ANGELINA MAGDALENA
0706197156
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2010
Oleh :
ANGELINA MAGDALENA
0706197156
DEPOK
2010
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa atas segala rahmat dan karuniaNya yang telah membantu dan menuntun
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penyusunan
skripsi ini.
2. Bapak Dr. Harmita, Apt. selaku pembimbing II atas bimbingan dan saran
skripsi ini.
3. Bapak Dr. Arry Yanuar, M.Si selaku pembimbing akademik yang telah
FMIPA UI.
FMIPA UI.
Desy, Ade dan Cica. Terima kasih atas kasih sayang, semangat, doa, dan
terus terjalin.
Farmasi: Ka Ingga, Pika, DJ, Fabel, Anyu, Koba, Galih dan Tika.
8. Semua pihak lain yang belum disebutkan, baik secara langsung maupun
jauh dari sempurna. Besar harapan penulis bahwa skripsi ini dapat
Penulis
2010
ii
benzena. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kadar
benzoat, asam sitrat dan vitamin C yang telah dipaparkan sinar matahari
kromatografi gas detektor ionisasi nyala, dengan suhu injektor, dan detektor
berturut-turut 200C, 230C; suhu awal kolom 60C sampai 120C dengan
kecepatan kenaikan suhu 3C/menit dan laju alir gas pembawa 1,5 mL/menit.
Kadar benzena dalam sampel A sebesar 7,66 bpm; sampel B sebesar 12,55
bpm dan sampel C sebesar 12,97 bpm. Kadar benzena dalam sampel A
sampel B dan C berada diatas jumlah maksimum yang diijinkan WHO yaitu
10 bpm.
iii
iv
benzene that forms in soft drinks which contains benzoic acid, citric acid and
vitamin C which has exposed to the sunlight for 2 weeks. Analysis of benzene
sample A was 7.66 ppb; sample B was 12.55 ppb and sample C was 12.97
ppb. Level of benzene in the sample A was below the maximum level allowed
by WHO requirement while in sample B and C were above the maximum level
Bibliography : 36 (1979-2009)
Halaman
ABSTRACT................................................................................................ iv
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. xi
A. Latar Belakang................................................................... 1
A. Benzena ............................................................................ 5
B. Minuman Ringan................................................................ 11
C. Kromatografi Gas............................................................... 19
A. Lokasi ................................................................................ 43
B. Bahan ................................................................................ 43
C. Alat .................................................................................... 43
vii
A. Hasil .................................................................................. 51
B. Pembahasan ..................................................................... 53
A. Kesimpulan ....................................................................... 63
B. Saran................................................................................. 64
viii
Gambar Halaman
minuman ringan.................................................................................... 10
7. Sampel yang mengandung asam benzoat, asam sitrat dan vitamin C yang
kolom 60C (suhu terprogram) dan laju alir gas 1,5 mL/menit (waktu
ix
Tabel Halaman
makanan .............................................................................................. 81
makanan .............................................................................................. 82
minuman .............................................................................................. 15
12. Data penetapan kadar benzena dalam sampel minuman ringan ......... 90
Lampiran Halaman
xi
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
tahun terakhir ini berkembang sangat pesat. Banyak merk impor yang
Belum terhitung minuman ringan tradisional yang kini diolah secara modern
dan dikemas dalam botol, kardus, kaleng dan plastik, seperti teh, limun dan
jus. Masih ditambah lagi minuman ringan impor yang umumnya dengan
kemasan kaleng, berupa fruit-juice, limun, air soda dan minuman non alkohol
lainnya. Minuman ini banyak disukai karena rasanya yang nikmat, siap saji
dan sangat memenuhi selera bagi mereka yang sedang dahaga, terutama
yang melebihi batas legal untuk air minum yaitu 5 g/L (bpm). Menurut WHO,
jumlah maksimum yang diijinkan untuk air minum adalah 10 g/L (bpm) (1).
sebagai hasil dari dekarboksilasi asam benzoat oleh radikal hidroksi (1, 2). Di
minuman ringan.
bersumber dari hasil penguapan bensin, hasil akhir atau buangan dari
kendaraan, pabrik dan asap rokok. Senyawa ini digunakan di dalam bahan
baku pada industri kimia dan di dalam berbagai macam proses industri lain
(3, 4). Benzena bersifat karsinogenik yang dapat menyebabkan tumor pada
tikus dan leukemia pada manusia (5). Dalam jangka pendek benzena dapat
merusak saraf, sistem imun, dan sistem peredaran darah sementara pada
manusia (7).
teknik radiasi yang digunakan untuk sterilisasi (8). Hasil penelitian yang
asam. Radikal hidroksi (OH*) akan terbentuk dari reaksi asam askorbat dan
logam transisi, seperti Cu2+ dan Fe3+. Selanjutnya OH* akan menyerang
benzena (9). Keasaman (pH), panas dan sinar matahari dapat mempercepat
dapat merupakan komponen jus buah dari minuman itu sendiri atau sebagai
tambahan vitamin atau antioksidan (3). Hasil survei Van Poucke dan kawan-
berpengaruh pada pembentukan benzena (2). Oleh karena itu, sampel yang
sitrat dan vitamin C adalah kromatografi gas ionisasi nyala. Metode ini dipilih
sensitivitas yang tinggi pada sistem detektor, efisiensi pemisahan yang baik,
B. TUJUAN PENELITIAN
minuman ringan.
