Anda di halaman 1dari 14

Medical

http://ababar.blogspot.co.id/2012/02/kebutu
han-cairan-tubuh-manusia.html
Sabtu, 04 Februari 2012
KEBUTUHAN CAIRAN TUBUH MANUSIA

PRINSIP PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

1. Kebutuhan Cairan Tubuh


a. Kebutuhan Cairan Tubuh Manusia
Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara fisiologis
kebutuhan ini memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh dengan hampir 90% dari total
berat badan.
Pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal, kulit, paru-
paru dan gastrointestinal
1) Ginjal
Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam pengaturan kebutuhan
cairan dan elektrolit.
2) Kulit
Kulit merupakan bagian penting dalam pengaturan cairan yang terkait dengan proses
pengaturan panas.
3) Paru-paru
Organ paru-paru berperan dalam pengeluaran cairan dengan menghasilkan insensible water
loss 400ml/hari.
4) Gastrointestinal
Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernan yang berperan dalam mengeluarkan
cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam keadaan normal, cairan yang
hilang dalam sistem ini sekitar 100-200 ml/hari.
Selain itu, pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui mekanisme rasa haus yang
dikontrol oleh system endokrin (hormonal), yakni anti diuretic hormone (ADH), sistem
aldosteron, prostaglandin, dan glukokortikoid.
a) ADH
Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat
mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh.
b) Aldesteron
Hormon ini diekresi oleh kelenjar adrenal ddi tubulus ginjal dan berfungsi pada absorbsi
natrium
c) Prostaglandin
Prostaglandin merupakan asam lemak yang terdapat pada jaringan yang berfungsi merespons
radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan gerakan
gastrointestinal.
d) Glukokortikoid
Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yng menyebabkan
volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.

b. Cara Perpindahan Cairan


1) Difusi
Difusi merupakan tercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas atau zat padat secara
bebas atau acak.
2) Osmosis
Osmosis adalah proses perpindahan pelarut murni (seperti air) melalui membrane
semipermeabel, biasanya terjadi dari larutan dengan konsentrasi yang kurang pekat ke larutan
dengan konsentrasi lebih pekat, sehingga larutan yang berkonsentrasi rendah volumenya akan
berkurang, sedangkan larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi akan bertambah volumenya.
3) Transpor aktif
Proses perpindahan cairan tubuh dapat menggunakan mekanisme transport aktif. Transport
aktif merupakan gerak zat yang akan berdifusi dan berosmosis yang memerlukan aktivitas
metabolic dan pengeluaran energi untuk menggerakkan berbagai materi guna menembus
membrane sel.

c. Faktor yang Berpengaruh dalam Pengaturan Cairan


Proses pengaturan cairan di pengaruhi oleh dua faktor yakni :
a) Tekanan cairan, proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan
b) Membran semipermiabel, merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul besar tidak
tergabung.

d. Jenis Cairan
1) Cairan zat gizi (nutrien)
Pasien yang istirahat di tempat tidur memerlukan kalori 450 kalori setiap hari. Cairan nutrien
dapat diberikan melalui intravena dalam bentuk karbohidrat, itrogen dan vitamin untuk
metabolisme. Kalori yang terdapat dalam cairan nutrien dapat berkisar antara 200-1500 kalori
perliter.
Cairan nutrien terdiri atas :
Karbohidrat dan air
Asam amino
Lemak
2) Blood volume expanders
Blood volume expanders merupakan jenis cairan yang berfungsi meningkatkan volume darah
sesudah kehilangan darah atau plasma.

e. Gangguan/masalah dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan


a) Hipovolume atau dehidrasi
Kekurangan cairan eksternal dapat terjadi karena penurunan asupan cairan dan kelebihan
pengeluaran cairan.
Ada tiga macam kekurangan volume cairan eksternal atau dehidrasi, yaitu:
1) Dehidrasi isotonic, terjadi jika kekurangan sejumlah cairan dan elektrolitnya yang seimbang.
2) Dehidrasi hipertonik, terjadi jika kehilangan sejumlah air yang lebih banyak daripada
elektrolitnya.
3) Dehidrasi hipotonik, terjadi jika tubuh lebih banyak kehilangan elektrolitnya daripada air.
Macam dehidrasi (kurang volume cairan) berdasarkan derajatnya :
a. Dehidrasi berat
Pengeluaran/ kehilangan cairan 4-6 L
Serum natrium 159-166 mEq/L
Hipotensi
Turgor kulit buruk
Oliguria
Nadi dan pernapasan meningkat
Kehilangan cairan mencapai > 10% BB
b. Dehidrasi sedang
Kehilangan cairan 2-4 l atau antara 5-10% BB
Serum natrium 152-158 mEq/L
Mata cekung
c. Dehidrasi ringan, dengan terjadinya kehiangan cairan sampai 5% BB atau 1,5 2 L.
b) Hipervolume atau overhidrasi
Terdapat dua manifestasi yang ditimbulkan akibat kelebihan cairan yaitu, hipervolume
(peningkatan volume darah) dan edema (kelebihan cairan pada interstisial).

