ILHAMSYAH NOOR Beta D Glucan Jamur Tiram Putih PDF
ILHAMSYAH NOOR Beta D Glucan Jamur Tiram Putih PDF
ILHAMSYAH NOOR
Skripsi
Oleh :
ILHAMSYAH NOOR
105096003166
Skripsi
Oleh :
ILHAMSYAH NOOR
105096003166
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Program Studi Kimia
Skripsi berjudul Isolasi dan Karakterisasi Pleuran dari Tubuh Buah Jamur Tiram
Putih (Pleorotus ostreatus) Dengan Metode Spektroskopi UV-Visibel dan FTIR
yang ditulis oleh ILHAMSYAH NOOR, NIM 105096003166 telah diuji dan
dinyatakan.Lulus dalam sidang Munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 22 Juni
2010 Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Strata Satu (S1) Program Studi Kimia.
Menyetujui,
Penguji I Penguji II
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
ILHAMSYAH NOOR
105096003166
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karuniaNya, sehingga saya dapat hidup sampai sekarang dan dapat menyelesaikan
skripsi ini. Tidak lupa puji syukur kepada junjungan besar Nabi Muhammad Saw
yang telah memberikan bimbingan kepada kita ke jalan yang diridhoi Allah SWT.
Skripsi yang berjudul Isolasi dan Karakterisasi Pleuran dari Tubuh Buah
Visibel dan FTIR diajukan untuk menyelesaikan tugas akhir yang merupakan
1. Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis sebagai Dekan Fakultas Sains dan
2. Sri Yadial Chalid, M.Si sebagai Ketua Program Studi Kimia Fakultas Sains
vi
5. Kedua orang tua yang telah mencurahkan kasih sayangnya sehingga penulis
dapat melanjutkan kuliah serta senantiasa memberikan doa dan semangat demi
6. Dr. Mirzan T Razak, M.Eng, APU selaku pimpinan laboratorium terpadu UIN
ini.
9. Teman-teman kimia angkatan 2005 yang tak dapat disebutkan satu persatu.
10. Para sahabat yang selalu mendukung dan memberi semangat kepada penulis.
serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
Akhir kata dari saya semoga skripsi ini dapat diterima dan bermanfaat
Amiiin
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................. vi
ABSTRACT ................................................................................................. xv
viii
2.3.3. Ekstraksi Cair-Cair ..................................................................... 21
3.3.1. Ekstraksi -glukan dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih ........... 41
4.1. Hasil Identifikasi -glukan dengan FTIR (Metode Cakram KBr) ........ 47
ix
4.2.1. Metode Megazyme ...................................................................... 51
LAMPIRAN................................................................................................. 60
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 8. Distilator...................................................................................... 19
vektor magnetik.......................................................................... 33
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Urutan negara penghasil beberapa jenis jamur
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
ABSTRAK
Ilhamsyah Noor. Isolasi dan Karakterisasi glukan Dari Tubuh Buah Jamur
Tiram Putih (Pleorotus ostreatus) Dengan metode Spektroskopi UV-Visibel dan
FTIR. Dibimbing oleh Dr.Ira Djajanegara dan Sandra Hermanto M.Si.
Jamur tiram putih merupakan salah satu jenis jamur yang bermanfaat bagi
manusia, karena mengandung senyawa -glukan yang memiliki potensi sebagai
obat antikanker. Penelitian ini dilakukan untuk mengisolasi senyawa -glukan
yang terkandung di dalam jamur tiram putih kemudian menentukan
kemurniannya. Proses isolasi dilakukan dengan metode Yap & Ng yang
didasarkan pada prinsip pemanasan dengan aquades yang dilanjutkan dengan
presipitasi oleh etanol 4oC dan diakhiri dengan pengeringan freeze drying. Sampel
padatan glukan dikarakterisasi lebih lanjut dengan menggunakan FTIR dan
ditentukan kemurniannya dengan spektrofotometer UV-Visibel menggunakan
metode kolorimetri (megazyme dan congored). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ekstraksi jamur tiram putih dengan metode Yap & Ng mampu
menghasilkan padatan glukan sebanyak 2,4004 g. Karakterisasi ekstrak dengan
FTIR menunjukkan spektrum utama pada bilangan gelombang 890 cm-1 yang
mengindikasikan keberadaan senyawa 1,3--glukan. Hasil uji kemurnian lebih
lanjut menunjukkan kemurnian -glukan yang terkandung dalam ekstrak sebesar
46,1428% dengan metode megazyme serta 167,94% dengan metode congored.
Kata kunci : -glukan, jamur tiram putih (Pleorotus ostreatus), ekstraksi Yap &
Ng, spektroskopi FTIR, spektroskopi UV-Visibel.
xiv
ABSTRACT
White oyster mushroom was one of type fungus that beneficial to humans,
because of -glucan content which potential as anticancer drug. A research has
been done on the white oyster mushroom through determination to isolate the
compounds of -glucan contained in the white oyster mushrooms and then
determine its purity. Isolation process was conducted by Yap & Ng method based
on the principle of heating with distilled water followed by ethanol pesipitasi by
4oC and then drying by freeze drying. Characterization of the extracts through by
FTIR and determination of purity by UV-visible spectrophotometer with
colorimetric method (megazyme and congored). The result showed that the
extraction of white oyster mushrooms with Yap & Ng method produced total
yields as much 2.4004 g. Characterization of the extract with FTIR spectrum
shows the main wave number 890 cm-1 which is indicated of 1,3--glucan. Purity
test results showed the -glucan purity in the extract amounted to 46.1428% with
megazyme method and 167,94% with congored method.
xv
BAB I
PENDAHULUAN
organisme itu dapat digunakan sebagai bahan makanan, seperti jamur shiitake,
jamur kuping, jamur tiram, jamur merang, jamur kancing, portabella, ganoderma,
dan sebagainya. Manfaat tidak langsung adalah beberapa jenis jamur dapat
digunakan sebagai bahan obat tradisional seperti jamu maupun obat modern
(Widyastuti, 2009).
