Anda di halaman 1dari 22

Dalam masyarakat tradisional, bila ada seseorang yang mengalami

gangguan baik fisik maupun mental dan belum diketahui penyebabnya maka
gangguan yang terjadi itu dihubung-hubungkan dengan ketakutan
supernatural, sehingga timbullah seperti stigma. Stigma yang dikaitkan dengan
timbulnya gangguan mental karena sebab adanya kekuatan supernatural itu,
tidak hanya terdapat pada mereka yang berpendidikan tinggi. Umumnya
mereka yang mempunyai stigma adalah mereka yang ttdak mempunyai
pegangan yang jelas dalah hidupnya, artinya mereka tidak beragama dengan
baik . Umumnya mereka mudah gelisah dan bingung, tidak mengerti kemana
harus mencari pertolongan.
Ada hal lain yang perlu diperhatikan, yaitu tentang kemampuan seseorang
memaki mekanisme pembelaan yang dewasa itu adalah mereka yang terpenuhi
kebutuhan dasarnya (terutama dalam masa The Formative of Years) sebagai
manusia. Kebutuhan dasar itu sering disebut sebagai basic needs dari Maslow.
Stadium Siklus Kehidupan

Erikson menggambarkan delapan stadium siklus kehidupan. Stadium ditandai


oleh satu atau lebih krisis internal, yang didefinisikan sebagai titik balik (turning
point) suatu periode dimana seseorang berada di dalam kerentanan yang
meningkat. Idealnya, suatu krisis diatasi secara berhasil, dan orang mendapatkan
kekuatan dan mampu untuk pindah ke stadium selanjutnya.
Stadium Erikson tidak terpaku dengan waktu. Perkembangan adalah
berkesinambungan; Kendatipun stadium tertentu menguasai suatu waktu tertentu,
orang mungkin mempunyai masalah sisa yang dibawa dari satu stadium ke
stadium selanjutnya atau mungkin di dalam stres berat dan beregresi ke stadium
yang lebih awal secara keseluruhan atau sebagian. Batasan waktu yang dituliskan
dibawah ini mencerminkan suatu perkiraan yang disetujui oleh sebagian besar
peneliti dalam bidang ini.

Stadium I. Kepercayaan dasar lawan ketidakpercayaan dasar (basic

trust versus basic mistrust), (sejal lahir sampai kira-kira usia 1


tahun).Kepercayaan lawan ketidakpercayaan adalah krisis pertama yang harus
dihadapi oleh seorang bayi. Erikson menulis di dalam "Growth and Crisis of the
Healthy Personality".
Untuk komponen pertama dari kepribadian yang sehat saya menunjuk rasa
kepercayaan dasar yang saya piker merupakan suatu sikap pada seseorang dan
dunia / yang didapatkan dari pengalaman dalam tahun pertama kehidupan.
Kepercayaan adalah harapan bahwa kebutuhan seseorang akan diperhatikan dan
dunia atau pengasuhnya dapat dipercaya

Periode ini bertepatan dengan stadium perkembangan oral dari Freud, di


mana Tiulut merupakan zona tubuh yang paling sensitif . Menemukan puting
payudara, nenghisap, dan memasukkan makanan memenuhi kebutuhan primer
bayi. Perhatian yang penuh dari ibu terhadap kebutuhan tersebut yang
menimbulkan kepercayaan, selanjutnya meletakkan dasar untuk harapan positif
bayi di masa mendatang terhadap dunia . Erikson menambahkan istilah
"sensorik" pada stadium oral dari Freud (disebutnya sebagai oral - sensorik)
karena orang tua juga mengikuti indera bayi penglihatan, pengecapan, pembauan,
raba, dan pendengaran. Melalui interaksi tersebut, bayi mengembangkan perasaan
kepercayaan bahwa keinginannya akan dipuaskan, atau, jika ibunya tidak
memperhatikan, bayi mengembangkan rasa ketidakpercayaan bahwa mereka
tidak akan mendapatkan apa yang mereka inginkan.

