Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KEWARGANEGARAAN

GOOD GOVERNANCE

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 9, KELAS A10.4

1. MONICA ELSYA TANDY 13150163


2. ELY UTARY 13150164
3. DELLA AFRIANI 13150165
4. AMOY 13150166
5. NEPIAWIKA 13150167
6. DINA LESTARI 13150168
7. RIKA HUSNIATI 13150169
8. PETRISIA AGUSTINA 13150170

DIAMPU OLEH : RIMA RONIKA

UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA


FAKULTAS ILMU ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
2013/2014
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil alamin, puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha ESA ,
karena atas berkat rahmat dan kasihNya , sehinggga penyusun akhirnya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul : GOOD GOVERNANCE .
Makalah good governance ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
KEWARGANEGARAAN yang diampu oleh Rima Ronika . Dalam makalah ini
kami sebagai penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan hal-hal
yang perlu ditambahkan, karena kesempurnaan hanyalah milik Tuhan Yang Maha
ESA. Oleh karena itu banyak kritik dan saran yang kami harapkan dari para
pembaca.
Akhirnya kami sebagai penyusun mengucapkan terimakasih banyak kepada
semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini dan besar harapan
kami semoga makalah ini bermanfaat dan bisa menambah pengetahuan tentang
Good Governance( pemerintahan yang baik ). Semoga tuhan senantiasa
memberikan rahmatnya kepada kita semua.

Penyusun,

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................................. i


Daftar Isi ........................................................................................................................... ii
BAB I
Pendahuluan ...................................................................................................................... 1
a. Latar Belakang ................................................................................................................. 1
b. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1
c. Tujuan .............................................................................................................................. 1

BAB II
Pembahasan
a. Pengertian pemerintahan .................................................................................................. 2
b. Prinsip-prinsip pemerintahan yang baik ........................................................................... 2
c. Good governance dan kontrol sosial ................................................................................ 6
d. Gerakan anti korupsi ........................................................................................................ 9
e. Tata kelola pemerintahan yang baik dan kinerja birokrasi pelayanan public .................. 10
f. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja birokrasi ........................................................ 11
BAB III
Penutup ................................................................................................................................... 12
a. Kesimpulan ...................................................................................................................... 12
b. Daftar Pustaka .................................................................................................................. iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Tata laksana pemerintahan yang baik adalah seperangkat proses yang diberlakukan dalam
organisasi baik swasta maupun negeri untuk menentukan keputusan. Tata laksana pemerintahan
yang baik ini walaupun tidak dapat menjamin sepenuhnya segala sesuatu akan menjadi sempurna
- namun, apabila dipatuhi jelas dapat mengurangi penyalah-gunaan kekuasaan dan korupsi.
Banyak badan-badan donor internasional, seperti IMF dan Bank Dunia, mensyaratkan
diberlakukannya unsur-unsur tata laksana pemerintahan yang baik sebagai dasar bantuan dan
pinjaman yang akan mereka berikan.
Istilah good governance ini merupakan wacana yang mengiringi gerakan reformasi.
Wacana good governance seringkali dikaitkan dengan tuntutan akan pengelolaan pemerintah
yang profesional, akuntabel, dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Pemerintahan
yang bersih dari KKN adalah bagian penting dari pembangunan demokrasi, HAM, dan
masyarakat madani di Indonesia.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari good governance?
2. Apa sajakah prinsip-prinsip pokok dalam mewujudkan good governance?
3. Bagaimana cara mengelola tata pemerintahan yang baik dalam sistem pemerintahan suatu
negara?