Jamur tiram (Pleorotus sp.) merupakan salah satu jenis jamur yang cukup
bermanfaat bagi manusia. Jamur tiram memiliki banyak jenis salah satunya adalah
jamur tiram putih yang paling enak dan disukai. Jamur tiram putih memiliki
kandungan gizi yang sangat banyak seperti zat mineral, protein, polisakarida dan
lain-lain. Banyaknya kandungan gizi dalam jamur tiram putih membuat jamur
tiram putih banyak dikonsumsi sebagai bahan makanan maupun bahan tambahan
Jamur tiram putih memiliki potensi yang cukup besar, hal ini dapat dilihat
dari banyaknya zat-zat yang memiliki khasiat sebagai obat yang terkandung dalam
jamur tiram putih. Salah satu dari zat yang berperan sebagai obat dalam jamur
tiram putih adalah pleuran yang merupakan salah satu senyawa dengan struktur
umum -glukan, dimana senyawa ini memiliki peran sebagai zat antikanker yang
1 1
telah diteliti oleh para peneliti terdahulu (Chihara et al, 1970). -glukan tidak
hanya terdapat dalam jamur tiram putih, tetapi juga banyak terdapat pada jamur
glukosa, yang diikat melalui ikatan -(1,3) glukosida dan -(1,6) glukosida. -
glukan banyak terdapat pada dinding sel bakteri, tumbuhan dan khamir. Menurut
FDA tahun 1997 -glukan merupakan Biological Defense Modifier (BDM) dan
tambahan makanan serta potensi dari -glukan sebagai zat anti kanker yang
terkandung dalam jamur tiram putih, membuat kita terpacu untuk melakukan
penelitian mengenai zat -glukan tersebut. Metode ekstraksi yang digunakan pada
penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Yap & Ng (2001).
metode ekstraksi yang pernah dilakukan oleh Chihara (1970) untuk ekstraksi -
glukan. Kelebihan dari metode ekstraksi Yap & Ng (2001) yaitu waktu ekstraksi
dapat dilakukan selama 5 hari, lebih cepat dibandingkan dengan metode ekstraksi
Chihara yang dilakukan selama 14 hari, Penggunaan bahan kimia yang lebih
sedikit dalam proses ekstraksi, dan ekstrak yang dihasilkan lebih banyak yaitu
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengisolasi -glukan dari tubuh
buah jamur tiram putih dengan menggunakan metode ekstraksi Yap & Ng (2001)
Dari hasil penelitian ini diharapkan diperoleh -glukan murni dari hasil
ekstraksi jamur tiram putih dengan menggunakan metode Yap & Ng (2001)
sehingga ekstrak yang diperoleh dapat diuji bioaktivitasnya sebagai bahan obat
antikanker.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jamur tiram putih merupakan jenis jamur kayu yang tumbuh berderet
menyamping pada batang kayu lapuk. Jamur ini memiliki tubuh buah yang
tumbuh mekar membentuk corong dangkal seperti kulit kerang. Ciri jamur tiram
putih antara lain bentuk tudung seperti tiram, lebar mencapai 25 cm, tebalnya 0,5-
2 cm, yang tumbuh di daerah dingin biasanya tudungnya lebih tebal dibandingkan
Jamur tiram putih banyak tumbuh di daerah yang lembab atau di negara
yang memiliki 4 musim. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil jamur
tiram putih. Petani-petani jamur tiram putih di Indonesia pada saat ini berkembang
cukup pesat hal ini dikarenakan permintaan pasar internasional dan potensi dari
Pada mulanya jenis jamur ini ditemukan tumbuh secara alami pada batang-
4 4
Filum : Basidiomycota
Kelas : Homobasidiomycetes
Ordo : Agaricales
Famili : Tricholomataceae
Genus : Pleurotus
bentuknya seperti tiram atau kerang. Oleh orang Jepang jamur tiram putih disebut
shimeji, lain halnya dengan orang eropa dan amerika yang menyebutnya sebagai
Jamur tiram putih merupakan jenis tumbuhan yang hidup pada bahan
organik yang sudah tidak berguna (saprofit). Jamur tiram putih tumbuh dan
berkembang sepanjang tahun di berbagai iklim tropis dan sub tropis. Jamur tiram
putih tumbuh baik pada musim panas. Di Indonesia jamur tiram putih biasa
secara umum yang terjadi melalui jalur spora yang terbentuk secara endogen pada
melalui penyatuan dua jenis hifa yang bertindak sebagai gamet jantan dan betina
seksual pada jamur tiram putih, disebut juga basidiospora yang terletak pada
hingga hifa pada miselium tersebut berfusi dengan hifa lain yang kompatibel
cahaya mencukupi, dan CO2 < 1000 ppm) maka tubuh buah akan terbentuk.
basidiospora pada basidium. Basidium ini terletak pada bilah atau sekat pada
tudung jamur dewasa yang jumlahnya banyak (lamela). Dari spora yang terlepas
ini akan berkembang menjadi hifa monokarion. Hifa ini akan memanjangkan
filamennya dengan membentuk cabang hasil pembentukan dari dua nukleus yang
dibatasi oleh septum (satu septum satu nukleus). Kemudian hifa monokarion akan
disebut miselium awal dan akhirnya tumbuh menjadi miselium dewasa (kumpulan
kariogami, dan meiosis hingga membentuk bakal jamur. Nantinya, jamur dewasa
ini dapat langsung dipanen atau dipersiapkan kembali menjadi bibit induk
(OECD, 2006).
jamur tiram putih selain Jepang dan Cina. Hal ini terlihat pada tabel 1 dimana
Seiring dengan populasi jamur sebagai bahan makanan yang enak dan
bergizi, permintaan atas jamur tiram putih di masyarakat terus meningkat. Jamur
tiram putih banyak diminati oleh masyarakat karena rasanya yang enak. Jamur
tiram putih biasa dimasak di dalam sup bahkan ada pula yang membuat jamur
tiram putih menjadi makanan ringan seperti keripik jamur tiram. Selain enak
jamur tiram putih juga bergizi, dimana kandungan gizi dari jamur tiram putih ini
Tabel 2. Komposisi dan kandungan gizi jamur tiram putih per 100 gram
(Sumarmi, 2006)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jamur tiram putih memiliki
kandungan gizi yang cukup baik untuk dikonsumsi bahkan jika dilihat dari
kandungan proteinnya jamur tiram ini memiliki kandungan protein yang lebih
tinggi dari beras yang hanya sebesar 7,3% dan gandum yang sebesar 13,2%.
Jamur tiram putih juga mengandung sembilan macam asam amino yaitu lisin,
72% lemak dalam jamur tiram terdiri dari asam lemak tidak jenuh, sehingga
maupun gangguan metabolisme lipid, sisanya 28% asam lemak jenuh serta adanya
Dilihat dari kandungan gizi yang terdapat dalam jamur tiram putih maka
bahan ini termasuk aman untuk dikonsumsi. Adanya serat yaitu lignoselulosa baik
menu jamur tiram putih selama 3 minggu akan menurunkan kadar kolesterol
dalam serum hingga 40 % dibandingkan dengan tikus yang tidak diberi pakan
yang mengandung jamur tiram putih, sehingga mereka berpendapat bahwa jamur
(Sumarmi, 2006).
tiga pon jamur tiram putih pada penderita kanker setiap minggu selama enam
penderita yang berangsur membaik dan pada akhirnya sembuh (Jaelani, 2008).