2. Kebutuhan Elektrolit
Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh mengandung oksigen,
nutrient, dan sisa metabolisme (seperti karbondioksida), yang semuanya disebut dengan ion.
a. Komposisi elektrolit
Komposisi elektrolit dalam plasma sebagai berikut :
Natrium : 135 145 m Eq/L
Kalium : 3,5 - 5,3 m Eq/L
Klorida : 100 106 m Eq/L
Bikarbonat arteri : 22 - 26 m Eq/L
Bikarbonat vena : 24 - 30 m Eq/L
Kalsium : 4 5 m Eq/L
Magnesium : 1,5 - 2,5 m Eq/L
Fosfat : 2,5 - 4,5 mg/100ml
b. Jenis Cairan Elektrolit
Cairan elektrolit adalah cairan saline atau cairan yang memiliki sifat bertegangan tetap.
Cairan saline terdir dari cairan isotonic, hipotonik, dan hipertonik.
Konsentrasi isotonic disebut juga normal saline yang banyak dipergunakan.
c. Pengaturan Elektrolit
1) Pengaturan keseimbanga natrium
Natrium merupakan kation dalam tubuh yang berfngsi dalam pengaturan osmolaritas dan
volume cairan tubuh.
2) Pengaturan keseimbangan kalium
Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam cairan intrasel dan berfungsi mengatur
keseimbangan elektrolit.
Aldosteron juga berfungsi mengatur keseimbangan kadar kalium dalam plasma (cairan
ekstrasel). Sistem pengaturannya melalui tiga langkah:
a) Peningkatan konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel yang menyebabkan peningkatan
produksi aldosteron.
b) Peningkatan jumlah aldosteron akan memengaruhi jumlah kalium yang dikeluarkanmelalui
ginjal.
c) Peningkatan pengeluaran kalium; konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel menurun.
3) Pengaturan keseimbangan kalsium
Kalsium dalam tubuh berfungsi dalam pembentukan tulang
4) Pengaturan keseimbangan magnesium
Magnesium merupakan kation dalam tubuh yang terpenting kedua dalam cairan intrasel.
5) Pengaturan keseimbangan klorida
Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel, tetapi klorida dapat ditemukan pada
cairan ekstrasel dan intrasel. Fungsi klorida biasanya bersatu dengan natrium yaitu
mempertahankan keseimbangan tekanan osmotic dalam darah.
6) Pengaturan keseimbangan bikarbonat
Bikarbonat merupakan elektrolit utama dalam larutan buffer (penyangga) dalam tubuh.
7) Pengaturan keseimbangan fosfat (PO4)
Fosfat bersama-sama dengan kalsium berfungsi dalam pembentukan gigi dan tulang. Fosfat
diserap dari saluran pencernaan dan dikeluarkan melalui urine.
d. Gangguan /Masalah Kebutuhan Elektrolit
1) Hiponatremia, merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma darah
yang ditandai dengan adanya kadar natrium plasma yang kurang dari 135 mEq/L, mual,
muntah dan diare.
2) Hipernatremia, suatu keadaan dimana kadar natrium dalam plasma tinggi, yang ditandai
dengan adanya mukosa kering, oliguria/anuria, turgor kulit buruk dan permukaan kulit
membengkak, kulit kemerahan, lidah kering, dll.
3) Hipokalemia, merupakan suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah. Hipokalemia
ini dapat terjadi dengan sangat cepat. Sering terjadi pada pasien yang mengalami diare
berkepanjangan.
4) Hiperkalemia, merupakan suatu keadaan dimana kadar kalium dalam darah tinggi. Keadaan
ini sering terjadi pada pasien luka bakar, penyakit ginjal, asidosis metabolik. Hiperkalemia
dditandai dengan adanya mual, hiperaktifitas system pencernaan, dll.
5) Hipokalsemia, merupakan kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah. Hipokalsemia
ditandai dengan adanya kram otot dan karam perut, kejang,bingung, dll.
6) Hiperkalsemia, merupakan suatu keadaan kelebihan kadar kalsium dalam darah. Hal ini
terjadi pada pasien yang mengalami pengangkatan kelenjar gondok dan makan vitamin D
secara berlebihan. Hiperkalsemia ditandai dengan adanya nyeri pada tulang, relaksasi otot,
batu ginjal, dll, dan kadar kalsium daam plasma lebih dari 4,3 mEq/L.
7) Hipomagnesia, merupakan kekurangan kadar magnesium dalam darah. Hipomagnesia
ditandai dengan adanya iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan tangan, dll, serta kadar
magnesium dalam darah kurang dari 1,3 mEq/L.
8) Hipermagnesia, merupakan kelebihan kadar magnesium dalam darah. Hal ini ditandai
dengan adanya koma, gangguan pernapasan, dan kadar magnesium lebih dari 2,5 mEq/L.
9) Keseimbangan Asam Basa
Aktivitas tubuh memerlukan keseimbangan asam basa, keseimbangan asam basa dapat diukur
dengan pH (derajat keasaman). Dalam keadaan normal, nilai pH cairan tubuh 7,35 - 7,45.
keseimbangan dapat dipertahankan melalui proses metabolisme dengan sistem buffer pada
seluruh cairan tubuh dan melalui pernapasan dengan sistem regulasi (pengaturan di ginjal).
Tiga macam sistem larutan buffer cairan tubuh yaitu larutan bikarbonat, larutan buffer fosfat,
dan larutan buffer protein.
Jenis Asam Basa
Cairan basa (alkali) digunakan untuk mengoreksi osidosis. Keadaan osidosis dapat di
sebabkan karena henti jantung dan koma diabetikum. Contoh cairan alkali antara lain natrium
(sodium laktat) dan natrium bikarbonat. Laktat merupakan garam dari asam lemah yang dapat
mengambil ion H+ dari cairan, sehingga mengurangi keasaman (asidosis). Ion H+ diperoleh
dari asam karbonat (H2CO3), yang mana terurai menjadi HCO3 (bikarbonat) dan H+. selain
system pernapasan, ginjal juga berperan untuk mempertahankan keseimbangan asam basa
yang sangat kompleks.
10) Asidosis respiratorik, merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh karena kegagalan
system pernapasan dalam membuang karbondioksida dari cairan tubuh.
11) Asidosis metabolik, merupakan suatu keadaan kehilangan basa atau terjadi penumpukan
asam.
12) Alkalosis respiratorik, merupakan suatu keadaan kehilangan CO2, dari paru-paru yang dapat
menimbulkan terjadinya paCO2 arteri kurang dari 35 mmHg, pH lebih dari 7,45.
13) Alkalosis metabolik, merupakan suatu keadaan kehilangan ion hydrogen atau penambahan
cairan basa pada cairan tubuh dengan adanya peningkatan bikarbonat plasma lebih dari 26
mEq/L dan pH arteri lebih dari 7,45.

