Anda di halaman 1dari 15

AryaNers Blog

*Info kesehatan *Ilmu pengetahuan

HOMEABOUT ME

Pengertian Radang Dan Proses Terjadinya Radang

Bila sel-sel atau jaringan tubuh mengalami cedera atau mati, selama hospes tetap hidup ada res
pon yang menyolok pada jaringan hidup disekitarnya. Respon terhadap cedera ini dinamakan pe
radangan. Yang lebih khusus peradangan adalah reaksi vascular yang hasilnya merupakan pengiri
man cairan, zat-zat yang terlarut dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstitial p
ada daerah cedera atau nekrosis.

Peradangan sebenarnya adalah gejala yang menguntungkan dan pertahanan, hasilnya adalah net
ralisasi dan pembuangan agen penyerang,penghancuran jaringan nekrosis dan pembentukan kea
daan yang dibutuhkan untuk perbaikan dan pemulihan. Reaksi peradangan itu sebenarnya adalah
peristiwa yang dikoordinasi dengan baik yang dinamis dan kontinyu. Untuk menimbulkan reaksi
peradangan maka jaringan harus hidup dan khususnya harus memiliki mikrosirkulasi fungsional.

Jadi yang dimaksud dengan radang adalah rangkaian reaksi yang terjadi pada tempat jaringan c
edera.

Pada proses peradangan terjadi pelepasan histamine dan zat-zat humoral lain kedalam cairan jar
ingan sekitarnya.

Akibat dari sekresi histamine tersebut berupa:

1. Peningkatan aliran darah lokal.

2. Peningkatan permeabilitas kapiler.

3. Perembesan ateri dan fibrinogen kedalam jaringan interstitial.

4. Edema ekstraseluler lokal.

5. Pembekuan cairan ekstraseluler dan cairan limfe.

Peradangan dapat juga dimasukkan dalam suatu reaksi non spesifik, dari hospes terhadap infeksi.
Adapun kejadiannya sebagai berikut: pada setiap luka pada jaringan akan timbul reaksi inflamasi
atau reaksi vaskuler.Mula-mula terjadi dilatasi lokal dari arteriole dan kapiler sehingga plasma aka
n merembes keluar. Selanjutnya cairan edema akan terkumpul di daerah sekitar luka, kemudian f
ibrin akan membentuk semacam jala, struktur ini akan menutupi saluran limfe sehingga penyebar
an mikroorganisme dapat dibatasi.Dalam proses inflamasi juga terjadi phagositosis, mula-mula ph
agosit membungkus mikroorganisme, kemudian dimulailah digesti dalam sel. Hal ini akan menga
kibatkan perubahan pH menjadi asam. Selanjutnya akan keluar protease selluler yang akan meny
ebabkan lysis leukosit.Setelah itu makrofag mononuclear besar akan tiba di lokasi infeksi untuk
membungkus sisa-sisa leukosit.Dan akhirnya terjadilah pencairan (resolusi) hasil proses inflamasi l
okal.

Cairan kaya protein dan sel darah putih yang tertimbun dalam ruang ekstravaskular sebagai akib
at reaksi radang disebut eksudat.

Beda Eksudat dan Transudat

Eksudat adalah cairan radang ekstravaskular dengan berat jenis tinggi (diatas 1.020) dan seringkal
i mengandung protein 2-4 mg % serta sel-sel darah putih yang melakukan emigrasi.Cairan ini te
rtimbun sebagai akibat permeabilitas vascular (yang memungkinkan protein plasma dengan mole
kul besar dapat terlepas), bertambahnya tekanan hidrostatik intravascular sebagai akibat aliran lo
kal yang meningkat pula dan serentetan peristiwa rumit leukosit yang menyebabkan emigrasinya.

