Anda di halaman 1dari 6

Kelompok 6:

1. Indah Sari
2. Lourna
3. Nada
4. Eisy Mustika Putri
5. Moh. Imran

RESUME JENIS-JENIS AKAD & JENIS-JENIS RIBA

Jenis-Jenis Akad
Berbagai jenis akad yang diterapkan oleh bank syariah dapat dibagi ke dalam enam
kelompok pola, yaitu:

1. Akad Pola Titipan.


Akad berpola titipan (Wadiah) ada dua, yaitu Wadiah yad Amanah dan Wadiah yad
Dhamanah. Pada awalnya, Wadiah muncul dalam bentuk yad al-amanah tangan amanah,
yang kemudian dalam perkembangannya memunculkan yadh-dhamanah tangan
penanggung. Akad Wadiah yad Dhamanah ini akhirnya banyak dipergunakan dalam
aplikasi perbankan syariah dalam produk-produk pendanaan.
a. Titipan Wadiah yad Amanah
Secara umum Wadiah adalah titipan murni dari pihak penitip (muwaddi) yang
mempunyai barang/aset kepada pihak penyimpan (mustawda) yang diberi
amanah/kepercayaan, baik individu maupun badan hukum, tempat barang yang dititipkan
harus dijaga dari kerusakan, kerugian, keamanan, dan keutuhannya, dan dikembalikan
kapan saja penyimpan menghendaki.
b. Titipan Wadiah yad Dhamanah
Dari prinsip yad al-amanah tangan amanah kemudian berkembang prinsip
yadhdhamanah tangan penanggung yang berarti bahwa pihak penyimpan bertanggung
jawab atas segala kerusakan atau kehilangan yang terjadi pada barang/aset titipan. Hal ini
berarti bahwa pihak penyimpan atau custodian adalah trustee yang sekaligus guarantor
penjamin keamanan barang/aset yang dititipkan. Ini juga berarti bahwa pihak
penyimpan telah mendapatkan izin dari pihak penitip untuk mempergunakan barang/aset
yang dititipkan tersebut untuk aktivitas perekonomian tertentu, dengan catatan bahwa
pihak penyimpan akan mengembalikan barang/aset yang dititipkan secara utuh pada saat
penyimpan menghendaki. Hal ini sesuai dengan anjuran dalam Islam agar aset selalu
diusahakan untuk tujuan produktif (tidak idle atau didiamkan saja).

Rukun dari akad titipan Wadiah (yad Amanah maupun yad Dhamanah) yang harus dipenuhi
dalam transaksi ada beberapa :
1. Pelaku akad, yaitu penitip (mudi/muwaddi) dan penyimpan/penerima titipan
(muda/mustawda);
2. Objek akad, yaitu barang yang dititipkan; dan
3. Shighah, yaitu Ijab dan Qabul.

2. Akad Pola Pinjaman


Satu-satunya akad berbentuk pinjaman yang diterapkan dalam perbankan syariah adalah
Qardh dan turunannya Qardhul Hasan. Karena bunga dilarang dalam Islam, maka pinjaman
Qardh maupun Qardhul Hasan merupakan pinjaman tanpa bunga. Lebih khusus lagi,
pinjaman Qardhul Hasan merupakan pinjaman kebajikan yang tidak bersifat komersial, tetapi
bersifat sosial.
a. Pinjaman Qardh
Qardh merupakan pinjaman kebajikan/lunak tanpa imbalan, biasanya untuk pembelian
barang-barang fungible (yaitu barang yang dapat diperkirakan dan diganti sesuai
berat, ukuran, dan jumlahnya).
b. Pinjaman Qardhul Hasan
Dalam hal yang terakhir, skema pinjamannya disebut qardhul hasan. Qardh dapat
digunakan sebagai akad simpanan dan dapat pula digunakan sebagai akad pembiayaan

Rukun dari akad Qardh atau Qardhul Hasan yang harus dipenuhi dalam transaksi ada
beberapa :
1. Pelaku akad, yaitu muqtaridh (peminjam), pihak yang membutuhkan dana, dan muqridh
(pemberi pinjaman), pihak yang memiliki dana;
2. Objek akad, yaitu qardh (dana);
3. Tujuan, yaitu iwad atau countervalue berupa pinjaman tanpa imbalan (pinjam Rp.X,-
dikembalikan Rp.X,-); dan
4. Shighah, yaitu Ijab dan Qabul.

Sedangkan syarat dari akad Qardh atau Qardhul Hasan yang harus dipenuhi dalam transaksi,
yaitu:
1. Kerelaan kedua belah pihak; dan
2. Dana digunakan untuk sesuatu yang bermanfaat dan halal.

