PROPOSAL DISERTASI
Firzawati
NPM : 0806475486
PROGRAM DOKTORAL
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERISTAS INDONESIA
2014
DAFTAR ISI
BAB I..............................................................................................................................3
PENDAHULUAN............................................................................................................3
1.1. Latar Belakang....................................................................................................3
BAB II...........................................................................................................................10
TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................10
2.1. ROKOK..............................................................................................................10
Hasil laporan Riset kesehatan dasar nasional tahun 2013 menyatakan bahwa
perilaku merokok penduduk 15 tahun keatas masih belum terjadi penurunan dari
2007 ke 2013, bahkan cenderung meningkat dari 34,2 persen tahun 2007 menjadi
36,3 persen tahun 2013. Dijumpai 64,9 persen laki-laki dan 2,1 persen perempuan
masih menghisap rokok pada tahun 2013 (konsumsi tembakau indonesia terakhir)
Usia mulai merokok di Indonesia relatif tergolong muda. Survey Global Youth
Tobacco 2006 menemukan bahwa diantara siswa usia 13 - 15 tahun 24% laki laki
dan 4% perempuan mempunyai kebiasaan merokok. diantara mereka yang pernah
mencoba merokok sekitar 1 dari 3 laki laki dan 1 dari 4 perempuan mencoba
merokok untuk pertama kalinya sebelum usia 10 tahun (WHO, Global Youth Tobacco
Survey Fact Sheet , 2009) konsumsi tembakau di usia muda
Enam dari sepuluh perokok usia 13 - 15 tahun tersebut memmbeli rokok
dengan mudah di toko dengan akses dan ketersediaan yang mudah. dan
kencendrungan usia mulai merokok terus turun ke usia yang lebih muda lagi
(Kemenkes, 2004)
faktor faktor yang mempengaruhi usia muda merokokk serta dampak merokok
usia muda
Penduduk muda yang mulai merokok dapat menjadi kebiasaan seumur hidup
tanpa pemahaman tentang akibat kebiasaan itu pada kesehatannya.
upaya pengendalian tembakau usia muda dan manfaat pengendalian di usia
muda
Mencegah remaja mulai merokok dapat lebih memberikan dampak
pencegahan yang lebih besar atas kematian. Pencegahan efektif terhadap perilaku
merokok kretek dan membantu mereka yang ingin berhenti akan dapat memberikan
manfaat kesehatan yang besar untuk populasi dan individu.mempromosikan dan
mendukung program berhent merokok sebaiknya menjadi prioritas kebijakan
kesehatan di seluruh negara dan pada seluruh tatanna medis (Britton, 2004).
Dengan demikian, upaya harus difokuskan tidak hanya pada kegiatan program
pencegahan khusus merokok untuk remaja, tetapi juga merancang intervensi
penghentian merokok khusus untuk remaja yang merokok. Intervensi yang dirancang
untuk kelompok usia ini sangat diperlukan. Upaya ini harus didasarkan pada
penelitian yang berhubungan dengan karakteristik perokok (yaitu, usia mulai
merokok, tingkat merokok, dan kesulitan-kesulitan untuk berhenti) remaja (Kishchuk,
Tremblay, Lapierre, Heneman, & O "Loughlin, 2004; Lawrence, Fagan, Backinger,
Gibson & Hartman, 2007; Rigotti, Lee, & Wechsler, 2000).
Global Adult Tobacco Survey (GATS) merupakan standard global yang secara
sistematik memonitor penggunaan tembakau (perilaku merokok) pada orang dewasa
dan mencatat indikator kunci pengendalian tembakau. GATS di Indonesia
dilaksanakan secara nasional pada tahun 2011. GATS mensurvei pada tingkat rumah
tangga dari seluruh pria dan wanita berusia minimal 15 tahun dan diatasnya. GATS
didesain untuk menghasilkan data yang dapat dibandingkan untuk seluruh negara,
berdasarkan tempat tinggal ( kota/ desa) dan berdasarkan jenis kelamin (pria dan
wanita). GATS di Indonesia dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
Indonesia), bekerjasama dengan Badan Lembaga Penelitian dan Pengembangan
KemenKes RI dengan bantuan teknis dari World Health Organization (WHO) dan the
United States Centers for Disease Control and Prevention (CDC).