Selain zat-zat di atas jamur tiram putih juga mengandung senyawa pleuran
yang merupakan polimer dari glukosa. Pleuran terdiri dari ikatan -1,3 dan -1,6
glukosida, dengan rumus molekul (C6H10O5)x. Zat inilah yang diduga memiliki
2.2. -D-Glukan
Sedangkan beta () adalah sebutan dari posisi sterik dari group hidroksi glukosa
yang termasuk dalam formasi rantai tersebut. Beta ()-1,3 D-glukan dan beta ()-
1,6 D-Glukan adalah struktur yang biasa terbentuk. Sedangkan penomoran 1,3 dan
1,6 adalah berdasarkan posisi molekul glukosa yang terangkai bersama rantai. -
glukan merupakan homopolimer glukosa yang diikat melalui ikatan -(1,3) dan -
10
Pada tahun 1940-an sebuah riset telah dilakukan oleh Pillemer yang
yang disebut Zymosan dan tidak diketahui dengan jelas sampai pada tahun 1960-
an. Hingga pada tahun 1970-an Nicholas Diluzio di Tulane University, penelitian
mengenai beta () 1,3 D Glukan pada manusia dimulai, kemudian diuji lagi oleh
makrofag untuk mengatasi infeksi HIV, komplikasi yang disebabkan trauma berat
dan akibat radiasi, beta () D Glukan juga mampu untuk meningkatkan efektifitas
Beta glukan banyak terdapat pada dinding sel bakteri, jamur, maupun
tumbuhan tingkat tinggi. Beta glukan telah mendapat rekomendasi aman dari
11
Peptidoglikan adalah polisakarida yang terdiri dari dua gula turunan yaitu
-1,4, dan sebuah rantai peptida pendek yang contohnya terdiri dari asam amino l-
alanin, D-alanin, D-asam glutamat, dan baik L-lisin atau asam diaminopimelik
(DAP)-asam amino langka yang hanya ditemukan pada dinding sel prokariot.
Peptidoglikan adalah komponen utama dinding sel bakteri yang bersifat kaku dan
12
Struktur dasar peptidoglikan adalah sebuah selubung yang menyelimuti sel yang
tersusun dari utas-utas peptidoglikan yang berdampingan satu sama lain dan
dihubungkan dengan ikatan silang tetrapeptida yang terbuat dari asam amino.
antikanker. Hal ini telah dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan peneliti
sebagaimana pada gambar 4 dapat terjadi secara langsung ataupun tidak langsung,
dapat menghacurkan sel kanker. Dengan kata lain adanya -glukan dapat
mengaktifkan makrofag untuk mengenal dan merusak sel yang mengalami mutasi
2.3. Ekstraksi
pelarut. Ekstraksi merupakan salah satu langkah untuk mendapatkan senyawa dari
Bila suatu zat terlarut membagi diri antara dua cairan yang tak dapat
campur, ada suatu hubungan yang pasti antara konsentrasi zat terlarut dalam dua
jelas mengenai hukum distribusi ketika pada tahun 1981 ia menunjukan bahwa
suatu zat akan terlarut akan membagi dirinya antara dua cairan yang tak dapat
14
[A]1 = tetapan
[A]2
[A]1 menyatakan konsentrasi zat terlarut A dalam fase cair 1.
pada kenyataannya hubungan ini adalah tidak eksak. Yang benar, dalam
yang seharusnya konstan. Aktivitas suatu spesies kimia dalam satu fase
memelihara suatu rasio yang konstan terhadap aktivitas spesies itu dalam fase cair
yang lain ;
aA1 KDA
aA2
Di mana :
dalam suatu padatan dengan menggunakan suatu pelarut cair. Ekstraksi ini
didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana
perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke
dalam pelarut. Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman yaitu
pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk kedalam rongga sel yang
mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik di luar sel, maka
larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang terus
15
sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam dan di
luar sel (Sudjadi, 1986). Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam proses
sempurna
2. Analit dalam sampel harus tahan panas (tidak terurai oleh panas)
4. Pelarut tidak atau sedikit saja melarutkan bahan lain selain analit yang
diinginkan (diisolasi)
1. Maserasi
dalam isolasi senyawa bahan alam karena dengan perendaman sampel tumbuhan
akan terjadi pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara
di dalam dan di luar sel sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma
akan terlarut dalam pelarut organik dan ekstraksi akan sempurna karena dapat
diatur lama perendaman yang dilakukan. Pemilihan pelarut untuk proses maserasi
Keuntungan cara ekstraksi ini adalah cara pengerjaan dan peralatan yang
16
2. Perkolasi
Prinsipnya serbuk sampel ditempatkan dalam suatu bejana silinder yang bagian
bawahnya diberi sekat berpori. Cairan pelarut dialirkan dari atas ke bawah melalui
serbuk tersebut sehingga akan melarutkan zat aktif. Alat yang digunakan untuk
perkolasi disebut perkolator. Larutan zat aktif yang keluar dari perkolator disebut
sari atau perkolat, sedangkan sisa penyarian disebut ampas atau sisa perkolasi.
Tetapi efektivitas dari proses ini hanya akan lebih besar untuk senyawa organik
yang sangat mudah larut dalam pelarut yang digunakan (Darwis, 2002).
Gambar 6. Perkolator
3. Soxhletasi
selongsong (thimble) dan ditempatkan pada bagian dalam alat soxhlet. Kemudian
dipasang labu alas bulat yang sesuai dengan ukurannya. Diisi pelarut melalui
bagian atas soxhlet, sehingga terjadi dua kali sirkulasi. Pada bagian atas dipasang
17
pendingin balik. Jika pelarut dididihkan uap akan keluar ke atas melalui pipa
selongsong yang berisi bahan yang diekstraksi. Larutan akan berkumpul dan
setelah larutan mencapai tinggi maksimal di atas soxhlet, secara otomatis larutan
akan turun mengalir ke dalam labu alas bulat. Dengan demikian bahan dikatakan
Proses ini akan terjadi terus menerus secara otomatis sampai ekstraksi
sempurna. Selanjutnya senyawa hasil ekstraksi dapat diambil dari larutan yang
terkumpul dari labu alas bulat. Keuntungan metode ini adalah cairan pelarut yang
dibutuhkan lebih sedikit, zat aktif yang diperoleh lebih banyak, dan ekstraksi
dapat diteruskan sesuai dengan keperluan tanpa menambah volume cairan pelarut.
zat aktifnya tidak tahan pemanasan kurang cocok dilakukan dengan metode ini.
