Anda di halaman 1dari 4

S usan Baker, seorang Profesor Ilmu Sosial Lingkungan, memiliki ketertarikan riset dalam hal pemerintahan

berwawasan lingkungan di Uni Eropa dan ekofeminisme. Baker merupakan salah satu dari empat belas profesor
lingkungan yang mengadakan Simposium Lingkungan di Istana Kerajaan Stockholm dalam rangka memberikan
visi untuk masa depan dan untuk menunjukkan bagaimana pengetahuan memberikan kontribusi yang lebih
berkelanjutan terhadap masyarakat. Simposium ini merupakan bagian dari peringatan nasional resmi konferensi
PBB yang pertama dalam hal lingkungan, yakni Konferensi Stockholm 1972. Baker melihat urgensi dari masalah
perubahan lingkungan global terletak pada tindakan manusia tanpa memikirkan konsekuensi jangka panjang. Ia
kemudian mulai mempromosikan pembangunan berkelanjutan, mengingat ketidakinginan terjadinya bencana bagi
generasi mendatang.
Penelitian Profesor Susan Baker mengenai pemerintahan pembangunan berkelanjutan dalam konteks perubahan
lingkungan global, termasuk di dalamnya promosi pembangunan berkelanjutan, pemerintahan berwawasan
lingkungan, partisipasi demokratis, dan permasalahan gender terkait dengan ekofeminisme. Dia melihat banyak
hambatan yang perlu untuk diatasi, seperti aspek-aspek sosial dari perubahan lingkungan global dan dinamika
hubungan antara sistem alami dan dunia sosial. Dalam hal ini ia menekankan pada aspek ekologi dan antropologi.
Manusia kemudian dihadapkan pada pilihan untuk tetap bertahan melalui peningkatan kemampuan untuk
menghadapi perubahan. Keberkelanjutan dalam konsep pembangunan ditujukan agar pembangunan dapat terus
dilakukan karena sumber daya yang menjadi bahan utama pembangunan ini masih terus dapat diakses dan tidak
hanya terhenti sampai pada generasi saat ini untuk kemudian membawa kehancuran dan bukannya pembangunan
bagi generasi setelahnya. Baker menilai bahwa konvensi lingkungan tidak selalu mempromosikan keadilan sosial.
Oleh karenanya, dibutuhkan suatu cara yang mendukung ketahanan ekologi dan kesetaraan sosial dalam konteks
pembangunan berkelanjutan. Cara ini membutuhkan keseriusan dari semua pihak, terutama pemerintah tiap-tiap
negara yang memiliki kedaulatan penuh dalam menjalankan pengaturan yang partisipatif untuk mendukung masa
depan berkelanjutan.
Kepedulian Baker akan penemuan cara baru menghasilkan suatu buku yang berjudul Sustainable Development
yang diterbitkan pada tahun 2006. Buku ini mengeksplorasi bagaimana masyarakat internasional menanggapi
tantangan pembangunan berkelanjutan. Promosi pembangunan berkelanjutan membuka perdebatan-perdebatan
yang mengelilingi hubungan manusia dengan alam, mengenai apa yang menjadi kemajuan sosial dan karakter
pembangunan di masa kini dan masa depan. Selain itu juga menyelidiki prospek dan hambatan promosi
pembangunan berkelanjutan terkait konsumsi masyarakat dunia industri yang relatif tinggi, termasuk Amerika
Serikat dan Uni Eropa, Dunia Ketiga, serta ekonomi transisi di Eropa Timur. Hal ini menjawab kebutuhan sebagai
pengantar yang komprehensif namun kritis terhadap pelaksanaan pembangunan berkelanjutan dan penyelidikan
subjek di seluruh konteks sosial-politik dan ekonomi yang berbeda.
Secara sistematis, buku ini terbagi ke dalam tiga bagian besar, yakni Theoretical and Conceptual Exploration of
Sustainable Development, International Engagement with Sustainable Development, dan The Promotion of
Sustainable Development in Different Social. Di awal buku dituliskan pengetahuan singkat mengenai pembangunan
berkelanjutan sehingga pembaca dapat meraba-raba apa maksud dan tujuan penulisan buku. Bab Pendahuluan
yang dituliskan tersendiri, dengan judul Introduction: The Environment and Sustainable Development, berisikan
rekonseptualisasi pembangunan, batasan maksimal pertumbuhan, promosi pembangunan berkelanjutan sebagai
milik bersama, dan tiga pilar pembangunan berkelanjutan. Dalam bab ini, Baker menekankan pentingnya disadari
dan dilakukannya pembangunan berkelanjutan yang menyeimbangkan pilar ekonomi, sosial, dan lingkungan
sehingga tercipta pertumbuhan yang adil bagi manusia di masa kini dan di masa mendatang.
Setelah pendahuluan, Baker mulai masuk ke bagian pertama mengenai teoritikal dan konseptual eksplorasi
pembangunan berkelanjutan yang dijabarkan dalam konsep pembangunan berkelanjutan. Konsepsi ini mengacu
pada formulasi Brundtland, konsep politik, perangkat titian, prinsip-prinsip normatif, dan penolakan terhadap
prinsip dalam pembangunan berkelanjutan. Masuk ke bagian kedua, yakni mengenai keterlibatan internasional
dengan pembangunan berkelanjutan. Keterlibatan internasional bertujuan untuk menunjukkan diperlukannya aksi
dari agen-agen internasional, seperti PBB, negara, ataupun public secara umum, sebagai upaya perwujudan
pembangunan yang berkelanjutan. Bagian kedua terdiri dari tiga bab yang berkaitan, dimulai dari Global
Governance and the United Nations Environment Summits, Key Global Concerns: Climate Change and Biodiversity
Management, sampai ke The Local Level: LA21 and Public Participation.
Bagian ketiga mengulas mengenai promosi pembangunan sosial dalam konteks sosial, politik, dan ekonomi yang
berbeda. Bagian ini menjelajah ke seluruh belahan dunia dengan tingkat kemakmuran dan konsumsi energi yang
berbeda-beda. Merujuk pada prinsip normatif pembangunan berkelanjutan yang diutarakan Baker di bab The
Concept of Sustainable Development, negara-negara di dunia memiliki tanggung jawab bersama yang berbeda-
