Anda di halaman 1dari 10

b.

evaluasi biologi

uji sterilitas

Dilakukan untuk menetapkan ada/tidaknya bakteri atau jamur yang hidup dalam sediaan yang dapat
dilakukan dengan cara kultur sediaan dalam media. Media yang digunakan dapat media tioglikolat cair,
media tioglikolat alternatif, media soybean. Penanaman sediaan ke dlm pembenihan dilakukan di
ruangan steril (cawan petri sudah diisi media pembenihan ). Sediaan yang akandiperiksa dikeluarkan dari
wadah, ditampung dengan batang pengaduk steril. Sediaan dioleskan ke dalam media, kemudian
diinkubasi selama 7 hr.

uji endotoksin bakteri

uji endoteksin untuk memperkirakan kadar endotoksin bakteri yang mungkin ada dalam sediaan.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan LAL (limulus amubocyt lysate). Penetapan titik akhir reaksi
dilakukan dengan membandingkan enceran dari zat uji dengan enceran endotoksin baku. prosedur
meliputi inkubasi selama waktu yang telah ditetapkan dari endotoksin yang bereaksi dan larutan kontrol
dengan pereaksi LAL, pembacaan serapan cahaya pada panjang gelombang yang sesuai.

Manfaat Uji Sterilitas


Salah satu tujuan uji sterilisasi pembuatan sediaan steril adalah untuk meminimalkan
ketidakpercayaan terhadap pengujian produk akhir. Tiga prinsip yang terlibat dalam proses
uji sterilisasi sediaan steril adalah :
1. Untuk membuat sterilitas kedalam sediaan.
2. Untuk menunjukkan tingkat kemungkinan maksimum yang pasti dimana proses dan
metode sterilisasi memiliki sterilisasi yang terpercaya terhadap semua unit dari batch
sediaan.
3. Untuk memberikan jaminan yang lebih luas dan mendukung hasil dari uji
sterilitas sediaan akhir.
Uji sterilitas bermanfaat untuk mengetahui validitas proses sterilisasi dan melakukan kontrol
kualitas sediaan steril. Uji ini harus direncanakan dengan baik untuk menghindari hasil
positif palsu. Positif palsu dapat terjadi karena kontaminasi lingkungan maupun kesalahan
yang dilakukan oleh personil. Lingkungan harus didesain sesuai dengan persyaratan ruang
steril yang telah ditetapkan oleh Farmakope terutama mengenai jumlah mikroorganisme
maupun jumlah partikel yang hidup di udara. Media yang digunakan untuk uji sterilitas
hendaknya dipersiapkan dengan baik dan telah teruji kemampuannya di dalam
menumbuhkan mikroorganisme yang dapat berupa jamur maupun bakteri.
2.3 Metode Pengujian Sterilitas
Metode pengujian sterilitas adalah sebagai berikut:
1. Direct inoculation of culture medium
Meliputi pengujian langsung dari sampel dalam media pertumbuhan. Prinsip inokulasi
langsung adalah mencampurkan sampel langsung dengan media untuk melihat ada atau
tidaknya mikroorganisme yang ditandai adanya kelarutan dalam media.
Prosedur uji inokulasi langsung ke dalam media uji:
Uji pada cairan, pindahkan cairan dari wadah uji menggunakan pipet atau jarum suntik
steril. Secara aseptik inokulasikan sejumlah tertentu bahan dari tiap wadah uji ke dalam
tabung media. Campur cairan dengan media tanpa aerasi berlebihan. Inkubasi dalam
media sesuai dengan prosedur umum selama tidak kurang 14 hari. Amati pertumbuhan
pada media secara visual sesering mungkin sekurangnya pada hari ke-3 atau ke-4 atau ke-
5, pada hari ke-7 atau ke-8 dan pada hari terakhir masa uji. Jika zat uji menyebabkan
media menjadi keruh sehingga ada atau tidaknya pertumbuhan mikroba tidak segera dapat
ditentukan secara visual, pindahkan sejumlah memadai media ke dalam tabung baru berisi
media yang sama, sekurangnya 1 kali antara hari ke-3 dan ke-7 sejak pengujian dimulai.
Lanjutkan inkubasi media awal dan media baru selama total waktu tidak kurang dari 14 hari
sejak inokulasi awal.
2. Membran filtrasi
Teknik yang banyak direkomendasikan Farmakope, meliputi filtrasi cairan melalui membran
steril. Filter lalu ditanam dalam media. Masa inkubasi 7-14 hari karena mungkin organisme
perlu adaptasi dulu.
Prosedur uji menggunakan penyaringan membran:
Jika teknik penyaringan membran digunakan untuk bahan cair yang dapat diuji dengan cara
inokulasi langsung ke dalam media uji, uji tidak kurang dari volume dan jumlah seperti yang
tertera pada pemilihan spesimen uji dan masa inkubasi. Peralatan unit penyaring membran
yang sesuai terdiri dari satu perangkat yang dapat memudahkan penanganan bahan uji
secara aseptik dan membran yang telah diproses dapat dipindahkan secara aseptik untuk
inokulasi ke dalam media yang sesuai atau satu perangkat yang dapat ditambahkan media
steril ke dalam penyaringnya dan membran diinkubasi in situ. Membran yang sesuai
umumnya mempunyai porositas 0,45m dengan diameter lebih kurang 47mm, dan
kecepatan penyaringan air 55 mL sampai 75 mL per menit pada tekanan 70cmHg. Unit
keseluruhan dapat dirakit dan disterilkan bersama dengan membran sebelum digunakan
atau membran dapat disterilkan terpisah dengan cara apa saja yang dapat
mempertahankan karakteristik penyaring dan menjamin sterilitas penyaring dan
perangkatnya. Jika bahan uji berupa minyak, membran dapat disterilkan terpisah dan
setelah melalui pengeringan unit dirakit secara aseptic (Anonim, 1995).

