Anda di halaman 1dari 23

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu fungsi rumah sakit yang paling utama adalah menyediakan perawatan
berkualitas tinggi terhadap pasien. Pimpinan rumah sakit bertanggungjawab
secara hukum maupun moral atas kualitas pelayanan tersebut. Pesatnya
perkembangan ilmu kedokteran daan teknologi serta membaiknya keadaan sosial
ekonomi dan pendidikan, mengakibatkan perubahan sistem penilaian masyarakat
yang menuntut pelayanan kesehatan yang bermutu. Rumah Sakit Umum Dr.
Djasamen Saragih Pematang Siantar sebagai rumah sakit pemerintah dengan
klasifikasi kelas B merupakan pusat pelayanan kesehatan dan rujukan bagi
masyarakat di wilayah Kota Pematang Siantar. Oleh karena itu, rumah sakit ini
diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat ().
Pemeriksaan Darah Lengkap (Complete Blood Count / CBC) yaitu suatu
jenis pemeriksaaan penyaring untuk menunjang diagnosa suatu penyakit dan atau
untuk melihat bagaimana respon tubuh terhadap suatu penyakit (Surjanto,
2011).Pemeriksaan laboratorium diperlakukan sebagai salah satu penunjang untuk
mengetaui penyebab timbulnya suatu penyakit. Karena itu, pemeriksaan
laboratorium berperan penting dalam diagnosis klinis, salah satu pemeriksaan
adalah pemeriksaan Hematologi. Pemeriksaan Hematologi meliputi pemeriksaan
darah rutin dan pemeriksaan darahkhusus. Pemeriksaan darah rutin yang
dilakukan tanpa indikasi meliputi: Hemaaglobin (Hb), Laju Endap Darah (LED) ,
hitung jumlah lekosit, hitung jenis lekosit, koreksi Hb dengan hitung jumlah
eritrosit, MCV, MCH, MCHC. Pemeriksaan darah khusus adalah Hematokrit (Ht),
retikulosit, eosinofil, evaluasi apusan.Pada pemeriksaan darah khusus, nilai Ht
adalah volume eritrosit dalam 100 ml darah dan disebut dengan % dalam volume.
Dulu pemeriksaaan dapat menggunakan makro dan mikro. Kini. Sesuai dengan
berjalannya waktu, pemeriksaan hematokrit dapat digabung dengan pemeriksaan
rutin lainnya dengan menggunakan alat analyzer (DepKes RI. 1989).
1.2 Tujuan
Tujuan dari Praktek Kerja Lapangan ini adalah :
a. Untuk mengetahui prosedur kerja dari pemeriksaan darah rutin
b. Untuk mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan saat pemeriksaaan
darah rutin
c. Untuk mengetahui manfaat dari pemeriksaan darah rutin

1.3 Manfaat
Manfaat dari Praktek Kerja Lapangan ini adalah sebagai sumber informasi dan
refrensi mengenai prosedur kerja pada pemeriksaan darah rutin.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Darah
Darah adalah jaringan hidup yang bersirkulasi mengelilingi seluruh tubuh dengan
perantara jaringan arteri, vena dan kapilaris, yang membawa nutrisi, oksigen,
antibodi, panas, elektrolit dan vitamin ke jaringan seluruh tubuh. Darah manusia
terdiri atas plasma darah, globulus lemak, substansi kimia (karbohidrat, protein
dan hormon), dan gas (oksigen, nitrogen dan karbon dioksida). Sedangkan plasma
darah terdiri atas eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih) dan
trombosit (platelet) (Watson,2002).
Fungsi utama darah dalam sirkulasi adalah sebagai media
transportasi,pengaturan suhu, pemeliharaan keseimbangan cairan, serta
keseimbangan basaeritrosit selama hidupnya tetap berada dalam tubuh. Sel darah
merah mampumengangkut secara efektif tanpa meninggalkan fungsinya di dalam
jaringan, sedang keberadaannya dalam darah, hanya melintas saja(Evelyn C.
Pearce, 2006).