2) Mengkaji apakah berdasar data GATS 2011, faktor usia berkaitan dengan
3) Mengkaji apakah berdasar data GATS 2011, faktor tempat tinggal berkaitan
Indonesia?
sebagai rumah tanpa asap rokok (smoke free home) dan juga menjadikan
Rumah (ARDaR).
legislatif, eksekutif dan judikatif untuk membuat dan menegakkan aturan atau
kampanye kendaraan tanpa asap rokok (smoke free car) dan rumah tanpa
2.1. ROKOK
kertas atau bahan tipis lainnya dengan ukuran 70 hingga 120 mm, diameter sekitar
10 milimeter bergantung jenis dan tipe rokoknya. rokok ini berisi dau daun tembakau
yang telah dicacah. Merokok merupakan kegiatan membakar pada salah satu
ujungnya dan dibiarkan membara kemudian asapnya dapat hirup lewat ujung lainnya
Rokok biasanya dijual dalam bentuk kemasan kertas atau kotak sehingga
dapat dengan mudah dimasukan ke saku atau kantong baju. dan sejak beberapa
tahun terakhir bungkusan rokok ini telah disertai dengan pesan kesehatan yang
(Jaya, 2009)
awalnya.Rokok pertama kali digunakan oleh bangsa Maya, Aztek dan Indian di
Amerika untuk ritual pemujaan dewa ataupun roh. Sedangkan di Indonesia, pada
mulanya rokok dibuat dalam usaha pencarian obat asma. Namun saat ini, merokok
perbedaan ini didasarkan pada bahan pembungkus rokok, bahan baku atau isi rokok,
a. Rokok putih adalah rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun
tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan rasa dan aroma tertentu
b. Rokok Kretek adalah rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun
tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan
aroma tertentu
c. Rokok klembak adalah rokok yang bahan bakunya atau isinya berupa daun
adalah rokok yangh proses pembuatannya dengan cara digiling atau dilinting
keluaran yang dihasilkan mesin pembuat rokok berupa rokok batangan. saat
ini mesin pembuat rokok telah mampu menghasilkan keluaran sekitar enam
ribu sampai delapan ribu batang permenit. mesin pembuat rokok biasanya
a. Rokok filter yakni rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus
b. Rokok non filter yakni rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat
gabus
2.1.3 Kandungan Rokok
yang tengah dibakar adalah 90 0C untuk ujung rokok yang dibakar dan 30 0 C untuk
ujung rokok yang terselip di antara bibir perokok. Asap rokok yang diisap atau asap
rokok yang dihirup melalui dua komponen yang lekas menguap berbentuk gas dan
demikian, asap rokok yang diisap dapat berupa gas sejumlah 85% dan sisanya
Asap rokok yang diisap melalui mulut disebut mainstream smoke, sedangkan
asap rokok yang terbentuk pada hujung rokok yang terbakar serta asap rokok yang
mengandung 4000 jenis bahan kimia berbahaya dalam rokok dengan berbagai
mekanisme kerja terhadap tubuh. Dibedakan atas fase partikel dan fase gas. Fase
hidrokarbon, logam berat dan karsinogenik amin. Sedangkan fase yang dapat
Beberapa bahan kimia yang terdapat di dalam rokok dan mampu memberikan
efek yang mengganggu kesehatan antara lain nikotin, tar, gas karbon monoksida dan
berbagai logam berat seseorang akan terganggu kesehatan bila merokok secara
terus menerus. Hal ini disebabkan adanya nikotin di dalam asap rokok yang diisap.