2.4 Definisi pirogen


Pirogen berasal dari kata pyro yang artinya keadaan yang berhubungan dengan panas, dan
kata gen yang artinya membentuk atau menghasilkan .Pirogen adalah suatu produk
mikroorganisme, terutama dari bakteri gram negatif.
Pirogen adalah senyawa dengan berat molekul tinggi yang dinyatakan sebagai senyawa
lipopolisakarida yang diproduksi oleh kira-kira 5-10% massa total bakteri. Pirogen ini
merupakan senyawa yang jika masuk ke aliran darah akan mempengaruhi suhu tubuh dan
biasanya menghasilkan demam. Pengobatan demam yang disebabkan oleh pirogen sangat
sulit dan pada beberapa kasus dapat menyebabkan kematian. Pirogen berasal dari
kelompok senyawa yang luas, meliputi endotoksin (LPS). Endotoksin adalah suatu molekul
yang berasal dari membran luar bakteri gram negatif. Organisme gram negatif membawa 3-
4 juta LPS pada permukaannya yang meliputi 75% permukaan membran luar (Sudjadi,
2008).
Pirogen merupakan substansi yang mampu menyebabkan demam terutama dari bakteri
gram negatif yang terdiri atas suatu senyawa kompleks lipopilisakarida. Pada saat ini
endotoksin diketahui merupakan pirogen yang paling kuat, namun kehadiran pirogen lain
dalam suatu sediaan perlu diperhitungkan, karena manusia tidak hanya respon terhadap
endotoksin tetapi juga pirogen yang lain (Suwandi, 1988)
Sifat-sifat pirogen:
1. Termostabil, sehingga hanya dapat dihilangkan dengan pemanasan pada suhu 650
derajat C selama 1 menit.
2. Larut dalam air.
3. Tidak dipengaruhi oleh bakterisida biasa.
4. Tidak menguap.
5. Berat Molekul (BM) antara 15.000-4.000000.
6. Ukuran umumnya 1-50 millimikron.
Pirogen secara garis besar dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu:
1. Pirogen endogen
Pirogen endogen adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam tubuh kita sendiri sebagai
reaksi kekebalan melawan kuman penyakit yang masuk ke tubuh. Misalnya interleukin-1
(IL-1), interleukin-6 (IL-6), alpha-interferon, dan tumor necrosis factor (TNF).
2. Pirogen eksogen
Pirogen eksogen merupakan faktor eksternal tubuh yang menyebabkan gangguan pada
fungsi tubuh manusia. Misalnya bagian dari sel bakteri dan virus. Selain itu, bisa juga
berupa zat racun (toksin) yang dihasilkan oleh bakteri atau virus tertentu.