KRISIS ORAL. Pada setengah bagian kedua tahun pertama, terjadi


krisisoral. Pada saat tersebut gigi bayi tumbuh, dan dorongan untuk menggigit
terjadi. Bayi berkembang dari semata-mata pasif menjadi semakin aktif. Tetapi,
jika bayi menggigit terfalu aktif. Tetapi, jika bayi menggigit tertalu aktif, puting
payudara dilepaskan. Respon ibu sebagian adalah dipengaruhi oleh perilaku anak,
dan bayi belajar bahwa ia harus mengontrol dorongan untuk menggigit. Sebagia
akibatnya, bayi belajar bahwa ia harus mengontrol dorongan untuk menggigit.
Sebagai akibatnya, bayi belajar sahwa mereka dapat dipengaruhi lingkungan, dan
mereka mulai mengembangkan rasa dalam dirinya sendiri sebagai individu yang
terpisah dari lingkungan. Di dalam kuftur sekarang ini, penyapihan dari payudara
atau botol dimulai pada akhir fase ini. Erikson percaya bahwa perpisahan adalah
dasar dari rasa sedih, nostalgia, atau kerinduan . Tetapi, jika kepercayaan dasar
adalah kuat, anak mengembangkan pengertian harapan, optimisme , dan
kepercayaan diri.

Seorang ibu atau pengganti ibu yang mencintai dan penuh kasih sayang
yang memberikan perawatan yang konsisten dan dengan kualitas yang baik
memberikan dasar untuk perkembangan kepercayaan. Menurut Erikson,
pencapaian sosial dari bayi adalah kemauannya untuk membiarkan ibunya di luar
jangkauan penglihatannya tanpa kecemasan atau kemarahan yang tidak
semestinya. Hal tersebut terjadi karena ibu menjadi suatu kepastian inti
(innercertainty) di dalam gambaran mental bayi. Konsep yang sejalan adalah
konsepdari Jean Piaget mengenai keabadian objek (object permanence) di mana
kemampuan anak untuk mempertahankan citra mental seseorang atau objek,
bahkan jika orang atau objek tersebut tidak terlihat dan dengan konsep Margaret
Mahler tentang keteguhan objek (object conctancy), di mana anak mempunyai
gambaran mental tentang ibunya sebagai yang dapat dipercaya dan stabil. (Fase
perkembangan tersebut terjadi pada usia 24 sampai 36 bulan, menurut mahler).

Stadium 2. Otonomi lawan rasa malu dan ragu-ragu ( autonomy


versusshame and doubt) (kira-kira usia 1 tahun sampai 3 tahun). Otonomi
merupakanrasa penguasaan anak terhadap dirinya sendiri dan terhadap dorongan
dan desakannya . Anak yang baru belajar berjalan mendapatkan rasa bahwa
mereka terpisah dari yang lainnya. "Saya, " "kamu", dan "milikku" adalah kata-
kata yang sering digunakan oleh anak-anak selama periode ini. Anak memiliki
pilihan
mempertahankan atau melepaskan, bekerja sama atau keras kepala. Periode ini
bertepatan dengan stadium perkembangan anal dari Freud. Bagi Erikson , periode
ini adalah waktu untuk anak menahan fesesnya (holding in) atau mengeluarkan
fese (letting go); kedua perilaku tersebut mempunyai pengaruh pada ibu.