2.2 Komposisi Darah


Darah secara makrokopis berbentuk cair, sebenarnya darah berbentuk cair dan
padat, yang apabila diperiksa dibawah mikroskopis tampak banyak benda bundar
kecil didalamnya yang dikenal sebagai korpuskulus darah atau sel darah
(Watson,2002). Dalam keadaan normal, sel darah merah berbentuk cakram kecil
bikonkaf dengan diameter sekitar 7.2 m tanpa memiliki inti, cekung pada kedua
sisinya, dilihat dari samping seperti 2 (dua) buah bulan sabit yang bertolak
belakang, kalau dilihat satu persatu berwarna kuning tua pucat, tetapi dalam
jumlah besar seperti kelihatan merah dan memberi warna pada darah. Struktur sel
darah merah terdiri atas pembungkus luar atau stroma, berisi massa hemoglobin
(HB) terhadap oksigen dan dengan oksigen tersebut membentuk oxihemoglobin di
dalam sel darah merah, melalui fungsi ini maka oksigen di bawa dari paru-paru ke
jaringan-jaringan lain. Sel darah merah memerlukan protein karena strukturnya
terbentuk dari asam amino, juga memerlukan zat besi (Pearce, 1979).
Sel darah merah yang berukuran kurang dari 6 m dinamakan sel mikrosit
dan yang berukuran lebih dari normal (9 m - 12 m) dinamakan sel makrosit.
Komposisi molekuler sel darah merah menunjukkan bahwa lebih dari separuhnya
terdiri dari air (60%) dan sisanya berbentuk substansi padat. Secara keseluruhan
isi sel darah merah merupakan substansi koloidal yang homogen, sehingga sel ini
bersifat elastis dan lunak. Sel darah merah dibatasi oleh membran plasma yang
bersifat semipermeable dan berfungsi untuk mencegah agar koloidyang
dikandungnya tetap di dalam. Tekanan osmosis di luar sel darah merah haruslah
sama dengan tekanan di dalam sel darah merah agar terdapat keseimbangan.
Apabila sel darah merah dimasukkan ke dalam larutan hipertonis maka air dalam
sel darah merah akan mengalir ke luar yang akan berakibat bentuk sel darah
merah menjadi berkerut seperti berduri (sel burr). Sebaliknya, apabila sel darah
merah dimasukkan dalam larutan hipotonis, maka air akan masuk ke dalam sel
darah merah sehingga sel darah merah menggembung sampai dapat pecah.
Peristiwa tersebut dinamakan hemolisis yang ditandai dengan merahnya larutan
oleh karena keluarnya hemoglobin (Subowo, 2002).

2.3. Pemeriksaan Hematologi


Pemeriksaan Hematologi meliputi pemeriksaan darah rutin dan
pemeriksaan darah khusus. Pemeriksaan darah rutin yang dilakukan tanpa indikasi
meliputi : Haemoglobin (Hb), Laju Endap Darah (LED), hitung jumlah lekosit,
hitung jenis lekosit, dan koreksi Hb dengan hitung jumlah eritrosit. Pemeriksaan
darah khusus Hematokrit (Hct), retikulosit, eosinofil, evaluasi hapusan; Faal
hemostatik (trombosit, PPT, aPPT, dll) serta pemeriksaan daya tahan osmotic
(Depkes RI, 1989).

2.4. Pengertian Hemoglobin (Hb)


Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Memiliki afinitas
(daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk
oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen
dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan (Evelyn, 2009).

2.4.1. Kadar Hemoglobin (Hb)


Kadar hemoglobin ialah ukuran pigmenrespiratorik dalam butiran-butiran
darah merah. Jumlah hemoglobin dalam darah normal adalah kira-kira 15 gram
setiap 100 ml darah dan jumlah ini biasanya disebut 100 persen (Evelyn, 2009).
Batas normal nilai hemoglobinuntuk seseorang sukar ditentukan karena kadar
hemoglobin bervariasi diantara setiap suku bangsa. Namun WHO telah
menetapkan batas kadar hemoglobin normal berdasarkan umur dan jenis kelamin
(WHO dalam Arisman, 2002).

2.4.2. Fungsi Hemoglobin (Hb)


Hemoglobin di dalam darah membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh
jaringan tubuh dan membawa kembali karbondioksida dari seluruh sel ke paru-
paru untuk dikeluarkan dari tubuh. Mioglobin berperan sebagai reservoir oksigen :
menerima, menyimpan dan melepas oksigen di dalam sel-sel otot. Sebanyak
kurang lebih 80% besi tubuh berada di dalam hemoglobin (Sunita, 2001).
Menurut Depkes RI adapun guna hemoglobin antara lain :
1. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam jaringan-
jaringan tubuh.
2. Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh jaringan-
jaringan tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar.
3. Membawa karbondioksida dari jaringan-jaringan tubuh sebagai hasil
metabolisme ke paru-paru untuk di buang, untuk mengetahui apakah seseorang
itu kekurangan darah atau tidak, dapat diketahui denganpengukuran kadar
hemoglobin. Penurunan kadar hemoglobin dari normal berarti kekurangan
darah yang disebut anemia (Widayanti, 2008).

2.5. Laju Endapan Darah (LED)


LED adalah kecepatan pengendapan eritrosit dari suatu sampel darahyang
diperiksa dalam suatu alat tertentu yang dinyatakan dalam mm per jam. Tujuan
pemeriksaan adalah untuk mengetahui kecepatan pengedapan darah dalam 1 jam
(Depkes RI, 1989).