C. Tujuan
Dengan disusunnya makalah ini, diharapkan Saudara mampu untuk:
1. Memahami pengertian good governance.
2. Memahami pentingnya prinsip-prinsip good governance dalam tata kelola pemerintahan yang
akuntabel.
3. Memahami kebijakan pemerintah terkait dengan paradigma good governance.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pemerintahan
Pemerintahan secara popular sering disebut dengan good governance. Istilah Good
governance ini secara umum diterjemahkan dengan pemerintahan yang baik, meskipun istilah
aslinya memandang luas dimensi governance tidak sebatas hanya menjadi pemerintahan saja.
Selain itu good governance dapat juga diartikan sebagai tindakan atau tingkah laku yang
didasarkan pada nilai-nilai yang bersifat mengarahkan, mengendalikan, atau mempengaruhi
masalah publik untuk mewujudkan nilai-nilai itu dalam tindakan dan kehidupan
keseharian. Sedangkan pemerintahan dalam artian umum adalah lembaga atau badan-badan
publik dalam menjalankan fungsinya untuk mencapai tujuan Negara. Pemerintahan dalam artian
luas adalah segala kegiatan badan-badan publik yang meliputi kegiatan legislatif, eksekutif, dan
yudikatif dalam usaha mencapai tujuan Negara. Pada dasarnya konsep good governance
memberikan rekomendasi pada system pemerintahan yang menekankan kesetaraan antara
lembaga-lembaga Negara baik di tingkat pusat maupun daerah, sektor swasta dan masyarakat
madani.

B. Prinsip-prinsip pemerintahan yang baik


Pemerintah adalah organisasi yang memiliki kekuasaan untuk membuat dan menerapkan
hukum serta undang-undang di wilayah tertentu. Berikut delapan aspek fundamental (asas)
dalam perwujudan good governance, yaitu :

1. Partisipasi (Participation)
Semua warga negara berhak terlibat dalam keputusan, baik langsung maupun melalui
lembaga perwakilan yang sah untuk mewakili kepentingan mereka. Paradigma sebagai center for
public harus diikuti dengan berbagai aturan sehingga proses sebuah usaha dapat dilakukan
dengan baik dan efisien, selain itu pemerintah juga harus menjadi public server dengan
memberikan pelayanan yang baik, efektive, efisien, tepat waktu serta dengan biaya yang murah,
sehingga mereka memiliki kepercayaan dari masyarakat.
2
Partisipasi masyarakat sangat berperan besar dalam pembangunan, salah satunya
diwujudkan dengan pajak.

2. Penegakan Hukum (Rule of Law)


Penegakan hukum adalah pengelolaan pemerintah yang profesional dan harus didukung
oleh penegakan hukum yang berwibawa. Penegakan hukum sangat berguna untuk menjaga
stabilitas nasional. Karena suatu hukum bersifat tegas dan mengikat. Perwujudan good
governance harus di imbangi dengan komitmen pemerintah untuk menegakkan hukum yang
mengandung unsur-unsur sebagai berikut :

Supremasi Hukum, yakni setiap tindakan unsur-unsur kekuasaan negara dan peluang
partisipasi masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara didasarkan pada hukum
dan peraturan yang jelas dan tega dan dijamain pelaksanaannya secara benar serta
independen.
Kepastian hukum, bahwa setiap kehidupan berbangsa dan bernegara diatur oleh hukum
yang jelas dan pasti, tidak duplikasi dan tidak bertentangan antara satu dengan lainnya.
Hukum yang responsive, yakni aturan-aturan hukum disusun berdasarkan aspirasi
msyarakat luas, dan mampu mengakomodasi berbagai kebutuhan publik secara adil.
Penegakan hukum yang konsisten dan nondiskriminatif, yakni penegakan hukum yang
berlaku untuk semua orang tanpa pandang bulu jabatan maupun status sosialnya sebagai
contoh aparat penegak hukum yang melanggar kedisiplinan dan hukum wajib dikenakan
sanksi.
Independensi peradilan, yakni peradilan yang independen bebas dari pengaruh penguasa
atau pengaruh lainnya. Sayangnya, di negara kita independensi peradilan belum begitu
baik dan dinodai oleh aparat penegak hukum sendiri, sebagai contoh kecilnya yaitu kasus
suap jaksa.

3
3. Tranparasi (Transparency)
Akibat tidak adanya prinsip transparansi ini bangsa indonesia terjebak dalam kubangan
korupsi yang sangat parah. Salah satu yang dapat menimbulkan dan memberi ruang gerak
kegiatan korupsi adalah manajemen pemerintahan yang tidak baik. Dalam pengelolaan negara,
Goffer berpendapat bahwa terdapat delapan unsur yang harus dilakukan secara transparasi, yaitu
:

Penetapan posisi dan jabatan.


