Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang metode metode eksplorasi air tanah dan
manfaatnya untuk masyarakat.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua piha yang telahm
berkontribusidalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Kendari,12 Desember 2017

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Air adalah salah satu kebutuhan dasar semua makhluk hidup terutama bagi
manusia. Pertumbuhan penduduk dan kemajuan pembangunan menyebabkan
meningkatnya kebutuhan akan air bersih. Sementara itu, kerusakan lingkungan dan
pencemaran telah menyebabkan sumber air bersih di permukaan terus berkurang.
Sebagai solusinya manusia mulai mengeksplorasi dan mengeksploitasi air bawah
permukaan bumi untuk memenuhi kebutuhan terhadap air bersih.
Metode yang sering digunakan untuk menduga kondisi air bawah tanah
adalah metode geolistrik tahanan jenis. Pada metode ini, arus listrik diinjeksi ke
dalam bumi melalui dua elektroda arus, kemudian mengukur nilai tegangan dengan
melalui dua elektroda potensial menggunakan alat resistivitymeter. Terdapat
berbagai macam aturan yang dipakai untuk menempatkan keempat elektroda
tersebut di atas. Aturan-aturan penempatan keempat elektroda tersebut dalam istilah
geofisika biasa disebut dengan konfigurasi elektroda. (Hendrajaya, 1990).
Meskipun terdapat berbagai macam jenis konfigurasi elektroda, tetapi yang sering
dipergunakan adalah konfigurasi elektroda Wennner, Schlumberger, Dipole-dipole
dan konfigurasi Rectangle. Konfigurasi elektroda Wenner dan Schlumberger
digunakan dalam pelaksanaan di lapangan yang tidak terlalu sulit (cukup datar dan
luas) dan penetrasi arus yang tidak terlalu dalam (Hendrajaya, 1990). Sedangkan
untuk bentangan yang tidak merata serta penetrasi arus yang dalam maka
digunakanlah konfigurasi elektroda Dipole-dipole. Konfigurasi elektroda
Rectangle sangat jarang digunakan karena pengaturannya yang sedikit sulit.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut
1. Bagaimana cara menentukan adanya air tanah dengan menggunakan metode
geolistrik ?
2. Bagaimana cara mengunakan metode geolostrik ?
1.3 TUJUAN
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut
1. Menentukan adanya air tanah dengan menggunakan metode geolistrik
2. Mengunakn metode geolistrik
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Air Tanah


Air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah didalam
mintakat jenuh (saturation Zone) dengan tekanan hidrostatis sama atau lebih besar
dari tekanan atmosfer. Kondisi air tanah dipengaruhi oleh iklim, kondisi geologi,
geomorfologi dan penutup lahan serta aktivitas manusia.

