PENYAKIT GASTRITIS
OLEH :
KUSNAWATI
00317021
Ns. Nur Haryanto, S.Kep Ns. Rizki Sari Utami M, S.Kep, M.Kep
TAHUN 2017
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYAKIT GASTRITIS
A. PENGERTIAN
1. Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan sub mukosa lambung (Sudoyo,2006)
2. Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang
dapat bersifat akut, kronis, difus atau local. Dua jenis gastritis yang sering terjadi adalah
gastritis superfisialakut dan gastritis atrofik kronis (Price dan Wilson, 2006).
3. Gastritis adalah peradangan pada mukosa lambung yang disebabkan oleh kuman
Helicobacter Pilory
Gastritis disebabkan oleh infeksi kuman Helicobacter Pilory dan pada awal infeksi, mukosa
lambung menunjukkan respon inflamasi akut dan jika diabaikan akan menjadi kronik
Kalsifikasi gastritis :
1. Gastritis akut yang terdiri dari gastritis akut tanpa perdarahan dan gastritis akut dengan
Gastritis akut berasal dari makan terlalu banyak atau terlalu cepat, makan makanan yang
terlalu berbumbu atau mengandung organisme penyebab penyakit, iritasi bahan semacam
alcohol, aspirin, NSAID, lisol serta bahan korosif lain, refluks empedu atau cairan
pancreas.
2. Gastritis kronis, inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau
3. Gastritis bacterial, disebut juga gastritis infeksiosa disebabkan oleh refluks dari
duodenum.
C. MANIFESTASI KLINIK
1. Gastritis akut : nyeri epigastrium, mual, muntah dan perdarahan terselubung maupun
nyata. Dengan endoskopi terlihat mukosa lambung hyperemia dan udem mungkin juga
komplikasi gastritis atofik seperti tukak lambung, defisiensi besi, anemia pernisiosa dan
karsinoma lambung.
D. PATOFISIOLOGI
Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan biasanya bersifat jinak dan
merupakan respons mukosa lambung terhadap berbagai iritan local. Patosfisiologi terjadinya
gastritis dan tukak peptic adalah bila terdapat ketidakseimbangan factor penyerang (ofensif)
dan factor pertahanan (defensive) pada mukosa gastroduodenal, yakni peningkatan factor
ofensif dana tau penurunan kapasitas defensive mukosa. Faktor ofensif tersebut meliputi
asam lambung, pepsin, asam empedu, enzim pancreas, infeksi helicobacter pillory yang
bersifat gram negative, OAINS, alcohol dan radikal bebas. Sedangkan system pertahanan
atau factor defensive mukosa gastro duodenal terdiri dari tiga lapis yakni elemen pre
termasuk ion hydrogen (Kumar, 2005). Lapis pertahanan kedua adalah sel epitel itu sendiri.
mempertahankan PH dan membuat ikatan antar sel. Lapisan pertahanan ketiga adalah aliran
darah dan lekosit. Komponen terpenting lapis pertahanan ini adalah mikrosirkulasi
Endotoksin bakteri setelah menelan makanan terkontaminasi, kafein, alcohol, dan aspirin
merupakan agen pencetus yang lazim.Infeksi H.Pilory lebih sering dianggap penyebab
gastritis akut, organisme tersebut melekat pada epitel lambung dan menghancurkan lapisan
mukosa pelindung dan meninggalkan daerah epitel yang gundul. Obat lain juga terlibat
misalnya OAINS( indomestasin, ibu profen, naproksen), sulfonamide, steroid dan digitalis.
Asam empedu, enzim, pancreas dan etanol juga diketahui mengganggu sawar mukosa
lambung. Apabila alcohol diminum bersama dengan aspirin maka efeknya akan lebih
merusak dibandingkan dengan efek masing-masing agen tersebut bila diminum secara
Obat-obatan (NISAD,
aspirin, sulfanomida, H. Pilory Kafein
steroid, digitalis)
Ketidakseimbangan Muntah
Nyeri akut nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh Kekurangan volume cairan
F. PENATALAKSANAAN
1. Gastritis akut
Faktor utama adalah dengan menghilangkan etiologinya, diet lambung dengan porsi kecil
dan sering. Obat-obatan ditujukan untuk mengatur sekresi asam lambung berupa
antagonis reseptor H2, inhibitor pompa proton, antikolinergik dan antacid juga ditujukan
tinggi, pengobatan terhadap penyakit yang mendasari dan menghentikan obat yang dapat
mencapai PH lambung 4. Meskipun hasilnya masih jadi perdebatan tetapi pada umumnya
tetap dianjurkan. Pencegahan ini terutama bagi pasien yang menderita penyakit dengan
keadaan klinis yang berat. Untuk pengguna aspirin atau anti inflamasi nonsteroid
Penatalaksanaan medical untuk gastritis akut dilakukan dengan menghindari alcohol dan
makanan sampai gejala berkurang. Bila gejala menetap diperlukan cairan intravena, bila
atas. Bila gastritis terjadi karena alkali kuat gunakan jus karena adanya bahaya perforasi.
2. Gastritis kronis
Faktor utama ditandai dengan kondisi progresif epitel kelenjar disertai sel parietal dan
chief cell. Dinding lambung menjadi tipis dan mukosa mempunyai permukaan yang rata,
gastritis kronis ini digolongkan menjadi 2 kategori tipe A (altrofik/ fundal) dan tipe B
(antral).