Kekayaan pejabat publik.
Pemberian penghargaan.
Penetapan kebijakan yang terkait dengan pencerahan kehidupan.
Kesehatan.
Moralitas para pejabat dan aparatur pelayanan publik.
Keamanan dan ketertiban.
Kebijakan strategis untuk pencerahan kehidupan masyarakat.

4. Responsif (Responsiveness)
Asas responsif adalah bahwa pemerintah harus tanggap terhadap persoalan-persoalan
masyarakat secara umum. Pemerintah harus memenuhi kebutuhan masyarakatnya, bukan
menunggu masyarakat menyampaikan aspirasinya, tetapi pemerintah harus proaktif dalam
mempelajari dan mengalisa kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Jadi setiap unsur pemerintah
harus memiliki dua etika yaitu etika individual yang menuntut pemerintah agar memiliki kriteria
kapabilitas dan loyalitas profesional. Dan etika sosial yang menuntut pemerintah memiliki
sensitifitas terhadap berbagai kebutuhan pubik. Orientasi kesepakatan atau Konsensus
(Consensus Orientation).
Asas konsensus adalah bahwa setiap keputusan apapun harus dilakukan melalui proses
musyawarah.

4
Cara pengambilan keputusan secara konsensus akan mengikat sebagian besar komponen
yang bermusyawarah dalam upaya mewujudkan efektifitas pelaksanaan keputusan. Semakin
banyak yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan maka akan semakin banyak aspirasi
dan kebutuhan masyarakat yang terwakili selain itu semakin banyak yang melakukan
pengawasan serta kontrol terhadap kebijakan-kebijakan umum maka akan semakin tinggi tingkat
kehati-hatiannya dan akuntanbilitas pelaksanaannya dapat semakin di pertanggungjawabkan.
5. Keadilan dan Kesetaraan (Equity)
Asas kesetaraan dan keadilan adalah kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan publik.
Pemerintah harus bersikap dan berprilaku adil dalam memberikan pelayanan terhadap publik
tanpa mengenal perbedaan kedudukan, keyakinan, suku, dan kelas sosial.

6. Efektivitas (Effectifeness) dan Efisiensi (Efficiency)


Yaitu pemerintah harus berdaya guna dan berhasil guna. Kriteria efektivitas biasanya
diukur dengan parameter produk yang dapat menjangkau sebesar-besarnya kepentingan
masyarakat dari berbagai kelopok dan lapisan sosial. Sedangkan asas efisiensi umumnya diukur
dengan rasionalitas biaya pembangunan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Semakin kecil
biaya yang dipakai untuk mencapai tujuan dan sasaran maka pemerintah dalam kategori efisien.

7. Akuntabilitas (Accountability)
Asas akuntabilitas adalah pertanggungjawaban pejabat publik terhadap masyarakat yang
memberinya kewenangan untuk mengurusi kepentingan mereka. Setiap pejabat publik dituntut
untuk mempertanggungjawabkan semua kebijakan, perbuatan, moral, maupun netralitas
sikapnya terhadap masyarakat. Inilah yang dituntut dalam asas akuntabilitas dalam upaya menuju
pemerintahan yang bersih dan berwibawa.

8. Visi Strategis (Strategic Vision)


Visi strategis adalah pandangan-pandangan strategis untuk menghadapi masa yang akan
datang. Kualifikasi ini menjadi penting dalam rangka realisasi good governance. Dengan kata
lain, kebijakan apapun yang akan diambil saat ini, harus diperhitungkan akibatnya pada sepuluh
atau dua puluh tahun ke depan.
5
Tidak sekedar memiliki agenda strategis untuk masa yang akan datang, seorang yang
menempati jabatan publik atau lembaga profesional lainnya harus mempunyai kemampuan
menganalisis persoalan dan tantangan yang akan dihadapi oleh lembaga yang dipimpinnya.