Kondisi air tanah dapat diketahui dari kondisi akuifer. Akuifer adalah suatu lapisan
batuan atau formasi geologi yang mempunyai struktur yang memungkinkan air
untuk masuk dan bergerak melaluinya dalam kondisi normal (Tood, 1980)
Menurut Suharyadi sebagian air tanah berasal dari air permukaan yang
meresap masuk kedalam tanah dan membentuk suatu siklus hidrologi. Air tanah
(ground water) air yang terdapat pada suatu lapisan batuan yang menyimpan dan
meloloskan air yang disebut akuifer. Air tanah dapat dibedakan kedalam dua jenis
yaitu air tanah bebas dan air tanah dalam. (Bakri, 2003).
Selain itu dikenal pula air tanah magnetik (Vulkanik) yang mempunyai
kedalaman sekitar 3-5 kilometer, air kosmik yang berasal dari meteorit, serta fosil
atau connate yakni air yang terperangkap dalam suatu cekungan dimana proses
terjadinya bersamaan dengan proses terjadinya proses sedimenasi yang berlangsung
secara alami dalam waktu pembentukan yang cukup lama. Air tanah merupakan
salah satu komponen dari suatu sistem peredaran air di alam yang disebut
siklus hidrologi. Siklus hidrologi sendiri adalah suatu proses sikulasi dan perubahan
bentuk dari air dialam yang berlangsung secara terus menerus, baik air yang berada
di laut, di atmosfer maupun yang berada di daratan.
Proses sirkulasi air di alam dan komponen-komponen yang berpengaruh
didalamnya merupakan suatu proses berjalan secara alami dan berkesinambungan.
Uap air dari permukaan tanah (danau, laut, sungai, kolam) dan transpirasi tumbuhan
akan bergerak naik ke atmosfer oleh proses pendinginan dan kondensasi menjadi
awan dan embun yang kemudian pada kondisi meteorologi tertentu terjadi proses
presipitasi berupa hujan.
Sebagian air hujan menguap kembali sebelum mencapai permukaan tanah
dan sebagian lainnya tertahan oleh tumbuhan sebagai intersepsi. Air hujan yang
jatuh dipermukaan tanah akan meresap ke dalam tanah/batuan sebagai infiltrasi dan
perkolasi yang kemudian tersimpan sebagai air tanah atau sebagai aliran bawah
permukaan. Oleh berbagai proses geologi tertentu air tanah atau aliran bawah
permukaan tanah tersebut dapat muncul ke permukaan dalam bentuk rembesan
ataupun sebagai mata air.
Sebagian air hujan yang tidak meresap ke dalam tanah/batuan menjadi air
limpasan yang selanjutnya mengisi danau, sungai, laut dan tubuh air permukaan
lainnya. Sedangkan sebagian air yang berada di dalam tanah pada bagian atas
maupun tubuh air permukaan dan tumbuhan akan menguap kembali sebagai
evapotraspirasi.
Pada proses sirkulasi air tersebut, volume air tanah di dalam zona
penyimpanan akan selalu berubah, karena terjadinya proses pengikisan kembali
(recharge) dan pengeluaran kembali (discharge). Pengisian kembali air tanah
berasal dari peresapan air hujan, tubuh air permukaan dan disamping itu dikenal
pula pengisian air tanah secara buatan. Besar volume pengisian kembali akan
tergantung pada luasan daerah pengisian.
Pengeluaran kembali terjadi apabila air tanah mengalir keluar dari zona
penyimpanan seperti rembesan, mata air, dan pemompaan air tanah. Pemompaan
atau pemanfaatan air tanah untuk berbagai keperluan baik keperluan rumah tangga,
industri, pertanian, perikanan dan lain-lainnya menjadi sangat penting oleh karena
itu pemenuhan kebutuhan dari sumber air permukaan sifatnya masih relatif terbatas.
Namun hingga saat ini air tanah untuk keperluan rumah tangga masih lebih besar
dibanding pemakai air lainnya.

B. Penyebaran Air Tanah


Pada dasarnya potensi air tanah sangat tergantung dari kondisi geologi
terutama yang berkaitan dengan konfigurasi akuifer, struktur geologi, geomorfologi
dan curah hujan. Dari jenis dan sebaran batuan berikut struktur geologi dapat
diketahui jenis dan sebaran akuifer yang ada walaupun demikian tidak semua
batuan berfungsi sebagai akuifer.
Pada zona tidak jenuh air berpori-pori terisi oleh air dan sebagian lagi terisi
sebagai air tanah. Air yang terdapat pada zona ini tidak termasuk dalam klasifikasi
air tanah. Sebaliknya pada zona jenuh air semua pori-pori terisi oleh air dan air yang
berada pada zona inilah yang disebut sebagai air tanah. Batas kedua zona tersebut
adalah suatu bidang yang disebut sebagai muka air tanah (water tabel).
Keterpadatan air tanah pada suatu daerah ditentukan oleh beberapa faktor
yaitu iklim/musim (banyak hujan dan evapotraspirasi)
a. Kondisi Penutup Lahan (Land Cover )
b. Kondisi Geomorfologi
c. Kondisi Geologi
d. Aktivitas Manusia
Sebagian besar air tanah berasal dari air hujan yang meresap masuk kedalam
tanah, air tanah tersebut disebut air meteorik. Selain air meteoric ada air lain yaitu
air JuvenileWater yang dapat diklasifikasikan menurut asalnya yaitu magnetic
water, volkanik water yang biasanya panas atau hangat dan mempunyai kandungan
sukfur yang tinggi dan cosmic berasal dari ruang angkasa bersama dengan meteorit.
Rejuvenate water adalah air yang berasal dari proses geologi seperti
kompaksi, metamorfosa dan sedimenasi ada dua jenis yaitu Metamorf
water dan Connate water. Connate water adalah air yang terperangkap dalam
endapan sewaktu terjadi proses pengendapan (air biasanya payau sampai asin),
(Suyono, 1995).

