15 Pencemaran
tatanan lingkungan turun sampai ke tingkat baku mutu lingkungan
Lingkungan
oleh kegiatan manusia tertentu yang hidup yang telah
atau oleh proses alam, menyebabkan ditetapkan.
sehingga kualitas lingkungan hidup tidak
lingkungan menjadi dapat berfungsi sesuai
kurang atau tidak dengan peruntukannya;
berfungsi lagi sesuai
dengan
peruntukannya.
11
b. pencadangan sumber
daya alam; dan/atau
c. pelestarian fungsi
atmosfe.
1. Setiap penanggung 1. Setiap orang yang
jawab usaha memasukkan ke dalam
dan/atau kegiatan wilayah Negara
wajib melakukan Kesatuan Republik
pengelolaan bahan Indonesia,
berbahaya dan menghasilkan,
beracun. mengangkut,
mengedarkan,
menyimpan,
memanfaatkan,
membuang, mengolah,
dan/atau menimbun B3
wajib melakukan
Bahan pengelolaan B3.
Berbahaya 2. Pengelolaan bahan 2. Dalam hal B3
21 Tidak ada
dan Beracun berbahaya dan sebagaimana dimaksud
(B3) beracun meliputi dalam Pasal 58 ayat (1)
menghasilkan, telah kedaluwarsa,
mengangkut, pengelolaannya
mengedarkan, mengikuti ketentuan
menyimpan, pengelolaan limbah B3.
menggunakan
dan/atau membuang.
3. Ketentuan mengenai 3 Dalam hal setiap
pengelolaan bahan orang tidak mampu
berbahaya dan melakukan sendiri
beracun diatur lebih pengelolaan limbah B3,
lanjut dengan pengelolaannya
Peraturan diserahkan kepada
Pemerintah. pihak lain.
Pemerintah dan
pemerintah daerah
mengembangkan sistem
informasi lingkungan
hidup untuk mendukung
Sistem pelaksanaan dan
22 Tidak diatur Tidak diatur.
informasi pengembangan
kebijakan perlindungan
dan pengelolaan
lingkungan hidup.serta
wajib di publikasikan
kepada masyarakat.
14
Dalam rangka
penegakan hukum
terhadap pelaku tindak
pidana lingkungan
hidup, dapat dilakukan
penyidik
26 Tidak di atur Tidak di atur penegakan hukum
terpadu
terpadu antara penyidik
pegawai negeri sipil,
kepolisian, dan
kejaksaan di bawah
koordinasi Menteri.
Alat bukti yang sah
dalam tuntutan tindak
pidana lingkungan
hidup terdiri atas:
a) keterangan saksi;
b) keterangan ahli;
c) surat;
27 Alat bukti. Tidak diatur Tidak di atur d) petunjuk;
e) keterangan terdakwa;
dan/atau
f) alat bukti lain,
termasuk alat bukti
yang diatur dalam
peraturan perundang-
undangan
sumber : (Debby, 2013 dalam http://yessysca.blogspot.com/2013/02/perbandingan-uu-no-4-tahun-
1982-uu-no_23.html)
III. PEMBAHASAN
Sejak merdeka para pendiri bangsa ini telah memikirkan pentingnya pemanfaatan
lingkungan secara lestari dan berkelanjutan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan
makmur, di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 (UUD 1945) telah
diatur dalam pasal 33 ayat (3), yaitu : Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung
didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
16
Kemakmuran berarti harus dapat dinikmati baik oleh generasi sekarang maupun generasi yang
Penyempurnaan terhadap UU No.23 Tahun 1997 yang diatur dalam UU No.32 Tahun
2009 diperjelas pada Penjelasan UU No.32 Tahun 2009 point ke-8 yaitu bahwa UU No.32
Tahun 2009 juga mengatur :
14
Ahmad Amrullah Sudiarto, 2010 http://lakeiko.blogspot.com/2010_08_01_archive.html
15
Ahmad Amrullah Sudiarto, 2010http://lakeiko.blogspot.com/2010_08_01_archive.html
17
Bila dicermati lebih jauh, masih banyak hal-hal yang perlu dibenahi dalam UUPPLH