d. Faktor yang Memengaruhi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit


Kebutuhan cairan elektrolit dalam tubuh dipengaruhi oleh faktor=faktor :
1) Usia. Perbedaan usia menentukan luas permukaan tubuh dan aktivitas organ, sehingga dapat
memengaruhi jumlah kebutuhan cairan dan elektrolit.
2) Temperature yang tinggi menyebabkan proses pengeluaran cairan melalui keringat cukup
banyak, sehingga tubuh akan banyak kehilangan cairan.
3) Diet. Apabila tubuh kekurangan zat gizi, maka tubuh akan memecah cadangan makanan
yang tersimpan dalam tubuh sehingga terjadi penggerakan cairan dari interstisial ke
interseluler, yang dapat berpengaruh pada jumlah pemenuhan kebutuhan cairan.
4) Stress dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit, melalui proses
peningkatan produksi ADH karena pada proses ini dapat meningkatkan metabolisme
sehingga mengakibatkan terjadinya glikolisis otot yang dapat menimbulkan retensi natrium
dan air.
5) Sakit. Pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak, sehingga untuk memperbaikinya
sel membutuhkan proses pemenuhan cairan yang cukup.
e. Tindakan Untuk Mengatasi Masalah/Gangguan dalam Pemenuhan
Kebutuhan Cairan dan elektrolit
a) Pemberian cairan melalui infus
Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan memasukkan cairan melalui intravena
yang dilakukan pada pasien dengan bantuan perangkat infuse. Tindakan ini dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit, serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian
makanan.
Persiapan Bahan dan Alat :
Standar infuse
Perangkat infuse
Cairan sesuai dengan kebutuhan pasien.
Jarum infus/ abocath atau sejenisnya sesuai dengan ukuran
Pengalas
Tourniquet/pembendung
Kapas alkohol 70%
Plester
Gunting
Kasa steril
Betadine
Sarung tangan