C. Sifat Batuan Terhadap Air Tanah


Menurut Krusseman (Bakri, 2003) ditinjau dari sifat dan prilaku batuan
terhadap air tanah terutama sifat fisik, struktur dan tekstur maka batuan dapat
dibedakan kedalam 4 (empat) macam :
a. Akuifer adalah lapisan batuan yang mempunyai susunan sedemikian rupa
sehingga dapat meyimpan dan mengalirkan air tanah yang cukup berarti seperti
batu pasir, dan batugamping
b. Akuiklud adalah lapisan batuan yang dapat meyimpan air akan tetapi tidak
dapat mengalirkan air tanah dalam jumlah yang cukup berarti seperti
lempung, shale, tuf halus
c. Akuitar adalah lapisan batuan yang dapat menyimpan air tetapi hanya dapat
mengalirkan air tanah dalam jumlah yang sangat terbatas seperti basal scoria,
serpih, napal, dan batulempung
d. Akuiflug adalah lapisan batuan yang tidak dapat menyimpan dan
mengalirkan air tanah seperti batuan beku dan batuan metamorf dan kalaupun
ada air pada lapisan batuan tersebut hanya terdapat pada kekar atau rekahan
batuan saja.
Apabila ditinjau dari sifat dan stratigrafi batuan di alam maka lapisan
akuifer dapat dibedakan, antara lain :
a. Unconfined akuifer (Akuifer bebas) adalah suatu akuifer dimana muka air
tanah merupakan bidang batas sebelah atas dari zona jenuh air. Air tanah yang
terdapat pada lapisan akuifer ini disebut air tanah tidak tertekan dimana muka
air tanahnya disebut muka air tanah pheartik
b. Confined akuifer (akuifer tertekan) adalah suatu akuifer dimana air tanahnya
terletak dibawah lapisan kedap air dan mempunyai tekanan lebih besar dari
pada tekanan atmosfer. Air tanah ini dibatasi oleh lapisan kedap air pada bagian
atas maupun bagian bawahnya. Muka air tanah artesis oleh karena dilakukan
pemboran maka muka air tanah akan bergerak naik ke atas mendekati
permukaan tanah atau memancar sampai pada keadaan tertentu.
c. Leakage akuifer (semi confined akuifer) adalah suatu lapisan akuifer dimana
air tanahnya terletak pada suatu lapisan yang bersifat setengah kedap air dan
posisi batuan akuifernya terletak antara akuifer bebas dan akuifer tertekan
d. Ferced aquifer (akuifer menggantung) adalah akuifer dimana massa air
tanahnya terpisah dari air tanah induk oleh lapisan yang relatife kedap air yang
tidak begitu luas dan terletak pada zona tidak jenuh air.
D. Karakteristik Air Tanah
Sifat dan karakteristik akuifer memegang peranan penting dalam hal
keterpadatan serta dalam upaya untuk memanfaatkan sumberdaya air tanah tersebut
. sifat dan karakteristik akuifer sebagai berikut:
1. Porositas
Porositas merupakan semua lubang yang tidak terbatas ukurannya pada
suatu massa batuan yang kemungkinannya bisa terisi oleh air. Besaran porositas
dinyatakan sebagai rasio atau perbandingan antara seluruh lubang (pori-pori
batuan) dengan isi total batuan dalam persen. Kapasitas lapisan pembawa air untuk
menyimpan air tanah ditentukan oleh porositas batuannya. Sedangkan besarnya
pori-pori batuan tergantung dari ukuran bentuk dan susunan fragmen batuan serta
tingkat pelarutan maupun retakan batuan.

2. Konduktifitas Hidrolik
Konduktifitas Hidrolik disebut juga sebagai permeabilitas (K=T/D) adalah
besarnya aliran air yang dapat disalurkan melewati satu satuan penampang akuifer
tegak lurus terhadap arah aliran air dalam satu satuan landaian hidrolika. Dalam
ilmu teknik terapan permeabilitas adalah merupakan unit kecepatan dari
kemampuan lapisan batuan untuk meloloskan air. Dengan kata lain bahwa
permeabilitas adalah parameter hidrolika yang menyatakan ukuran jumlah air yang
dapat diteruskan oleh media porous persatuan luas penampang. Konduktivitas
hidrolika dipengaruhi oleh porositas, ukuran butir dan distribusinya. Satuannya
dinyatakan dalam cm3/detik atau m3/hari.

