Tutup
Tutup
Fosil peralihan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Fosil peralihan atau bentuk peralihan atau fosil transisi adalah sisa-sisa bentuk
kehidupan yang menjadi fosil dan menunjukkan ciri-ciri dari dua kelompok
taksonomi yang berbeda. Fosil peralihan merupakan fosil organisme yang berada
di dekat titik percabangan ketika garis keturunan individual utama (klad) terpisah.
Fosil peralihan memiliki ciri-ciri umum dari organisme pada kedua bagian
pemisahannya, namun karena kurang lengkapnya rekaman fosil, biasanya tidak
ada cara untuk mengetahui secara pasti seberapa dekatnya suatu fosil peralihan
dengan titik pasti pemisahannya.
Daftar isi
1 Evolusi
o 1.1 Contoh
2 Keterbatasan rekaman fosil
3 Taksonomi evolusioner dan kladistika
o 3.1 Peralihan vs moyang
4 Perbandingan dengan bentuk 'pertengahan'
5 Mata rantai yang hilang
6 Kesalahpahaman
o 6.1 Keseimbangan bersela
7 Lihat pula
8 Catatan kaki
9 Referensi
10 Pranala luar
Evolusi
1850
1900
1950
2002
Pada tahun 1859, ketika buku On the Origin of Species karya Charles Darwin
pertama kali diterbitkan, rekaman fosil yang ada sangatlah minim, dan Darwin
mengungkapkan bahwa kurangnya fosil peralihan merupakan "tantangan yang
paling jelas dan paling berbahaya terhadap teori saya", namun dia menjelaskannya
dengan menghubungkannya dengan ketidaksempurnaan yang ekstrem dari
rekaman geologis.[1] Dia mengamati koleksi yang terbatas pada waktu itu, namun
menggambarkan informasi yang tersedia sebagai pola penunjuk yang mengikuti
teorinya mengenai keturunan dengan perubahan melalui seleksi alam.[2] Dan
memang, Archaeopteryx ditemukan hanya dua tahun kemudian, tepatnya pada
tahun 1861, dan menunjukkan bentuk peralihan klasik antara dinosaurus dan
burung. Sejak saat itu, banyak sekali fosil peralihan yang telah ditemukan dan kini
dianggap bahwa ada banyak bukti mengenai bagaimana semua kelas vertebrata
saling berkaitan, banyak di antaranya dalam bentuk fosil peralihan.[3]
Contoh
Nenek moyang tumbuhan berbiji dari periode Devon pertengahan dari Belgia
telah teridentifikasi muncul 20 juta tahun lebih dahulu daripada tumbuhan berbiji
pertama. Runcaria, yang berbentuk kecil dan bersimetri radial, adalah
megasporangium yang berintegumen dan dikelilingi oleh kupule.
Megasporangium itu menghasilkan distal tertutup yang memanjang dan menonjol
di atas integumen bercuping banyak. Diduga bahwa perpanjangan itu berperan
dalam penyerbukan anemofili. Runcaria memberikan pemahaman baru kepada
pengenalan ciri-ciri yang berujung pada biji. Runcaria memiliki cemua ciri
tumbuhan berbiji kecuali kulit biji yang keras serta sistem untuk memandu serbuk
sari menuju ke biji.[5]
Restorasi hidup Tiktaalik roseae yang dibuat oleh National Science Foundation.
Tiktaalik roseae adalah mahkhuk yang memiliki cri-ciri ikan sekaligus ciri-iri
tetrapoda (hewan berkaki empat), dan karena itu dipercaya sebagai bentuk
peralihan antara ikan dan tetrapoda.
Peralihan vs moyang
Ada suatu kesalahpahaman yang disebabkan oleh suatu konsep bahwa bentuk
peralihan antara dua kelompok taksonomi berbeda pastilah merupakan moyang
secara langsung bagi satu atau dua kelompok keturunannya. Ini ditambah lagi oleh
fakta bahwa tujuan taksonomi evolusioner adalah untuk berusaha
mengidentifikasi taksa yang merupakan moyang bagi taksa lainnya. Akan tetapi,
hampir tidak mungkin untuk dapat yakin bahwa setiap bentuk yang ditunjukkan
dalam rekaman fosil merupakan leluhur langsung dari makhluk lainnya. Pada
kenyataannya, karena evolusi merupakan suatu proses yang bercabang yang
menghasilkan pola rumit mirip semak yang menunjukkan spesies yang saling
berkaitan dan bukannya suatu proses linear yang menghasilkan perkembangan
mirip tangga, dan karena tidak lengkapnya rekaman fosil, agak tidak mungkin jika
bentuk apapun yang ditunjukkan dalam rekaman fosil merupakan leluhur
langsung bagi yang lainnya. Kladistika sangat tidak menekankan konsep
mengenai satu kelompok taksonomi sebagai nenek moyang bagi yang lainnya,
malah menekankan konsep mengidentifikasi taksa bersaudara yang saling
memiliki leluhur yang sama secara lebih terkini daripada dengan kelompok
lainnya. Ada beberapa kasus pengecualian, misalnya beberapa fosil mikro
plankton laut, yang mana rekaman fosilnya cukup lengkap untuk menunjukkan
secara cukup yakin bahwa fosil-fosil tertentu mewakili populasi yang sebenarnya
merupakan nenek moyang bagi populasi setelahnya yang merupakan sepesies
yang berbeda, namun secara umum fosil peralihan dianggap memiliki ciri-ciri
yang menunjukkan ciri anatomi peralihan dari leluhur bersama yang sebenarnya
bagi beberapa taksa dan bukannya leluhur itu sendiri.[9]
Istilah 'peralihan' dan 'pertengahan' paling sering digunakan sebagai sinonim, akan
tetapi, ada perbedaan antara keduanya:
Menurut definisi ini, semua organisme hidup pada kenyataannya dapat dianggap
sebagai bentuk pertengahan jika mereka dibandingkan dengan beberapa bentuk
kehidupan lainnya yang berkaitan. Dan memang, ada banyak spesies pada masa
sekarang yang dapat disebut sebagai bentuk pertengahan antara dua kelompok
atau lebih.