Anak-anak dalam tahun kedua dan ketiga kehidupannya belajar untuk


berjalan sendirian, makan sendiri, mengontrol sfinger anal, dan untuk berbicara.
Maturasi muskular tersebut menentukan sifat stadium perkembangan ini. Jika
orang tua mengijinkan anak untuk berfungsi secara otonom dan bersikap
membantu tanpa bersikap overprotektif, anak mendapatkan kepercayaan diri dan
merasa bahwa mereka dapat mengontrol dirinya sendiri dan dunianya. Tetapi ,
jika anak dihukum karena bersikap otonom atau dikontrol secara berlebihan,
mereka merasa marah dan dipermalukan. Jika orang tua menunjukkan
persetujuan tentang kontrol diri sendiri, harga diri anak meningkat , dan ras
kebanggaan berkembang. Kontrol yang berlebihan dari orang tua atau anak yang
kehilangan kontrol diri, disebut juga impotensi muskular dan anal oleh Erikson,
menyebabkan rasa ragu-ragu dan malu. Rasa malu menyatakan secara tidak
langsung bahwa seseorang dipandang benci oleh dunia luar. Hal ini menggali
perasaan anak yang merasa kecil saat berdiri tegak untuk pertama kalinya. Karena
merasa kecil, anak mudah merasa malu oleh pengalaman pengasuhan orang tua
yang kurang.

Stadium 3. Inisiatif lawan rasa bersalah (Initiative versus guilt) .


(Usia3tahun sampai 5 tahun) . Stadium ini berhubungan dengan fase falik-oedipal
dari Freud . Selama periode ini, anak mengembangkan rasa ingin tahu tentang
seksual yang dimanifestasikan dengan terlibat dalam permainan seks kelompok
atau menyentuh genitalianya sendiri atau teman sebayanya. Jika orang tua tidak
membuat masalah tentang dorongan masa anak-anak tersebut (Erikson memberi
contoh ini : "Jika kamu memegangnya, nanti dipotong oleh dokter:), dorongan
akhirnya ditekan dan tampak kembali selama masa remaja sebagai bagian dari
pubertas. Jika orang tua tertalu banyak mempermasalahkan dorongan tersebut,
anak dapat menjadi terhambat secara seksual.

Saat mendekati akhir tahun ketiga, mereka mampu untuk memulai


aktivitas morotik maupun intelektual. Apakah inisiatif diperkuat adalah
tergantung pada berapa banyak kebebasan yan gdiberikan pada anak dan
bagaimana baiknya keingintahuan intelektual mereka dipuaskan. Jika anak dibuat
untuk merasa tidak mampu tentang perilaku atau minatnya, mereka mungkin
keluar dari periode ini
dengan rasa bersalah tentang aktivitas yang berasal dari inisiatif diri sendiri.
Konflik di sekitar inisiatif diri sendiri. Konflik di sekitar inisiatif dapat
menghalangi anak yang sedang berkembang untuk mengalami potensi
sepenuhnya dan dapat mengganggu perasaan ambisi mereka, yang berkembang
selama stadium ini.

Anak mampu untuk bergerak secara mandiri dan aktif pada akhir stadium
ini. Bermain dengan teman sebayanya, anak belajar bagaimana untuk berinteraksi
dengan orang lain. Jika fantasi yang agresif telah ditangani dengan tepat (tidak
dihukum maupun didorong), anak mengembangkan rasa inisiatif dan ambisi.

Pada akhir stadium inisiatif lawan bersalah, kesadaran anak (superego dari
Freud) ditegakkan. Anak belajar tidak hanya bahwa terdapat bata-batas terhadap
perilaku sandiwara seseorang (sebagai contohnya, bahwa anak laki-laki tidak
dapat tidur dengan ibunya atau tidak dapat membunuh ayahnya) tetapi juga
dorongan agresif dapat diekspresikan dalam cara yang konstruktif, seperti
kompetisi yang sehat, permainan, dan menggunakan mainan. Perkembangan
suatu kesadaran menentukan sifat perasaan moral tentang benar dan salah. Tetapi,
hukuman yang beriebihan dapat membatasi imajinasi dan inisiatif anak. Anak
yang mengembangkan superego yang terlalu kuat. Anak dengan kualitas semua
atau tidak sama sekali, dapat menuntut sebagai orang dewasa bahwa orang lain
harus mematuhi peraturan moral mereka dan dengan demikian, dapat menjadi
berbahaya bagi dirinya sendiri dan orang lain. Jika krisis inisiatif diselesaikan
dengan berhasil, rasa tanggung jawab, dapat diandalkan, dan disiplin diri
berkembang.