C. Good governance dan kontrol sosial


Untuk mewujudkan pemerintahan yang baik berdasarkan prinsip-prinsip pokok good
governance, setidaknya harus melakukan empat aspek pelaksanaan prioritas program, yakni :

1. Penguatan fungsi dan Peran Lembaga Perwakilan


Penguatan peran lembaga perwakilan rakyat, MPR, DPR, DPRD, mutlak dilakukan
dalam rangka peningkatan fungsi mereka sebagai pengontrol jalannya pemerintahan. Selain
melakukan check and balances , lembaga legislatif juga harus mampu menyerap dan
mengartikulasikan aspirasi masyarakat dalam bentuk usulan pembangunan yang berorientasi
pada kepentingan masyarakat kepada lembaga eksekitif.

2. Kemandirian Lembaga Peradilan


Kesan yang paling buruk dari pemerintahan orde baru adalah ketidak mandirian lembaga
peradilan. Intervensi eksekutif terhadap yudikatif masih sangat kuat,sehingga peradilan tidak
mampu menjadi pilar terdepan dalam penegakan asas rule of law. Hakim, jaksa dan polisi tidak
bisa dengan leluasa menetapkan perkara. Era reformasi sebagai era pembaharuan juga masih
belum memberikan angin segar bagi independensi lembaga peradilan, karna mainstream
pembaharuan independensi lembaga peradilan sampai saat ini belum jelas. Untuk mewujudkan
pemerintahan yang bersih dan berwibawa berdasarkan prinsip good governance, peningkatan
profesionalitas aparat penegak hukum dan kemandirian lembaga peradilan mutlak dilakukan.
Akuntabilitas aparat penegak hukum dan lembaga yudikatif merupakan pilar yang menentukan
dalam penegakan hukum dan keadilan.

6
3. Aparatur Pemerintah yang Profesional dan Penuh Integritas
Birokrasi di Indonesia tidak hanya dikenal buruk dalam memberikan pelayanan publik,
tapi juga telah memberi peluang berkembangnya praktik-praktik kolusi, korupsi dan nepotisme
(KKN). Dengan demikian pembaharuan konsep, mekanisme dan paradigma aparatur negara dari
birokrasi elitis menjadi birokrasi populis (pelayanan rakyat) harus dibarengi ddengan
peningkatan profesionalitas dan integritas moral jajaran birokrasi pemerintah. Akuntabilitas
jajaran birokrasi akan berdampak pada naiknya akuntabilitas dan legitimasi birokrasi itu sendiri.
Aparatur birokrasi yang mempunyai karakter tersebut dapat bersinergi dengan pelayanan
birokrasi secara cepat, efektif, dan berkualitas.