2.6 Hematokrit (HCt)


Hematokrit merupakan ukuran yang menentukan banyaknya jumlah sel
darah merah dalam 100 ml darah yang dinyatakan dalam persent (%). Nilai
normal hematokrit untuk pria berkisar 40,7%-50,3% sedangkan untuk wanita
berkisar 36,1%-44,3%. Sehingga telah ditulis diatas, bahwa kadar hemoglobin
berbanding lurus dengan kadar hematokrit, sehingga peningkatan dan penurunan
hematokrit terjadi pada penyakit-penyakit sama (Depkes RI, 1989).

2.7. Antikoagulansia untuk Pemeriksaan Hematologi


Agar darah yang akan diperiksa jangan sampai membeku dapat dipakai
bermacam-macam antikoagulan. Tidak semua macam koagulan dapat dipakai
karena ada yang terlalu banyak berpengaruh terhadap bentuk eritrosit atau lekosit
yang akan diperiksa morfologinya. Antikoagulan tersebut adalah EDTA
(EthyleneDiamineTetra Acetate), sebagai garam natrium atau kaliumnya. Garam-
garam itu mengubah ion kalsium dari darah menjadi bentuk yang bukan ion.
Dalam pemeriksaan hematologi selain pemeriksaan apusan darah, antikoagulan
EDTA tidak berpengaruh terhadap besar dan bentuknya eritrosit dan tidak juga
terhadap bentuk leukosit. Namun untuk pemeriksaan apusan darah, sampel darah
EDTA memiliki batasan waktu penyimpanan maximal selama 2 jam, karena jika
lebih dari batasan waktu eritrosit dapat membengkak dan trombosit dapat
mengalami disintegrasi. Tiap 1 mg Edta menghindarkan membekunya 1 ml darah.
EDTA sering dipakai dalam bentuk larutan 10%. Kalau ingin menghindarkan
terjadi pengenceran darah, zat kering pun boleh dipakai. Akan tetapi dalam hal
terakhir ini perlu sekali menggoncangkan wadah berisi EDTA dan darah selama
1-2 menit, karena EDTA kering lambat melarut (Depkes RI, 1989).

2.8 Darah EDTA untuk Pemeriksaan Hematologi


Darah EDTA dapat dipakai untuk beberapa macam
pemeriksaanhematologi, seperti penetapan kadar hemoglobin, hitung jumlah
eritrosit, leukosit,trombosit, retikulosit, hematokrit, penetapan laju endap darah
menurut westergrendan wintrobe.Pemeriksaan dengan memakai darah EDTA
sebaiknya dilakukan segerakarena eritrosit dapat membengkak dan trombosit
dapat mengalami disintegrasibila pemeriksaan terlalu lama ditunda. Kalau
terpaksa ditunda boleh disimpandalam lemari es (40C). Untuk membuat sediaan
apus darah tepi dapat dipakaidarah EDTA yang disimpan paling lama 2 jam
(Depkes RI, 1989).

2.9. Sediaan Apusan Darah Tepi


Pembuatan preparat sediaan apus darah adalah untuk menilai
berbagaiunsur sel darah tepi seperti eritrosit, leukosit, trombosit dan mencari
adanyaparasit seperti malaria, microfilaria dan lain sebagainya.Bahan
pemeriksaan yang digunakan biasanya adalah darah kapiler tanpaantikoagulan
atau darah vena dengan antikoagulan EDTA dengan perbandingan 1mg/ cc darah.
Ciri sediaan apus yang baik :
a. Sediaan tidak melebar sampai tepi kaca objek, panjangnya1/2 sampai
2/3panjang kaca.
b. Mempunyai bagian yang cukup tipis untuk diperiksa, pada bagian itu
eritrosit tersebar rata berdekatan dan tidak saling bertumpukan.
c.Pinggir sediaan rata, tidak berlubang-lubang atau bergaris-garis.
d.Penyebaran leukosit yang baik tidak berkumpul pada pinggir atau ujung
sedimen.

2.9.1 Kelainan Morfologi Sel Darah Tepi


Eritrosit normal berukuran 6-8 um. Dalam sediaan apus, eritrosit normal
berukuran sama dengan inti limposit kecil dengan area ditengah berwarna pucat.
Kelainan morfologi eritrosit berupa kelainan ukuran (size), bentuk (shape), warna
(staining characteristics) dan benda-benda inklusi.
Kelainan ukuran eritrosit :
a. Mikrosit
Sel ini dapat berasal dari fragmentasi eritrosit yang normal seperti pada
anemia hemolitik, anemia megaloblastik dan dapat pula terjadi pada anemia
defisiensi besi.
b. Makrosit
Makrosit adalah eritrosit yang berukuran lebih dari 8 um. Sel
inididapatkan pada anemia megaloblastik.
c. Anisositosis
Anisositosis tidak menunjukkan suatu kelainan hematologik yang spesifik.
Keadaan ini ditandai dengan adanya eritrosit dengan ukuran yang tidak sama
besar dalam sediaan apus darah tepi. Anisositosis jelas terlihatpada anemia
mikrositik yang ada bersamaan dengan anemia makrositikseperti pada anemia
gizi. (DepkesRI, 1989).
Kelainan bentuk eritrosit :
a. Ovalosit
Ovalosit adalah eritrosit yang berbentuk lonjong.
b. Sperosit
Sperosit adalah eritrosit yang berbentuk lebih bulat, lebih kecil danlebih tebal dari
eritrosit normal.
c. Schitosit atau fragmentosit
Sel ini merupakan pecahan eritrosit.
a. Sel target atau leptosit atau sel sasaran
Eritrosit yang mempunyai masa kemerahan di bagian tengahnya,disebut juga
sebagai sel sasaran.
b. Sel sabit atau sickle cell (Depkes RI, 1989)
BAB 3
BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat


Praktek Kerja Lapangan ini dilaksanakan pada tanggal 27 Januari sampai
20 Februari 2015 di RSUD. Djasamen Saragih Pematang Siantar.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan adalah jarum suntik, tabung EDTA, tabung reaksi, mytic 18,
tabung kaca khusus 300mm, pipet hisap darah, rak tabung LED, timer, mikroskop,
kaca obyek, kaca penutup, pipet tetes, botol kaca, counter.
Bahan yang digunakan adalah kapas, alkohol, EDTA, asam sitras, Giemsa,
metanol, aquadest, tisssue, masker, sarung tangan.

3.3 Metode Percobaan


3.3.1 Pengambilan Darah (Sampling)
Diambil darah pada vena superfisialis, yaitu vena mediana cubiti. Vena
dibendung di sebelah proksimal lipat siku kemudian dilakukan sterilisasi pada
vena mediana cubiti dengan kapas beralkohol 70%. Setelah alkohol kering, vena
ditusuk dengan posisi jarum 450, arah jarum sejajar aksis vena dengan ujung
menghadap keatas. Sterlah vena tetusuk, jarum diputar 900 sehingga ujung jarum
menghadap kebawah, kemudian tusukan dilanjutkan menyusur vena, jika tepat
maka darah akan mengalir pada ujung spuit. Dihisap dengan pelan hingga
mencapai 2 ml, torniquet dilepas kemudian jarum ditarik dan ditekan pada tempat
tusukan dengan kapas beralkohol agar darah berhenti mengalir. Jarum dilepas
darah dialirkan sebanyak 2 ml ke tabung reaksi yang berisi EDTA.

3.3.2 Pembuatan Apusan Darah


Disediakan dua buah kaca obyek dalam keadaan bersih, lalu di goreskan
darah pada kaca obyek 2 cm dari ujung sebuah kaca obyek ( sebelah kanan).
Pegang ujng lain gelas obyek (sebelah kiri), lalu bentuklah sudut 300 pada kaca
obyek yang satunya didepan goresan darah tadi. Gerakkan kaca obyek yang
ditangan kanan ke belakang sampai menyinggung goresaan darah, sehingga
menyebar sepanjang sudut antara kedua kaca obyek. Lalu gerakkan kedepan kaca
obyek pada sisi kanan, maka akan tterbentuk sediaan apusan yang tipis dan
terbentukalh lidah api. Besar sudut antara kedua kaca obyek menentukan
ketebalan apusan darah. Lalu sediaan apusan difiksasi dengan menggunakan
metanol selama 5 menit agar sel darah tidak lisis/utuh. Kemudian, diwarnai
dengan pewarnaan buffer Giemsa selama 20 menit, kemudian dicuci dengan
menggunakan air mengalir. Dikering anginkan dan diamati dibawah mikroskop.

3.3.3 Pemeriksaan Parameter Darah Rutin


Automated hematology analyser Mytic 18 digunakan untuk memeriksa
kadar Hemoglobin, Hematokrit, jumlah eritrosit, jumlah leukosit, trombosit,
Indeks Eritrosit (MCH, MCV, MCHC), Platelet Distribution Width (PDW), Reed
Cell Distribution Width (RDW). Alat automated hematology analyser dikalibrasi,
diprogram kemudian sampel darah EDTA dibuat homogen, tabung sampel
tersebut diletakkan pada tempat pengambilan sampel. Alat penghisap akan
mengambil darah, ditunggu selama 60 detik, maka jumlah dan kadar parameter
darah rutin akan tercetak pada kertas print out.