2.5 Sumber-Sumber Pirogen


Sumber-sumber pirogen adalah sebagai berikut:
1. Scovilles: 196
Pada prinsipnya sumber pirogen adalah air destilat yang terlalu terkontaminasi oleh bakteri
yang tahan udara yang tumbuh dan menghasilkan endotoksin. Sebagai
tambahan, pirogen dapat dibawa ke destilat pada proses destilasi. Sumber lain
dari pirogen adalah air yang melekat pada permukaan dalam wadah atau botol labu, yang
dipakai dalam penyiapan larutan. Zat terlarut seperti dekstrosa dan NaCl juga dapat dapat
mengandung pirogen.
2. RPS 18th: 1550
Pirogen dapat masuk kedalam sediaan melalui beberapa cara berupa mikroorganisme
hidup atau mati. Mungkin sumber potensial terbesar dari berbagai kontaminasi adalah air
yang digunakan dalam proses pembuatan. Walaupun destilasi yang tepat akan
menyediakan air bebas pirogen, kondisi penyimpanan harus tidak dapat dimasuki oleh
mikroorganisme dan pertumbuhannya dicegah. Sumber potensial yang lain dari
kontaminasi adalah perlengkapan. Bahan-bahan pirogen melekat kuat pada gelas dan
permukaan lain. Residu larutan dalam peralatan yang digunakan sering menjadi media
kultur bakteri dengan kontaminasi pirogenik. Walaupun peralatan yang sudah dicuci
dibiarkan basah dan dibiarkan diudara dapat mengandung nutrisi yang nyata untuk
pertumbuhan mikroorganisme karena pengeringan tidak
menghancurkan pirogen, pirogen dapat tinggal dalam peralatan dalam jangka panjang.
Pencucian akan mengurangi kontaminasi dan pemanasan kering akan mencegah
kontaminasi peralatan yang cocok untuk digunakan. Bahan terlarut dapat menjadi
sumber pirogen. Bahan terlarut dapat mengkristal atau mengendap dari larutan berair yang
mengandung kontaminasi pirogenik. Pada proses ini, pirogen dapat dihalangi melalui
lapisan partikel. Dalam beberapa kasus, bahan terlarut dapat dimurnikan dengan
rekristalisasi dan pencucian pengendapan atau cara lain untuk penghilangan pirogen.
3. SDF: 46
Kebanyakan sumber utama dari pirogen adalah air yang digunakan untuk membuat larutan.
Walaupun air itu sendiri medium kultur yang buruk, kontaminasi dapat terjadi melalui
mikroorganisme yang membuat udara dan debu. Seperti yang telah didiskusikan, inilah
alasan satu-satunya digunakan dalam sediaan adalah air untuk injeksi. Jika destilasi
digunakan untuk menyiapkan air untuk injeksi, masih perlu dirancang dan digunakan
dengan lebih baik. Pirogen dipindahkan dari air dengan destilasi, pirogen tidak menguap.
Destilasi bebas pirogen dikumpulkan dalam wadah steril dan bebas pirogen. Jika wadah
tidak bebas pirogen, pirogen dalam wadah akan dilarutkan dalam air, hal ini yang
menyebabkan pirogenik. Jika wadah tidak steril, mikroorganisme dapat tumbuh dan
memproduksi pirogen, menghasilkan larutan pirogenik. Tapi ketika dikumpulkan dalam
wadah bebas pirogen dan steril, harus digunakan kurang dari 24 jam untuk sediaan produk
parenteral yang disterilkan pada perode ini. Jika air untuk injeksi disimpan untuk waktu
yang lebih panjang, air untuk injeksi dapat disimpan dalam wadah bebas pirogen dan steril
pada suhu 5o atau 30o, suhu dimana mikroorganisme tidak akan tumbuh, kemungkinan
menghilangkan pirogen. Pilihan lain adalah sterilisasi air untuk injeksi, dengan demikian
mempertahankan stabilitas sampai waktu penggunaaan.
2.6 Pencegahan Terhadap Pirogen
Dalam pembuatan sediaan, perlu dilakukan pencegahan agar tidak terdapat pirogen yang
terkandung utamanya pada sediaan steril. Berikut adalah cara pencegahan pirogen :
1. Scovilles: 196-197
Ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mencegah pemasukan dan
peningkatan pirogen dalam cairan parenteral. Hal paling penting adalah dengan tepat
merancang dan pengoperasian penyulingan, dicocokkan untuk mencegah tetesan dari air
mendidih kedalam destilat. Destilat harus dikumpulkan dalam wadah yang telah dibilas
dengan air destilat segar. Perlakuan untuk menghilagkan tetesan-tetesan air yang
terakumulasi yang dapat mengandung pirogen atau untuk menghilangkan bahan pirogenik
yang dapat mengering dan melekat pada bagian dalam permukaan wadah. Usaha
perlindungan menghindarkan kontaminasi destilat oleh bakteri tahan udara harus dilatih. Air
destilasi harus terlindung selama penggumpalan dan harus digunakan sesegera mungkin
setelah didestilasi untuk mencegah perkembangbiakan bakteri yang mungkin ada. Larutan
seharusnya disaring, dikemas, disegel, dan disterilkan dengan secepat mungkin.
2. Scovilles: 194
Jauh lebih baik mencegah pembentukan pirogen daripada mengusahakan pemindahan
atau penghancurannya. Namun, pirogen dapat dihilangkan dengan adsorbsi pada
penyaring asbestos aktif atau pada arang aktif. Kedua metode ini digunakan, khususnya
bila diperkirakan bahwa bahan kimia terkontaminasi dengan pirogen. Metode penyaring
asbes aktif terdiri dari sediaan larutan yang dilewatkan melalui penyaring asbes kompresi
dari serum seitz no 3 pirogen diabsorbsi pada permukaan dari asbes dan oleh karena
itu pirogendihilangkan dari larutan. Juga telah disebutkan bahwa pirogen dapat dihilangkan
dengan filtrasi melewati alat penyaring yang lain. Arang aktif juga
menghilangkan pirogen dari larutan dengan absorbsi. Larutan dikocok dengan 0,1 % arang
aktif serbuk halus selama 5-10 menit. Arang dibiarkan mengendap dan cairan supernatan
didekantasiatau arang dapat dihilangkan dengan penyaringan kertas saring yang keras
karena serbuk halus arang sulit dihilangkan dengan kertas saring. Hudson menyarankan
sistem penyaringan menggunakan kombinasi pasir murni, kertas saring dan penyaring
gelas sinter. Arang yang tergranulasi tidak efektif menghilangkan pirogen.