Stadium 4. Industri lawan inferioritas (industry vsus inferiority).(Usia6


tahun sampai 11 tahun sampai akhir masa remaja ). Mengembangkan rasa
identitas adalah tugas utama dari periode ini, yang bertepatan dengan masa
pubertas dan masa remaja. dentitas didefinisikan sebagai karakteristik yang
membentuk seseorang dan ke mana tujuan mereka. Identitas yang sehat dibangun
pada keberhasilan mereka melewati stadium yang lebih awal. Bagaimana
keberhasilan mereka mendapatkan kepercayaan, otonomi, inisiatif, dan industri
mempunyai banyak pengaruh dengan perkembangan rasa identitas.

Identifikasi dengan orang tua atau pengganti orang tua yang sehat
mempermudah proses. Identitas berarti suatu rasa kekompakan inti dengan ide
dan nilai-nilai kelompok sosial. Seorang remaja adalah suatu penundaan
psikososial antara masa anak-anak dan masa remaja; selama penundaan
tersebut, berbagai peranan diuji. Remaja mungkin melakukan beberapa kesalahan
awal sebelum memutuskan suatu pekerjaan atau dapat keluar dari sekolah, dan
kembali di kemudian hari untuk menyelesaikan pendidikannya. Nilai moral
mungkin berubah, tetapi akhirnya suatu sistem etika digabungkan ke dalam
kerangka kerja organisasi yang logis.

KRISIS IDENTITAS. Suatu krisis identitas terjadi pada akhir masa


remaja.Erikson menyebutnya sebagai suatu krisis normatif, karena meruapakan
suatu peristiwa yang normal. Kegagalan untuk mengatasi stadium ini
meninggalkan anak remaja tanpa identitas yang kokoh; orang menderita difusi
identitas atau kebingungan peran, yang ditandai dengan tidak memiliki rasa diri
dan oleh kebingungan tentang posisinya di dunia. Kebingungan peran (role
confusion) dapat dimanifestasikan dalam kelainan perilaku tertentu seperti
melarikan diri, kriminalitas, dan psikosis yang jelas. Masalah dalam identitas
jenis kelamin (gender identity) dan peranan seksual menjadi tampak pada saat ini.
Anak remajamungkin bertahan terhadap kebingungan peran dengan bergabung
dalam kelompok kecil atau pemujaan atau dengan mengidentifikasi dengan
pahlawan-pahlawan rakyat.

Stadium 6. Keintiman lawan Absorpsi - diri atau isolasi


(intimacyversus seff-absorption or isolation) . (Usia 21 tahun sampai 40 tahun).
Periode inidimulai dari masa remaja akhir sampai masa usia pertengahan awal.
Erikson menyatakan bahwa konflik psikososial yang penting dapat timbul selama
stadium ini dan, seperti pada stadium sebelumnya, keberhasilan atau kegagalan
tergantung pada bagaimana baiknya dasar telah telah diletakkan dalam periode
yang lebih awal dan bagaimana dewasa muda berinteraksi dengan lingkungan .
Keintiman hubungan seksul, persahabatan, dan semua pergaulan yang dalam
adalah tidak menakutkan orang dengan krisis identitas yang telah terpecahkan.
Sebaliknya, orang yang mencapai tahun dewasa dalam keadaan kebingungan
peran yang masih terjadi adalah tidak mampu untuk menjadi teriibat dalam
hubungan yang kuat dan lama. Tanpa seorang teman atau pasangan perkawinan,
seseorang dapat menjadi terabsorbsi dengan dirinya sendiri dan menuruti kata
hatinya sendiri; sebagai akibatnya, suatu perasaan terisolasi dapat tumbuh sampai
proporsi yang berbahaya.