3.3.4 Laju Endap Darah (LED)


Dengan menggunakan metode modifikasi Westerngren. Dilakukan
pengenceran darah dengan Natrium Sitrat dengan perbandingan (4 volume darah
dan 1 volume sitrat) atau 1,2 ml darah : 0,3 Natrium Sitras. Dibiarkan mengendap
di dalam tabung kaca dengan panjang 300 mm, lalu dimiringkan posisi tabung 450
selama 5-10 menit lalu diukur laju endap darah tersebut.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Data Pasien
4.1.1.1 Data Pasien Normal
Umur: 54 tahun
J.Kelamin: Perempuan
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Hemoglobin 13,5 gr/dl P: 14-18 W: 12-16
Leukosit 7000 /mm3 4500-11000
Laju Endap Darah 45 mm/jam P < 15 W < 20
Jumlah Trombosit 156.000 /ul 150.000-450.000
Hematokrit % P:42-50 W:36-46
Eritrosit Juta/mm3 P: 4, 7-5,1 W: 4,2-5,4
MCV 84,0 Fl 80-97
MCH 29,9 Pg 25,9- 33,5
MCHC 35,7 g/dl 31,5- 35,5
Hitung Jenis Leukosit
Eosinofil 1 % 1-3
Basofil 0 % 0-1
Netrofil Batang 2 % 2-6
Netrofil Segment 57 % 50-75
Limfosit 34 % 20-40
Monosit 6 % 2-5
Morfologi Darah Tepi
Eritrosit Normal
Lekosit Normal
Trombosit Normal
Parasit Darah
Plasmodium Negatif
Hemostastis
Masa Pendarahan Menit 1-3
Masa Pembekuan Menit 2-5

Kesimpulan Normal

4.1.1.2 Data Pasien Leukositosis


Umur: 61 tahun
J. Kelamin: Perempuan
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Hemoglobin 13,5 gr/dl P: 14-18 W: 12-16
Leukosit 12.000 /mm3 4500-11000
Laju Endap Darah 45 mm/jam P < 15 W < 20
Jumlah Trombosit 206.000 /ul 150.000-450.000
Hematokrit % P:42-50 W:36-46
Eritrosit Juta/mm3 P: 4, 7-5,1 W: 4,2-5,4
MCV 86,2 Fl 80-97
MCH 32,4 Pg 25,9- 33,5
MCHC 37,8 g/dl 31,5- 35,5
Hitung Jenis Leukosit
Eosinofil 2 % 1-3
Basofil 0 % 0-1
Netrofil Batang 1 % 2-6
Netrofil Segment 70 % 50-75
Limfosit 14 % 20-40
Monosit 4 % 2-5
Morfologi Darah Tepi
Eritrosit Normal
Lekosit Normal
Trombosit Normal
Parasit Darah
Plasmodium Negatif
Hemostastis
Masa Pendarahan Menit 1-3
Masa Pembekuan Menit 2-5

Kesimpulan
Leukosit
osis

4.1.1.3 Data Pasien Penderita Anemia


Umur: 60 tahun
J. Kelamin: Perempuan
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Hemoglobin 5,1 gr/dl P: 14-18 W: 12-16
Leukosit 28.800 /mm3 4500-11000
Laju Endap Darah mm/jam P < 15 W < 20
Jumlah Trombosit 77.000 /ul 150.000-450.000
Hematokrit 17,3 % P:42-50 W:36-46
Eritrosit Juta/mm3 P: 4, 7-5,1 W: 4,2-5,4
MCV 87,8 Fl 80-97
MCH 25,9 Pg 25,9- 33,5
MCHC 29,5 g/dl 31,5- 35,5
Hitung Jenis Leukosit
Eosinofil 0 % 1-3
Basofil 0 % 0-1
Netrofil Batang 46 % 2-6
Netrofil Segment 45 % 50-75
Limfosit 7 % 20-40
Monosit 2 % 2-5
Morfologi Darah Tepi
Eritrosit Macrosit,
Microsit
Lekosit Normal
Trombosit Normal
Parasit Darah
Plasmodium Negatif
Hemostastis
Masa Pendarahan Menit 1-3
Masa Pembekuan Menit 2-5

Kesimpulan Anemia,
leukosito
sis,
trombosi
topenia

Umur: 63 tahun
J. Kelamin: Laki-laki
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Hemoglobin 11,4 gr/dl P: 14-18 W: 12-16
Leukosit 8.200 /mm3 4500-11000
Laju Endap Darah 60 mm/jam P < 15 W < 20
Jumlah Trombosit 547.000 /ul 150.000-450.000
Hematokrit 33,3 % P:42-50 W:36-46
Eritrosit Juta/mm3 P: 4, 7-5,1 W: 4,2-5,4
MCV 84,9 Fl 80-97
MCH 29,1 Pg 25,9- 33,5
MCHC 34,2 g/dl 31,5- 35,5
Hitung Jenis Leukosit
Eosinofil 4 % 1-3
Basofil 0 % 0-1
Netrofil Batang 1 % 2-6
Netrofil Segment 73 % 50-75
Limfosit 17 % 20-40
Monosit 5 % 2-5
Morfologi Darah Tepi
Eritrosit Normosit
,
normokr
om
Lekosit Normal
Trombosit Normal
Parasit Darah
Plasmodium Negatif
Hemostastis
Masa Pendarahan Menit 1-3
Masa Pembekuan Menit 2-5
Kesimpulan Anemia
normokr
om,
trombosi
tosis