4. Masyarakat Madani yang Kuat dan Partisipatif


Peningkatan partisipasi masyarakat adalah unsur penting dalam merealisasikan
pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Partisipasi masyarakat dalam proses kebijakan publik
mutlak dilakukan dan difasilitasi oleh negara. Masyarakat mempunyai hak untuk menyampaikan
usulan, mendapat informasi, dan hak untuk melakukan kritik terhadap berbagai kebijakan
pemerintah. Kritik dapat dilakukan melalui lembaga-lembaga perwakilan, pers maupun
dilakukan secara langsung lewat dialog-dialog terbuka dengan jajaran birokrasi bersama LSM,
partai politik, maupun organisasi sosial lainnya. Peningkatan Kesejahteraan Rakyat dalam
Kerangka Otonomi Daerah.
Salah satu kelemahan dari pemerintahan masa lalu adalah kuatnya sentralisasi kekuasaan
pada pemerintah pusat, sehingga potensi-potensi daerah dikelola oleh pemerintah pusat.
Kebijakan ini menimbulkan akses yang amat parah, karena banyak daerah yang amat kaya
dengan sumber daya alamnya, justru menjadi kantong-kantong kemiskinan nasional. Untuk
merealisasikan prinsip-prinsip good governance, kebijaksanaan ekonomi daerah dapat dijadikan
sebagai media transformasi pewujudan model pemerintahan yang menopang tumbuhnya kultur
demokrasi di Indonesia. Lahirnya UU No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah telah
memberikan wewenang pada daerah untuk melakukan pengelolaan dan memajukan masyarakat
dalam politik, ekonomi, sosial, dan budaya dalam kerangka menjaga keutuhan NKRI. Dengan
pelaksanaan otonomi daerah pencapaian tingkat kesejahteraan dapat diwujudkan secara lebih
cepat agar pada akhirnya akan mendorong kemandirian masyarakat.
7
Implementasi otonomi daerah di Indonesia dapat dilihat sebagai sebuah strategi yang
memiliki tujuan ganda. Pertama, diberlakukannya otonomi daerah merupakan strategi dalam
merespons tuntutan masyarakat di daerah terhadap tiga permasalahan utama, yaitu sharing of
powers, distribution of incomes, dan kemandirian sistem manajemen di daerah. Kedua, otonomi
daerah dimaksudkan sebagai strategi untuk memperkuat perekonomian daerah dalam
memperkokoh perekonomian nasional menuju kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
Demikian pula dengan semakin besarnya partisipasi masyarakat, desentralisasi kemudian
akan mempengaruhi komponen pemerintahan lainnya, seperti bergesernya orientasi pemerintah
dari command and control menjadi berorientasi pada demand (tuntutan) and public needs
(kebutuhan public). Orientasi inilah kemudian akan menjadi dasar bagi pelaksanaan peran
pemerintah sebagi stimulator, fasilitator, koordinator dan entrepreneur (wirausaha) dalam proses
pembagunan. Oleh karenanya, otonomi daerah akan menjadi formulasi yang tepat apabila diikuti
dengan serangkaian perubahan di sektor publik. Dimensi reformasi sektor publik tidak saja
sekedar perubahan format institusi, akan tetapi mencakup pembaharuan alat-alat yang digunakan
untuk mendukung berjalannya lembaga-lembaga publik tersebut secara ekonomis, efisien,
efektif, transparan dan akuntabel sehingga cita-cita mewujudkan good governance benar-benar
akan tercapai. Cara untuk menggunakan khazanah kekayaan negara itu dengan sebaik-baiknya
ialah:

Melibatkan rakyat atau paling tidak orang miskin untuk memiliki saham dalam
mengusahakan pengeluaran khazanah itu. Dengan diberikan saham kepada mereka secara
subsidi dari pemerintah.
Membuat perusahaan untuk mengusahakan pengeluaran kekayaan bumi tsb, supaya
hasilnya merata dan melimpah-ruah kepada negara dan rakyat, sekaligus menambah
pendapatan rakyat.
Good Governance dan Gerakan Antikorupsi. Korupsi adalah tingkah laku individu yang
menggunakan wewenang dan jabatan guna meraih keuntungan pribadi, merugikan
kepentingan umum dan Negara secara spesifik. Korupsi menjadi penyebab ekonomi
menjadi berbiaya tinggi, politik yang tidak sehat, dan kemerosotan moral bangsa yang
terus - menerus merosot.
8
1) Gerakan Antikorupsi
CEREMY Pope menawarkan strategi untuk memberantas korupsi yang mengedepankan
control kepada dua unsur paling berperan di dalam tindak korupsi. Pertama, peluang korupsi;
kedua, keinginan korupsi. Menurutnya, korupsi terjadi jika peluang dan keinginan dalam waktu
bersamaan. Peluang dapat dikurangi dengan cara membalikkan siasat laba tinggi, risiko rendah
menjadi laba rendah, risiko tinggi; dengan cara menegakkan hukum dan menakuti secara
efektif, dan menegakka mekanisme akuntabilitas.
Penanggulangan tindakan korupsi dapat dilakukan antara lain dengan:
Pertama, adanya political will dan political action dari pejabat Negara dan pimpinan
lembaga pemerintah pada setiap satuan kerja organisasi untuk melakukan langkah proaktif
pencegahan dan pemberantasan perilaku dan tindak pidana korupsi. Tanpa kemauan kuat
pemerintah untuk memberantas korupsi di segala lini pemerintahan, kampanye pemberantasan
korupsi hanya slogan kosong belaka.
Kedua, penegakan hokum secara tegas dan berat. Proses eksekusi mati bagi koruptor di
Cina, misalnya, telah membuat sejumlah pejabat tinggi dan pengusaha di negeri itu menjadi jera
untuk melakukan tindak korupsi. Hal yang sama terjadi pula di Negara-negara maju di Asia,
seperti Korea Selatan, Singapura, dan Jepang termasuk Negara yang tidak kenal kompromi
dengan pelaku korupsi. Tindakan tersebut merupakan shock therapy untuk membuat tindakan
korupsi berhenti.
Ketiga, membangun lembaga-lembaga yang mendukung upaya pencegahan korupsi,
misalnya, Komisi Ombudsman sebagai lembaga yang memeriksa pengaduan pelayanan
administrasi publik yang buruk. Pada beberapa Negara, mandat Ombudsman mencakup
pemeriksaan dan inspeksi atas sistem administrasi pemerintah dalam hal kemampuannya
mencegah tindakan korupsi aparat birokrasi. Di Indonesia telah di bentuk Komisi Pemberantas
Korupsi (KPK), Tim Penuntasan Tindak Pidana Korupsi (Timtastipikor) dengan tugas
melakukan investigasi individu dan lembaga, khususnya aparatur di pemerintah yang melakukan
korupsi. Selain lembaga bentukan pemerintah, masyarakat juga membentuk lembaga yang
mengemban misi tersebut, seperti Indonesia Corruption Watch (ICW) dan lembaga sejenis.
9
Keempat, membangun mekanisme penyelenggaraan pemerintahan yang menjamin
terlaksananya praktik good governance, baik di sektor pemerintah, swasta atau organisasi
kemasyarakatan.
Kelima, memberikan pendidikan antikorupsi, baik melalui pendidikan formal maupun
pendidikan nonformal. Dalam pendidikan formal, sejak pendidikan dasar sampai perguruan
tinggi diajarkan bahwa nilai korupsi adalah bentuk lain dari kejahatan.
Keenam, gerakan agama antikorupsi, yaitu gerakan membangun kesadaran keagamaan
dan mengembangkan spiritualitas antikorupsi.