TINJAUAN PUSTAKA
A. BENZENA
Kelarutan : larut dalam 0,8 bagian per 1000 air (b/b) pada suhu 20oC,
tubuh melalui darah ke hati, sumsum tulang dan jaringan yang banyak
mengandung lemak (19). Metabolit akhir yang utama dari benzena adalah
dapat melalui udara (masih dalam bentuk benzena) dan kurang dari 1%
1. Keracunan Akut
sistem saraf pusat yang terpajan dengan kadar 800-1600 mg/m3, dapat
kejang, koma, dan dapat berakhir dengan kematian akibat henti nafas.
Pajanan dengan konsentrasi tinggi sekitar 64000 mg/m3 akan berakibat fatal
2. Keracunan Kronik
benzena dapat dibagi 2, yaitu efek kanker dan efek bukan kanker.
a. Efek Kanker
dan kadar fenol di dalam urin yang kadarnya tidak lebih dari 50 mg/g
kreatinin.
1) Haematopoetic
secara jelas, namun dikatakan bahwa metabolit yang terbentuk di hati akan
secara langsung, namun satu atau lebih dari metabolitnya yang berperan
2) Kromosom
yang melebihi batas legal untuk air minum yaitu 5 g/L (bpm). Menurut WHO,
jumlah maksimum yang diijinkan untuk air minum adalah 10 g/L (bpm) (1).
Benzena yang masuk ke dalam tubuh secara oral diabsorpsi secara cepat
diketahui secara pasti reaksinya. Dan juga belum diketahui bagaimana katalis
sumber lain adanya benzena dalam minuman ringan adalah kontaminasi dari
B. MINUMAN RINGAN
tidak termasuk air, sari buah, susu, atau susu untuk persiapan produk, teh,
kopi, cokelat, produk telur, produk daging, khamir, atau ekstrak sayur, sup,
asam.
disukai setelahnya.
1. Asam Benzoat
payau.
manis, apel dan stroberi (20, 21). Definisi pengawet adalah bahan tambahan
atau peruraian lain terhadap makanan yang disebabkan oleh jasad renik (22).
untuk menghambat pertumbuhan jamur dan ragi (22). Asam benzoat biasa
dipakai dalam bentuk garam natrium yang lebih mudah larut daripada
asamnya, akan tetapi bentuk yang aktif ialah molekul-molekul asam benzoat
itu sendiri.
Food Additivies, 1983 untuk asam benzoat adalah 0-5 mg/kg berat badan.
Tabel 1 dan 2.
bakteri dalam media asam pada konsentrasi 0,1% dan dalam media netral
pada 0,2% tetapi tidak aktif dalam media alkali. Dilaporkan bahwa efek
antimikroba dari asam benzoat mendekati 100 kali efisien dalam larutan
Tabel 3
Pengaruh pH terhadap molekul tidak terdisosiasi dari asam benzoat (20)
seperti minuman berkarbonasi, minuman rasa buah, minuman sari buah, dan
Tabel 4
Penggunaan asam benzoat dan natrium benzoat sebagai pengawet pada
minuman (20)
rendah (20). Dampak negatif dari asam benzoat ialah dapat menyebabkan
penyakit syaraf, asma dan reaksi alergi (khususnya yang sensitif terhadap
2. Asam Sitrat
pKa : 3,09
Asam sitrat juga terdapat dalam makanan seperti buah dan sayur.
3. Vitamin C
Kelarutan : Mudah larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol
eter P.
seperti buah, terutama buah jeruk, sayur hijau, tomat, kentang, dan buah
beri. Satu-satunya sumber hewan vitamin ini ialah susu dan hati. Konsentrasi
dalam berbagai ragam jaringan buah sangat beragam, misalnya, dalam apel,
buah.
makanan berupa asam amino, mineral atau vitamin baik tunggal maupun
badan (22).
C. KROMATOGRAFI GAS
1. Teori
dua fase, yaitu fase diam (padat atau cair)dan fase gerak (cair atau gas).
dua golongan besar yaitu kromatografi gas dan kromatografi cair (27).