beda terkait besaran emisi gas karbon. Dengan kata lain, semakin besar emisi gas karbon, semakin besar tanggung
jawab yang diemban negara tersebut dalam menciptakan lingkungan yang berkelanjutan. Konteks sosial, politik,
dan ekonomi yang berbeda pun berkaitan dengan tanggung jawab bersama namun berbeda ini. Bagi masyarakat
dengan tingkat konsumsi yang tinggi, dijabarkan dalam bab High-Consumption Societies: The Responsibilities of
the European Union.
Tanggung jawab negara dunia ketiga yang terbatasi oleh kebutuhan untuk terus melakukan pembangunan terkait
kemiskinan nasional dibahas dalam Challenges in the Third World. Eropa Timur dibahas secara khusus dalam
bab Changing Times: The Countries in Transition in Eastern Europe karena negara-negara dalam area ini banyak
yang masih belum bergabung dengan Uni Eropa dan juga terkait dengan kepemilikan nuklir demi keberlangsungan
hidup yang lebih baik. Buku ini ditutup dengan bab Conclusion: The Promotion of Sustainable Development. What
has been Achieved? Bab ini dengan apik memberikan simpulan dalam hal konstruksi paradigma pembangunan
baru, promosi strategi dan keterlibatan politikal, moderenisasi ekologikal, pendalaman aksi-aksi lokal secara global,
dan pengembalian kepada formulasi Brundtland.
Pembangunan ekonomi yang berorientasi pertumbuhan telah banyak dikritik dan kini pembangunan ini juga
memperhatikan masalah lingkungan dan sosial. Dengan adanya konferensi internasional yang membahas masalah
ini maka kini efek pembangunan ekonomi bukan hanya masalah lingkungan yang menjadi kepedulian ilmuan,
bukan juga hanya masalah sosial yang menjadi kepedulain negara, namun menjadi hubungan antara ekonomi,
lingkungan, dan sosial dan menjadi kepedulian seluruh umat manusia untuk terlibat dalam pembangunan
berkelanjutan. Sementara itu aksi nyata untuk melakukan pembangungan berkelanjutan juga memerlukan
komitmen negara. Jika dalam model yang ideal membutuhkan persamaan generasi, keadilan, partisipasi, dan
persamaan gender, tentu hal ini harus dimulai dari keinginan pemerintah.
Pembangunan berkelanjutan ini tidak hanya menjadi masalah bagi negara-negara berkembang. Komitmen untuk
mempromosikan pembangunan berkelanjutan menjadi lebih dalam lagi di tingkat internasional, regional, dan
nasional. Hal ini telah menjadi norma politik lingkungan global; seperti halnya menjadi persyaratan legal dari
negara-negara anggota Uni Eropa dan menjadi bagian penting dari lingkungan dan pengembangan strategi
pemerintah. Keterlibatan ini meningkat selama sepuluh tahun terakhir demi kemajuan pembangunan berkelanjutan
oleh aktor nasional dan internasional. Hal ini kemudian membuka ketegangan sosial, politik, dan ekonomi yang
perlu untuk dijelajahi. Penjelajahan dilakukan melalui pemeriksaan ulang dasar-dasar konseptual dan teoritis dari
gagasan mengenai pembangunan berkelanjutan. Baker menyajikan pengetahuan mengenai pembangunan
berkelanjutan dari segi dasarnya mengingat konsep ini terlalu praktis untuk dapat diinterpretasikan secara bebas
dan dikaitkan dengan politik yang hanya megacu pada kepentingan penguasa.
Pemaparan Baker dalam buku ini disajikan secara runtut, sistematis, mengalir dengan baik, dan terkonstruksikan
dalam teori pembangunan berkelanjutan yang mampu memudahkan pembaca dalam memahami tulisannya.
Pembaca digiring dari konsep dan teori mengenai pembangunan berkelanjutan sampai ke dalam suatu bentuk
tanggung jawab bersama terhadap keberlanjutan pembangunan yang selaras dengan pelestarian bumi membentuk
suatu aliran pemikiran yang komprehensif. Hal ini kemudian tidak mengerucutkan persepsi pembaca bahwa
pembangunan berkelanjutan bersifat saklek melainkan memperluas wawasan pembaca bahwa pembangunan
dilakukan sedemikian rupa sesuai dengan situasi terkait namun tetap berwawasan lingkungan.
Namun sayangnya, Baker menuliskan pembangunan berkelanjutan secara normatif, atau bisa disebut menuliskan
apa yang harus dilakukan. Keharusan perlakuan ini didasarkan pada formulasi Brundtland dan pertemuan-
pertemuan PBB lainnya. Padahal secara realita, banyak pihak yang tidak melakukan apa yang seharusnya
dilakukan. Nilai positif yang dibawa pembangunan berkelanjutan seringkali dibiaskan dalam peta perpolitikan
negara yang hanya mengejar keuntungan sepihak. Dalam hal ini, Baker seharusnya juga memaparkan dalam bab
khusus, selain apa yang harus dilakukan juga apa yang sebaiknya dilakukan jika yang diharuskan tidak dapat
terlaksana dengan baik. Atau setidaknya, Baker memberikan ulasan mengenai ketidaksertaan Amerika Serikat
dalam Protokol Kyoto sehingga pembaca dapat menilai sendiri apa yang memang seharusnya dilakukan. Dengan
demikian, promosi pembangunan berkelanjutan dapat menjadi lebih kuat karena adanya hal-hal negatif yang
terjadi dalam realita akibat ulah pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Sebagai penutup resensi, penulis menyarankan buku Susan Baker ini sebagai buku pengantar yang dapat
memberikan pemahaman lebih lanjut mengenai pembangunan berkelanjutan. Hal ini dikarenakan pembangunan
berkelanjutan telah menjadi isu global terkait dengan permasalahan perubahan iklim dan pemanasan global yang
semakin meluas dan berdampak buruk pada bumi. Secara awam, buku ini dapat dijadikan landasan mengenai apa
yang seharusnya dilakukan untuk menciptakan pembangunan yang berkelanjutan. Buku ini dapat mengajak
pembacanya untuk melakukan aksi-aksi lokal pelestarian bumi selaras dengan pembangunan masyarakat yang
kelak dapat menjadi aksi global dalam rangka memberikan kehidupan yang tetap dan lebih baik bagi generasi
mendatang.

Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia adalah buku yang tidak sekadar mengupas konsep
dan gagasan normatif tentang pembangunan berkelanjutan, melainkan juga meneropong
masalah-masalah nyata yang terjadi di Indonesia yang melanggar prinsip-prinsip keberlanjutan
(sustainability). Selain itu, Penulis tidak berhenti pada pemetaan masalah semata, tetapi juga
menawarkan berbagai solusi dan langkah strategis untuk menerapkan konsep pembangunan
berkelanjutan sesuai konteks Indonesia.
Beberapa aspek yang disoroti secara komprehensif dalam buku di antaranya:
Teori-teori pembangunan dan pembangunan berkelanjutan;
Realitas implementasi pembangunan berkelanjutan di Indonesia;
Kendala, tantangan, dan strategi penerapan pembangunan berkelanjutan di indonesia; dan
Implikasi kegagalan pembangunan berkelanjutan terhadap persatuan dan kesatuan bangsa.
Satu hal yang menarik juga dari buku ini adalah adanya pesan moral yang mampu menggugah
kesadaran bahwa dunia atau tanah air yang kita tinggali saat ini merupakan pinjaman dari anak
cucu kita. Oleh sebab itu, kita wajib menjaga dan mewariskannya kepada mereka dalam
keadaan yang lebih baik. Inilah pesan moral utama dari buku ini, yaitu menjaga keberlanjutan
dunia dan keberlangsungan kita sebagai bangsa.