Di dalam keintiman yang sesungguhnya terdapat hubungan satu sama lain.


Kata tersebut mengingatkan stadium pertama dalam kehidupan. Jika anak
mencapai inisiatif dalam genitalitas, kenikmatan sensual pada masa anak-anak
bergabung dengan ide orgasme genital, dan dewasa muda adalah mampu untuk
bercinta dan membagi cinta dengan orang lain. Melalui krisis keintiman lawan
isolasi , seseorang lebih nementingkan ekslusivitas ketergantungan yang lebih
awal dan mendapatkan hubungan yang saling menguntungkan dengan kelompok
sosial yang lebih luas dan bermacam-macam.

Erikson mengutip pandangan Freud bahwa seseorang yang normal harus


mampu mencita dan bekerja (lieben und arbeiten). Demikian juga Erikson
percaya oahwa pekerjaan yang berarti, pemanfaatan waktu luang, dan rekreasi di
dalam hubungan yang penuh kasih sayang adalah suatu impian.

Stadium 7. Generativitas lawan stagnasi (generativity


versusstagnation). (Usia 40 tahun sampai 65 tahun). Selama dasawarsa yang
terentangdalam tahun-tahun pertengahan kehidupan, orang dewasa memilih
antara generativitas dan stagnasi. Generativitas bukan hanya mempermasalahkan
seseorang memiliki atau membesarkan anak-anak tetapi juga termasuk minat
yang vital terhadap lingkungan di luar rumah dalam membentuk dan memimpin
generasi yang akan datang atau memperbaiki masyarakat. Orang yang tanpa anak
dapat bersifat generatif jika mereka mengembangkan rasa altruisme
(mementingkan kepentingan orang lain) dan kreativitas. Tetapi sebagian besar
orang jika mampu, ingin melanjutkan kepribadian dan energinya dalam
menghasilkan dan perawatan keturunannya . Tetapi, menginginkan atau memiliki
anak, tidak memastikan generativitas. Orang tua harus mencapai identitasnya
sendiri secara berhasil untuk dapat benar-benar generatif.

Orang dewasa yang tidak mempunyai minat dalam memimpin atau


membentuk generasi yang mendatang kemungkinan mencari secara obsesif
keintiman yang tidak benar-benar intim. Orang tersebut kemungkinan menikah
dan bahkan menghasilkan anak-anak tetapi semuanya dalam suatu kepompong
masalah diri sendiri dan isolasi. Orang tersebut memanjakan dirinya sendiri
seakan-akan mereka adalah anak-anak dan menjadi asyik dengan dirinya sendiri

.Sebenarnya , orang tua yang tidak benar-benar yakin bahwa kehidupan didalam
lingkungan tertentu adalah bermanfaat mungkin menemukan bahwa anak-anak
mereka menyerap pesan tersebut hanya terlalu baik, hasilnya adalah tidak
mempunyai cucu-cucu.
Stagnasi adalah suatu keadaan mandul. Ketidakmampuan untuk
mengatasi tidak adanya kreativitas adalah berbahaya karena orang tidak mampu
untuk menerima pada akhirnya tidak ada dan ide bahwa kematian adalah
merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan.
Stadium 8. Integritas lawan keputus-asaan dan isolasi (integrity
versusdespair). Usia tua adalah stadium kedelapan dari siklus kehidupan
Erikson.Stadium kedelapan dari siklus kehidupan Erikson. Stadium digambarkan
sebagai konflik antara integritas (rasa kepuasan yang dirasakan seseorang sebagai
pencerminan kehidupan yang produktif) dan keputus-asaan (rasa bahwa
kehidupan mempunyai sedikit tujuan atau arti). Masa dewasa akhir dapat
merupakan suatu periode kesenangan-suatu waktu untuk bersenang-senang
dengan cucu-cucu, untuk mengingat usaha besar seseorang, dan kemungkinan
untuk melihat buah yang dihasilkan seseorang digunakan secara baik oleh
generasi yang lebih muda. Integritas memungkinkan penerimaan tempat di dalam
siklus kehidupan dan pengatahuan bahwa kehidupan seseorang adalah tanggung
jawabnya sendiri. Terdapat suatu penerimaan tentang siapa dan di mana orang tua
seseorang dan pengertian bagaimana mereka menjalani kehidupannya.