(sampai 400C) dengan menggunakan gas sebagai fase gerak melalui fase
diam. Bila fase diam berupa zat padat maka disebut kromatografi gas-padat
(KGP). Bila fase diam berupa zat cair maka disebut kromatografi gas-cair
(KGC) (27). Banyaknya macam fase cair yang dapat digunakan sampai suhu
serba guna, selektif dan lebih populer dibandingkan dengan KGP (28).
relatif masing-masing komponen antara fase gerak dan fase diam yang
berupa cairan dengan titik didih tinggi (tidak mudah menguap) yang terikat
pada zat padat penunjangnya (support) yang bersifat inert. Sedangkan pada
mudah menguap dan juga untuk melakukan analisis kualitatif dan kuantitatif
dan non destruktif tergantung pada detektor yang digunakan (29). Analisis
dengan membandingkan tinggi dan luas puncak kromatogram dari zat yang
(standar) (28).
mikrosampel berupa gas, zat padat, atau zat cair, dan dalam hal tertentu
teknik ini terbatas untuk zat yang mudah menguap (28) dan harga
baik atau tidak dengan senyawa lain. Resolusi didefinisikan sebagai jarak
antara dua puncak dibagi rata-rata lebar dua puncak yang diukur pada alas
puncak. Resolusi pada kromatografi gas ditentukan oleh dua faktor, effisiensi
Effisiensi kolom dapat diukur dari jumlah plat teori (N) atau HETP
antara fase gerak dan fase diamnya. Effisiensi kolom meningkat dengan
2. Instrumentasi
kecepatan alir, tempat injeksi sampel (injection port), kolom, detektor dan
3. Sistem Kromatografi
a. Gas Pembawa
pada pemasok kolom sehingga diperoleh laju aliran gas yang tetap (28).
Berbagai jenis gas yang dapat digunakan adalah hidrogen, helium, nitrogen
difusi gas, mudah didapat dan murni, murah serta cocok untuk detektor
yang digunakan(28).
b. Memasukkan Cuplikan
pemanas tempat suntik dan memperkecil ukuran cuplikan. Bila salah satu
dari kedua faktor ini memperbesar jumlah pelat teori, artinya cara mencuplik
tidak baik. Cuplikan gas biasanya dimasukkan dengan semprit kedap gas
(28).
menyuntikkan zat padat langsung sudah tersedia. Tetapi cara yang paling
mudah untuk zat padat adalah dengan melarutkannya dalam suatu pelarut
yang tidak mengganggu cuplikan yang dianalisis. Suatu cara baku untuk
memasukkan gas dan zat cair adalah dengan memasukkan jarum suntik
c. Kolom
Pipa kolom dapat terbuat dari tembaga, baja nirkarat, aluminium, dan
baja nirkarat, yang dikemas dalam bentuk lurus agar kemasan seragam,
terbatas. Kolom lurus lebih efisien, tetapi dapat menjadi tidak praktis,
utama, yaitu kolom yang terkemas (packed column) dan kolom kapiler
pendukung padat inert yang dilapisi dengan suatu fase diam cair atau
padat (27). Ukuran partikel fase diam biasanya berkisar antara 60-80
dinding dalam kolom. Ada tiga macam jenis lapisan pada kolom kapiler
a) Kolom WCOT (Wall Coated Open Tubuler) dimana fase diam cairan
Coated Open Tubuler) adalah jenis kolom kapiler yang cairan fase
c) Kolom FSOT (Fused Silica Open Tubuler) adalah jenis kolom kapiler
luar fused silica dilapisi resin polyimida. Kelebihan kolom ini adalah
d. Penyangga Padat
luas dan inert bagi lapisan fase diam. Persyaratan bagi support yaitu harus
luas (1-20 m2/g), berukuran serba sama dan bentuknya teratur untuk
Pemilihan cairan fase diam merupakan salah satu hal yang sangat
dengan polaritas sampel. Sampel yang polar maka fase diamnya juga polar,
dan sebaliknya. Jadi dengan pemilihan fase diam yang tepat maka
adanya perbedaan koefisien partisi. Secara garis besar fase diam cair
polifenol.
2) Fase cair polar (cairan mengandung baik atom penerima dan atom H
aromatik, kloroform.
f. Suhu (28)
1) Suhu Gerbang
2) Suhu Kolom
diselesaikan dalam waktu yang layak, dan harus cukup rendah sehingga
yang dilakukan oleh Giddings, waktu retensi naik dua kali lipat tiap
rendah suhu kolom, semakin tinggi koefisien partisi dalam fase diam
dapat digunakan suhu rendah, terutama bila cuplikan terdiri atas senyawa
yang rentangan titik didihnya lebar. Untuk itu suhu perlu diprogram.