18
Proses ini sangat baik untuk senyawa yang tidak terpengaruhi oleh panas (Darwis,
2002).
4. Distilasi
Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini
kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik
Gambar 8. Distilator
rangkaian alat untuk distilasi dan Zosimus dari Alexandria-lah yang telah berhasil
menggambarkan secara akurat tentang proses distilasi pada sekitar abad ke-4
Bentuk modern distilasi pertama kali ditemukan oleh ahli-ahli kimia Islam pada
menjadi senyawa yang relatif murni melalui alat alembik, bahkan desain ini
The Hickman Stillhead dapat terwujud. Tulisan oleh Jabir Ibnu Hayyan (721-815)
yang lebih dikenal dengan Ibnu Jabir menyebutkan tentang uap anggur yang dapat
terbakar. Ia juga telah menemukan banyak peralatan dan proses kimia yang
bahkan masih banyak dipakai sampai saat kini. Kemudian teknik penyulingan
Secara teori, hasil distilasi dapat mencapai 100% dengan cara menurunkan
tekanan hingga 1/10 tekanan atmosfer. Dapat pula dengan menggunakan distilasi
air baik dalam bentuk cair atau uap pada kolom terakhir. Namun, secara praktek
Metode ekstraksi Yap & Ng pada dasarnya hampir sama dengan proses
ekstraksi lainnya, pelarut yang digunakan dalam ekstraksi ini yaitu air (aquades).
(pengendapan) dengan etanol dan diteruskan dengan proses freeze drying dengan
Jika dilihat dari aspek komersialnya metode ekstraksi yang dilakukan oleh
Yap & Ng (2001) lebih efisien, lebih murah dan tidak membutuhkan waktu yang
lama jika dibandingkan dengan metode ekstraksi -glukan yang dilakukan oleh
20
(1970)
Proses ekstraksi melibatkan dua fasa (kedua fasa dapat berupa cairan tetapi
tidak bercampur), dan dapat dilakukan dengan satu kali ekstraksi (single
diantara 2 fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian komponen
larut pada fase pertama dan sebagian lain larut pada fase kedua, lalu kedua fase
pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan fase cair, dan komponen kimia
akan terpisah ke dalam kedua fase tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya
dengan perbandingan konsentrasi tetap (Sudjadi, 1986). Hal yang penting pada
jenis ekstraksi cair-cair ini bukanlah volume fasa organik, melainkan jumlah
akan memisahkan senyawa yang lebih banyak dibandingkan dengan satu kali
ekstraksi, walaupun total volume palarut organik yang digunakan sama (Puspita,
2004).
atau karena kepekaannya terhadap panas) atau tidak ekonomis. Seperti ekstraksi
padat-cair, ekstraksi cair-cair selalu terdiri atas sedikitnya dua tahap, yaltu
kedua fasa cair itu sesempurna mungkin. Pada ekstraksi cair-cair, satu komponen
bahan atau lebih dari suatu campuran dipisahkan dengan bantuan pelarut. Proses
ini digunakan secara teknis dalam skala besar misalnya untuk memperoleh
signal-signal yang disadap sebagai alat analisis kualitatif dan kuantitatif (Sudjadi,
1985).
22
tereksitasi sehingga menempati keadaan kuantum yang lebih tinggi dan dalam
longgar elektron tersebut ditahan di dalam ikatan molekul, maka semakin panjang
panjang gelombang (energi lebih rendah) radiasi yang diserap (Watson, 2005).
sekitar 200 nm (pada ultra-violet dekat) sampai sekitar 800 nm (pada infra-merah
sangat dekat). Lompatan elektron yang mungkin menyerap sinar pada daerah itu
Warna-warna dari spektrum sinar tampak lebih jelasnya dapat dilihat pada
23
Pr
Pa
Pt
Po
Po = Pa + Pt + Pr
dimana:
Po = intensitas sinar yang masuk Pa = intensitas sinar yang diabsorbsi
Lambert Beers (1852), secara kuantitatif absorbsi ini dinyatakan sebagai berikut :
Log I0/IT = . L. C
24
dimana
Alat spektrofotometer UV-Vis terdapat dua macam yaitu single beam dan
double beam dimana perbedaan antara keduanya adalah pada tempat sampel dan
standar. Untuk single beam, tempat sampel dan standar digunakan bergantian,
sedangkan untuk double beam sampel dan standar memiliki tempat masing-
perbedaan skema alat antara single beam dan double beam (Underwood,2002)
Penguat
Pembaca
25
komputer
Pengubah
Cermin Cermin analogke
digital
referens
Pemroses
sinyal
monokr
sumber sampel Detektor
omator
lampu hidrogen atau lampu deuterium. Kebaikan lampu wolfram adalah energi
dapat digunakan celah. Ada dua tipe prisma yaitu susunan cornu dan susunan
littrow. Secara umum tipe cornu menggunakan sudut 60, sedangkan tipe
littrow menggunakan prisma dimana pada sisinya tegak lurus dengan arah
26
3. Sel absorpsi, pada pengukuran di daerah tampak kuvet kaca atau kuvet kaca
corex dapat digunakan, tetapi untuk pengukuran pada daerah UV kita harus
menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini.
Umumnya tebal kuvetnya adalah 10 mm, tetapi yang lebih kecil ataupun yang
lebih besar dapat digunakan. Sel yang biasa digunakan berbentuk persegi,
tetapi bentuk silinder juga dapat digunakan. Kita harus menggunakan kuvet
yang bertutup untuk pelarut organik. Sel yang baik adalah kuarsa dan gelas
1. Megazyme
yang berasal dari jamur. Mekanisme uji kemurnian -glukan adalah sebagai
berikut; senyawa hasil ekstraksi dari jamur dihidrolisis dengan menggunakan HCl
27
tahap yaitu pengukuran total glukan dan pengukuran -glukan dari ekstrak
persentase total glukan dikurangi dengan persentase -glukan, maka akan didapat
yaitu yeast yang telah tersedia dalam paket bersama enzim. Pengukuran ini
glukan dari yeast telah ditentukan sebesar 56,5% yang tertera pada botol standar
yeast.
sampel terlebih dahulu dengan menggunakan HCl pekat (asam pekat) kemudian
sisa glukan yang tak terhidrolisis oleh HCl akan dihidrolisis oleh enzim exo-1,3-
glukanase hal ini bertujuan agar sampel yang merupakan polimer dapat
28
sehingga warna larutan akan berubah menjadi warna merah yang dapat diukur
dilihat reaksi dari proses di atas adalah sebagai berikut (Barry, 2009).