Tanpa keyakinan bahwa kehidupan seseorang telah berarti dan seseorang


telah memberikan sumbangan, baik dengan menghasilkan anak-anak yang senang
atau dengan memberi pada generasi selanjutnya, orang lanjut usia merasa takut
akan kematian dan mempunyai rasa putus asa atau muak. Orang yang membenci
orang lain atau orang yang merendahkan orang lain berada dalam keadaan putus
asa.

Baru-baru ini, Erikson menulis tentang masalah orang yang berusia di atas
85 tahun yang harus menyeimbangkan otonomi dengan kebutuhan nyata untuk
pertolongan (sebagai contohnya, bantuan fisik dan ekonomi). Setiap orang harus
mengenali bahwa menjadi tua memerlukan persiapan yang aktif, yang harus
dimulai pada stadium kehidupan yang lebih awal. Karena masyarakat belum
disiapkan untuk memenuhi kebutuhan orang yang sangat lanjut usia, tanggung
jawab terbesar tetap di tangan individu.

Didalam kata-kata kesimpulan tentang stadium ini dalam "Childhood


andSociety," Erikson menulis hal berikut ini : "anak-anak yang sehat tidak
akanmerasa takut akan kehidupan jika orang tuanya mempunyai integritas yang
cukup untuk tidak merasa takut mati."
PSIKOPATOLOGI

Tiap stadium siklus kehidupan mempunyai hasil psikopatologi sendiri jika


tidak diatasi dengan berhasil

Kepercayaan dasar.

Suatu gangguan pada kepercayaan dasar menyebabkan ketidakpercayaan


dasar. Kepercayaan sosial pada bayi ditandai dengan kemudahan memberikan
makan , kedalaman tidur, dan homeostasis fisiologis umum. Persiapan yang lama
selama masa bayi dapat menyebabkan Hospitalisme atau depresi anaklitik. Di
dalam kehidupan di kemudian hari kehilangan kepercayaan tersebut dapat
dimanifestasikan dengan gangguan distimik, suatu gangguan depresif, atau rasa
ketidakberdayaan . Orang yang mengembangkan dan mengandalkan pada
pertahanan proyeksi-di mana , menurut Erikson, "kita membantu orang yang
berarti dengan kejahatan yang sebenarnya berada di dalam diri kita mengalami
rasa ketidakpercayaan sosial pada tahun-tahun pertama kehidupannya dan
kemungkinan mengalami gangguan paranoid atau delusional. Ketidakpercayaan
dasar adalah suatu penyumbang yang besar terhadap perkembangan gangguan
kepribadian skizoid dan, pada kasus yang paling berat, pada perkembangan
skizofrenia. Gangguan yang berhubungan dengan zat juga dapat dihubungkan
dengan ketidakpercayaan sosial ; kepribadian tergantung - zat mempunyai
kebutuhan ketergantungan - oral yang kuat dan menggunakan zat kimia untuk
memuaskan dirinya sendiri karena mereka percaya bahwa manusia adalah tidak
dapat dipercaya dan, yang paling buruk, adalah berbahaya. Jika tidak diasuh
dengan tepat, bayi merasa kosong dan kelaparan bukan hanya untuk makanan
tetapi juga untuk stimulasi sensual dan visual. Sebagai orang dewasa, mereka
dapat menj'adi pencari getaran yang merangsang yang tidak melibatkan
keintiman dan yang membantu menghindari perasaan depresi.

