DEMAM THYPOID
A. Latar Belakang
Angka kejadian demam Thypoid (typhoid fever) diketahui lebih tinggi pada
negara yang sedang berkembang di daerah tropis, sehingga tak heran jika demam
Thypoid atau tifus abdominalis banyak ditemukan di negara kita. Di Indonesia
sendiri, demam Thypoid masih merupakan penyakit endemik dan menjadi masalah
kesehatan yang serius. Demam Thypoid erat kaitannya dengan higiene perorangan
dan sanitasi lingkungan.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah kasus demam
Thypoid di seluruh dunia mencapai 16-33 juta dengan 500-600 ribu kematian tiap
tahunnya. Demam Thypoid merupakan penyakit infeksi menular yang dapat terjadi
pada anak maupun dewasa. Anak merupakan yang paling rentan terkena demam
Thypoid, walaupun gejala yang dialami anak lebih ringan dari dewasa. Di hampir
semua daerah endemik, insidensi demam Thypoid banyak terjadi pada anak usia 5-
19 tahun.
Perbedaan antara demam Thypoid pada anak dan dewasa adalah mortalitas
(kematian) demam Thypoid pada anak lebih rendah bila dibandingkan dengan
dewasa. Risiko terjadinya komplikasi fatal terutama dijumpai pada anak besar
dengan gejala klinis berat, yang menyerupai kasus dewasa. Demam Thypoid pada
anak terbanyak terjadi pada umur 5 tahun atau lebih dan mempunyai gejala klinis
ringan.
Topik : Pemberian Kompres
Sasaran : Ny dan Keluarga
Waktu :
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan 1 kali pertemuan ini diharapkan
orangtua mengetahui dan memahami tentang penyakit Thypoid dan
mengetahui hal yang harus dilakukan jika terkena Thypoid serta cara
mengatasi masalah tersebut.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 1 kali pertemuan, orangtua
dapat menjelaskan kembali tentang :
f. Menyebutkan pengertian Demam Thypoid
g. Menyebutkan penyebab Demam Thypoid
h. Menyebutkan tanda Demam Thypoid
i. Menyebutkan cara pencegahan Demam Thypoid
j. Menjelaskan perawatan dan pengobatan Demam Thypoid
BAB II
SATUAN ACARA PENGAJARAN
2.1.4 Pengobatan
a. Pemberian antibiotik yang tepat.
Antibiotik yang banyak digunakan adalah kloaramfnikol.
b. Istirahat yang cukup bahkan bila perlu tirah baring ( tidur terlentang )
selama beberapa hari sampai demam mereda.
c. Intake/pemasukan cairan untuk mencegah dehidrasi ( kekurangan
cairan ) akibat demam tinggi.
d. Pengaturan makan tinggi kalori berupa nasi,agak lembek. Daging,telur
ikan,ayam,tahu,tempe,sedikit sayur dan buah boleh dikonsumsi.hindari
makanan yang pedas yang pedas dan keras.
2.1.5 Pencegahan
a. Food / makanan
Biasakan mengkonsumsi makanan yang terjamin bersihnya.
b. Fluid / cairan
Sediakan air minum yang memenuhi syarat,yaitu memasak air hingga
mendidih ( 100 C )
c. Finger / kebersihan tangan dan kuku
Biasakan selalu mencuci tangan mencuci tangan setelah buang air
besar mau pun sebelum dan sesudah makan.
d. Feses / tinja
Tidak boleh buang air besar di sembarang tempat,harus di toilet.
e. Fly / lalat
Bila di rumah banyak lalat,basmi hingga tuntas ( lalat bisa menjadi
perantara perpindahan kuman ke makanan
2.2 Sasaran
Orangtua pasien di ruang asoka RSUD Dr Murdjani Sampit, dimana:
a. orang tua pasien yang anaknya terkena demam thypoid
b. orangtua pasien lain yang anaknya tidak terkena demam thypoid
2.3 Metode
a. Ceramah
b. Diskusi
c. Tanya jawab
2.4 Pengorganisasian
Moderator :
Irma Susanti
Penyaji :