3) Suhu Detektor
bahwa detektor dan sambungan antara kolom dan detektor harus cukup
g. Detektor
komponen yang terpisah di antara fase diam dan fase gerak (29). Berikut ini
28):
analit pada gas pembawa yang melaluinya, hal ini akan menyebabkan
(bersifat umum), batas linearitas 104 dan jumlah terkecil yang masih dapat
akan menghasilkan ion, ion-ion ini dikumpulkan dan diubah menjadi arus
g/ml.
nitrogen dan fosfor organik, batas linearitas 103 dan batas terkecil
atau ion yang karakteristik dalam analit, maka batas deteksi ion-ion ini
akan ditingkatkan.
h. Perekam
diperoleh dengan cara memplot luas puncak sampel pada kurva kalibrasi
penimbangan.
dalam pada kurva standar. Keuntungan metode ini adalah kesalahan pada
volume injeksi dapat dieliminir. Kekurangan cara ini adalah diperlukan baku
terpisah baik dari cuplikan, tidak terdapat dalam sampel atau cuplikan, tidak
bereaksi dengan komponen cuplikan dan fase gerak, harus terelusi dekat
ketebalan film 250 m. Suhu awal 40oC dinaikkan hingga 280oC dengan
dengan mode split pada rasio 5:1. Gas pembawa helium dengan kecepatan
dengan peralatan injektor 7673 dengan syringe 100 l. Kolom kapiler dengan
Suhu awal kolom 35oC dipertahankan selama 1 menit, lalu diatur dengan
program kenaikan suhu 10oC/menit hingga mencapai suhu 100oC, lalu diatur
purge selama 1 menit. Mode ionisasi: 70 eV EI+, suhu sumber 230oC. Mode
scan: selected ion monitoring (SIM): 78, 77, 51 m/z untuk benzena, 84, 82, 52
ketebalan film 0,25 m. Suhu awal kolom 40oC yang dipertahankan selama 5
mencapai suhu 200oC. Suhu sumber ion (ion source) adalah 180oC dan garis
dengan laju alir sebesar 0,8 ml/menit. Kromatografi gas dioperasikan dalam
mode: spitless, dengan injektor PTV, suhu 140oC. Mode ionisasi: 70 eV EI+.
Mode scan: selected ion monitoring (SIM): ion 78 m/z untuk benzena dan ion
Chromosorb W 60-80 mesh. Suhu awal kolom 60oC yang dinaikkan hingga
120oC dengan kecepatan 3oC/menit. Suhu detektor dan injektor adalah 180oC.
reprodusibel, dan tahan pada kisaran analit yang akan dianalisis (29).
problem analisis. Hal ini perlu dilakukan apabila metode tersebut baru
peralatannya dan jika dilakukan oleh analis yang berbeda pula. Seiring
dengan berjalannya waktu, proses validasi metode juga perlu dilakukan untuk
utama dalam bahan obat baku (bulk) atau kandungan senyawa aktif
dalam bahan obat baku atau hasil degradasi senyawa aktif dalam sediaan
obat jadi. Prosedur analisis ini mencakup juga penentuan kuantitas dan uji
batasnya.
seperti uji disolusi, uji pelepasan obat dari matriks, dan lain-lain. (35)
1. Kecermatan (Accuracy)
cara absolut atau metode simulasi (spiked-placebo recovery) dan cara adisi
Dalam cara absolut atau metode simulasi, sejumlah analit bahan murni
plasebo, dapat berupa eksipien obat, cairan biologis dll.), lalu campuran
sebenarnya).
berupa senyawa endogen, maka dapat dipakai cara adisi. Cara adisi atau
sejumlah analit dengan konsentrasi tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu
Syarat akurasi yang baik adalah 98-102% untuk bahan baku farmasi,
dan 10% untuk sampel hayati atau biologis. Rentang kesalahan perolehan
2. Keseksamaan (Precision)
antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-
dilakukan berulangkali oleh analis yang sama pada kondisi yang sama dan
dari batch yang sama, jadi memberikan ukuran keseksamaan pada kondisi
yang normal.
pelarut, dan analis yang berbeda pula. Analisis dilakukan pada sampel-
sampel yang diduga identik yang dicuplik dari batch yang sama. Ketertiruan
relatif atau koefisien variasi 2% atau kurang. Akan tetapi kriteria ini sangat
replika sampel yang diambil dari campuran sampel dengan matriks yang
3. Selektivitas (Spesifitas)
yang hanya untuk mengukur zat tertentu saja secara cermat dan seksama
dengan adanya komponen lain yang mungkin ada dalam matriks sampel.
asing lainnya atau pembawa placebo dengan hasil analisis sampel tanpa
Jika cemaran dan hasil urai tidak dapat diidentifikasi atau tidak dapat
sampel yang mengandung cemaran atau hasil uji urai dengan metode yang
(Rs) (36).