3. Koefisien keterusan (Transmisivity = T)


Transmisivity adalah banyak air yang dapat mengalir melalui suatu lubang
vertikal akuifernya dan selebar satu unit panjang dengan landaian hidrolika satu
unit dimana satuannya adalah m2/jam atau m2/hari. Secara matematis dirumuskan
sebagai berikut T = K. D. pemompaan air tanah dari akuifer yang mempunyai nilai
T besar menyebabkan sifat depresi air tanah dangkal tetapi rediusnya luas
sedangkan sebaliknya apabila T kecil maka depresi air tanah relative lebih dalam
namun radiusnya sempit.

4. Koofisien Daya Simpan Air (storativity = S = Qs/A.D)


Storativity adalah volum air yang dapat disimpan atau dapat dilepaskan oleh
suatu akuifer setiap satu satuan luas akuifer pada satu satuan perubahan kedudukan
muka air tanah atau bidang piezometrik. Nilai kisaran Storativity antara 10-5 10-3.
nilai S pada akuifer bebas berbeda dengan nilai pada akuifer tertekan sedangkan
pada leakage aquifer tidak mempunyai dimensi. Pada akuifer bebas batasan hasil
jenis (Specific yield) sama dengan koefisien simpanan.
5. Hasil Jenis
Hasil jenis merupakan koefisien daya simpan air pada akuifer bebas yang
mempunyai nilai berkisar anatara 10-1 sampai dengan 10-2 dirumuskan sebagai :
a = Sy + Sr
Dimana a = Porositas
Sy = Spesific yield
Sr = Specific retention

6. Ketebalan Akuifer
Ketebalan akuifer merupakan jarak tegak lurus antara bidang yang
menjadi batas atas dan bawah dari suatu lapisan batuan yang mengandung air
tanah. Ketebalan akuifer dapat ditentukan dari berbagai pengamatan geologi serta
penelitian geofisika atau dengan kegiatan pengeboran.

E. Sifat Listrik Batuan


Aliran konduksi arus listrik didalam batuan/mineral digolongkan atas tiga
macam yaitu konduksi dielektrik, konduksi elektrolik dan konduksi elektronik.
Konduksi dielektrik terjadi jika batuan/mineral bersifat dielektrik terhadap aliran
arus listrik (terjadi polarisasi muatan saat bahan dialiri listrik). Konduksi elektrolik
terjadi jika batuan/mineral bersifat porous dan pori-pori tersebut terisi cairan-cairan
elektrolik. Pada kondisi ini arus listrik dibawa oleh ion-ion elektronik terjadi jika
batuan/mineral mempunyai banyak elektron bebas sehingga arus listrik dialirikan
dalam batuan/mineral oleh elektron bebas (Semester Break, 2003).
Berdasarkan harga resistiviti listriknya batuan/mineral digolongkan menjadi
tiga yaitu :
Konduktor baik : 10-6 < p < m
Konduktor buruk : 1 < p < 107 m
Isolator : p > 107 m

F. Metode Geolistrik
Dalam eksplorasi geofisika, metode geolistrik tahanan jenis merupakan
metode geolistrik yang mempelajari sifat resistivitas (tahanan jenis) listrik dari
lapisan batuan didalam bumi. Sebetulnya terdapat banyak metode eksplorasi
geofisika yang menggunakan sifat tahanan sebagai media/alat untuk mempelajari
keadaan geologi bawah permukaan.
Dalam metode metode geolistrik tahanan jenis dapat dibagi menjadi dua
kelompok besar, yaitu:
1. Metode Resistivitas Mapping
Metode ini merupakan metode resistivitas yang bertujuan untuk
mempelajari variasi tahanan jenis lapisan bawah permukaan secara horizontal, oleh
karena itu pada metode ini dipergunakan konfigurasi elektroda yang sama untuk
semua titik pengamatan bumi. Setelah itu baru dibuat kontur isoresistivitasnya.