Reaksi 1
O2
Reaksi 2
29
invertase. Yang mana enzim tersebut hanya akan memotong-motong glukan pada
Akan terjadi perubahan warna menjadi warna merah sama halnya dengan
pengukuran total glukan. Dapat dilihat reaksi dari proses di atas adalah sebagai
Reaksi 1
-glukan + H2O D-glukosa
amyloglukosidase
2. Congo Red
30
berat molekul 696,66 g/mol. Congo red larut dalam air, dan kelarutan congo red
paling baik dalam pelarut organik. Penggunaan congo red dalam bidang biokimia
Berawal dari penelitian tersebut, reagen congo red sampai sekarang masih dapat
Congo red pertama kali disintesis pada tahun 1883 oleh Paul Bottiger
mencari pewarna tekstil yang tidak memerlukan langkah yang rumit. Perusahaan
tersebut tidak tertarik dengan warna merah yang cerah. Jadi ia mengajukan paten
tersebut membawa sukses besar untuk perusahaan AGFA, sehingga pada tahun-
Metode congo red merupakan salah satu metode yang digunakan untuk
menentukan adanya senyawa -glukan dari suatu bahan. Metode ini menggunakan
reagen congo red sebagai pereaksi sehingga akan membentuk kompleks congo red
dan polisakarida yang berwarna merah. Senyawa congo red sendiri berwarna
merah, tetapi apabila reagen ini tidak bereaksi terhadap suatu senyawa, maka
larutan akan berubah menjadi bening. Untuk uji pendahuluan dengan congo red
tidak dikhususkan pada polisakarida tertentu tetapi polisakarida secara umum, jadi
untuk uji congo red hanya digunakan untuk mengetahui konsentrasi polisakarida
31
dari ekstrak sampel. Untuk mengetahui jenis senyawa yang terkandung dalam
pada daerah panjang gelombang 0,75 1.000 m atau pada Bilangan Gelombang
sinar ultraviolet dan tampak, panjang gelombang infra merah lebih panjang dan
keduanya saling tegak lurus dengan arah rambatan (Giwangkara, 2007). Saat ini
panjang gelombang, sinar infra merah dibagi atas tiga daerah, yaitu:
32
didasarkan pada senyawa yang terdiri atas dua atom atau diatom yang
digambarkan dengan dua buah bola yang saling terikat oleh pegas seperti tampak
Gambar 14. Gambaran dua atom yang memiliki vektor listrik dan vektor magnetik
maka energi potensial dari sistem tersebut akan naik. Setiap senyawa pada
keadaan tertentu telah mempunyai tiga macam gerak, yaitu gerak translasi, vibrasi
dan rotasi. Bila ikatan bergetar, maka energi vibrasi secara terus menerus dan
secara periodik berubah dari energi kinetik ke energi potensial dan sebaiknya.
Jumlah energi total adalah sebanding dengan frekwensi vibrasi dan tetapan gaya
(k) dari pegas dan massa (m1 dan m2) dari dua atom yang terikat. Energi yang
dimiliki oleh sinar infra merah hanya cukup kuat untuk mengadakan perubahan
dengan cara yang sama seperti menghitung frekuensi vibrasi sistem pegas dan
= 1 k
2 m1m2(m1+m2)
33
di mana
= Frekuensi
besaran m1m2 / (m1 +m2) dapat dinyatakan sebagai , masa tereduksi dari sistem
terjadi peristiwa vibrasi. Hal ini bergantung pada atom-atom dan kekuatan ikatan
tertentu dan biasanya disebut vibrasi finger print (400-2000 cm-1). Vibrasi
walaupun sudut ikatan tidak berubah. Vibrasi regangan terdiri dari dua macam,
Jika sistem tiga atom merupakan bagian dari sebuah molekul yang lebih
besar, maka dapat menimbulkan vibrasi bengkokan atau vibrasi deformasi yang
ini terbagi menjadi empat jenis, yaitu vibrasi goyangan, guntingan, kibasan, dan
pelintiran.
bilangan gelombang 2000 400 cm-1. Karena di daerah antara 4000 2000 cm-1
merupakan daerah yang khusus yang berguna untuk identifkasi gugus fungsi.
Daerah ini menunjukkan absorbsi yang disebabkan oleh vibrasi regangan. Pada
daerah antara 2000 400 cm-1 seringkali sangat rumit, karena vibrasi regangan
2000 400 cm-1 tiap senyawa organik mempunyai absorbsi yang unik, sehingga
35
daerah tersebut sering juga disebut sebagai daerah sidik jari. Berikut ini adalah
(Takeuchi, 2009)
IR merupakan satu dari teknik yang paling sering digunakan untuk mendapatkan
36
NMR adalah pengukurannya mudah dan sederhana, dan spektra IR tidak terlalu
dan terdiri dari 5 bagian utama yaitu sumber radiasi, daerah cuplikan, kisi difraksi
1. Sumber radiasi, radiasi infra merah biasanya dihasilkan oleh pemijar Nernst
dan Globar. Pemijar Globar merupakan batangan silikon karbida yang dipanasi
1-40m. Globar merupakan sumber radiasi yang sangat stabil. Pijar Nernst
merupakan batang cekung dari sirkonium dan yitrium oksida yang dipanasi
hingga sekitar 1.500oC dengan arus listrik. Sumber ini memancarkan radiasi
antara 0,4-20m dan kurang stabil jika dibandingkan dengan globar, tetapi
2. Monokromator, monokromator terdiri dari sistem celah masuk dan celah keluar,
alat pendespersi yang berupa kisi difraksi atau prisma, dan beberapa cermin
digunakan prisma adalah natrium klorida, kalium bromida, sesium bromida dan
monokromator infra merah, karena dispersinya tinggi untuk daerah antara 5,0-
16m, tetapi dispersinya kurang baik untuk daerah antara 1,0-5,0m. Kalium
bromida dan sesium bromida merupakan bahan prisma yang baik untuk infra
merah jauh. Litium fluorida merupakan bahan yang baik untuk infra merah
37
kisi difraksi, bukan prisma. Keuntungan kisi difraksi adalah resolusi lebih baik,
energi sinar yang hilang lebih sedikit sehingga dapat digunakan lebar celah
yang lebih sempit, memberikan disperse yang linier dan tahan terhadap uap air.
Sedangkan kekurangan dari kisi difraksi adalah jumlah sinar hamburan lebih
banyak dan dihasilkannya lebih dari satu spektrum dari berbagai orde. Untuk
mengatasi kelemahan ini maka digunakan prisma dan filter bersama kisi
orde saja. Hal yang sama juga dapat diperoleh dengan membuat sudut jalur kisi
sedemikian rupa sehingga sinar yang didispersikan terpusat hanya pada satu
orde saja.
fotolistrik tidak dapat digunakan untuk mendeteksi sinar infra merah, karena
energi foton infra merah tidak cukup besar untuk membebaskan elektron dari
permukaan katoda dari suatu tabung foton. Detektor panas suntuk mendeteksi
sinar infra merah yaitu termokopel, bolometer dan sel Golay. Ketiga detektor
ini bekerja berdasarkan efek pemanasan yang ditimbulkan oleh sinar infra
merah (Sudjadi,1985).