Haris Munandar
Faisal Reza
M. Abror Y. P.
Observer :
Lisa Kumala Sari
Fasilitator :
- Indri Rahmawati
- Febrianti Florentiana
- Edwin Zulverdi
- Karlina
- Huratul Lisan
- Fitriana Ningsih
- Ari Jaka Saputra
2.5 Waktu dan Tempat Penyuluhan
Hari / Tanggal : Selasa / 29 Oktober2013
Pukul : 09:00 WIB
Tempat : Ruang Asoka RSUD Dr Murdjani Sampit
2.6 Media Penyuluhan
a. Leaflet
b. Flipchart
2.7 Kegiatan Penyuluhan
Waktu
No. Kegiatan penyuluh Kegiatan peserta
(menit)
1. Pembukaan:
a. Memberi salam Menjawab salam
b. Memperkenalkan diri Mendengarkan
5
c. Menyebutkan tujuan Mendengarkan dan
penyuluhan memperhatikan
2. Kegiatan inti:
a. Menjelaskan Memperhatikan dan
pengertian demam mendengarkan
thypoid
b. Menjelaskan tanda Memperhatikan dan
dan gejala demam mendengarkan 15
thypoid
c. Menjelaskan Memperhatikan dan
pencegahan dan mendengarkan.
perawatan demam
thypoid
3. Penutup:
a. Memberikan Mengajukan pertanyaan 12
kesempatan kepada
Ibu untuk bertanya
b. Menyimpulkan materi Menyimpulkan materi
bersama ibu
c. Melaksanakan Menjawab pertanyaan
evaluasi
4. Salam penutup:
Mengucapkan salam Menjawab salam 3
Panitia
Peserta
BAB III
LAMPIRAN MATERI DEMAM THYPOID
Demam Thypoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang
disebabkan oleh Salmonella typhi. Penyakit ini ditandai oleh panas
berkepanjangan,ditopang dengan bakteremia tanpa keterlibatan struktur endotelial
atau endokardial dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi ke dalam sel fagosit
mononuklear dari limpa,kelenjar limfe usus dan Peyers patch. Terjadinya
penularan salmonella typhi sebagian besar melalui makanan / minuman yang
tercemar oleh kuman yang berasal dari penderita atau pembawa kuman, biasanya
keluar bersama-sama dengan tinja (melalui rute oral fekal = jalur oro-fekal).
Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala menyerupai penyakit infeksi akut pada
umumnya, seperti demam, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah, diare,konstipasi.
Pada pemeriksaan fisik, hanya didapatkan suhu badan yang meningkat. Setelah
minggu kedua, gejala/ tanda klinis menjadi makin jelas, berupa demam remiten,
lidah Thypoid, pembesaran hati dan limpa, perut kembung mungkin disertai
gangguan kesadaran dari yang ringan sampai berat.
Demam yang terjadi pada penderita anak tidak selalu tipikal seperti pada orang
dewasa, kadang-kadang mempunyai gambaran klasik berupa stepladder fever
pattern, dapat pula mendadak tinggi dan remiten (39 41oC) serta dapat pula
bersifat ireguler terutama pada bayi yang Thypoid kongenital. Lidah Thypoid
biasanya terjadi beberapa hari setelah panas meningkat dengan tanda-tanda antara
lain, lidah tampak kering, dilapisi selaput tebal, di bagian belakang tampak lebih
pucat, di bagian ujung dan tepi lebih kemerahan.Bila penyakit makin progresif,
akan terjadi deskuamasi epitel sehingga papilla lebih prominen. Roseola lebih
sering terjadi pada akhir minggu pertama dan awal minggu kedua. Merupakan
suatu nodul kecil sedikit menonjol dengan diameter 2 4 mm, berwarna merah
pucat serta hilang pada penekanan. Roseola ini merupakan emboli kuman yang
didalamnya mengandung kuman salmonella, dan terutama didapatkan di daerah
perut, dada, kadang-kadang di bokong, ataupun bagian fleksor lengan atas.
Limpa umumnya membesar dan sering ditemukan pada akhir minggu pertama dan
harus dibedakan dengan pembesaran karena malaria. Pembesaran limpa pada
demam Thypoid tidak progresif dengan konsistensi lebih lunak. Rose spot, suatu
ruam makulopapular yang berwarna merah dengan ukuran 1 5 mm, sering kali
dijumpai pada daerah abdomen, toraks, ekstremitas dan punggung pada orang
kulit putih, tidak pernah dilaporkan ditemukan pada anak Indonesia. Ruam ini
muncul pada hari ke 7 10 dan bertahan selama 2 -3 hari.