2.7 Cara menghilangkan pirogen


Cara menghilangkan pirogen adalah sebagai berikut:
1. PTM: 139
Pirogen dapat dipindahkan dari suatu larutan melalui destilasi dan ini merupakan metode
paling tua untuk memperoleh air bebas progen, dasar untuk memperoleh atau
memproduksi parenteral volume besar bebas pirogen dalam skala besar. Ultrafiltrasi
sampai 100 KD adalah alat yang efektif dari penyaringan endotoksin yang mempunyai BM
kira-kira 20 KD tetapi pada kenyataannya ukuran agregat paling kurang 1000 KD. Osmosa
balik juga efektif memindahkan partikel samapai 1 nm, meliputi endotoksin. Disisi lain, norit
aktif, serat asbes dan polipropilen atau politeffiber atau permukaan, seluruhnya efektif
menyerap pirogen, utamanya melalui interaksi hidrofobik. Pirogen atau endotoksin yang
diadsorbsi dalam permukaan lebih sulit untuk di pindahkan. Permukaan elestomerik seperti
pada segel dan penutup tidak dapat dipanaskan. Pirogen disini disyaratkan untuk
dipindahkan melalui pembilasan dengan air pirogenik. Banyak permukaan logam atau gelas
dapat diolah secara kimia, kebanyakan bahan pengoksidasi seperti peroxid atau
permanganat menjadi efektif. Sterilisasi panas kering tidak efektif, tekanan pada 20 psig
disyaratkan selama paling kurang 5 jam untuk menghancurkan kebanyakan endotoksin.
Metode depirogenisasi ini di pilih untuk permukaan adalah panas kering pada suhu sekitar
160-250oC paling kurang 30 menit kondisi yang baik yang telah diset. Pengolah ini
mengasumsikan bahwa peralatan pada bagian permukaan dapat dipanaskan, dan tentu
saja sangat sedikit produk yang dapat diolah dengan cara ini. Wadah gelas, setelah
pencucian dengan air untuk injeksi, dikeringkan dan dipanaskan di bawah kondisi aliran
laminar pada oven berkesinambungan suhu 250oC atau lebih tinggi. Kondisi ini meliputi
kombinasi pengeringan, oksidasi dan pembakaran untuk menghancurkan bahan pirogen.
2. SDF: 46-47
Pirogen dipindahkan dari air dengan destilasi, pirogen tidak menguap. Destilasi
bebas pirogen dikumpulkan dalam wadah steril dan bebas pirogen. Air untuk injeksi, ketika
dikumpulkan dalam wadah bebas pirogen dan steril, harus digunakan kurang dari 24 jam
untuk sediaan produk parenteral yang disterilkan pada periode ini. Jika air untuk injeksi
disimpan untuk waktu lebih panjang, air untuk injeksi dapat disimpan dalam wadah
bebas pirogen dan steril pada suhu 5-80oC suhu dimana mikroorganisme tidak akan
tumbuh, kemungkinan menghilangkan pirogen. Pirogen dapat dihilangkan dari wadah
logam dan gelas melalui panas kering. Ketika metode tidak praktis untuk ukuran wadah
atau bukan metode pilihan untuk alat-alat pada panas kering, pirogen dapat dihilangkan
melalui pembilasan wadah dengan baik dengan air untuk injeksi
bebas pirogen, pirogen larut air, dipindahkan melalui pembilasan yang diulang.
3. RPS 18th: 1850
Pirogen dapat dihancurkan melalui pemanasan pada temperatur tinggi. Prosedur yang
direkombinasikan untuk depirogenasi gelas dan peralatan adalah pemanasan pada suhu
250oC selama 45 menit. Telah dilaporkan bahwa 650oC selama 1 menit atau selama 4 jam
diharapkan dapat menghancurkan pirogen. Hal itu dipastikan bahwa pencucian yang teliti
dengan deterjen akan menjadikan wadah gelas bebas pirogen jika dilindungi selama proses
produksi dan penyimpanan dari kontaminasi pirogen berat. Putaran autoklaf biasa tidak
bisa melakukan hal ini. Pemanasan dengan alkali kuat dan atau larutan oksidasi akan
menghancurkan pirogen. Suatu metode yang digunakan untuk memindahkan pirogen dari
larutan adalah adsobsi dalam bahan adsortif. Namun, karena fenomena adsorbsi juga
dapat menyebabkan pemindahan selektif dari bahan kimia dari larutan dan filtrat dapat
dikontaminasi dengan bahan, metode ini dibatasi penggunaannya.