Nikotin bersifat adiktif sehingga bisa menyebabkan seseorang menghisap rokok
sepuluh kali isapan dan menghabiskan 20 batang rokok sehari, berarti jumlah isapan
rokok per tahun mencapai 70.000 kali. Nikotin bersifat toksis terhadap jaringan syaraf
juga menyebabkan tekanan darah sistolik dan diastolik. Denyut jantung bertambah,
kontraksi otot jantung seperti dipaksa, pemakaian oksigen bertambah, aliran darah
pada pembuluh darah koroner bertambah dan vasokontriksi pembuluh darah perifer.
Nikotin meningkatkan kadar gula darah, kadar asam lemak bebas, kolestrol LDL dan
Tar mempunyai bahan kimia yang beracun yang bisa menyebabkan kerusakan
pada sel paru-paru dan menyebabkan kanker. Rokok juga mengandung gas karbon
membawa oksigen. Gas ini bersifat toksis yang bertentangan dengan gas oksigen
Merokok bukanlah penyebab suatu penyakit, tetapi dapat memicu suatu jenis
mengakibatkan kematian. Berbagai jenis penyakit dapat dipicu karena merokok mulai
dari penyakit di kepala sampai dengan penyakit di kaki. Penyakit yang bisa
Faktor yang mempengaruhi tinggi risiko terkena kanker paru adalah usia
perokok, usia perokok itu mulai merokok dan jumlah rokok yang diisap dalam satu
hari. Risiko terkena kanker paru meningkat 3.62 kali lipat dengan peningkatan usia
perokok sebanyak 10 tahun. Risiko terkena kanker paru meningkat 2.82 kali lipat
dengan peningkatan jumlah rokok yang diisap dalam sehari. Risiko terkena kanker
paru menurun 0.332 kali lipat dengan peningkatan usia sebanyak 10 tahun perokok
Sekitar 85% penderita penyakit paru-paru yang bersifat kronis dan obstruktif
misalnya bronchitis dan emfisema ini adalah perokok. Gejala yang ditimbulkan pada
penyakit paru dan obstruktif berupa batuk kronis, berdahak dan gangguan
pernafasan. Apabila diadakan uji fungsi paru maka pada perokok, fungsi parunya
Rokok merupakan faktor risiko penyakit paru obstruktif menahun yang utama.
hipertrofi kelenjar mukosa. Mekanisme kerusakan paru akibat merokok melalui dua
tahap yaitu peradangan yang disertai kerusakan pada matriks ekstrasel dan
rokok adalah melalui radikal bebas yang dikeluarkan oleh asap rokok (Amin, 1996)
Pada wanita hamil yang perokok, akan terjadi efek pada janin dalam
kandungannya. Merokok pada wanita hamil memberi risiko yang tinggi untuk
terjadinya keguguran, kematian janin, kematian bayi sesudah lahir dan kematian
mendadak pada bayi (Sitepoe, 2000). Chanoine J.P (dalam Sitepoe, 2000)
mengurangi peluang seseorang untuk memiliki anak. Fertilitas pria ataupun wanita
perokok akan mengalami masa menopause lebih cepat dibandingkan wanita yang
tidak merokok.
mengeriput terutama di daerah wajah. Mekanisme ini terjadi akibat bahan kimia yang
dijumpai didalam rokok yang mengakibatkan vasokontriksi pembuluh darah tepi dan
di daerah terbuka misalnya pada wajah. Bagi mereka yang berkulit putih, kulit
Selain itu, rokok juga bisa menjadi penyebab polusi udara dalam ruangan.
Asap rokok menjadi penyebab paling dominan dalam polusi ruangan tertutup. Rokok
memberikan polutan berupa gas dan logam-logam berat. Gangguan akut dari polusi
ruangan dengan rokok adalah bau yang kurang menyenangkan serta menyebabkan
iritasi mata, hidung dan tenggorokan. Bau polusi rokok akan mempengaruhi rasa
tidak enak badan. Bagi penderita asma, polusi ruangan akan memicu terjadinya
pasif yaitu orang yang berada berdekatan dengan perokok yang turut mengisap asap
rokok (Sidestream smoke). Seorang perempuan yang mempunyai suami yang
mengisap rokok mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk mengidap kanker paru
berbanding dengan perempuan yang tidak mempunyai suami yang merokok (Taufik,
2000).