Potret Awal Tujuan Pembangunan Berkelanjutan


(SDGs) di Indonesia
Untuk mendukung pelaksanaan SDGs di Indonesia, khususnya dalam memberikan gambaran tentang
kondisi awal capaian sejumlah indikator SDGs, disusunlah publikasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
dengan mengambil tema Potret Awal Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development
Goals) di Indonesia. Publikasi ini menyajikan informasi tentang posisi pembangunan berkelanjutan
Indonesia pada tahun 2016 sebagai acuan (starting point) dalam melihat kemajuan yang akan dicapai di
masa mendatang. Publikasi ini diterbitkan sekaligus sebagai revisi terhadap publikasi sebelumnya, karena
indikator SDGs yang dicakup dalam publikasi ini telah mengacu pada indikator SDGs yang sudah
disepakati di level internasional.

UNDP Indonesia: Kemitraan untuk Tujuan


Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)
Ringkasan singkat ini menjelaskan mengenai latar belakang pembangunan di Indonesia dan peran UNDP
sebagai salah satu mitra Filantropi Indonesia dalam pencapaian SDGs. Ada empat program utama yang
direncanakan dalam periode 2016-2020 di Indonesia: 1) Mengurangi kemiskinan dan ketimpangan, 2)
Mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim, 3) Konsolidasi demokrasi dan akses keadilan, dan
4) Dukungan keterlibatan Indonesia dalam isu-isu global dan kerjasama Selatan-Selatan.

Mobilisasi Sumber Daya Swasta untuk


Kepentingan Publik
UBS mengeluarkan white paper untuk Rapat Tahunan World Economic Forum 2017 mengenai bagaimana
dana dan investasi dari sektor bisnis dan swasta seharusnya dipakai untuk mendorong pencapaian SDGs.
Paper ini melihat beberapa kasus dimana terjadi kegagalan serta rekomendasi bagi para pembuat kebijakan
untuk melibatkan penanaman modal swasta terhadap SDGs.

[LAPORAN] Tujuan Pembangunan


Berkelanjutan Semakin Terwujud: Cerita
mengenai Implementasi tiap Negara dan
Dukungan PBB
Publikasi ini memberikan wawasan mengenai berbagai aksi dan kemitraan untuk perkenalan dan
pelaksanaan SDGs di tingkat negara. Alih-alih menjadi narasi komprehensif dari begitu banyak kegiatan
yang berlangsung, laporan ini menyajikan potret yang menggembirakan dari 16 negara. Laporan ini
berbicara tentang cara-cara agar pemerintah dapat memimpin implementasi SDG, mengidentifikasi titik
masuk untuk mitra lain untuk juga memiliki dan terlibat dalam Agenda pembangunan, dan menyoroti
bagaimana sistem pengembangan PBB dapat memainkan peran pendukung yang penting.

Anda mungkin juga menyukai