Demam Thypoid pada anak biasanya memberikan gambaran klinis yang ringan
bahkan asimtomatik. Walaupun gejala klinis sangat bervariasi namun gejala yang
timbul setelah inkubasi dapat dibagi dalam demam, gangguan saluran pencernaan,
dan gangguan kesadaran.
Timbulnya gejala klinis biasanya bertahap dengan manifestasi demam dan gejala
konstitusional seperti nyeri kepala, malaise, anoreksia, letargi, nyeri dan kekakuan
abdomen, pembesaran hati dan limpa, serta gangguan status mental. Sembelit
dapat merupakan gangguan gastrointestinal awal dan kemudian pada minggu
kedua timbul diare. Diare hanya terjadi pada setengah dari anak yang terinfeksi,
sedangkan sembelit lebih jarang terjadi. Dalam waktu seminggu panas dapat
meningkat. Lemah, anoreksia, penurunan berat badan, nyeri abdomen dan
diare,menjadi berat. Dapat dijumpai depresi mental dan delirium. Keadaan suhu
tubuh tinggi dengan bradikardia lebih sering terjadi pada anak dibandingkan
dewasa. Rose spots (bercak makulopapular) ukuran 1-6 mm, dapat timbul pada
kulit dada dan abdomen, ditemukan pada 40-80% penderita dan berlangsung
singkat (2-3hari). Jika tidak ada komplikasi dalam 2-4 minggu, gejala dan tanda
klinis menghilang namun malaise dan letargi menetap sampai 1-2 bulan.
Gambaran klinis lidah Thypoid pada anak tidak khas karena tanda dan gejala
klinisnya ringan bahkan asimtomatik.
a. solasi kuman penyebab demam Thypoid melalui biakan kuman dari spesimen
penderita, seperti darah, sumsum tulang, urin, tinja, cairan duodenum dan rose
spot. Berkaitan dengan patogenesis, maka kuman lebih mudah ditemukan
didalam darah dan sumsum tulang di awal penyakit, sedangkan pada stadium
berikutnya didalam urin dan tinja. Hasil biakan yang positif memastikan
demam Thypoid, namun hasil negatif tidak menyingkirkan demam Thypoid,
karena hasilnya tergantung dari beberapa faktor.
b. Uji serologi untuk mendeteksi antibodi terhadap antigen S.typhi dan
menentukan adanya antigen spesifik dari Salmonella typhi. Uji serologi
standar yang rutin digunakan untuk mendeteksi antibody terhadap kuman
S.typhi yaitu uji Widal. Prinsip uji Widal adalah serum penderita dengan
pengenceran yang berbeda ditambah dengan antigen dalam jumlah yang sama.
Jika pada serum terdapat antibodi maka akan terjadi aglutinasi. Di Indonesia
pengambilan angka titer O aglutinin 1/40 dengan memakai uji widal slide
aglutination (prosedur pemeriksaan membutuhkan waktu 45 menit)
menunjukkan nilai ramal positif 96%. Artinya apabila hasil tes positif, 96%
kasus benar sakit demam Thypoid, akan tetapi apabila negatif tidak
menyingkirkan. Banyak referensi yang mengemukakan apabila titer O
agglutinin sekali periksa 1/200 atau pada titer sepasang terjadi kenaikan 4
kali maka diagnosis demam Thypoid dapat ditegakkan. Aglutinin H banyak
dikaitkan dengan pasca imunisasi atau infeksi masa lampau, sedang Vi
aglutinin dipakai pada deteksi pembawa kuman S. typhi (karier).
a. Perforasi usus halus dilaporkan dapat terjadi pada 0,5 3%, sedangkan
perdarahan usus pada 1 10% kasus dema Thypoid anak. Penyulit ini biasanya
terjadi pada minggu ke-3 sakit, walau pernah dilaporkan terjadi pada minggu
pertama. Komplikasi di dahului dengan penurunan suhu, tekanan darah dan
peningkatan frekuensi nadi. Pada perforasi usus halus ditandai oleh nyeri
abdomen lokal pada kuadran kanan bawah akan tetapi dilaporkan juga nyeri
yang menyelubung. Kemudian akan diikuti muntah, nyeri pada perabaan
abdomen, defance muskulare, hilangnya keredupan hepar dan tanda-tanda
peritonitis yang lain. Beberapa kasus perforasi usus halus mempunyai
manifestasi klinis yang tidak jelas.
b. Komplikasi pada neuropsikiatri. Sebagian besar bermanifestasi gangguan
kesadaran, disorientasi, delirium, obtundasi, stupor bahkan koma. Beberapa
penulis mengaitkan manifestasi klinis neuropsikiatri dengan prognosis buruk.