2.1.2 Epidemiologi
Menurut kajian global oleh WHO, didapati jumlah perokok di seluruh dunia
setidaknya berjumlah 1,1 milyar individu dan 80 persen diantaranya berada di negara
22,7% merokok setiap hari, 5,5% merokok kadang-kadang yang mencapai jumlah 62
juta jiwa. Jika dilihat pada laki-laki, hampir separuh penduduk laki laki merokok setiap
hari (45,8%) dengan rata-rata 12 batang rokok yang dihisap setiap harinya.
Hal yang cukup mengkhawatirkan adalah karena 52,6% perokok berusia 15-23
tahun, yang adalah usia remaja hingga produktif. Usia produktif dengan rokok
memang menjadi hal yang saling mempengaruhi. Di satu sisi, usia produktif ini
Rokok memberi dampak yang meluas dari kehidupan seseorang, mulai dari
berdampak pada kesehatan hingga pada penurunan kesejahteraan, yang lebih lanjut
batang rokok yang dibakar akan menyebarkan lebih dari empat ribu bahan kimia
gangguan yang serius. Efek buruk rokok itu tidak terbatas hanya terjadi pada perokok
itu sendiri (perokok aktif), namun juga kepada orang yang berada di sekitarnya
(perokok pasif). Baik perokok aktif maupun pasif, asap rokok yang dihirupnya akan
laringitis, bronkitis, hingga di paru dapat menginduksi kanker paru, penyakit paru
ulkus lambung hingga pankreatitis. Lebih dalam dari sekedar saluran yang dilaluinya,
kandungan rokok dapat masuk ke sirkulasi, menyebabkan penyempitan arteri,
gangguan dinding arteri dan menyebabkan penyakit jantung koroner dan stroke.11
Tidak hanya itu, merokok dapat menyebabkan gangguan dan penyakit kejiwaan
(SUSENAS), 27,3% perokok berasal sari status ekonomi kurang, dan pada rumah
tangga miskin ini, konsumsi untuk rokoknya menduduki rangking kedua (12,43%)
limabelas kali lebih besar untuk membeli rokok daripada membeli lauk pauk, serta
enam kali lebih besar dari pendidikan dan kesehatan.6 Selain pengeluaran yang
tembakau berupa biaya kesehatan, pengobatan dan kematian mencapai 126,4 triliun
rupiah.7
Pemerintah telah mengambil langkah dalam penanganan rokok yang tertuang pada
kadar nikotin dan tar pada sisi kecil, kode produksi, dan tulisan peringatan kesehatan
Peringatan kesehatan ini harus dituliskan dalam bentuk tulisan berbunyi Merokok
dengan sisi lebar tiap kemasan rokok, warna kontras dengan dasar tulisan, dengan
Studi yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia (PPK
UI) yang dibantu oleh Yayasan Jantung Indonesia (YJI) dan The Southeast Asia
Tobacco Control Alliance (SEATCA) menunjukkan bahwa meski lebih dari 90 persen
masyarakat pernah membaca peringatan kesehatan pada bungkus rokok, tapi 42,5
persen dari mereka tidak percaya karena tidak melihat bukti, sebanyak 25 persen
positif, perasaan negatif, perokok adiktif, dan perokok rutinitas. Perokok yang
dipengaruhi perasaan positif akan merasakan panambahan rasa yang positif, berupa
sudah didapat, misalnya merokok setelah makan atau minum kopi; Stimulation to
pick them up, adalah perilaku merokok yang dilakukan sekedar untuk menyenangkan
perasaan; Pleasure of handling the cigarette, adalah kenikmatan yang diperoleh
negatif seperti marah, cemas, dan gelisah dapat dihilangkan dengan rokok sehingga
mereka hanya merokok untuk terhindar dari perasaan yang lebih tidak enak. Bentuk
perilaku yang ketiga adalah perilaku merokok yang adiktif. Hal ini terjadi akibat
menambah dosis rokok yang digunakansetiap saat setelah efek dari merokok yang
terhadap zat adiktif yang terdapat pada rokok. Bentuk perilaku terakhir yang