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Laboratorium Bahan Alam Pusat Penelitian Kimia LIPI Puspiptek, Serpong serta
3.2.1. Alat
15), blender, waterbath, vortex mixer, neraca analitik, magnetik stirer dan
beberapa alat-alat glassware seperti beaker glass, tabung glass uji dengan tutup
ukuran 20 x 125 mm dan 16 x 125 mm, tabung glass uji tanpa tutup ukuran 16 x
100 mm, erlenmeyer, gelas ukur dan pipet ukur dan alat-alat lainnya.
3.2.2. Bahan
yang diperoleh di pasar tradisional Ciputat. Jamur tiram yang digunakan adalah
jamur tiram yang masih segar (fresh). Standar -glukan sigma (-glucan from
barley), (C6H10O5)n (9041-22-9) powder, glucose > 95% sebagai standar untuk uji
39
39
Selain itu juga digunakan bahan-bahan lain selain bahan penunjang, antara lain :
Kits (megazyme) :
dalam gliserol, stabil selama 2 tahun pada suhu 2oC atau 4 tahun pada suhu -
20oC. => 20 mL
3. Botol 3 : Reagent buffer glukosa, stabil selama 2tahun pada 4oC atau 4
20oC
5. Botol 5 : larutan standar D-Glukosa dalam 0,2% w/v asam benzoat, stabil
ruang. => ~2 g
Reagent :
40
3.3.1. Ekstraksi -glukan dari Tubuh Buah Jamur Tiram Putih (Yap & Ng,
2001)
yang telah dikembangkan oleh Yap & Ng (2001) dengan sedikit modifikasi (pada
penelitian ini untuk membekukan sampel basah dengan deep freeze sedangkan
jamur tiram putih segar dicuci dan diblender kemudian dihomogenisasikan dengan
air panas sebanyak 1500 mL pada suhu 100oC. setelah tercampur rata,
homogenat didinginkan pada suhu ruang kemudian dipisahkan dari residu dengan
filtrat tersebut ditambah dengan etanol 95% yang telah didinginkan sampai suhu
sebanyak 1000 mL pada suhu 100oC dan disaring untuk memisahkan bahan-bahan
yang tidak larut. Larutan yang bersih dipisahkan dengan bahan yang tidak larut
lagi dengan etanol 95% (4oC) dengan volume yang sama (1:1) dan didiamkan
Presipitat yang didapat dibekukan dalam Deep Freezer pada suhu -82oC dan
dikeringkan dengan cara freeze drying kemudian ditimbang sebagai berat kering
ekstrak sampel.
41
Residu jamur diekstraksi hingga empat kali dengan cara yang sama
tetapi dengan volume yang berbeda untuk memastikan tidak ada senyawa pleuran
(-glukan yang terdapat dalam jamur tiram putih/Pleorotus ostreatus) yang tersisa
atau hanya tinggal sedikit sekali yang tertinggal pada residu jamur. Hasil yang
didapatkan dari hasil ekstraksi adalah berupa padatan glukan larut air.
serbuk KBr, digerus pada lumping agate hingga tercampur rata dan diambil
sedikit kemudian masukan ke dalam cakram dan dipress dengan alat press holder.
Setelah terbentuk film tipis, cakram KBr dimasukan pada KBr disc holder dan
spektrum sampel direkam pada range 400-4000 cm-1 pada resolusi 8 dengan FTIR
Sampel padatan glukan larut air dan yeast (sebagai standar pengujian)
dimasukan ke dalam tabung glass uji (tabung reaksi) bertutup ukuran 20 x 125
tabung dan dikocok dengan vortex. Tabung ditempatkan dalam waterbath pada
suhu 30oC selama 45 menit dan vortex setiap 15 menit, kemudian ditambahkan 10
mL aquades pada tiap tabung, tutup tabung dan kocok dengan vortex. Selanjutnya
tutup tabung dilepaskan dan masukan tabung pada air mendidih (~100oC), setelah
5 menit tutup kembali dan inkubasi dilanjutkan selama 2 jam. Setelah 2 jam
42
dinginkan tabung pada suhu ruang, tutup tabung dilepaskan dengan hati-hati
menggunakan buffer sodium asetat (pH 5.0) ke dalam tabung bersih, tepatkan
atau sentrifus pada 1500 g selama 10 menit. Cairan yang jernih dipisahkan dari
endapan yang telah disaring kemudian dimasukan ke dalam tabung glass uji
(20U/mL) ditambahkan ke dalam sodium asetat buffer (200 mM, pH 5.0) pada
tiap tabung, kocok tabung dengan menggunakan vortex dan inkubasi pada suhu
tabung dan inkubasi pada suhu 40oC selama 20 menit. Warna larutan berubah
menjadi merah dan absorbansi semua larutan (sampel, blanko, yeast dan standar
glukosa, dapat dihitung konsentrasi total glukan dengan cara manual (lampiran 4)
Sampel padatan glukan larut air dan yeast (sebagai standar pengujian yang
terdapat dalam paket megazyme) dimasukan ke dalam tabung glass uji bertutup
ukuran 20x125 mm, kemudian tutup tabung dan goyangkan hingga sampel jatuh
43
U/mL) plus larutan invertase (50% v/v dalam gliserol) ditambahkan perlahan-
lahan ke dalam tiap tabung, campur hingga rata dan tempatkan dalam waterbath
pada suhu 40oC. Kemudian tabung diinkubasi pada suhu 40oC selama 30 menit
pada 1500 g selama 10 menit. Untuk sampel dengan kandungan -glukan kurang
dari 10 % sentrifugasi semua larutan dalam tabung pada 1500g selama 10 menit.
Untuk semua sampel volume akhir dalam tabung 10 mL. Kemudian 0,1 mL
aliquot dipindahkan ke dalam tabung glass uji (16x100 mm), selanjutnya sodium
asetat buffer (200 mM, pH 5.0) plus 3 mL reagen GOPOD ( Aminoantipirin, asam
p-hidroksi benzoat dan enzim peroksidase) ditambahkan ke dalam tabung uji dan
inkubasi pada suhu 40oC selama 20 menit. Absorbansi semua larutan (sampel,
blanko, yeast dan standar glukosa) diukur pada panjang gelombang 510 nm.