Penyakit neurologi lain adalah rombosis sereberal, afasia, ataksia sereberal
akut, tuli, mielitis tranversal, neuritis perifer maupun kranial, meningitis,
ensefalomielitis, sindrom Guillain-Barre. Dari berbagai penyakit neurologik
yang terjadi, jarang dilaporkan gejala sisa yang permanen (sekuele).
c. Miokarditis. Dapat timbul dengan manifestasi klinis berupa aritmia, perubahan
ST-T pada EKG, syok kardiogenik, infiltrasi lemak maupun nekrosis pada
jantung.
d. Hepatitis tifosa asimtomatik juga dapat dijumpai pada kasus demam Thypoid
ditandai peningkatan kadar transaminase yang tidak mencolok.
e. Ikterus dengan atau tanpa disertai kenaikan kadar transaminase, maupun
kolesistitis akut juga dapat dijumpai, sedang kolesistitis kronik yang terjadi
pada penderita setelah mengalami demam Thypoid dapat dikaitkan dengan
adanya batu empedu dan fenomena pembawa kuman (karier).
f. Sistitis bahkan pielonefritis dapat juga merupakan penyulit demam Thypoid.
g. Proteinuria transien sering dijumpai, sedangkan glomerulonefritis yang dapat
bermanifestasi sebagai gagal ginjal maupun sindrom nefrotik mempunyai
prognosis buruk.
h. Pneumonia sebagai komplikasi sering dijumpai pada demam Thypoid. Keadaan
ini dapat ditimbulkan oleh kuman Salmonella typhi, namun sering kali sebagai
akibat infeksi sekunder oleh kuman lain.
i. Penyulit lain yang dapat dijumpai adalah trombositopenia, koagulasi
intrvaskular diseminata, Hemolytic Uremic Syndrome (HUS), fokal infeksi di
beberapa lokasi sebagai akibat bakteremia misalnya infeksi pada tulang,otak,
hati, limpa, otot, kelenjar ludah dan persendian.
a. Kloramfenikol
Dosis yang dianjurkan ialah 50 100 mg/kgBB/hari, selama 10 14 hari.
Untuk neonatus, penggunaan obat ini sebaiknya dihindari, dan bila terpaksa,
dosis tidak boleh melebihi 25 mg/kgBB/hari, selama 10 hari.
b. Tiamfenikol
c. Kotrimoksasol
f. Sefotaksim
Dosis yang dianjurkan adalah 150 200 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3- 4dosis
iv.
g. Siprofloksasin
Dosis yang dianjurkan adalah 2 x 200 400 mg oral pada anak berumur lebih
dari 10 tahun.
Jika anda adalah pasien demam Thypoid atau baru saja sembuh dari demam
Thypoid, berikut beberapa tips agar anda tidak menginfeksi orang lain:
Ini adalah cara penting yang dapat anda lakukan untuk menghindari
penyebaran infeksi ke orang lain. Gunakan air (diutamakan air mengalir)
dan sabun, kemudian gosoklah tangan selama minimal 30 detik, terutama
sebelum makan dan setelah menggunakan toilet.
Bersihkan toilet, pegangan pintu, telepon, dan keran air setidaknya sekali
sehari.
Sediakan handuk, seprai, dan peralatan lainnya untuk anda sendiri dan
cuci dengan menggunakan air dan sabun.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Aziz Alimul A. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika.
Hidayat, Aziz Alimul A. 2007. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Edisi 1. Jakarta:
Salemba Medika.
Aru W, Sudoyo, dkk ; editor ; Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam; Jilid III, edisi
IV;Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI, Jakarta : 2007
Alan R. Tumbelaka. Diagnosis dan Tata laksana Demam Thypoid. Dalam Pediatrics
Update. Cetakan pertama; Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta : 2003
Rampengan. T H : Penyakit infeksi Tropis pada Anak ; edisi 2. Jakarta : EGC 2007
KAMUS ISTILAH