parameter adanya hubungan linier digunakan koefisien relasi (r) pada analisis
regresi linier y = a + bx. Hubungan linier yang ideal dicapai jika nilai b = 0 dan
harus dihitung yaitu simpangan baku residual (Sy), sehingga nantinya akan
diperoleh standar deviasi fungsi regresi (Sxo) dan koefisien variasi fungsi
regresi (Vxo).
b. Jumlah kuadrat sisa masing-masing titik temu (ri) mendekati nol (0), (ri)2
Vxo) 2,0% untuk sediaan farmasi dan 5,0% untuk sediaan biologi.
d. Kepekaan analisis ( )
( )
=
( )
Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat
terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan
seksama. Batas deteksi dan kuantitasi dapat dihitung secara statistic melalui
Universitas Indonesia selama lebih kurang 4 (empat) bulan yaitu dari bulan
B. BAHAN
Jerman), gas helium UHP, gas nitrogen HP, gas hidrogen HP, tiga jenis
sitrat dan vitamin C yang telah dipapar sinar matahari selama 2 minggu pada
tanggal 19 Oktober 2009 sampai 1 November 2009 dari pukul 09.00 hingga
C. ALAT
Jepang) yang dilengkapi dengan detektor ionisasi nyala (FID), kolom kapiler
43
dengan panjang 50 meter dan diameter dalam 0,25 mm dengan fase diam
D. CARA KERJA
ukur 5,0 ml yang sudah ditara dan kemudian ditambahkan eter sampai tanda
batas sehingga didapatkan larutan induk 10.000 g/ml (massa jenis benzena
optimum adalah kecepatan kenaikan suhu kolom dan kecepatan alir gas
pembawa yaitu 1,0; 1,5; dan 2,0 ml/menit. Suhu awal kolom 60oC yang
Untuk semua elusi, suhu injektor 200C dan suhu detektor 230C dengan
lempeng teoritis (N) yang tinggi, HETP kecil, waktu retensi yang relatif singkat
Larutan standar benzena dengan konsentrasi 2,0; 4,0; 6,0; 8,0; 10,0;
12,0 dan 15,0 g/ml yang didapat dari pengenceran larutan induk 10000
gas pada kondisi analisis terpilih. Luas puncak yang diperoleh dicatat dan
korelasinya.
LOD = LOQ =
kalibrasi y = a + bx.
tinggi) yaitu 2,0; 8,0; 15,0 g/ml sebanyak 1,0 L disuntikkan ke dalam alat
masing konsentrasi diulang sebanyak enam kali. Dari luas puncak yang
1) Untuk sampel A
dua kali dengan eter sebanyak masing-masing 40 ml. Larutan dikocok kuat
anhidrat untuk menyerap air yang tersisa pada lapisan organik, sentrifugasi
sama dilakukan untuk uji perolehan kembali untuk konsentrasi rendah dan
tinggi.
2) Untuk Sampel B
dua kali dengan eter sebanyak masing-masing 40 ml. Larutan dikocok kuat
anhidrat untuk menyerap air yang tersisa pada lapisan organik, sentrifugasi
sama dilakukan untuk uji perolehan kembali untuk konsentrasi rendah dan
tinggi.