3. Akad Pola Bagi Hasil


Akad bank syariah yang utama dan paling penting yang disepakati oleh para ulama adalah
akad dengan pola bagi hasil dengan prinsip mudharabah (trustee profit sharing) dan
musyarakah (joint venture profit sharing). Ciri utama pola bagi hasil adalah bahwa
keuntungan dan kerugian ditanggung bersama baik oleh pemilik dana maupun pengusaha.
a. Musyarakah
Musyarakah merupakan istilah yang sering dipakai dalam konteks skim pembiayaan
Syariah. Istilah ini berkonotasi lebih terbatas dari pada istilah syirkah yang lebih umum
digunakan dalam fikih Islam.
b. Mudharabah
Secara singkat mudharabah atau penanaman modal adalah penyerahan modal uang
kepada orang yang berniaga sehingga ia mendapatkan persentase keuntungan.
Rukun dari akad mudharabah yang harus dipenuhi dalam transaksi ada beberapa, yaitu:
1. Pelaku akad, yaitu shahibul maal (pemodal) adalah pihak yang memiliki modal tetapi
tidak bisa berbisnis, dan mudharib (pengelola) adalah pihak yang pandai berbisnis,
tetapi tidak memiliki modal;
2. Objek akad, yaitu modal (maal), kerja (dharabah), dan keuntungan (ribh); dan
3. Shighah, yaitu Ijab dan Qabul.
Sementara itu, syarat-syarat khusus yang harus dipenuhi dalam mudharabah terdiri syarat
modal dan keuntungan. Syarat modal, yaitu:
1. Modal harus berupa uang;
2. Modal harus jelas dan diketahui jumlahnya;
3. Modal harus tunai bukan hutang; dan
4. Modal harus diserahkan kepada mitra kerja.

4. Akad Pola Jual Beli


Jual beli (buyu, jamak dari bai) atau perdagangan atau perniagaan atau trading secara
terminologi Fiqih Islam berarti tukar menukar harta atas dasar saling ridha (rela), atau
memindahkan kepemilikan dengan imbalan pada sesuatu yang diizinkan.
a. Murabahah
Murabahah adalah istilah dalam Fiqih Islam yang berarti suatu bentuk jual beli tertentu
ketika penjual menyatakan biaya perolehan barang, meliputi harga barang dan biaya-
biaya lain yang dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut, dan tingkat keuntungan
(margin) yang diinginkan.
Rukun dari akad murabahah yang harus dipenuhi dalam transaksi ada beberapa, yaitu:
1. Pelaku akad, yaitu bal (penjual) adalah pihak yang memiliki barang untuk dijual, dan
musytari (pembeli) adalah pihak yang memerlukan dan akan membeli barang;
2. Objek akad, yaitu mabi (barang dagangan) dan tsaman (harga); dan
3. Shighah, yaitu Ijab dan Qabul.
b. Salam
Salam merupakan bentuk jual beli dengan pembayaran di muka dan penyerahan barang di
kemudian hari (advanced payment atau forward buying atau future sales) dengan harga,
spesifikasi, jumlah, kualitas, dan tanggal dan tempat penyerahan yang jelas, serta
disepakati sebelumnya dalam perjanjian.
Rukun dari akad salam yang harus dipenuhi dalam transaksi ada beberapa, yaitu:
1. Pelaku akad, yaitu muslam (pembeli) adalah pihak yang membutuhkan dan memesan
barang, dan muslam ilaih (penjual) adalah pihak yang memasok atau memproduksi
barang pesanan;
2. Objek akad, yaitu barang atau hasil produksi (muslam fiih) dengan spesifikasinya dan
harga (tsaman); dan
3. Shighah, yaitu Ijab dan Qabul.
c. Istishna
Istishna adalah memesan kepada perusahaan untuk memproduksi barang atau komoditas
tertentu untuk pembeli/pemesan. Istishna merupakan salah satu bentuk jual beli dengan
pemesanan yang mirip dengan salam yang merupakan bentuk jual beli forward kedua
yang dibolehkan oleh Syariah.