Transudat adalah cairan dalam ruang interstitial yang terjadi hanya sebagai akibat tekanan hidros
tatik atau turunnya protein plasma intravascular yang meningkat (tidak disebabkan proses perada
ngan/inflamasi).Berat jenis transudat pada umumnya kurang dari 1.012 yang mencerminkan kandu
ngan protein yang rendah. Contoh transudat terdapat pada wanita hamil dimana terjadi penekan
an dalam cairan tubuh.

Jenis-Jenis Eksudat

1. Eksudat non seluler

Eksudat serosa

Pada beberapa keadaan radang, eksudat hampir terdiri dari cairan dan zat-zat yang terlarut den
gan sangat sedikit leukosit. Jenis eksudat nonseluler yang paling sederhana adalah eksudat seros
a,yang pada dasamya terdiri dari protein yang bocor dari pembuluh-pembuluh darah yang perm
iable dalam daerah radang bersama-sama dengan cairan yang menyertainya. Contoh eksudat ser
osa yang paling dikenal adalah cairan luka melepuh.

Eksudat fibrinosa

Jenis eksudat nonseluler yang kedua adalah eksudat fibrinosa yang terbentuk jika protein yang d
ikeluarkan dari pembuluh dan terkumpul pada daerah peradangan yang mengandung banyak fib
rinogen. Fibrinogen ini diubah menjadi fibrin, yang berupa jala jala lengket dan elastic (barangka
li lebih dikenal sebagai tulang belakang bekuan darah). Eksudat fibrinosa sering dijumpai diatas
permukaan serosa yang meradang seperti pleura dan pericardium dimana fibrin diendapkan dipa
datkan menjadi lapisan kasar diatas membran yang terserang. Jika lapisan fibrin sudah berkumpu
l di permukaan serosa,sering akan timbul rasa sakit jika terjadi pergeseran atas permukaan yang
satu dengan yang lain. Contoh pada penderita pleuritis akan merasa sakit sewaktu bernafas, kare
na terjadi pergesekan sewaktu mengambil nafas.

Eksudat musinosa (Eksudat kataral)

Jenis eksudat ini hanya dapat terbentuk diatas membran mukosa, dimana terdapat sel -sel yang
dapat mengsekresi musin. Jenis eksudat ini berbeda dengan eksudat lain karena eksudat ini mer
upakan sekresi set bukan dari bahan yang keluar dari aliran darah. Sekresi musin merupakan sifa
t normal membran mukosa dan eksudat musin merupakan percepatan proses dasar fisiologis.Con
toh eksudat musin yang paling dikenal dan sederhana adalah pilek yang menyertai berbagai infe
ksi pemafasan bagian atas.

2. Eksudat Seluler

Eksudat netrofilik

Eksudat yang mungkin paling sering dijumpai adalah eksudat yang terutama terdiri dari neutrofil
polimorfonuklear dalam jumlah yang begitu banyak sehingga bagian cairan dan protein kurang
mendapat perhatian. Eksudat neutrofil semacam ini disebut purulen. Eksudat purulen sangat serin
g terbentuk akibat infeksi bakteri.lnfeksi bakteri sering menyebabkan konsentrasi neutrofil yang lu
ar biasa tingginya di dalam jaringan dan banyak dari sel-sel ini mati dan membebaskan enzim-e
nzim hidrolisis yang kuat disekitarnya. Dalam keadaan ini enzim-enzim hidrolisis neutrofil secara
haraf ah mencernakan jaringan dibawahnya dan mencairkannya. Kombinasi agregasi netrofil dan
pencairan jaringan-jaringan di bawahnya ini disebut suppuratif,atau lebih sering disebut pus/nana
h.

Jadi pus terdiri dari :

- neutrofil pmn. yang hidup dan yang mati neutrofil pmn. yang hancur

- hasil pencairan jaringan dasar (merupakan hasil pencernaan)

- eksudat cair dari proses radang

- bakteri-bakteri penyebab

- nekrosis liquefactiva.