4.1.1.4 Data Pasien Eosinofilia


Umur: 54 tahun
J. Kelamin: Laki-laki
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Hemoglobin 13,7 gr/dl P: 14-18 W: 12-16
Leukosit 7.300 /mm3 4500-11000
Laju Endap Darah 22 mm/jam P < 15 W < 20
Jumlah Trombosit 427.000 /ul 150.000-450.000
Hematokrit 39,2 % P:42-50 W:36-46
Eritrosit Juta/mm3 P: 4, 7-5,1 W: 4,2-5,4
MCV 92,5 Fl 80-97
MCH 32,3 Pg 25,9- 33,5
MCHC 34,9 g/dl 31,5- 35,5
Hitung Jenis Leukosit
Eosinofil 6 % 1-3
Basofil 0 % 0-1
Netrofil Batang 1 % 2-6
Netrofil Segment 59 % 50-75
Limfosit 28 % 20-40
Monosit 6 % 2-5
Morfologi Darah Tepi
Eritrosit Normal
Lekosit Normal
Trombosit Normal
Parasit Darah
Plasmodium Negatif
Hemostastis
Masa Pendarahan Menit 1-3
Masa Pembekuan Menit 2-5

Kesimpulan Eosinofil
ia

4.1.1.5 Data Pasien Trombositosis


Umur: 20 tahun
J.Kelamin: Laki-laki
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Hemoglobin 13,7 gr/dl P: 14-18 W: 12-16
Leukosit 10.900 /mm3 4500-11000
Laju Endap Darah 3 mm/jam P < 15 W < 20
Jumlah Trombosit 649.000 /ul 150.000-450.000
Hematokrit 41,2 % P:42-50 W:36-46
Eritrosit Juta/mm3 P: 4, 7-5,1 W: 4,2-5,4
MCV 85,1 Fl 80-97
MCH 28,3 Pg 25,9- 33,5
MCHC 33,3 g/dl 31,5- 35,5
Hitung Jenis Leukosit
Eosinofil 0 % 1-3
Basofil 0 % 0-1
Netrofil Batang 2 % 2-6
Netrofil Segment 86 % 50-75
Limfosit 10 % 20-40
Monosit 2 % 2-5
Morfologi Darah Tepi
Eritrosit Normal
Lekosit
Trombosit Normal
Parasit Darah
Plasmodium Negatif
Hemostastis
Masa Pendarahan Menit 1-3
Masa Pembekuan Menit 2-5