5. Akad Pola Sewa


Transaksi nonbagi hasil selain yang berpola jual beli adalah transaksi berpola sewa atau
ijarah. Ijarah, biasa juga disebut sewa, jasa, atau imbalan, adalah akad yang dilakukan atas
dasar suatu manfaat dengan imbalan jasa. Ijarah adalah istilah dalam Fikih Islam dan berarti
memberikan sesuatu untuk disewakan.
a. Ijarah
Sewa atau ijarah dapat dipakai sebagai bentuk pembiayaan, pada mulanya bukan
merupakan bentuk pembiayaan, tetapi merupakan aktivitas usaha seperti jual beli.
Individu yang membutuhkan pembiayaan untuk membeli aset dapat mendatangi pemilik
dana (dalam hal ini bank) untuk membiayai pembelian aset produktif. Pemilik dana
kemudian membeli barang dimaksud dan kemudian menyewakannya kepada yang
membutuhkan aset tersebut.
Rukun dari akad ijarah yang harus dipenuhi dalam transaksi ada beberapa, yaitu:
1. Pelaku akad, yaitu mustajir (penyewa) adalah pihak yang menyewa aset, dan
mujir/muaajir (pemilik) adalah pihak pemilik yang menyewakan aset;
2. Objek akad, yaitu majur (aset yang disewakan), dan ujrah (harga sewa); dan
3. Shighah, yaitu Ijab dan Qabul.
b. Ijarah Muntahiya Bittamlik
Ijarah muntahiya bittamlik (IMBT) adalah transaksi sewa dengan perjanjian untuk
menjual atau menghibahkan obyek sewa di akhir periode sehingga transaksi ini diakhiri
dengan alih kepemilikan obyek sewa.

6. Akad Pola Lainnya


a. Wakalah
Wakalah (deputyship), atau biasa disebut perwakilan, adalah pelimpahan kekuasaanoleh
satu pihak (muwakil) kepada pihak lain (wakil) dalam hal-hal yang boleh diwakilkan.
Atas jasanya, maka penerima kekuasaan dapat meminta imbalan tertentu dari pemberi
amanah.
b. Kafalah
Kafalah (Guaranty) adalah jaminan, beban, atau tanggungan yang diberikan oleh
penanggung (kaafil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau
yang ditanggung (makful). Kafalah dapat juga berarti mengalihkan tanggung jawab
seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai
penjamin. Atas jasanya penjamin dapat meminta imbalan tertentu dari orang yang
dijamin.
c. Hawalah
Hawalah (Transfer Service) adalah pengalihan hutang/piutang dari orang yang
berhutang/berpiutang kepada orang lain yg wajib menanggungnya/menerimanya.
d. Rahn
Rahn (Mortgage) adalah pelimpahan kekuasaan oleh satu pihak kepada pihak lain (bank)
dalam hal-hal yang boleh diwakilkan. Atas jasanya, maka penerima kekuasaan dapat
meminta imbalan tertentu dari pemberi amanah.
e. Sharf
Sharf adalah jual beli suatu valuta dengan valuta lain.
f. Ujr
Ujr adalah imbalan yang diberikan atau yang diminta atas suatu pekerjaan yang
dilakukan. Akad ujr diaplikasikan dalam produk-produk jasa keuangan bank syariah (fee
based services), seperti untuk penggajian, penyewaan safe deposit box, penggunaan
ATM, dan sebagainya.

Jenis-Jenis Riba
Secara garis besar, riba dikelompokan menkadi 2 (dua) masing-masing adalah riba utang
piutang dan riba jual-beli. Kelompok pertama terbagi lagi menjadi riba qardh dan riba jahiliyyah.
Adapun kelompok kedua, riba jual-beli, terbagi menjadi riba fadhl dan riba nasiah.
1. Riba Qardh
Riba Qardh adalah praktek riba dengan cara meminjamkan uang kepada seseorang dengan
syarat ada kelebihan atau keuntungan bagi pemberi utang.
2. Riba Jahiliyyah
Riba Jahiliyyah adalah utang di bayar lebih dari pokoknya karena sipeminjam tidak mampu
membayar ytangnya pada waktu yang telah ditentukan
3. Riba Fadhl
Riba Fadhl adalah pertukaran antar barang sejenis dengan kadar atau takaran yang berbeda,
sedangkan barang yang dipertukarkan itu termasuk dalam jenis barang ribawi.
4. Riba Nasiah
Riba Nasiah adalah penangguhan penyerahan atau penerimaan barang ribawi yang di
pertukarkan dengan jenis barang ribawi lainya. Riba dalam nasiah muncul karena adanya
perbedaan, perubahan, atau tambahan antara yang diserahkan saat ini dan yang diserahkan
kemudian.

Mengenai pembagian dan jenis-jenis riba, berkata imam ibnu hajar al-Haitsami bahwa riba
itu terdiri dari tiga jenis yaitu riba fadhl, riba yaad, dan riba nasiah. Al-muttawally
menambahkan jenis keempat yaitu riba qardh. Beliau juga menyatakan bahwa semua jenis ini
diharamkan secara ijma berdasarkan nash Al-Quran dan Hadis Nabi.

Anda mungkin juga menyukai