3) Untuk Sampel C
dalam corong pisah. Kemudian dilakukan ekstraksi dua kali dengan eter
menyerap air yang tersisa pada lapisan organik, sentrifugasi larutan selama
jernih supernatan diuapkan pada suhu kamar hingga 1 ml. Sebanyak 1,0 L
A. HASIL
sudah ditara dan kemudian ditambahkan eter sampai tanda batas sehingga
didapatkan larutan induk 10.340 g/ml (massa jenis benzena adalah 0,88
dengan program suhu awal kolom 60oC yang dinaikkan hingga 120oC dengan
kecepatan kenaikan suhu kolom 3oC/menit dan laju alir gas pembawa
sebesar 1,50 ml/menit. Kondisi ini dipilih karena pemisahan benzena dan eter
paling baik. Waktu retensi benzena adalah 5,3 menit. Data selengkapnya
51
konsentrasi yang berbeda yaitu 2,068; 4,136; 6,204; 8,272; 10,34; 12,408
dan 15,51 bpj. Persamaan regresi linier dari kurva kalibrasi benzena adalah
Nilai Sxo adalah 0,0688 dan nilai Vxo adalah 0,0044. Data selengkapnya
sebesar 0,207 bpj dan batas kuantitasi (LOQ) sebesar 0,688 bpj. Data
sedang, tinggi) yaitu 2,068; 8,272; dan 15,51 bpj digunakan untuk uji
pukul 09.00 hingga 18.00, yaitu pada sampel A: 2,4816; 3,102 dan 3,3088
bpj; sampel B: 3,7224; 4,9632 dan 5,7904 bpj dan sampel C: 4,136; 4,9632
sampai 1 November 2009 dari pukul 09.00 hingga 18.00, didapatkan bahwa
relatif kecil. Kadar benzena dalam sampel A sebesar 7,66 bpm; sampel B
sebesar 12,55 bpm dan sampel C sebesar 12,97 bpm. Data selengkapnya
B. PEMBAHASAN
asam sitrat dan vitamin C secara kromatografi gas. Latar belakang penelitian
ini adalah adanya postulat FDA bahwa benzena dengan konsentrasi rendah
dekarboksilasi asam benzoat oleh radikal bebas. Maka dari itu dirasakan
perlunya dicari suatu metode valid yang nantinya dapat diaplikasikan untuk
gas ionisasi nyala, kromatografi gas spektrometri massa dan yang terbaru
ionisasi nyala. Metode ini dipilih karena tingkat keberhasilan yang tinggi,
waktu analisis yang cepat, sensitivitas yang tinggi pada sistem detektor,
efisiensi pemisahan yang baik, analit yang akan dianalisis mudah menguap
19 Oktober 2009 sampai 1 November 2009 dari pukul 09.00 hingga 18.00.
membentuk benzena.
Metode yang digunakan pada penelitian ini relatif lebih sederhana bila
tidak terjadi. Namun demikian metode analisis benzena pada penelitian ini
dapat dilakukan, hal ini dapat dilihat dari nilai parameter-parameter validasi
yang masuk dalam batas yang diperbolehkan, dapat dikatakan metode yang
digunakan pada penelitian ini sudah valid. Sehingga analisis benzena dengan
berasal dari larutan induk standar benzena 10.340 bpj. Pada penelitian ini
pencarian kondisi optimum analisis benzena dengan variasi laju alir gas
pembawa yaitu 1,0 ml/menit; 1,5 ml/menit dan 2,0 ml/menit dengan suhu
Untuk semua elusi, suhu injektor dan suhu detektor diatur pada suhu 200C
dan 230C.
Pada percobaan variasi laju alir gas pembawa dapat terlihat bahwa
semakin tinggi laju alir gas pembawa semakin cepat pula waktu retensi
benzena, semakin kecil nilai N dan semakin besar nilai HETP. Hal ini sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa semakin tinggi suhu kolom dan laju alir
dalam fase diam, karena langsung menguap dan terbawa oleh gas pembawa
Dari hasil percobaan dengan menggunakan laju alir gas pembawa 1,5
benzena dari pelarut eter baik dan waktu retensi tidak lama. Jadi dapat
disimpulkan bahwa kondisi optimum untuk analisis benzena adalah laju alir
luas puncak yang dihasilkan oleh sedikitnya lima konsentrasi analit yang
matang agar hasil pengukuran luas puncak sampel dapat berada pada
lebih akurat.
6,204; 8,272; 10,34; 12,408 dan 15,51 bpj. Persamaan kurva kalibrasi
Persamaan regresi linier dari kurva kalibrasi benzena yang diperoleh adalah
baku relatif (KV) 2% atau kurang. Akan tetapi kriteria ini sangat fleksibel
untuk uji presisi yaitu 2,068; 8,272; dan 15,51 bpj. Masing-masing
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa metode analisis yang digunakan
dalam sampel yang dapat dideteksi dan masih memberikan respon yang
parameter pada analisis renik dan diartikan sebagai kuantitas terkecil analit
dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama.
menggunakan persamaan garis regresi linier dari kurva kalibrasi yang telah
diperoleh.
regresi linier dari kurva kalibrasi standar benzena, diperoleh batas deteksi
benzena sebesar 0,206 bpj dan batas kuantitasi benzena sebesar 0,688
kurva kalibrasi.
sampai 1 November 2009 dari pukul 09.00 hingga 18.00. Persen perolehan
(rendah, sedang, tinggi) pada 3 sampel, yaitu pada sampel A: 2,4816; 3,102
dan 3,3088 bpj; sampel B: 3,7224; 4,9632 dan 5,7904 bpj dan sampel C:
sempurna.
sampel minuman ringan yang mengandung asam benzoat, asam sitrat dan
minggu pada tanggal 19 Oktober 2009 sampai 1 November 2009 dari pukul
dalam sampel A sebesar 7,66 bpm; sampel B sebesar 12,55 bpm dan
A. KESIMPULAN
dengan suhu awal kolom 60C sampai 120C dengan kecepatan kenaikan
suhu 3C/menit dan laju alir gas pembawa 1,5 mL/menit. Suhu injektor
dan detektor diatur pada suhu 200C dan 230C. Waktu retensi benzena
linearitas, uji presisi dan uji perolehan kembali memenuhi syarat yang
ditetapkan.