Otonomi

Saat anak berusaha untuk berkembang menjadi manusia yang otonom,


stadium yang seringkali disebut "dua hal yang menakutkan" (the terrible twos),
mengingat pada kesengajaan anak yang baru belajar berjalan pada stadium
perkembangan. Jika rasa malu dan ragu-ragu melebihi otonomi, keraguan
kompulsif dapat terjadi. Kekakuan kepribadian obsesif juga disebabkan dari
keragu-raguan yang meluap-luap.

Toilet training yang terlalu berlebihan yang sering dilakukan dalam


masyarakat sekarang, yang memerlukan tubuh yang bersih, tepat waktu, dan
wangi dapat menyebabkan kepribadian kompulsif yang berlebihan yang suka
menyakitkan, sangat teliti, dan mementingkan diri sendiri. Dikenal sebagai
kepribadian anal. Orang tersebut adalah pelit, tepat waktu, dan perfesionistik.

Terlalu banyak perasaan malu mnyebabkan anak merasa jahat atau kotor
dan dapat membuka jalan untuk perilaku kenakalan. Sebagai akibatnya , anak
berkata "jika hal itu adalah yang mereka pikirkan tentang saya , maka itulah yang
akan saya lakukan. "Kepribadian paranoid merasa bahwa orang lain mencoba
untuk menguasai mereka, suatu perasaan yang mungkin berasal selama stadiun
otonomi lawan rasa malu dan ragu-ragu. Jika disertai dengan ketidakpercayaan,
ditanam benih untuk waham-waham persekutorik. Gangguan impulsif dapat
dijelaskan sebagai penolakan seseorang untuk dihalangi atau dikendalikan

Inisiatif

Erikson menyatakan, :Di dalam patologi, konflik di atas inisiatif


diekspresikan dalam penyangkalan histerikal Hysterical denial), yang
menyebabkan penekanan harapan atau pembatalan organ pelaksana dengan
paralisis atau impotensi ; atau senang pamer yang terlalu berlebihan, di mana
individu yang ketakutan, terlalu ingin untuk merendah , malahan sebenarnya
menonjol dirinya. Di masa lalu, histeria biasanya merupakan bentuk regresi
patologis yang umum didalam bidang ini, tetapi loncatan ke penyakit
psikosomatis adalah tidak diketahui
Rasa bersalah yang berlebihan dapat menyebabkan berbagai keadaan,
seperti gangguan kecemasan umum dan fobia. Pasien merasa bersalah karena
impuls normalnya, dan mereka menekan impuls tersebut, dengan menyebabkan
pembentukan gejala .Inhibisi seksual dapat terjadi selama stadium inisiatif lawan
rasa bersalah. Gangguan konversi atau kecemasan fobia dapat terjadi jika konflik
oedipal tidak dipecahkan. Saat fantasi seksual diterima sebagai tidak dapat
diwujudkan, anak dapat menghukum dirinya sendiri atas fantasi tersebut dengan
melukai genitalianya. Di dalam penyerangan yang brutal terhadap superego yang
sedang berkembang, mereka dapat menekan keinginannya dan mulai untuk
menyangkalnya. Jika pola dibawa terus , paralisis, inhibisi, atau impotensi dapat
terjadi. Atau, dalam rasa takut tidak mampu untuk menikmati hidup seperti yang
diharapkan orang lain, anak mungkin kembali kepenyakit psikosomatis.

Industri

Erikson menggambarkan industri sebagai suatu "rasa mampu untuk


membuat sesuatu dan membuatnya baik dan bahkan secara sempurna. "Jika usaha
anak dihalangi, mereka menjadi merasa bahwa tujuan pribadi tidak dapat
dihalangi, mereka menjadi merasa bahwa tujuan pribadi tidak dapat dicapai atau
mereka tidak bermanfaat, dan rasa inferioritas berkembang. Pada orang dewasa,
perasaan inferioritas tersebut dapat menyebabkan hambatan kerja yang berat dan
suatu struktur karakter yang ditandai dengan perasaan dapat menyebabkan
dorongan kompensasi untuk mencari uang, kekuasaan, dan martabat. Pekerjaan
dapat menjadi tujuan utama kehidupan, melebihi keintiman.