2.8 Metode Uji Aktivitas Pirogen


Uji pirogen dimaksudkan untuk membatasi resiko reaksi demam pada tingkat yang dapat
diterima oleh pasien pada pemberian sediaan injeksi. Pengujian meliputi pengukuran
kenaikan suhu kelinci setelah penyuntikan larutan uji secara i.v dan ditujukan untuk sediaan
yang perlu penyiapan pendahuluan atau cara pemberiannya perlu kondisi khusus ikuti
petunjuk tambahan yang tertera pada masing-masing monografi.
Alat dan pengencer. Alat suntik, jarum dan alat kaca dibebas pirogenkan dengan
pemanasan pada suhu 250oC selama tidak kurang dari 30 menit atau dengan cara lain
sesuai dengan perlakuan semua pengencer dan larutan untuk pencuci dan pembilas alat
suntik dengan cara sedemikian rupa yang dapat menjamin alat tersebut steril dan
bebas pirogen. Lakukan uji pirogen terhadap pengencer dan larutan pencuci dan pembilas
secara berkala. Apabila digunakan injeksi NaCl sebagai pengencer, gunakan injeksi yang
mengandung larutan NaCl PO 9 %.
1. Rabbit Test
a. Rekaman suhu
Gunakan alat pengukur suhu yang teliti seperti termometer klinik atau termistor atau alat
sejenis yang telah dikalibrasi untuk menjamin ketelitian skala kurang lebih 0,1 yang telah
diuji bahwa pembacaan suhu maximum tercapai <5 menit masukkan alat pengukur suhu
kedalam anus kelinci dengan kedalam tidak <7,5 cm dan sesudah jangka waktu tidak
kurang dari yang telah ditetapkan sebelumnya, tekan suhu tubuh kelinci.
b. Hewan uji
Gunakan kelinci dewasa yang sehat. Tempatkan kelinci satu ekor dalam satu kandang
dalam ruang dengan suhu yang seragam antara 20-23oC dan bebas dari gangguan yang
menimbulkan kegelisahan. Beda suhu tidak boleh berbeda kurang lebih 3oC dari suhu yang
telah ditetapkan. Untuk kelinci yang belum pernah digunakan untuk uji pirogen, adaptasikan
kelinci tidak boleh lebih dari tujuh hari dengan uji pendahuluan yang meliputi semua tahap
pengujian yang tertera pada prosedur, kecuali penyuntikan, kelinci tidak boleh digunakan
untuk uji pirogen lebih dari sekali dalam waktu 48 jam atau sebelum 2 minggu setelah
digunakan untuk uji pirogen bila menunjukkan kenaikan suhu maksimal 0,6oC atau lebih.
c. Prosedur
Lakukan pengujian dalam ruang terpisah yang khusus untuk uji pirogen dan dengan kondisi
lingkungan yang sama dengan ruang pemeliharaan, bebas dari keributan yang
menyebabkan kegelisahan. Kelinci tidak diberi makan selama waktu pengujian. Minum
dibolehkan pada tiap saat, tetapi dibatasi pada saat pengujian. Apabila pengujian
menggunakan termistor, masukkan kelinci kedalam kotak penyekap sedemikian rupa
sehingga kelinci tertahan dengan letak leher yang longgar sehingga dapat duduk dengan
bebas. Tidak lebih dari 30 menit sebelum penyuntikan larutan uji, tentukan suhu awal
masing-masing kelinci yang merupakan dasar untuk menentukan kenaikan suhu. Beda
suhu tiap kelinci dalam satu kelompok tidak boleh lebih 1oC dan suhu awal setiap kelinci
tidak boleh lebih dari 39,8oC. Kecuali dinyatakan lain pada masing-masing monografi,
suntikkan 10 ml/kg bb, melalui vena tepi telinga 3 ekor kelinci dan penyuntikan dilakukan
waktu 10 menit. Larutan uji berupa sediaan yang bila perlu yang dikonstitusi seperti yang
tertera pada masing-masing monografi dan disuntikkan dengan dosis seperti yang tertera.
Untuk uji pirogen alat atau perangkat injeksi, gunakan sebagai larutan uji hasil cucian atau
bilasan dari permukaan alat yang berhubungan langsung dengan sediaan parenteral,
tempat penyuntikan atau jaringan tubuh pasien. Semua larutan harus bebas dari
kontaminasi. Hangatkan larutan pada suhu 37o + 2o sebelum penyuntikan. Rekam suhu
berturut-turut antara jam ke-1 dan jam ke-3 setelah penyuntikan dengan selang waktu.
d. Penafsiran hasil