merupakan model paling banyak di Indonesia, adalah merokok yang sudah menjadi
kebiasaan. Orang pada tipe ini menjadikan kegiatan merokok merupakan hal yang
menjadi kebiasaan mereka. Dapat dikatakan pada tipe ini, merokok menjadi
kebiasaan rutin.14
Pada awalnya, seorang calon perokok akan mengalami tahap preparatory. Pada
mendengar, melihat dan hasil bacaan yang menimbulkan minat merokok. Kemudian
akan tiba saat initiation, saat pertama kali seseorang mecoba merokok. Pada saat ini,
seseorang akan memutuskan untuk menjadi seorang perokok atau tidak. Jika
yang dikonsumsi meningkat, saat sudah menyentuh angka empat batang dengan
kecenderungan untuk merokok, maka memasuki tahapan becoming a smoker dan
mengalami banyak kesulitan untuk berhenti. Maka dari itu, sebenarnya periode
intervensi memotong jalur ini adalah pada saat sebelum becoming a smoker,
terutama pada tahapan preparatory dan initiation. Hal ini berdasar ide bahwa
sebelum menjadi perokok rutin, maka perokok belum memiliki ketergantungan dan
oleh berbagai macam faktor. Dari berbagai macam faktor tersebut, terdapat tiga
untuk mengikuti jejak yang sama dengan keluarganya tersebut. Hal ini didasari oleh
psikologis serta minimnya edukasi. Orang tua dan saudara dekat dikaitkan sebagai
model imitasi utama kehidupan seorang individu, termasuk kebiasaan merokok yang
dimilikinya. Merokok dinilai sebagai sebuah kebiasaan normal yang wajar dilakukan
oleh semua orang, bahkan terdapat anggapan bahwa seorang anak dikatakan
dewasa jika telah merokok.15 Penelitian oleh Sumiyati, dkk pada tahun 2007
menemukan bahwa anak yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia,
hukuman fisik yang keras lebih mudah menjadi perokok dibandingkan anak-anak
Pergaulan pun memberikan peranan sangat besar dalam kebiasaan merokok. Bila
semakin banyak remaja yang merokok maka makin besar kemungkinan teman-
temannya adalah perokok dan demikian sebaliknya. Ditemukan bahwa 87% remaja
perokok memiliki sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat perokok.14 Hal ini
terjadi terutama pada usia remaja ke atas, saat seorang anak mulai memisahkan diri
dari orang tua dan bergabung pada kelompok sebaya. Kebutuhan untuk diterima
seringkali membuat remaja berbuat apa saja agar dapat diterima, dan terbebas dari
Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri
dari rasa sakit fisik maupun jiwa, dan membebaskan diri dari kebosanan.14 Selain
itu, faktor kepribadian dapat dijadikan prediktor perilaku merokok dan kemungkinan
terpengaruh iklan, dengan melihat iklan di media masa dan elektronik yang
maupun memberi tanda-tanda lain yang keliru dan menyesatkan yang memberikan
kesan yang salah tentang karakteristik, efek kesehatan, bahaya dan emisi termasuk
tiap perkataan, uraian, cap, gambar atau tanda yang secara langsung atau tidak
langsung menciptakan kesan yang salah bahwa produk tembakau tertentu kurang
berbahaya dibanding produk tembakau lainnya termasuk pernyataan low tar, light,
dokter yang merawatnya untuk berhenti, disamping alasan lain seperti pengaruh
keluarga, teman, diri sendiri saat melihat diri dalam cermin dengan rokok,menyadari
Perokok juga akan mulai berfikir untuk berhenti merokok setelah mengetahui bahaya,
dan didorong rasa takut akan penyakit yang akan dideritanya secara jelas, dan
tidak benar-benar memahami bahaya yang ditimbulkan rokok dan merasa bahwa
hingga kematian), kerentanan dirinya (mis.hal ini dapat terjadi pada anda), respon