Identitas

Banyak gangguan pada masa remaja dapat dihubungkan dengan


kebingungan identitas (identity confusion). Bahaya adalah difusi peran. Erikson
menyatakan: Jika hal ini didasarkan pada rasa ragu-ragu yang kuat sebelumnya
seperti pada identitas seksual seseorang. Peristiwa kejahatan dan psikotik seketika
adalah tidak jarang. Jika didiagnosis dan diobati dengan tepat , peristiwa tersebut
tidak mempunyai kepentingan fatal yang sama seperti pada usia lainnya. Hal ini
terutama adalah ketidakmampuan untuk menentukan suatu identitas okupasional
yang mengganggu orang muda. Untuk menjaga diri mereka bersama-sama,
mereka kadang-kadang mengidentifikasi secara bertebihan dengan pahlawan
kelompok dan masyarakat, sampai titik yang tampaknya kehilangan identitas
sepenuhnya.
Gangguan lain selama stadium identitas lawan difusi peran adalah
gangguan konduksi, gangguan perilaku mengacu (distruptive behavior
disorders), gangguan identitas jenis kelamin, gangguan skizofreniform, dan
gangguan psikotik lainnya. Kemampuan untuk meninggalkan rumah dan hidup
secara mandiri adalah tugas penting selama periode ini. Ketidakmampuan untuk
terpisah dari orang tuanya dan ketergantungan yang lama dapat terjadi.
Keintiman

Keberhasilan membentuk perkawinan dan keluarga yang stabil tergantung pada


kemampuan untuk menjadi intim. Tahun-tahun masa dewasa muda adalah penting untuk
memutuskan apakah akan menikah dan dengan siapa. Identitas jenis kelamin menentukan
objek pilihan, apakah heteroseksual atau homoseksual , tetapi membuat hubungan yang intim
dengan orang lain adalah tugas yang utama. Orang dengan gangguan kepribadian skizoid
tetap terisolasi dari orang lain karena rasa takut, kecurigaan, ketidakmampuan untuk
mengambil risiko, atau tidak adanya kemampaun untuk mencinta.

Generativas

Dari kira-kira usia 40 sampai 65 tahun, yaitu periode masa dewasa pertengahan,
gangguan spesifik adalah kurang jelas ditetapkan dibandingkan di dalam stadium lain yang
digambarkan oleh Erikson. Orang setengah tua menunjukkan insidensi depresi yang lebih
tinggi dibandingkan dengan orang dewasa yang lebih muda, yang mungkin berhubungan
dengan kekecewaan dan kegagalan harapan orang setengah tua saat mereka mengenang
kembali masa lalu, mengingat bagaimana kehidupan mereka telah berjalan, dan menghadapi
masa depan. Peningkatan penggunaan alkohol dan zat psikoaktif lainnya juga terjadi pada
saat ini.

Integritas

Gangguan kecemasan seringkali berkembang pada lanjut usia. Di dalam rumusan


Erikson, perkembangan tersebut mungkin berhubungan dengan tinjauan balik seseorang ke
masa lalunya dengan rasa panik. Waktu telah berjalan , dan kesempatan telah dipergunakan.
Penurunan fungsi fisik dapat berperan pada penyakit psikosomatik, hipokondriasis, dan
depresi. Angka bunuh diri adalah paling tinggi setelah usia 65 tahun. Orang yang menghadapi
kematian mungkin tidak dapat mentoleransi hal tersebut jika mereka belum bersikap generatif
atau mampu membuat perlekatan yang erat di dalam kehidupannya. Integritas bagi Erikson
drtandai dengan penerimaan tersebut tidak ada, oang memasuki keadaankeputus-asaan dan
ketidakberdayaan yang dapat menyebabkan gangguan depresi yang berat.

Anda mungkin juga menyukai