44
pipet dan dimasukan ke dalam ependof 1,5 mL. Kemudian sentrifus larutan dan
glukan dihitung berdasarkan kurva kalibrasi yang diperoleh dari larutan standar -
glukan dari barley dengan memasukan absorbansi yang didapatkan dari hasil
JamurTiramPutih(1kg)
EkstraksiYap&Ng
Ekstrakglukan
IdentifikasiKemurnian
UjiKualitatif(FTIR)
UjiKuantitatif(UVVis)
(megazymedancongored)
45
BAB IV
pelarut air dan dibekukan dalam Deep freezer pada suhu -82oC. Sedangkan dalam
penelitian yang dilakukan Yap & Ng untuk membekukan sampel basah glukan
menggunakan nitrogen cair tetapi dalam penelitian ini menggunakan deep freezer.
Ekstraksi dilakukan sebanyak lima kali pengulangan dengan berat ekstrak yang
didapat sebanyak 2,4004 g berat sampel glukan kering berupa serbuk (0,24 % dari
Hasil ekstrak dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yap &
ekstrak glukan yang terkandung dalam jamur tiram putih lebih kecil jika
Dengan menggunakan metode yang sama, ekstrak glukan pada jamur tiram putih
yang dihasilkan dari penelitian ini adalah 2,4004 g/1kg berat basah sedangkan
pada penelitian yang dilakukan oleh Yap & Ng menghasilkan ekstrak glukan
sebanyak 3,25 g/ 1kg berat basah. Jika dilihat dari kandungan karbohidrat pada
jamur shiitake memang lebih banyak jika dibandingkan dengan jamur tiram, untuk
jamur shiitake mengandung karbohidrat sebanyak 66% per 100 gram jamur
sedangkan untuk jamur tiram hanya sebesar 56,6% per 100 gram jamur. Begitu
pula total serat diet yang terkandung dalam jamur tiram hanya sebesar 41,8 % per
46
46
100 g jamur sedangkan jamur shiitake mengandung total serat diet sebesar 46,1 %
(Widyastuti, 2008). Jika dilihat dari kandungan karbohidrat dan total serat diet
yang terkandung dalam jamur tiram dan shiitake, maka ekstrak glukan yang
Sampel padatan glukan larut air yang didapat dari hasil ekstraksi dan
pola spektrum sampel dengan standar -glukan yang berasal dari barley dengan
dari sampel padatan glukan larut air dengan standar barley yang telah tersedia.
Metode yang digunakan adalah metode cakram KBr, dipilih metode ini
karena sampel berupa serbuk padat dan mudah dilakukan. Sampel dicampurkan
dengan serbuk KBr dan dipress hingga membentuk lapisan tipis pada disc holder.
Kemudian sampel akan direkam spektrumnya dari senyawa yang terdapat dalam
didapatkan pola spektrum yang mirip. Pola spektrum sampel dan standar yang
47
Gambar 17. Pola spektrum FTIR sampel dan standar beta glukan
utama yang mencirikan senyawa glukan, seperti yang terlihat pada tabel dibawah
ini.
Tabel 6. Bilangan gelombang spektrum FTIR sampel dan standar beta glukan
Dari tabel 6 dapat dilihat gugus fungsi yang terekam pada alat FTIR.
48
gelombang tersebut yang menjadi fokus dari penelitian ini karena merupakan
senyawa yang ingin diisolasi. Selain itu terdapat beberapa gugus fungsi lain yaitu
C-O pada bilangan gelombang 1157,63 cm-1 yang terdapat pada cincin glukosa,
kemudian OH yang terikat pada rantai samping pada panjang gelombang 1077,27
pada tiap cincin glukosa. Hasil pengujian di atas hampir sama dengan penelitian
yang dilakukan oleh El-Batal pada tahun 2008 mengenai verifikasi struktur 1,3- -
dapat terdeteksi pada bilangan gelombang 890 cm-1, sedangkan ikatan C-O-C
cincin heksan pada bilangan gelombang 1160 cm-1, dan C-OH yang terletak pada
rantai samping pada bilangan gelombang 1078 cm-1. Untuk ikatan 1,6--glikosida
belum didapatkan referensi yang pasti pada bilangan gelombang berapa ikatan
tersebut berada, tetapi jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh
gelombang 890 cm-1 dan ikatan 1,4--D-glukan pada 930 cm-1 serta ikatan C-O-C
yang terlatak pada 1160 cm-1 dapat diasumsikan bahwa ikatan 1,6--D-glukan
berada pada kisaran panjang gelombang 800-1200 cm-1. Tetapi seperti yang telah
disebutkan di atas bahwa dalam penelitian ini hanya memfokuskan pada ikatan
1,3-beta glukan, karena memiliki bioaktifitas yang tinggi sedangkan untuk ikatan
1,6-beta glukan, semakin banyak ikatan 1,6-beta glukan dalam suatu senyawa
maka akan semakin memperkecil bioaktifitas dari senyawa tersebut (Liu et al,
2000).
49
Jika dilihat secara lebih mendetail, terdapat satu puncak dari hasil
pembacaan FTIR pada sampel yang berbeda terhadap standar yaitu pada bilangan
glukan tidak terdapat amida. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Werning
(2008) mengenai karakteristik -glukan pada panjang gelombang 1560 dan 1650
protein yang terikat pada sakarida. Hal ini dapat dijelaskan bahwa peak yang
penelitian yang dilakukan oleh Fang Liu dan Ooi (2000) ada beberapa senyawa
hasil ekstraksi dari jamur sebagai zat antikanker dilakukan melalui uji antikanker
dengan menggunakan ekstrak glukan dan glukan protein, dimana dari hasil
yaitu Agaricus blazei. Ooi dan Fang Liu pada penelitian yang sama pada tahun
2000 juga mengatakan bahwa terdapat senyawa polisakarida lain yang berfungsi
kemungkinan besar senyawa proteoglukan yang terdapat dalam jamur tiram dapat
50
Bila dilihat dari spektrum sampel dan standar beta glukan hasil uji FTIR
serta beberapa acuan dari hasil penelitian sebelumnya, hampir dapat dipastikan
bahwa senyawa hasil ekstraksi jamur tiram adalah senyawa -glukan yang belum
dilihat konsentrasi beta glukan dari sampel tersebut jauh lebih kecil dibandingkan
dengan konsentrasi standar (>95%) hal ini dapat dilihat dari ketajaman dan luas
ekstraksi jamur tiram putih. Uji ini menggunakan enzim-enzim yang diisolasi oleh
51
bahwa konsentrasi total glukan yang terkandung dalam sampel adalah sebesar
sampel adalah sebesar 1,9768 % dan pada yeast adalah sebesar 0,5155 %.