Kesimpulan Trombos
itosis

4.2 Pembahasan

Berdasarkan data diatas dapat kita lihat bahwa beberapa kelainan pada darah
adalah eosinofilia, leuositosis, trombositosis, anemia. Hal ini disebabkan karena
kadar atau jumlah pada masing-masing parameter kurang atau lebih dari normal.
Pemeriksaan darah lengkap merupakan suatu jenis pemeriksaaan penyaring untuk
menunjang diagnosa suatu penyakit dan atau untuk melihat bagaimana respon
tubuh terhadap suatu penyakit. Disamping itu juga pemeriksaan ini sering
dilakukan untuk melihat kemajuan atau respon terapi pada pasien yang menderita
suatu penyakit infeksi. Pemeriksan ini meliputi beberapa jenis parameter, yaitu
hemaglobin, hematokrit, leukosit, trombosit, eritrosit, Laju endap darah, hitung
jenis leukosit, platelet distribution width (PDW), red cell distribution width
(RDW). Pemeriksaan Darah Lengkap biasanya disarankan kepada setiap pasien
yang datang ke suatu Rumah Sakit yang disertai dengan suatu gejala klinis, dan
jika didapatkan hasil yang diluar nilai normal biasanya dilakukan pemeriksaan
lanjutan yang lebih spesifik terhadap gangguan tersebut, sehingga diagnosa dan
terapi yang tepat bisa segera dilakukan.
Eosinofil merupakan leukosit polimorfonuklear yang mengandung
beberapa protein spesifik dalam granula disitoplasmanya. Ada dua tipe granula
sitoplasmik dalameosinofil, yaitu granula besar yang mengandung suatuelektron
matriks kristaloid padat berisi protein kationik, dangranula amorf kecil. Eosinofil
diproduksi oleh sumsum tulang.Nilai normal eosinofil dalam darah berkisar antara
50-250/uL dan dalam cairan bronchoalveolar lavage (BAL) adalah <1%.
Peningkataneosinofil >20% dalam cairan BAL terdapat pada acute andchronic
eosinophilic pneumonia, Churg-Strauss syndrome,idiopathic hypereosinophilic
syndrome, parasitic infestationsdan drug reaction(Mulyanto, 2012).
Ciri-ciri dari trombosit adalah tidak berinti, besarnya antara 2-3 mikro
meter,berwarna biru muda dan berisi butiran-butiran merah.(Wagener dkk,1980).
Sel-sel trombosit memegang peranan penting dalam trombosis, (pembekuan
darah). Jumlahnya dalam sirkulasi biasanya hanya meningkat sebagai fenomena
sementara, misal setelah cedera. Namun terdapat banyak situasi patologis yang
menyebabkan jumlah trombosit berkurang. Hal ini dikarenakan trombosit sangat
penting untuk mencegah perdarahan dar. Trombosit dibutuhkan secara berlanjut
untuk menutup luka secara stabil. (Spector,1993). Trombositopenia adalah
penurunan jumlah trombosit dalam sirkulasi. Kelainan ini berkaitan dengan
peningkatan resiko perdarahan hebat, hanya dengan cidera ringan atauperdarahan
spontan kecil. Trombositopenia primer dapat terjadi akibat penyakit autoimun
yang ditandai oleh pembentukan antibodi terhadap trombosit. Sebab-sebab
sekunder trombositopenia adalah berbagai obat atau infeksi virus atau bakteri
tertentu. Koagulasi intravaskuler diseminata timbul apabila terjadi
trombositopenia akibat pembekuan yang meluas. (Elizabeth J. Corwin).
Penyebab paling lazim defisiensi trombosit (trombositopenia) adalah
kerusakan prekursor trombosit yang berinti banyak di dalam sumsum tulang, yaitu
megakariosit disebabkan karenaobat-obatan antimetabolisme yang dipakai dalam
kemoterapi kanker. Pengaruh terhadap sumsum tulang semacam itu juga
dihasilkan oleh agen-agen fisik maupun kimia yang menimbulkan anemia
aplastika, misal radiasi pengion atau keracunan benzen. Trombositopenia juga
merupakan ciri utama leukemia, kebanyakan karena digantinya megakariosit oleh
sel-sel neoplasma. Trombositopenia dijumpai pula pada kanker, yang diduga
disebabkan oleh beredarnya antibody anti trombosit yang sering dapat
disembuhkan dengan mengambil limpanya. Penyebab penting penimbul purpura
yang potogenitasnya tak jelas ialah kegagalan ginjal kronik. Meskipun, trombosit
mempunyai jumlah yang normal tetapi kemampuan setiap sel-selnya berbeda.
(Spector, 1993).
Trombositosis adalah peningkatan jumlah trombosit dalam sirkulasi.
Trombositosis berkaitan dengan peningkatan resiko trombosis (pembekuan)
dalam sistem pembuluh. Trombositosis primer dapat terjadi pada leukemia atau
polisitemiavera, penyakit sumsum tulang. Sebab-sebab sekunder trombositosis
antara lain adalah infeksi, olahraga, stres, dan ovulasi. .
Leukosit tampak pada jaringan SSP yang mengalami iskemik telah
dimengerti sebagai respon patofisiologi terhadap adanya lesi. Bukti yang baru
menyatakan bahwa leukosit bisa juga secara langsung terlibat dalam patogenesis
dan perluasan dari lesi SSP setelah perfusi ulang.Jenis leukosit yang dikerahkan
pada peradangan akut ini adalah neutrofil.Leukosit itu sendiri dapat menimbulkan
lesi yang lebih luas pada daerah iskemik dengan cara menyumbat mikrosirkulasi
dan vasokonstriksi serta infiltrasi ke neuron kemudian melepaskan enzim
hidrolitik, pelepasan radikal bebas dan lipid peroksidase (Clark, 2002).
Anemia adalah keadaan berkurangnya jumlah eritrositatau hemoglobin
(rotein pembawa O2) dari nilai normal dalam darahsehingga tidak dapat
memenuhifungsinya untuk membawa O2dalam jumlah yang cukup ke
jaringanperifer sehingga pengiriman O2ke jaringanmenurun.Secara fisiologi,
harganormal hemoglobin bervariasi tergantung umur, jeniskelamin, kehamilan,
dan ketinggian tempat tinggal. Oleh karena itu,perlu ditentukan batasan kadar
hemoglobin pada anemia.Berdasarkan gambaran morfologik, anemia
diklasifikasikanmenjadi tiga jenis anemia:Anemia normositik normokrom.
Anemia normositik normokrom disebabkan oleh karena perdarahan akut,
hemolisis, dan penyakit-penyakit infiltratif metastatik pada sumsum tulang.
Terjadi penurunan jumlah eritrosit tidak disertai dengan perubahan konsentrasi
hemoglobin (Indeks eritrositnormalpada anak: MCV 73101fl, MCH 23 31pg,
MCHC 26 35%),bentuk dan ukuran eritrosit.Anemia makrositik hiperkrom
adalah anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih besar dari normal dan
hiperkromkarena konsentrasi hemoglobinnyalebih dari normal. (Indeks eritrosit
pada anak MCV > 73 fl, MCH = > 31 pg, MCHC = > 35%). Ditemukan pada
anemia megaloblastik (defisiensi vitamin B12, asam folat), serta anemia
makrositik non-megaloblastik (penyakit hatidan myelodisplasia) Anemia
mikrositik hipokrom ,anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih kecildarinormal
dan mengandung konsentrasi hemoglobin yang kurang dari normal. (Indeks
eritrosit : MCV < 73fl, MCH <23 pg, MCHC 26 -35%).Penyebab anemia
mikrositik hipokrom:1)Berkurangnya zat besi: Anemia Defisiensi Besi,
2)Berkurangnya sintesis globin: Thalasemiadan Hemoglobinopati,
3)Berkurangnya sintesis heme: Anemia Sideroblastik.Kriteria diagnosis ADB
menurut WHO dan Lanzkowsky:1.Kadar Hb kurang dari normal sesuai usia,
2.Konsentrasi Hb eritrosit rata-rata < 31% (Normal : 3235%), 3.Kadar Fe serum
< 50 Ug/dl ( Normal 80180ug/dl), 4.Saturasi transferin < 15% (Normal 20
50%), 5.Pemeriksaan apus darah tepi hipokrom mikrositik yang dikonfirmasi
dengan kadar MCV, MCH, dan MCHC yang menurun(Clark, 2002).
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat pada Praktek Kerja Lapangan adalah:
a. Prosedur yang dilakukan pada Praktek Kerja Lapangan ini adalah
Pengambilan darah (sampling), pembuatan apusan darah,pemeriksaan
parameter darah rutin, laju endap darah (LED)
b. Hal-hal yang harus diperhatikan pada Praktek Kerjaa Lapangan di
Laboratorium Hematologi adalah saat pengambilan sampel adalah sulitnya
melihat letak vena karena pada masing-masing pasien berbeda-beda
bentuknya. Saat pemeriksaan darah rutin terjadinya agregasi atau
pembekuan darah karena kurangnya jumlah EDTA mengakibatkan jumlah
trombosit kurang dari normal, hasil parameter yang kurang lengkap
dikarenakan tidak homogennya darah dengan EDTA. Pada pembuatan
apusan darah adalah pembuatan apusan yang tipis dan rapi, serta
pewarnaan yang merata. Pada Laju endap darah adalah pentingnya
memperhatikan jumlah perbanding Natrium Sitras dengan darah harus
berbanding 1:3 agar mendapatkan hasil yang akurat.
c. Melalui praktek kerja lapangan ini dapat diketahui bahwa parameter hasil
dari pemeriksaan darah rutin dapat menentukan diagnosa suatu penyakit
dan melihat perubahan yang terjadi pada tubuh pasien setelah diberikan
terapi.