3. Hasil analisis dari ketiga sampel minuman ringan yang mengandung asam
12,55 bpm dan sampel C sebesar 12,97 bpm. Keberadaan benzena dalam
63
diijinkan WHO.
B. SARAN
2. Nyman, P.J., Diachenko, G.W., Perfetti, G.A., McNeal, T.P., Hiatt, M.H.,
Morehouse, K.M. 2008. Survey Result of Benzene in Soft Drinks and
Other Beverages by Headspace Gas Chromatography/Mass
Spectrometry. J. Agric. Food Chem., 56: 571-576.
65
8. Wu, Q.J., Hong, L., Wei, F., Jian, J.D., Hua, L.C. 2006. Investigation into
Benzene, Trihalomethanes and Formaldehyde in Chinese Lager
Beers. J. Inst. Brew., 112 (4): 291-294.
12. Anonim. 1996. Guidelines for drinking-water quality, 2nd ed. Vol.2. Health
criteria and other supporting information. Geneva: WHO.
http://www.who.int/water_sanitation_health/dwq/benzene.pdf, 3
Agustus 2009, pk. 16:30.
20. Chipley, J.R. 1993. Sodium Benzoate and Benzoic Acid. In: Davidson,
P.M. and Alfred, L.B. (eds). Antimicrobials in Foods, Second Edition,
Revised and Expanded. USA: Marcel Dekker, Inc.
22. Srikandi Fardiaz, Ratih, D., Slamet, B. (Editor). 1987. Risalah Seminar
Bahan Tambahan Kimiawi (Food Additives). Jakarta 3-4 Oktober
1986. Pusat Antar Universitas (PAU) Pangan dan Gizi-IPB,
Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia, Gabungan
Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia.
24. Hendra Budiman. 2002. Food Additive Dan Keamanan Pangan. Majalah
Kedokteran Atmajaya. 1 (1): 74.
25. deMan, J.M. 1997. Kimia Makanan (Terjemahan), edisi II. Bandung: ITB.
hlm. 408-530.
26. Anonim. 2003. Produk Pangan dan Bahan Berbahaya. Jayapura: Balai
Besar Pengawasan Obat dan Makanan Jayapura.
28. McNair, H.M. and Bonelli, E.J. 1988. Dasar Kromatografi Gas terbitan ke-
5. Diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata. Bandung: Penerbit ITB.
hlm. 1-14.
29. Ibnu Ghatib Ganjar dan Abdul R. 2007. Kimia Farmasi Analisis.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hlm. 419-480.
30. Basset, J., Denny, R.C., Jeffry, G.H., Mendham, J. 1994. Buku Ajar
Vogel: Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, edisi keempat.
Diterjemahkan oleh A. Handayana Pudjaatmaka dan L. Setiono.
Jakarta: EGC.
31. Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Diterjemahkan oleh A.
Saptorahardjo. Jakarta: UI-Press. hlm. 160-168.
33. Frey, R., Ronald, E.S. II; Manura, J. 2007. Detection of Benzene in
Carbonated Beverages with Purge & Trap Thermal Desorption
GC/MS. Scientific Instrument Service, Inc.
http://www.sisweb.com/referenc/applnote/app-93.htm, 25 Agustus
2009, pk. 00:34.
35. Satiadarma, K., Mulja, M., Daryono, H.T., Rahmana, E.K. 2004. Asas
Pengembangan Prosedur Analisis edisi I. Surabaya: Airlangga
University Press.
Keterangan:
A = Unit Utama
B = Sistem Kontrol / integrator CBM-102 (Shimadzu)
73
Gambar 7. Sampel yang mengandung asam benzoat, asam sitrat dan vitamin
C yang telah dipaparkan sinar matahari: sampel A, sampel B,
sampel C
benzena
a
Respon
detektor
(V/s)
Gambar 8. Kromatogram standar benzena murni 1.034 bpj dengan suhu awal
kolom 60C (suhu terprogram) dan laju alir gas 1,5 mL/menit
(waktu retensi benzena adalah 5,3 menit).