3. Metode Resistivitas Sounding (drilling)


Metode ini juga biasa dikenal sebagai ResistivitaDrilling, Resistivitas Probing dan
lain-lain. Hal ini terjadi karena pada metode ini bertujuan untuk mempelajari variasi
resistivitas batuan dibawah permukaan bumi secara vertical.
Pada metode ini, pengukuran pada suatu titik sounding dilakukan dengan
jalan mengubah-ubah jarak elektroda. Perubahan jarak elektroda ini tidak dilakukan
secara sembarangan, tetapi mulai dari jarak elektroda kecil kemudian membesar
secara grundal. Jarak elektroda ini sebanding dengan kedalamn lapisan batuan yang
dapat diselidiki. Pada pengukuran sebenarnya, pembesaran jarak elektroda
mungkin dilakukan jika mempunyai suatu alat geolistrik yang memadai. Dalam hal
ini alat geolistrik tersebut harus dapat menghasilkan arus listrik yang cukup besar
atau alat tersebut harus cukup sensitif dalam mendeteksi benda potensial yang kecil
sekali. Oleh karena itu, alat geolistrik yang baik adalah alat yang dapat
menghasilkan arus listrik cukup besar dan mempunyai sensitifitas yang cukup
tinggi.
Pengukuran dengan menggunakan metode resistivitas (geolistrik) bertujuan
untuk memperoleh struktur resistivitas bumi. Struktur resistivitas bumi adalah
variasi harga resistivitas terhadap dari permukaan tanah (Awaluddin, 2004).
a. Pendekatan model pelapisan bumi
Bumi dapat dianggap terdiri dari beberapa lapisan sejajar (horizontal
layering) yang bersifat homogen isotropik untuk setiap lapisannya. Setiap lapisan
(strata) mempunyai nilai resistivitas (p-m) dan ketebalan (d-meter) tertentu.
Struktur resistivitas dapat dikaitkan terhadap strukrtur geologi melalui suatu
korelasi.
Struktur geologi memberikan gambaran terhadap arah dan susunan serta
jenis lapisan batuan. Korelasi antara struktur resistivitas terhadap struktur geologi
membutuhkan informasi geologi pada daerah survey. Korelasi tersebut akan
menghasilkan suatu pengelompokan harga resistivitas terhadap masing-masing
lapisan batuan serta bentuk strukturnya.
Jadi struktur resistivitas memberikan kontribusi terhadap struktur geologi
di suatu daerah secara lebih rinci, hal ini sangat bermanfaat jika informasi/data
geologi dari daerah survei sangat minim.
b. Akuisasi data di lapangan
Kualitas hasil penyelidikan metode geolistrik sangat bergantung terhadap
keakuratan dan kebenaran data lapangan yang diambil melalui suatu pengukuran
dengan menggunakan peralatan tertentu. Keakuratan dan kebenaran data resistivitas
adalah pencerminan terhadap besarnya simpanan dari nilai resistivitas semu yang
diukur terhadap kondisi dan bentuk pelapisan bumi sebenarnya.
c. Penerapan metode geolistrik
Keberhasilan penerapan metode ini bergantung kepada besarnya kontras
resistivitas dari sistem yang akan dipelajari atau dengan kata lain berapa besar
variasi resistivitas yang akan diukur dari obyek atau tujuan pekerjaannya.
Penerapan utama terhadap metode resistivitas yang telah berhasil :
1) Untuk memperoleh struktur geologi
2) Eksplorasi air tanah
3) Pendugaan Reservior panas bumi