3. Eksudat Campuran

Sering terjadi campuran eksudat seluler dan nonseluler dan campuran ini dinamakan sesuai deng
an campurannya.Jika terdapat eksudat fibrinopurulen yang terdiri dari fibrin dan neutrofil polimor
fonuklear,eksudat mukopurulen, yang terdiri dari musin dan neutrofil, eksudat serofibrinosa dan s
ebagainya.

Luka Bakar Mudah Terjadi Septikhemi.

Pada luka bakar saluran-saluran limfe tetap terbuka yaitu karena jaringan yang terbakar tidak me
nimbulkan tromboplastin sehingga tidak terjadi kooagulasi eksudat. Jika aliran cairan limfe tidak t
ersumbat akan memudahkan menyebarkan kuman-kuman sehingga masuk dalam sirkulasi darah
dan terjadi septikhemi.

Reaksi sel pada radang

Leukositosis terjadi bila ada jaringan cedera atau infeksi sehingga pada tempat cedera atau rada
ng dapat terkumpul banyak leukosit untuk membendung infeksi atau menahan microorganisme
menyebar keseluruh jaringan.

Leukositosis ini disebabkan karena produksi sumsum tulang meningkat, sehingga jumlahnya dala
m darah cukup untuk emigrasi pada waktu terjadi cedera atau radang. Karena itu banyak leukos
it yang masih muda dalam darah, dalam pemeriksaan laboratorium dikatakan pergeseran ke kiri
Jenis-Jenis Leukosit Dan Masing-Masing Fungsinya Dalam Peradangan

Leukosit yang bersirkulasi dalam aliran darah dan emigrasi ke dalam eksudat peradangan berasal
dari sumsum tulang, di mana tidak saja leukosit tetapi juga sel-sel darah merah dan trombosit
dihasilkan secara terus memenerus.Dalam keadaan normal, di dalam sumsum tulang dapat ditem
ukan banyak sekali leukosit yang belum matang dari berbagai jenis dan "pool" leukosit matang
yang ditahan sebagai cadangan untuk dilepaskan ke dalam sirkulasi darah. Jumlah tiap jenis leuk
osit yang bersirkulasi dalam darah perifer dibatasi dengan ketat tetapi diubah "sesuai kebutuhan"
jika timbul proses peradangan. Artinya, dengan rangsangan respon peradangan, sinyal umpan b
alik pada sumsum tulang mengubah laju produksi dan pengeluaran satu jenis leukosit atau lebih
ke dalam aliran darah.

1. Granulosit.

Terdiri dari : neutrofil, eosinofil, dan basofil.

Dua jenis leukosit lain ialah monosit dan limposit, tidak mengandung banyak granula dalam sito
plasmanya.

a) Neutrofil

Sel-sel pertama yang timbul dalam jumlah besar di dalam eksudat pada jamjam pertama perada
ngan adalah neutrofil.Inti dari sel ini berlobus tidak teratur atau polimorf. Karena itu sel -sel ini di
sebut neutrofil polimorfonuklear (pmn) atau "pool". Sel-sel ini memiliki urutan perkembangan di
dalam sumsum tulang, perkembangan ini kira-kira memerlukan 2 minggu. Bila mereka dilepaskan
ke dalam sirkulasi darah, waktu paruhnya dalam sirkulasi kira-kira 6 jam. Per millimeter kubik d
arah terdapat kira-kira 5000 neutrofil, kira-kira 100 kali dari jumlah ini tertahan dalam sumsum tu
lang sebagai bentuk matang yang siap untuk dikeluarkan bila ada sinyal.