yang dimilikinya, didasari oleh rasa takut dan penolakan terhadap kondisi
minggu.16 Perlu diingat, metode yang dilakukan pada perokok dalam usahanya
berhenti terkadang terbentur dengan gejala kecanduan. Maka dari itu dapat
dilakukan terapi penggantian nikotin, permen karet nikotin, pill Chantix (yang bekerja
nikotin).16
Prinsip yang mendasar pada seorang perokok adalah kecanduan nikotin dan pernah
merasakan efek yang diberikan oleh rokok. Kemudian, perokok yang memutuskan
untuk berhenti juga terpengaruh oleh media promosi anti-rokok yang kurang
seperti itu.16,19
Penjelasan paling jelas dan sering terjadi pada kegagalan ini adalah pengaruh
berhenti merokok akan merasa sakit, sulit berkonsentrasi, tidak dapat beristirahat
yang lebih sering terjadi pada wanita. Gangguan lain yang akan dialami oleh
penghenti merokok ini adalah kebiasaan dan lingkungan, terutama apabila orang-
dirasakannya saat ini dapat menghilang dengan merokok. Keadaan ini menyebabkan
Menurut Indonesia Global Youth Tobacco Survey 2006 yang sampelnya adalah
murid SMP umur 13-15 tahun di Jawa dan Sumatera- 1 dari 10 murid (12.6%)
menghisap rokok (current smoker), dengan prevalensi pria (24.5%) secara bermakna
lebih lebih tinggi dari wanita (2.3%). Menurut Tobacco Atlas, pada tahun 2008
Indonesia telah menjadi salah satu negara yang persentase pria perokoknya tertinggi
di dunia yaitu 60 % (Aditama, Julianti, K, & C.W, 2008) Dengan mengkonsumsi 182
miliar batang pada tahun 2002, mengkonsumsi 239 milyar batang rokok pada tahun
2007, Indonesia berada pada peringkat ke lima dari 5 negara konsumen rokok
II. B. Remaja
II. B.1. Pengertian Remaja
Istilah Adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata
Belanda, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti tumbuh atau tumbuh
menjadi
dewasa (dalam Hurlock, 1999). Istilah adolescence, seperti yang
dipergunakan saat
ini mempunyai arti yang luas mencakup kematangan mental, emosional, spasial
dan
fisik.
Piaget (dalam Hurlock, 1999), mengatakan bahwa secara psikologis masa
remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa,
usia
dimana anak tidak merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua,
melainkan
berada di dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak.
Hurlock (1999), menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa peralihan dari
masa kanak-kanak ke masa dewasa, di mulai saat anak secara seksual matang
dan
berakhir saat ia mencapai usia matang secara hukum.
Remaja juga didefinisikan sebagai suatu periode perkembangan dari
transisi
antara masa anak-anak dan dewasa, yang diikuti oleh perubahan biologis,
kognitif,
dan sosioemosional (Santrock, 1998). Sedangkan menurut Monks (1999), remaja
adalah individu yang berusia antara 12-21 tahun yang sudah mengalami
peralihan dari
masa anak-anak ke masa dewasa, dengan pembagian 12-15 tahun adalah masa
remaja
awal, 15-18 tahun adalah masa remaja penengahan, dan 1821 tahun adalah
masa
remaja akhir.
Indri Kemala Nasution : Perilaku Merokok Pada Remaja, 2007
USU Repository 2008
Peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah dari apa yang telah
terjadi sebelumnya. Tetapi peralihan merupakan perpindahan dari satu
tahap perkembangan ke tahap perkembangan berikutnya, dengan
demikian dapat diartikan bahwa apa yang telah terjadi sebelumnya akan
meninggalkan bekas pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan
datang, serta mempengaruhi pola perilaku dan sikap yang baru pada
tahap berikutnya.