Manusia Jawa (Homo erectus paleojavanicus), yang sering disebut sebagai mata
rantai yang hilang ketika pertama kali ditemukan pada tahun 1891.
Istlah "mata rantai yang hilang" digunakan oleh Charles Lyell dalam cara yang
cukup berbeda dalam karyanya, Elements of Geology, pada tahun 1851, namun
menjadi terkenal dengan maknanya yang sekarang berkat kemunculan istilah ini
dalam karya Lyell lainnya yang berjudul Geological Evidences of the Antiquity of
Man pada tahun 1863 pada halaman xi. Pada masa itu para geolog mengabaikan
penafsiran injil secara harfiah dan secara umum dipercaya bahwa akhir periode
glasial terakhir menandai kemunculan pertama umat manusia, suatu pendapat
yang dikemukakan oleh Lyell dalam karyanya Element of Geology. Sementara itu
Geological Evidences of the Antiquity of Man mendasarkan pada temuan-temuan
baru untuk menempatkan asal usul manusia jauh lebih tua pada masa lalu geologis
yang lebih purba. Tulisan Lyell, yang jelas dan hidup, memicu imajinasi publik,
dan menginspirasi Jules Verne dalam karyanya Journey to the Center of the
Earth, serta menginspirasi juga edisi kedua dari La Terre avant le dluge karya
Louis Figuier pada tahun 1867, yang menyertakan ilustrasi dramatis mengenai
pria dan wanita purba yang mengenakan kulit binatang dan membawa-bawa
kapak batu, menggantikan ilustrasi Taman Eden, yang ditampilkan pada edisi
pertamanya pada tahun 1863.[14]
Gagasan mengenai "mata rantai yang hilang" antara manusia dan hewan "yang
lebih rendah" tetap tersimpan dalam imajinasi publik.[15] Konsep ini menjadi
semakin terkenal dengan ditemukannya Australopithecus africanus (Bocah
Taung), Australopithecus sediba,[16][17] Homo erectus (Manusia Peking, Manusia
Jawa, Bocah Turkana), dan fosil-fosil Hominina lainnya.[18][19]
Kesalahpahaman
'Tidak ada fosil peralihan.' Ini adalah klaim yang dinyatakan oleh
kelompok-kelompok semacam Answers in Genesis dan Institute for
Creation Research.[3][20][23][24] Klaim semacam ini mungkin didasarkan
pada kesalahpahaman konsep mengenai apa yang dianggap sebagai ciri-
ciri peralihan.[23] Klaim ini juga dianggap sebagai siasat yang digunakan
oleh para kreasionis untuk memutarbailkkan atau mendiskreditkan teori
evolusi dan disebut sebagai "kebohongan kreasionis yang paling
disukai".[25] Sementara itu beberapa kreasionis memperdebatkan
kurangnya bentuk peralihan.[26]
'Tidak ada fosil yang ditemukan memiliki organ tubuh yang tidak
berfungsi secara penuh.'[27] Pada kenyataanya, banyak contoh organ
vestigial (tidak memiliki fungsi penuh) pada makhluk hidup, misalnya
kaki paus,[28] sayap burung yang tak dapat terbang, panggul dan paru-paru
ular, serta banyak sekali organ dalam tubuh manusia, di antaranya adalah
tulang ekor, plica semilunaris, dan usus buntu.
Teori keseimbangan bersela yang dikembangkan oleh Stephen Jay Gould dan
Niles Eldredge dan pertama kali dikemukakan pada tahun 1972[29] seringkali
secara keliru disertakan dalam perbincangan mengenai fosil peralihan. Pada
kenyataannya, teori ini hanya membahas peralihan yang terdokumentasi dengan
baik dalam satu taksa atau antara taksa yang berkaitan dekat pada periode waktu
yang secara geologis pendek. Peralihan ini, biasanya terlacak dalam banyak
singkapan geologis, seringkali menunjukkan lompatan-lompatan kecil dalam
morfologi antara perpanjangan periode kestabilan morfologi. Untuk menjelaskan
lompatan-lompatan ini, Gould dan Eldredge menggambarkan kestabilan genetis
pada periode yang relatif lama yang dipisahkan oleh beberapa periode evolusi
yang cepat. Gould memberikan komentar berikut mengenai para kreasionis yang
menyalahgunakan karyanya untuk membantah keberadaan fosil peralihan:[30]