tersebut, seperti dalam pasal 26 ayat (2) bahwa pelibatan masyarakat harus dilakukan
berdasarkan prinsip pemberian informasi yang transparan dan lengkap serta diberitahukan
sebelum kegiatan dilaksanakan. Dalam pasal ini, tidak diikuti penjelasan seperti apa dan
bagaimana bentuk informasi secara lengkap tersebut dan upaya hukum apa yang dapat dilakukan
bila hal tersebut tidak dilakukan, begitupula dalam ayat (4) masyarakat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat mengajukan keberatan terhadap dokumen amdal juga tidak di ikuti
penjelasan sehingga dapat menimbulkan kerancuan dalam hal yang seperti apa masyarakat
menolak dokumen tersebut, sehingga justru mereduksi hak-hak masyarakat dalam proses awal
pembangunan.( Ahmad Amrullah Sudiarto, 2010).17
16
verawaty marpaung, 2010 dalam http://samalovernosasa.blogspot.com/2010/12/perbandingan-uu-no23-
tahun-1997- dengan.html?showComment=1392521282856#c987673997232835325
17
Ahmad Amrullah Sudiarto, 2010 http://lakeiko.blogspot.com/2010_08_01_archive.html
18
Selain itu dalam pasal 46, berbunyi Selain ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 45, dalam rangka pemulihan kondisi lingkungan hidup yang kualitasnya telah mengalami
pencemaran dan/atau kerusakan pada saat undang-undang ini ditetapkan, Pemerintah dan
pemerintah daerah wajib mengalokasikan anggaran untuk pemulihan lingkungan hidup.
Ketentuan ini akan sangat merugikan karena pencemarnya tidak diungkit sama sekali, dan
anehnya di penjelasannya juga tertulis cukup jelas, padahal ketentuan dalam pasal ini bisa
18
AgusAdianto,2009:http://www.mediaindonesia.com/webtorial/klh/index.php?ac- id=NjkzMw==).
19
Anonime,2009:http://www.duniaesai.com/direktori/esai/42-lingkungan/231- waspadai-pelaksanaan-uu-pplh-
no-32-tahun-2009.html)
19
melepaskan pencemarnya begitu saja dan pemulihan justru dibebankan kepada pemerintah.
(AgusAdianto,2009)20
Selain beberapa permasalahan dalam UUPPLH diatas, masih banyak hal-hal yang
berpengaruh dalam penegakan hukum lingkungan, ketentuan hukum (Undang-Undang) memang
sangat penting dan berperang dalam hal ini, tetapi faktor-faktor lain seperti kesadaran
masyarakat tidak bisa dinafikan. Posisi dan peranan aturan tersebut hanyalah sebagai sarana
penunjang belaka, sebagai sarana penunjang maka keampuhan dan kedayagunaannya akan selalu
tergantung kepada siapa dan dengan cara bagaimana digunakannya. Betapa pun ampuh dan
sempurnanya sarana, namun jika yang menggunakannya tidak memiliki keterampilan dan
kemahiran sudah pasti keampuhan dan kesempurnaan daripada sarana tersebut tidak akan
terwujud.
IV KESIMPULAN
1.Kebutuhan perubahan undang-undang banyak disebabkan oleh tuntunan untuk merespon krisis
yang terjadi dari waktu ke waktu, adapun poin-poin yang dikuatkan dalam undang-undang PPLH
tertuang dalam penjelasan UU no 32 Tahun 2009 di poin ke-8.
2. Kendala dalam penerapan perubahan UU terkait lingkungan bukan hanya diakibatkan oleh ada
atau tidak adanya celah pada UU tersebut (seperti peraturan pendukung undang-undang),
melainkan tergantung pada siapa dan dengan cara bagaimana UU tersebut digunakan.
V. DAFTAR PUSTAKA
20
AgusAdianto,2009:http://www.mediaindonesia.com/webtorial/klh/index.php?ac- id=NjkzMw==).
20