untuk sampel didapatkan sebesar 48,1196% untuk total glukan dan 1,9768 untuk
-glukan. Hasil perhitungan secara manual sama dengan hasil perhitungan dengan
menggunakan Mega-Calc.
adalah sebesar 46,1428 % dan 54,3009 %. Hasil tersebut sama dengan hasil
perhitungan manual (Lampiran 4). Konsentrasi tersebut hanya untuk ikatan 1,3--
glukan pada ikatan 1,3--glukan saja. Jika dilihat dari hasil pengukuran standar
yeast yang digunakan, terdapat penurunan konsentrasi. Pada botol standar tertulis
52
Ketidakstabilan yeast itu sendiri dapat dipengaruhi oleh faktor penyimpanan dan
kemurnian -glukan sebesar 35,5% - 50% dari sampel jamur tiram putih
(NaOH).
kuantitatif ekstrak sampel dengan metode congo red bertujuan untuk menentukan
dengan metode enzimatis yaitu pada pengujian dengan congo red semua
polisakarida yang terdapat dalam sampel akan terukur. Tetapi dengan metode ini
biayanya lebih murah dan lebih mudah dilakukan karena tidak memerlukan waktu
yang lama.
congo red yang mana akan membentuk kompleks poliskarida-congo red yang
gelombang 510 nm. Hasil pengujian dengan metode congo red terdapat pada tabel
8.
53
pada persamaan linear yang didapatkan dari kurva standar beta glukan (terlampir).
Setelah dihitung didapatkan konsentrasi sebesar 24800 ppm untuk P1 dan 23400
ppm untuk P2. Kemudian jika dirubah menjadi %w/w maka didapatkan hasil
dibandingkan antara metode congo red dan metode megazyme untuk pengukuran
kemurnian beta glukan ini. Jika dibandingkan antara kedua metode dapat dilihat
perbedaan yang sangat signifikan, pengujian kemurnian dengan metode congo red
melebihi 100% yang artinya adalah semua senyawa ikut terukur dalam pengujian,
tidak hanya -glukan, ada kemungkinan -glukan, atau polisakarida lainnya ikut
terukur juga.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa hasil pengujian congo red
pegujian -glukan ini semua polisakarida terukur, tidak hanya -glukan, tetapi
juga -glukan maupun polisakarida lainnya bahkan disakarida. Jadi metode ini
tidak dapat dijadikan acuan untuk pengujian kemurnian -glukan, karena memiliki
artian hanya untuk memastikan ada atau tidaknya -glukan dalam suatu bahan
alam. Metode ini bisa dipakai karena mudah dilakukan, hanya memerlukan waktu
yang tidak banyak, dan biaya yang lebih murah jika dibandingkan dengan metode
enzimatis dan juga karena reagen congo red bereaksi dengan -glukan secara
dari pengukuran, karena metode megazyme dapat mengukur kadar -glukan secara
tepat. Dimana pada metode ini kadar total glukan dan -glukan juga ikut diukur
dan persentasi kadar -glukan diukur dengan selisih antara total glukan dengan
glukan. Sedangkan untuk penggunaan metode congo red lebih didasarkan pada
faktor efisien dan ekonomis, karena pengujian dilakukan dengan mudah dengan
waktu yang sedikit dan biaya yang lebih murah. Dan penggunaan kedua metode
55
BAB V
5.1. Kesimpulan
1. Ekstraksi -glukan dari jamur tiram putih dengan menggunakan Metode Yap
& Ng (2001) menghasilkan serbuk kering sebesar 2,4004 g lebih sedikit jika
pada bilangan gelombang 895,57 cm-1. Ekstrak sampel padatan glukan yang
metode congo red didapatkan hasil sebesar 24100 ppm atau 167,94.
senyawa -glukan yang terkandung dalam jamur tiram putih, agar dapat diketahui
56
56
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Beta-Glucan And The Immune System. New Zealand : Glucagel.
Anonim. 2009. Mushroom and Yeast Beta glucan Assay Procedure. Irlandia :
Megazyme.
Barry, Mc Larry. 2009. Mushroom and Yeast Beta Glucan Assay Procedure.
Irlandia : Megazyme
Kusmiati, 2007. Produksi -Glukan Dari Dua Galur Agrobacterium sp. Pada
Media Mengandung Kombinasi Molase dan Urasil. Pusat Penelitian
Bioteknologi LIPI.
57
57
Madigan MT, Martinko JM, Brock TD. 2006. Brock Biology of Microorgnisms.
New Jersey: Pearson Prentice Hall. Hal: 75-77.
Prahastuti, Sarwintyas dkk. 2001. Jamur : Kandungan Kimia dan Khasiat. Pusat
Dokumentasi dan Informasi Ilmiah LIPI. Jakarta
Puspita, Rini Maya. 2004. Intisari Kimia Farmasi Edisi ke 2. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC
Rahayu, Suparni Setyowati. 2009. Ekstraksi Cair. Situs Resmi Kimia Indonesia :
Chem-is-try.org
Steensma, DP. 2001. "Congo" red: out of Africa? Archives of Pathology and
Laboratory Medicine 125(2):250252.
Sumarmi. 2006. Botani dan Tinjauan Gizi Jamur Tiram Putih. Jurnal Invasi
Pertanian.
Underwood & Day, RA. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga
Yap & Ng. 2001. New Method For Extracting Lentinan from Lentinus Edodes
59
LAMPIRAN
60
disimpan dalam tabung Polipropilen pada suhu -20oC, larutan stabil selama ~2
tahun.
deionisasi, larutan ini stabil selama > 2 tahun pada suhu 4oC. Kemudian
dicampurkan ke dalam botol 4 (Reagen GOPOD), larutan ini stabil selama 2-3
tahun pada suhu 4oC dalam botol gelap atau > 12 bulan pada suhu -20oC.
61
62
Keterangan :
63
Jamur Tiram
Total glukan = E x F x 100/0,1 x 1/1000 x 100/W x 162/180
= 48,1196
-glukan = E x F/W x 90
= 0,024 x 0,915 x 90
= 1,9786
= 48,1196 1,9786
= 46,1428
Yeast
= 54,8164
-glukan = E x F/W x 90
= 0,5155
64
= 54,8164 - 0,5155
= 54,3009
65
Sampel A1 A2 A3 Arata-rata
Blanko 0 0 0 0
P1 0,182 0,192 0,184 0,186
P2 0,180 0,181 0,176 0,179
66
Y = 5.10-6x + 0,062
P1
= 0,124 / 5.10-6
= 24800 ppm
P1 = 0,0287g / 2mL
= 14350 ppm
= 172,82%
P2
X = (0,179-0,062) / 5.10-6
= 0,117 / 5.10-6
= 23400 ppm
= 163,06%
67