G. Dasar Interpretasi
Secara teoritis setiap batuan memiliki daya hantar listrik dan harga tahanan
jenis masing-masing. Batuan yang sama belum tentu mempunyai nilai tahanan jenis
yang sama. Sebaliknya harga tahanan jenis sama bisa dimiliki oleh batuan-batuan
berbeda. Faktor-faktor yang berpengaruh antara lain: komposisi litologi, kondisi
batuan, komposisi mineral yang dikandung, kandungan benda cair dan faktor
eksternal lainnya. (Soenarto, 2003).
Beberapa aspek berpengaruh terhadap nilai tahanan jenis suatu batuan bisa
sebagai berikut :
Batuan sedimen yang bersifat lepas mempunyai nilai tahanan jenis lebih
rendah bila dibanding dengan batuan sedimen padu dan kompak
Batuan beku dan batuan metamorf mempunyai nilai tahanan jenis yang
tergolong tinggi
Batuan yang basah dan mengandung air, nilai tahanan jenisnya rendah dan
semakin lebih rendah lagi bila yang dikandungnya bersifat payau atau asin
Kandungan logam yang berada di sekitar lokasi pendugaan sangat
berpengaruh terhadap nilai tahanan jenis batuan.
Faktor luar seperti kabel, tiang listrik dan saluran pipa logam dapat
mempengaruhi hasil pengukuran di lapangan.
Tabel Daftar Nilai Resistivitas Berbagai Jenis Mineral
No Mineral Resistivitas ( m)
1 Tanah 1.000-10.000
2 Air Dalam Lapisan Alluvial 10-30
3 Air Sumber 50-100
4 Pasi Dan Kerikil Kering 1.000-10.000
5 Pasir Dan Kerikil Yang Mengandung Air Tawar 50-500
6 Pasir Dan Kerikil Yang Mengandung Air Asin 0.5-5
7 Air Laut 0.2
8 Napal 20-200
9 Batu Gamping 300-10.000
10 Batu Pasir Lempung 50-300
11 Batu Pasir Kuarsa 300-10.000
12 Tufa Gunung Api 0.5-5
13 Lava 100-300
14 Serpih 300-3.000
15 Geniss, Granit Selingan 100-1.000
16 Serpih Mengandung Grafit 0.5-5
17 Granit 1.000-10.000
18 Air Permukaan 80-200
19 Air Tanah 30-100
20 Konglomerat 100-500
21 Alluvium Dilivium
a. Lapisan Slit Lempung 10-200
b. Lapisan Pasir 100-600
100-1.000
c. Lapisan Pasir Dan Kerikil

22 Neo-Tersier
a. Batu Lumpur 20-200
b. Batu Pasir 50-500
100-500
c. Kelompok Andesit
200-2000
d. Kelompok Chert, Slate
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Seiring perkembangan waktu, ada banyak metode yang di yang digunakan
untuk mencari air tanah (eksplorasi air tanah). Salah satunya metode geolistrik,
metode geolistrik tahanan jenis merupakan metode geolistrik yang mempelajari
sifat resistivitas (tahanan jenis) listrik dari lapisan batuan didalam bumi. Sebetulnya
terdapat banyak metode eksplorasi geofisika yang menggunakan sifat tahanan
sebagai media/alat untuk mempelajari keadaan geologi bawah permukaan

Air adalah salah satu kebutuhan dasar semua makhluk hidup terutama bagi
manusia. Pertumbuhan penduduk dan kemajuan pembangunan menyebabkan
meningkatnya kebutuhan akan air bersih. Sementara itu, kerusakan lingkungan dan
pencemaran telah menyebabkan sumber air bersih di permukaan terus berkurang.
Sebagai solusinya manusia mulai mengeksplorasi dan mengeksploitasi air bawah
permukaan bumi untuk memenuhi kebutuhan terhadap air bersih.

3.2 Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya


penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas
dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung
jawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk
menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan.
Untuk bagian terakhir dari makalah adalah daftar pustaka. Pada kesempatan lain
akan saya jelaskan tentang daftar pustaka makalah.

DAFTAR PUSTAKA

Aryono, A.M. 2003. Metode Geofisika. Universitas Negeri Semarang, Semarang.

Hendrajaya. 1990. Metode Geofisika. Semarang: Universitas Negeri Semarang.


Silitonga dan Kastowo. 1975. Peta Geologi Lubuk Sikaping. Padang: Badan Pusat
Statistik kota Padang.

Sosrodarsono. 2006. Penentuan Lapisan Batuan dengan Metoda Geolistrik.


Penerbit Erlangga, Jakarta.

Wurtanto. 2007. Aplikasi Metode Geolistrik Tahanan Jenis Menentukan

Kedalaman Akuifer Air Tanah Menggunakan Konfigurasi Schlumberger.

Universitas Semarang, Semarang

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.3 TUJUAN

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Air Tanah

B. Penyebaran Air Tanah

C. Sifat Batuan Terhadap Air Tanah

D. Karakteristik Air Tanah

E. Sifat Listrik Batuan

F. Metode Geolistrik

G. Dasar Interpretasi

BAB III PENUTUP

1.4 Kesimpulan
1.5 Saran

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS HALU OLEO


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KHB EBUMIAN

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI

TUGAS GEOHIDROLOGI

OLEH :

DIMAS BAYU SAPUTRA Z.

R1C115032

KENDARI

2017

Anda mungkin juga menyukai