5.2 Saran
Saran yang didapat pada Praktek Kerja Lapangan ini adalah:
a. Sebaiknya mahasiswa lebih mempersiapkan diri untuk praktek kerja
lapangan.
b. Sebaiknya mahasiswa lebih teliti dan berhati-hati dalam kerja praktek
lapangan agar mendapatkan hasil yang akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita.2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT.Gramedia Pustaka Utama:


Jakarta.

Depkes RI. 1989. Hematologi. Jakarta: Pusat Pendidikan Tenaga Kerja. 1, 8, 14-
5,24-5, 27

Pearce, Evelyn. C. 2006; Anatomidan Fisiologi Untuk Paramedis, PT.Gramedia


Pustaka Utama, Jakarta.

Pearce, Evelyn. C. 2009; Anatomidan Fisiologi Untuk Paramedis, PT.Gramedia


Pustaka Utama, Jakarta.

Pearce. 1979. Anatomi dan fisiologi untuk Paramedis, Jakarta : PT. Gramedia

Subowo. 2002. Histologi Umum, Jakarta : Bumi Aksara.

Watson.2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat. Edisi 10. Jakarta : EGC.

Widayanti, Sri. 2008. Analisis Kadar Hemoglobin Pada Anak Buah Kapal PT.
Salam Pacific Indonesia Lines Di Belawan Tahun 2007. Skripsi Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Wirawan, Riadi dan Erwin Silman.1996. Pemeriksaan Laboratorium Hematology


Sederhana, Edisi ke dua, Jakarta Fakultas Kedokteran UI.
LAMPIRAN

1. Foto Alat dan Bahan


1.1 Foto Alat

Mikroskop Tabung Reaksi

Rak Tabung reaksi Tabung EDTA

Rak Laju Endap Darah Spuit


Haematology Automated Analyzer

1.2 Foto Bahan

EDTA Kapas

Sampel darah
1.3 Foto Kerja

Memasukan darah ke tabung reaksi Pengenceran darah dengan Na Sitras

Pembuatan Sediaan apusan darah Menghitung laju endap darah

Anda mungkin juga menyukai