Setiap penurunan suhu dengan nol. Sediaan memenuhi syarat apabila tak seekor kelinci
pun menunjukkan kenaikan suhu 0,5oC atau lebih. Jika ada kelinci yang menunjukkan
kenaikan suhu 0,5oC atau lebih. Lanjutkan pengujian dengan menggunakan lima ekor
kelinci. Jika tidak lebih dari tiga ekor dari 8 ekor kelinci masing-masing menunjukkan
kenaikan suhu 0,5oC atau lebih dan jumlah kenaikan suhu maksimal 8 ekor kelinci tidak
lebih dari 3,3oC sediaan dinyatakan memenuhi syarat bebas pirogen
2. LAL (Limulus amebocyte lysate)
Baru-baru ini telah ditemui bahwa ekstrak sel darah ketam sepatu kuda (Limulus
polyphemus) mengandung sistem enzim dan protein yang menggumpal bila ada
liposakarida dalam jumlah kecil. Penemuan ini, merangsang perkembangan uji Limulus
amebocyte lysate (LAL) untuk mengetahui adanya pirogen dalam kerja penelitian dan
pengawasan selama proses berlangsung. Usulan-usulan untuk uji produk akhir obat
dengan LAL sedang dipertimbangkan oleh FDA (Ansel, 1989).
Uji LAL adalah metode spesifik untuk bakteri endotoksin, hanya untuk pirogen yang
signifikan pada kebanyakan pabrik farmasetikal dan peralatan medis. Test didasarkan pada
mekanisme primitif penggumpalan darah dari kepiting seperti Kuda Amerika (Limulus
polyphemus). Berberapa enzim diletakkan pada sel darah amoeba kepiting yang dipicuh
oleh endotoksin perpanjangan koagulasi enzimatik yang di akhiri dengan produksi di gel
protenose (Aulton, 1990).
Test harus dihindarkan dari kontaminasi antimikroba sebelum dihindarkan, test ini penting
untuk memastikan bahwa tidak ada factor campuran dalam sediaan, peralatan tidak
menyerap endotoksin (seperti pada beberapa plastic) dan sensitifitas dari lisat diketahui
(Aulton, 1990).
Reagen test LAL disediakan dengan lyopilisasi sel di mubasit limulus. Volume setara
reagen LAL dan larutan test (0,1 mikron per masing-masing) dicampurkan dalam gelas tube
test elipirogenasi. Tube diinkubasikan pada suhu 37oC selama 1 jam, setelah test wadah
dibaca. Tube diambil dari inkubator dan diubah. Bekuan oleh yang rusak mengandung
energi padatan merupakan factor dari test positif. Ketika digunakan pada bagian ini bekuan
gel uji awalnya, melewati test kegagalan dibatasi dan reagen sensitive LAL (Aulton, 1990).
Test LAL tambahan test ini dapat digunakan dalam laboratorium farmaseutikal. Test ini
spesifik untuk endotoksin gram negatif, dimana test pirogen kelinci sensitif untuk
semua pirogen endotoksin dan sumber lain disbanding gram negatif (Aulton, 1990).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini antara lain adalah sebagai berikut:
1. Steril adalah suatu keadaan dimana tidak terdapat lagi mikroorganisme. Sterilitas
didefinisikan sebagai ketidakhadiran dari semua bentuk organisme. Sedangkan sterilisasi
adalah suatu proses membunuh atau menghilangkan bakteri dan mikroorganisme lain.
2. Uji sterilitas bermanfaat untuk mengetahui validitas proses sterilisasi dan melakukan
kontrol kualitas sediaan steril.
3. Metode pengujian sterilitas, yaitu Direct inoculation of culture medium dan membran
filtrasi.
4. Pirogen merupakan substansi yang mampu menyebabkan demam terutama dari bakteri
gram negatif yang terdiri atas suatu senyawa kompleks lipopilisakarida.
5. Sumber-sumber pirogen pada prinsipnya sumber pirogen adalah air destilat yang terlalu
terkontaminasi oleh bakteri yang tahan udara yang tumbuh dan menghasilkan endotoksin.
6. Cara pencegahan pirogen yaitu dengan tepat merancang dan pengoperasian
penyulingan, dicocokkan untuk mencegah tetesan dari air mendidih kedalam destilat.
7. Cara menghilangkan pirogen yaitu dengan cara memindahkan dari suatu larutan melalui
destilasi.
8. Metode Uji Aktivitas Pirogen yaitu Rabbit Test dan LAL (Limulus amebocyte lysate).