Prosedur Kerja :
Cuci tangan
Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan.
Hubungakan cairan dan perangkat infuse dengan menusukkan ke dalam botol infuse (cairan).
Isi cairan ke dalam perangkat infuse dengan menekan bagian ruang tetesan hingga ruangan
tetesan terisi sebagian, kemudian buka penutup hingga selang terisi dan keluar udaranya.
Letakkan pengalas
Lakukan pembendungan dengan tourniquet.
Gunakan sarung tangan
Desinfeksi daerah yang akan ditusuk.
Lakukan penusukan dengan arah jarum ke atas.
Cek apakah sudah mengenai vena dengan ciri darah keluar melalui jarum infus/abocath.
Tarik jarum infus dan hubungkan dengan selang infus.
Buka tetesan.
Lakukan desinfeksi dengan betadine dan tutup dengan kasa steril.
Beri tanggal dan jam pelaksanaan infuse pada plester.
Catat respons yang terjadi.
Cuci tangan

Cara menghitung tetesan infus :


1) Dewasa : (makro dengan 20 tetes/ml)
Tetesan /menit = Jumlah cairan yang masuk
Lamanya infuse (jam) x 3
Atau
tetesan/menit = Keb.cairan x faktor tetesan
Lama infuse (jam) x 60 menit
Keterangan :
Faktor tetsan infus bermacam-macam, hal ini dapat dilihat pada label infus (10 tetes / menit,
15 tetes / menit dan 20 tetes /menit)
2) Anak : Tetesan per menit (mikro) = Jumlah cairan yang masuk
Lamanya infus (jam)

b) Transfusi Darah
Transfusi darah merupakan tindakan memasukkan darah melalui vena dengan menggunakan
seperangkat alat transfusi pada pasien yang membutuhkan darah. Tujuannya untuk memenuhi
kebutuhan darah dan memperbaiki perfusi jaringan.

Persiapan Alat dan Bahan :


1) Standar infus
2) Perangkat transfusi
3) NaCl 0,9%
4) Darah sesuai dengan kebutuhan pasien
5) Jarum infus/abocath atau sejenisnya sesuai dengan ukuran
6) Pengalas
7) Tourniquet/pembendung
8) Kapas alcohol 70%
9) Plester
10)Gunting
11)Kasa steril
12)Betadine
13)Sarung tangan

Prosedur Kerja :
o Cuci tangan
o Jelaskan pada pasien mengenai proosedur yang akan dilakukan.
o Hubungkan cairan NaCl 0,9% dan seperangkat transfuse dengan menusukkannya.
o Isi cairan NaCl 0,9% ke dalam perangkat transfusi dengan menekan bagian ruang tetesan
hingga ruangan tetesan terisi sebagian. Kemudian buka penutup, hingga selang terisi dan
udaranya keluar.
o Letakkan pengalas.
o Lakukan pembendungan dengan tourniquet.
o Gunakan sarung tangan
o Desinfeksi daerah yang akan disuntik
o Lakukan penusukan dengan arah jarum ke atas.
o Cek apakah sudah mengenai vena dengan ciri darah keluar melalui jarum infus/abocath.
o Tarik jarum infus dan hubungkan dengan selang tranfusi.
o Buka tetesan.
o Lakukan desinfeksi dengan betadine dan tutup dengan kasa steril.
o Beri tanggal dan jam pelaksanaan infuse pada plester.
o Setelah NaCl 0,9% masuk sekitar 15 menit, ganti dengan darah yang sudah disiapkan.
o Darah sebelum dimasukkan, terlebih dahulu cek warna darah, identitas pasien, jenis golongan
darah dan tanggal kadaluwarsa.
o Lakukan observasi tanda-tanda vital selama pemakaian transfusi.
o Catat respons yang terjadi.
o Cuci tangan