2) Tata kelola kepemerintahan yang baik dan kinerja birokrasi pelayanan publik
Pelayanan umum atau pelayanan publik adalah pemberian jasa, baik oleh pemerintah,
pihak swasta atas nama pemerintah maupun pihak swasta kepada masyarakat, dengan atau tanpa
pembayaran guna memenuhi kebutuhan atau kepentingan masyarakat. Dengan demikian, yang
bisa memberikan pelayanan publik kepada masyarakat luas bukan hanya instasi pemerintah,
melainkan juga pihak swasta. Pelayanan publik yang dijalankan oleh instasi pemerintah bermotif
sosial dan politik, yakni menjalankan tugas pokok serta juga mencari dukungan suara.
Sedangkan, pelayanan publik oleh pihak swasta bermotif ekonomi, yakni mencari
keuntungan. Ada beberapa alasan mengapa pelayanan publik menjadi titik strategis untuk
memulai pengembangan dan penerapan good governance di Indonesia :

Pertama, pelayanan publik selama ini menjadi area di mana Negara yang di wakili
pemerintah berinteraksi dengan lembaga nonpemerintah. Keberhasilan dalam pelayanan
publik akan mendorong tingginya dukungan masyarakat terhadap kerja birokrasi.
Kedua, pelayanan publik adalah wilayah dimana berbagai aspek good and clean
governance bisa diartikulasikan secara lebih mudah.
Ketiga, pelayanan publik melibatkan kepentingan semua unsur governance, yaitu
pemerintah, masyarakat, dan mekanisme pasar. Dengan demikian, pelayanan publik
menjadi tidak pangkal efektifnya kinerja birokrasi.

10
Kinerja birokrasi adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat
pencapaian sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan dengan memperhitungkan elemen-elemen
indikator sebagai berikut ini :

Indikator masukan (inputs), adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar birokrasi mampu
menghasilkan produknya, baik barang atau jasa, yang meliputi sumber daya manusia,
informasi, kebijakan dan sebagainya.
Indikator proses (process), yaitu sesuatu yang berkaitan dengan proses pekerjaan
berkaitan dengan kesesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan yang diharapkan
langsung dicapai dari suatu kegiatan yang berupa fisik ataupun nonfisik.
Indikator produk (outputs), yaitu sesuai yang diharapkan langsung dicapai dari suatu
kegiatan yang berupa fisik maupun nonfisik.
Indikator hasil (outcomes), adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya
produk kegiatan pada jangka menengah (efek langsung).
Indicator manfaat (benefit), adalah segala sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari
pelaksanan kegiatan.
Indikator dampak (impacts), adalah pengaruh yang ditimbulkan, baik positif maupun
negatif pada setiap tingkatan indikator berdasarkan asumsi yang telah di tetapkan.