3.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami tentang uji
sterilitas, pirogen dan ujipirogen, sehingga dapat menambah pengetahuan mengenai materi
tersebut. Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari
pembaca yang sifatnya membangun sangat kami harapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Depkes RI.


Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: UI Press.
Aulton, Michael. 1990. Pharmaceutical Practice. London: Oritic Livingston.
Ganong, W.F. 2002. Pengaturan Sentral Fungsi Visera. Dalam : Widjajakusumah M.D.,
Editor. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta: EGC.
Gennaro, A. R, et al. 1990. Remingons Pharmaceutical Science 18th Edition. Pensylvania:
Marck publishing company.
Lachman, et al. 1986. Teori dan Praktek Industri Farmasi Third Edition. Philadelphia: Lea
and Febiger.
Parrot, L. Eugene. 1971. Pharmaceutical Technology Fundamental
Pharmaceutics. Minnepolis: Burgess Publishing Company.
Sudjadi. 2008. Bioteknologi kesehatan. Yogyakarta: Kanisius.
Suwandi. 1988. Uji Pirogenitas dengan Kelinci dan Limulus Amebocyt Lysate. Cermin
Dunia Kedokteran no.52.
Turco, Salvatore dan Robert E. 1974. Sterile Dosage Forms. London : Published in Great
Britain by Henry Kimpton Publishers.

Walter F., PhD. Boron. 2003. Medical Physiology: A Cellular And Molecular Approaoch.
Elsevier/Saunders. p. 1300. ISBN 1-4160-2328-3. Jenkins, G.L. Scoville's:The Art of
Compounding. USA: Burgess Publishing.

Anda mungkin juga menyukai