3. Masa remaja sebagai periode perubahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar
dengan tingkat perubahan fisik. Perubahan fisik yang terjadi dengan
pesat diikuti dengan perubahan perilaku dan sikap yang juga berlangsung
pesat. Perubahan fisik menurun, maka perubahan sikap dan perilaku juga
menurun.
4. Masa remaja sebagai usia bermasalah
Setiap periode mempunyai masalahnya sendiri-sendiri, namun masalah
masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak
laki-laki maupun anak perempuan. Ada dua alasan bagi kesulitan ini,
yaitu :
a. Sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak-anak sebagian
diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru, sehingga kebanyakan
remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah.
b. Remaja merasa diri mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi
masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru-guru.
5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Pencarian identitas dimulai pada akhir masa kanak-kanak, penyesuaian
diri dengan standar kelompok lebih penting daripada bersikap
individualistis.Penyesuaian diri dengan kelompok pada remaja
awalmasih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan, namun
lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dengan kata lain
ingin menjadi pribadi yang berbeda dengan oranglain.
6. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
Anggapan stereotype budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak
rapi, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan berperilaku
merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan
Indri Kemala Nasution : Perilaku Merokok Pada Remaja, 2007
USU Repository 2008
dirinya. Pada tahap ini remaja berada dalam kondisi kebingungan karena
masih ragu harus memilih yang mana, peka atau peduli, ramai-ramai
atau sendiri, optimis atau pesimis, dan sebagainya.
Kelompok sosial yang paling sering terjadi pada masa remaja adalah (dalam
Hurlock, 1999) :
1. Teman dekat
Remaja biasanya mempunyai dua atau tiga orang teman dekat, atau
sahabat karib. Mereka terdiri dari jenis kelamin yang sama, mempunyai
minat dan kemampuan yang sama. Teman dekat saling mempengaruhi satu
sama lain.
2. Kelompok kecil
Kelompok ini terdiri dari kelompok teman-teman dekat. Pada mulanya,
terdiri dari seks yang sama, tetapi kemudian meliputi kedua jenis seks.
3. Kelompok besar
Kelompok ini terdiri dari beberapa kelompok kecil dan kelompok teman
dekat, berkembang dengan meningkatnya minat pesta dan berkencan.
Kelompok ini besar sehingga penyesuaian minat berkurang di antara
anggota-anggotanya. Terdapat jarak sosial yang lebih besar di antara
mereka.
4. Kelompok yang terorganisasi
Kelompok ini adalah kelompok yang dibina oleh orang dewasa, dibentuk
oleh sekolah dan organisasi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sosial
para remaja yang tidak mempunyai klik atau kelompok besar.
5. Kelompok geng
Remaja yang tidak termasuk kelompok atau kelompok besar dan merasa
tidak puas dengan kelompok yang terorganisasi akan mengikuti kelompok
geng. Anggotanya biasanya terdiri dari anak-anak sejenis dan minat utama
mereka adalah untuk menghadapi penolakan teman-teman melalui perilaku
anti sosial.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
III.A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa
perokok pada umumnya dimulai pada usia remaja (diatas 13 tahun). Ada
beberapa
faktor dan motif perokok, tetapi paling banyak disebabkan oleh faktor
psikologis dan
juga dalam mengatasi stres, jumlah rokok yang dikonsumsi berkaitan dengan
stres
yang mereka alami, semakin besar stress yang dialami, semakin banyak rokok
yang
mereka konsumsi. Selain itu dampak negatif dari merokok lebih banyak
daripada
dampak positif. Dampak negatif merokok dapat mendorong munculnya jenis
penyakit
yang dapay mengakibatkan kematian.
III.B. SARAN
Sebaiknya pemerintah mengadakan seminar atau penyuluhan mengenai
bahaya merokok, terutama pada remaja yang duduk di bangku SMP (diatas usia
13
tahun), karena berdasarkan penelitian yang dilakukan dan penelitian-
penelitian
sebelumnya, sebagian besar remaja merokok pertama kali ketika berusia 13
tahun.