Tipe A disebut juga gastritis altrofik atau fundal karena gastritis ini terdapat pada bagian
fundus lambung. Gastritis tipe A merupakan penyakit auto imun yang disebabkan oleh
adanya autoantobodi terhadap sel parietal kelenjar lambung dan factor intrinsic. Tidak
adanya sel parietal dan chief cell dapat menurunkan sekresi asam dan menyebabkan
Tipe B disebut juga dengan gastritis antral karena umumnya mengenai daerah atrium
lambung dan lebih sering terjadi dibandingkan gastritis tipe A. Penyebab utama gastritis
tipe B adalah H. pillory. Faktror etiologi gastritis kronis lainnya adalah asupan alcohol
yang berlebihan, merokok dan refluks yang dapat mencetuskan terjadinya ulkus peptikum
dan karsinoma.
Pengobatan gastritis kronis bervariasi tergantung pada penyakit yang dicurigai. bila
terdapat ulkus duodenum dapat diberikan antibiotic untuk membatasi H. Pilory namun
demikian lesi tidak selalu muncul dengan gastritis kronis. Alkohol dan obat yang
diketahui mengiritasi lambung harus dihindari. Bila terjadi anemia defisiensi besi yang
disebabkan oleh perdarahan kronis maka penyakit ini harus diobati. Pada anemia
pernisiosa diatasi dengan memberikan vitamin B12 dan terapi yang sesuai. Gastritis
Amoksilin) dan garam bismuth (pepto bismol), pasien gastritis tipe A biasanya
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah. Tes ini dugunakan untuk mendeteksi adanya antibody H. Pilory
dalam darah. Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien pernah kontak dengan
bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien
tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia yang
2. Pemeriksaan pernafasan. Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri
3. Pemeriksaan Faeces. Tes ini memeriksa apakah terdapat H. Pilory dalam feces atau tidak.
4. Pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas. Dengan tes ini dapat terlihat adanya
ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar X.
5. Ronsen saluran cerna bagian atas. Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau
penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menenlan cairan barium terlebih
dahulu sebelum dilakukan ronsen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan
KASUS
1. Pengkajian
a. Anamnesa.
Adakah pasien mengalami nyeri ulu hati, tidak dapat makan, mual atau muntah
Gejala terjadi pada waktu kapan saja, sebelum atau sesudah makan, setelah
mencerna makanan pedas atau mengiritasi, setelah mencerna obat tertentu atau
alcohol
Apakah gejala berhubungan dengan cemas, alergi, stress, makan atau minum
Riwayat diet ditambah jenis diet yang dimakan selama 72 jam akan sangat
Apakah orang lain pada lingkungan pasien mempunyai gejala serupa, apakah
pasien memuntahkan darah dan apakah elemen penyebab yang diketahui telah
tertelan.
b. Pemeriksaan Fisik
(berkeringat).
e. Integritas Ego : Gejala berupa factor stress akut, persaan tidak berdaya yang ditandai
f. Eliminasi : gejala berupa perubahan pola defekasi/ karakteristik feces dengan tanda
nyeri tekan abdomen, distensi abdomen (peningkatan bunyi usus), diare dan
konstipasi.
g. Makanan/ cairan : Gejala berupa anorexia, mual, muntah, cegukan, tidak toleran
terhadap makanan dengan tanda : muntah, membrane mukosa kering, turgor kulit
menurun.
h. Neurosensori : Gejala berupa pusing, sakit kepala, terasa berdengung, status mental
i. Nyeri/ kenyamanan : Gejala berupa nyeri digambarkan tajam, dangkal, rasa terbakar,
perih, rasa ketidaknyamanan/ distress samar-samar setelah banyak makan dan hilang
setelah minum obat antasida, nyeri epigastrium kiri menyebar ketengah dan menjalar
tembus kepinggang 1-2 jam setelah makan (ulkus peptic), factor pencetus berupa
j. Keamanan : Gejala berupa alergi terhadap obat dengan tanda peningkatan suhu tubuh.
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukan cairan tidak cukup dan
3. Nyeri akut berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi (inflamasi mukosa lambung)
5. Gangguan pola istirahat dan tidur berhubungan dengan sakit kepala dan pusing
klien baik
tidur secara
normal, merasa
tidak kelihatan
lesu.
balik
tenang
penenang
Catatan:
1. Hindari minuman alcohol karena dapat mengiritasi lambung sehingga terjadi inflamasi
dan perdarahan.
2. Hindari merokok karena dapat mengganngu lapisan dinding lambung sehingga lambung
lebih mudah mengalami gastritis dan tukak/ ulkus. Dan rokok dapat meningkatkan asam
4. Makan makanan yang kaya akan buah dan sayur namun hindari sayur dan buah yang
5. Jangan berbaring setelah makan untuk menghindari refluks (aliran balik asam lambung.
6. Berolahraga secara teratur untuk membantu mempercepat aliran makanan melalui usus.
7. Bila perut mudah mengalami kembung (banyak gas) untuk sementara waktu kurangi
8. Makan dalam porsi sedang tetapi sering berupa makanan lunak dan rendah lemak dan
Jakarta
2. Amin Huda, 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis dan
Indonesia. Mocomedia.Yogyakarta