3) Faktor faktor yang Mempengaruhi Kinerja Birokrasi


Kinerja birokrasi di masa depan akan dipengaruhi oleh faktor- faktor berikut ini:
Struktur biroksasi sebagai hubungan internal yang berkaitan dengan fungsi yang menjalankan
aktivitas birokrasi.

Kebijakan pengelolaan, berupa visi, misi, tujuan, sasaran, dan tujuan dalam perencanaan
strategis pada birokrasi.

Sumber daya manusia, yang berkaitan dengan kualitas kerja dan kapasitas diri untuk bekerja dan
berkarya secara optimal.

Sistem informasi manajemen, yang berhubungan dengan pengelolaan data base dalam kerangka
mempertinggi kinerja birokrasi.

11
Sarana dan prasarana yang dimiliki, yang berhubungan dengan penggunaan teknologi bagi
penyelenggaraan birokrasi pada setiap aktifitas birokrasi.

BAB III

PENUTUP
KESIMPULAN
Good governance adalah pelaksanaan politik, ekonomi, dan administrasi dalam
mengelola masalah-masalah bangsa. Pelaksanaan kewenangan tersebut dapat dikatakan baik
(good atau sound) jika dilakukan dengan efektif dan efisien, responsif terhadap kebutuhan
rakyat, dalam suasana demokratis, akuntabel, serta transparan. Prinsi-prinsip tersebut tidak hanya
terbatas dilakukan dikalangan birokrasi pemerintahan, tetapi juga di sektor swasta dan lembaga-
lembaga nonpemerintah.
Untuk merealisasikan pemerintahan yang profesional dan akuntabel yang bersandar pada
prinsip-prinsip good governance, Lembaga Administrasi Negara (LAN) merumuskan sembilan
aspek fundamental (asas) dalam good governance yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Partisipasi (participation).
2. Penegak hukum (rule of law).
3. Transparansi (transparency).
4. Responsif (resposiveness).
5. Orientasi kesepakatan (consensus orientation).
6. Keadilan (equity).
7. Efektivitas (effectiveness) dan efisiensi (eficiency).
8. Akuntabilitas (accountability).
9. Visi strategis (strategic vision).

Untuk mewujudkan pemerintahan yang baik, maka setidaknya dapat dilakukan melalui
pelaksanaan prioritas program, yakni:
1. Penguatan fungsi dan peran lembaga perwakilan.
12
2. Kemandirian lembaga peradilan.
3. Profesionalitas dan integritas aparatur pemerintah.
4. Penguatan partisipasi masyarakat madani (civil society).
5. Peningkatan kesejahteraan rakyat dalam kerangka otonomi daerah.
Pelayanan umum atau pelayanan publik adalah pemberian jasa, baik oleh pemerintah, pihak
swasta atas nama pemerintah maupun pihak swasta kepada masyarakat, dengan atau tanpa
pembayaran guna memenuhi kebutuhan atau kepentingan masyarakat.

13
DAFTAR PUSTAKA

A.Ubaidillah dan Abdul Rozak, 2006, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani, Jakarta :
ICCE UIN Syarief Hidayatullah; Edisi refisi I
A.Ubaidillah dan Abdul Rozak, 2006, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani, Jakarta :
ICCE UIN Syarief Hidayatullah; Edisi refisi II
A.Ubaidillah dan Abdul Rozak, 2008, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani, Jakarta :
ICCE UIN Syarief Hidayatullah; Edisi refisi III
Azyumardi, 2003, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani, Jakarta : ICCE UIN Syarief
Hidayatullah; Edisi refisi I
Edukatif Blog By Ary Anshorie Published: 2012-11-14T01:59:00+07:00 Kebijakan dan Strategi
Menuju Pemerintahan Yang Baik 4.9 99 reviews

iii

Anda mungkin juga menyukai