INTAKE DAN OUT PUT


1. Intake Cairan
Selama aktivitas dan temperatur yang sedang seorang dewasa minum kira-kira 1500 ml per
hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500 ml per hari sehingga kekurangan
sekitar 1000 ml per hari diperoleh dari makanan, dan oksidasi selama proses metabolisme.
Tabel 2.1 kebutuhan intake cairan berdasarkan umur dan berat badan
No. Umur BB (kg) Kebutuhan Cairan (ml)
1. 3 hari 3 250 300
2. 1 tahun 9,5 1150 1300
3. 2 tahun 11,8 1350 1500
4. 6 tahun 20 1800 2000
5. 10 tahun 28,7 2000 2500
6. 14 tahun 45 2200 2700
7. 18 tahun 54 2200 2700
Pengaturan utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus
dikendalikan berada di otak sedangkan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi
intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan tekanan darah, perdarahan
yang mengakibatkan penurunan volume darah. Perasaan kering di mulut biasanya terjadi
bersama dengan sensasi haus walaupun kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan
segera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi oleh gastrointestinal.

2. Output Cairan
Kehilangan cairan tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :
a. Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekskresi melalui traktus urinarius merupakan
proses output cairantubuh yang utama. Dalam kondisi normal output urine sekitar 1400-1500
ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam pada orang dewasa. Pada orang yang sehat
kemungkinan produksi urine bervariasi dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat
meningkat maka produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankan
keseimbangan dalam tubuh.
b. IWL (Insesible Water Loss)
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit. Melalui kulit dengan mekanisme diffusi. Pada orang
dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalah berkisar 300-400 ml per
hari, tetapi bila proses respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL dapat meningkat.
c. Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon ini berasal dari
anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang
dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.
d. Feses
Pengeluaran air melalui feses berkisar antara 100-200 ml per hari, yang diatur melalui
mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).
Hal hal yang perlu di perhatikan:
Rata-rata cairan per hari
1. Air minum : 1500-2500 ml
2. Air dari makanan :750 ml
3. Air dari hasil oksidasi atau metabolisme :200 ml
Rata- rata haluaran cairan per hari
1) Urin : 1400 -1500 ml
2) Iwl
a) Paru : 350 -400 ml
b) Kulit : 350 400 ml
3) Keringat : 100 ml
4) Feses : 100 -200 ml
IWL
1. Dewasa : 15 cc/kg BB/hari.
2. Anak : (30-usia{tahun}cc/kgBB/hari
3. Mengukur Intake Dan Output
a. Definisi
Merupakan suatu tindakan mengukur jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh (intake) dan
mengukur jumlah cairan yang keluar dari tubuh (out put).
b. Tujuan
Menentukan status keseimbangan cairan tubuh klien.
Menentukan tingkat dehidrasi klien.
c. Prosedur
Menentukan jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh klien, terdiri dari air minum, air dalam
makanan, air hasil oksidasi (metabolisme), cairan intra vena.
Menentukan jumlah cairan yang keluar dari tubuh klien, terdiri dari urine, keringat, feses,
muntah, insensible water loss (IWL).
Menentukan keseimbangan cairan tubuh klien dengan rumus : INTAKE = OUTPUT.
Mendokumentasikan

4. Perhitungan Intake & Output


Total TBW = 60% / BB (45%-75% / BB)
Cairan Tubuh dibagi :
Cairan Intraselular = 2/3 TBW (40%).
Cairan Ekstraseluler =
a) Cairan Intravasculer (plasma) = 5%
b) Cairan Interstitial = 15%
c) Cairan Transceluler = 1-3 %
Perbandingan CIS dengan CES
Dewasa = 2:1
Anak-Anak = 3:2
Bayi = 1:1
Jumlah Cairan Tubuh :
1. Dewasa = 45%-75% / BB
Pria = 60 %
Wanita = 55%
2. Anak & Bayi = 75%
Konsentrasi cairan elektrolit dihitung dengan
Rumus : M.Eq/L = Mg % x 10 x 1

Anda mungkin juga menyukai