12000
10000
6000
4000
2000
0
0 5 10 15 20
Konsentrasi (ppm)
Keterangan:
Kondisi:
Respon benzena
detektor
a
(V/s)
Respon
detektor benzena
(V/s)
Respon
detektor benzena
(V/s)
a
81
Tabel 2
Batas maksimum penggunaan natrium benzoat dalam berbagai jenis
makanan
Tabel 5
Batas maksimum penggunaan asam sitrat dalam berbagai jenis makanan
sebagai pengasam
Tabel 6
Batas maksimum penggunaan vitamin C dalam berbagai jenis makanan
sebagai antioksidan
Tabel 7
Pemilihan kondisi optimum untuk analisis benzena dalam eter
dengan variasi kecepatan alir gas pembawa
Kecepatan
alir gas Jumlah
Suhu kolom pembawa lempeng
(C) (mL/menit) Tr teoritis (N) HETP Resolusi
60oC dinaikan
1,00 6,795 157607,217 0,0317 4,207
hingga 120 oC,
kecepatan 1,50 5,314 198158,988 0,0252 2,365
kenaikan
3oC/menit 2,00 4,455 199971,557 0,0250 1,762
Kondisi:
Tabel 8
Data kurva kalibrasi standar benzena
6,204 3682
8,272 5016
10,340 6537
12,408 7993
15,510 10077
Keterangan:
Kondisi:
Tabel 9
Data linearitas, batas deteksi dan kuantitasi benzena
Luas Puncak
Luas Puncak berdasarkan persamaan
Konsentrasi Benzena regresi
(bpj) (V/s) (y1) (y-y1)2
2,068 843 838,75 18,066
4,136 2296 2260,70 1243,395
6,204 3682 3682,70 0,5283
8,272 5016 5104,70 7870,438
10,340 6537 6526,70 106,005
12,408 7993 7948,70 1963,129
15,510 10077 10082,00 21,863
= 11205,358
S (y/x) = 47,340
b = 687,6154
x rata-rata = 8,420
Sxo = 0,0688
Vxo = 0,0044
LOD = 0,206 bpj
LOQ = 0,688 bpj
Tabel 10
Data uji presisi benzena
Konsentrasi Koefisien
pengukuran Konsentrasi Simpangan variasi
Konsentrasi Luas (xi) rata-rata baku (KV)
(bpj) Puncak (bpj) (bpj) (SD) (%)
843 2,0742
858 2,0960
870 2,1134
2,068 2,0965 0,0219 1,04
847 2,0800
850 2,0844
882 2,1309
5016 8,1430
5011 8,1357
4917 7,9990
8,272 8,1650 0,1542 1,88
5214 8,4309
5080 8,2361
4949 8,0455
10077 15,5030
10057 15,4740
10490 16,1040
10405 15,9800
Kondisi:
Tabel 11
Data uji perolehan kembali benzena
Konsentrasi
hasil Konsentrasi
ekstraksi analit yang Luas Konsentrasi
sampel ditambahkan Puncak Terukur
Sampel (bpj) (bpj) (V/s) (bpj) UPK (%)
2,4816 3236 5,554 100,25
A 3,066 3,1020 3497 5,934 99,06
3,3088 3823 6,408 101,00
3,7224 5425 8,738 99,85
B 5,021 4,9632 6233 9,913 98,57
5,7904 6854 10,816 100,08
4,1360 5814 9,304 99,42
C 5,188 4,9632 7275 11,428 100,58
6,2040 7333 11,513 101,95
Kondisi:
Tabel 12
Data penetapan kadar benzena dalam sampel minuman ringan
A 1525 7,66
B 2869 12,55
C 2984 12,97
Kondisi:
Persamaan garis y = a + bx
square)
N ( x. y ) ( x )( y )
r =
( N ( x 2 ) ( x ) 2 ( N ( y 2 ) ( y ) 2 )
93
Lampiran 2
Cara perhitungan uji presisi
Rata-rata :x = x
n
( xi x)
i 1
2
Simpangan baku : SD =
n 1
SD
Koefisien variasi : KV = 100%
x
Contoh:
0,1542
KV = 100% 1,88%
8.1650
Lampiran 3
Cara perhitungan uji perolehan kembali
Cf Ca
Persen Perolehan Kembali: % UPK = 100%
Ca *
Keterangan:
Contoh:
analit yang ditambahkan 2,4816 diperoleh luas puncak sebesar 3236 V/s (y)
y = 687,6154x 583,2391
x = 5,554 bpj
5,554 3,066
% UPK = 100% 100,25%
2,4816
Lampiran 4
Cara perhitungan batas deteksi, batas kuantitasi dan linearitas
n2
3 S ( y / x)
Batas deteksi : LOD =
b
10 S ( y / x)
Batas kuantitasi : LOQ =
b
S ( y / x)
Standar deviasi dari fungsi : Sxo =
b
Sxo
Koefisien variasi dari fungsi : Vxo =
x
Lampiran 5
Cara perhitungan kadar benzena dalam sampel
Contoh:
antara volume hasil ekstraksi (1ml) dengan volume sampel awal (400ml).
,
=
z = 0,00766 bpj
= 7,66 bpm
Lampiran 6
Sertifikat analisis standar benzena
Lampiran 7
Komposisi sampel minuman ringan
Komposisi sampel A: air, gula, asam sitrat, konsentrat jeruk, perisa jeruk,
Komposisi sampel B: air, CO2, gula, ekstrak teh, asam sitrat, natrium sitrat,
dan perisa.
Komposisi sampel C: air, gula, natrium klorida, asam sitrat, vitamin C, natrium