Granula yang banyak sekali terlihat dalam sitoplasma neutrofil sebenarnya merupakan paket-pake
t enzim yang terikat membran yaitu lisosom, yang dihasilkan selama pematangan sel. Jadi neutr
ofil pmn yang matang adalah kantong yang mengandung banyak enzim dan partikel-partikel ant
imicrobial. Neutrofil pmn mampu bergerak aktif dan mampu menelan berbagai zat dengan pros
es yang disebut fagositosis. Proses fagositosis dibantu oleh zat-zat tertentu yang melapisi obyek
untuk dicernakan dan membuatnya lebih mudah dimasukkan oleh leukosit. Zat ini dinamakan op
sonin. Setelah mencernakan partikel dan memasukkannya ke dalam sitoplasma dalam vakuola fag
ositosis atau fagosom, tugas berikutnya dari leukosit adalah mematikan partikel itu jika partikel it
u agen microbial yang hidup, dan mencernakannya. Mematikan agen-agen yang hidup itu disele
saikan melalui berbagai cara yaitu perubahan pH dalam sel setelah fagositosis, melepaskan zat-z
at anti bakteri. Pencernaan partikel yang terkena fagositosis itu umumnya diselesaikan di dalam
vakuola dengan penyatuan lisosom dengan fagosom. Enzim-enzim pencernaan yang sebelumnya
tidak aktif sekarang diaktifkan di dalam fagolisosom, mengakibatkan pencernaan obyek secara en
zimatik.

b) Eosinofil

Merupakan jenis granulosit lain yang dapat ditemukan dalam eksudat peradangan, walaupun dal
am jumlah yang lebih kecil. Eosinofil secara fungsional akan memberikan respon terhadap rangsa
ng kemotaksis khas tertentu yang ditimbulkan pada perkembangan allergis dan mereka mengand
ung enzim-enzim yang mampu menetralkan efek-efek mediator peradangan tertentu yang dilepa
skan dalam reaksi peradangan semacam itu.

c) Basofil

Berasal dari sumsum tulang yang juga disebut mast sel/basofil jaringan. Granula dari jenis sel ini
mengandung berbagai enzim, heparin, dan histamin. Basofil akan memberikan respon terhadap
sinyal kemotaksis yang dilepaskan dalam perjalanan reaksi immunologis tertentu. Dan basofil bias
anya terdapat dalam jumlah yang sangat kecil dalam eksudat.

Basofil darah dan mast sel jaringan dirangsang untuk melepas granulanya pada berbagai keadaa
n cedera, termasuk reaksi immunologis maupun reaksi non spesifik.Dalam kenyataannya mast sel
adalah sumber utama histamin pada reaksi peradangan.

2. Monosit

Adalah bentuk leukosit yang penting. Pada reaksi peradangan monosit akan bermigrasi, tetapi ju
mlahnya lebih sedikit dan kecepatannya lebih lambat. Karena itu, pada jam jam pertama p erada
ngan relative sedikit terdapat monosit dalasn eksudat. Namun makin lama akan makin bertamba
h adanya monosit dalam eksudat. Sel yang sama yang dalam aliran darah disebut monosit, kala
u terdapat dalam eksudat disebut makrofag. Ternyata, jenis sel yang sama ditemukan dalam jum
lah kecil melalui jaringan penyambung tubuh walaupun tanpa peradangan yang jelas. Makrofag
yang terdapat dalam jaringan penyambung ini disebut histiosit. Dengan banyak hal fungsi makro
fag sangat mirip dengan fungsi neutrofil pmn. dimana makrofag akan bergerak secara aktif yang
memberi respon terhadap stimulasi kemotaksis, fagosit aktif dan mampu mematikan serta menc
ernakan berbagal agen. Ada perbedaan penting antara makrofag dan neutrofil, dimana siklus ke
hidupan makrofag lebih panjang, dapat bertahan berminggu-minngu atau bahkan berbulan-bulan
dalam jaringan dibanding dengan neutrofil yang berumur pendek. Selain itu waktu monosit me
masuki aliran darah dari sumsum tulang dan waktu memasuki jaringan dari aliran darah, ia belu
m matang betul seperti halnya neutrofil. Karena neutrofil dalam jaringan dan aliran darah sudah
mengalami pematangan (sudah matang), sehingga ia tidak mampu melakukan pembelahan sel d
an juga tidak mampu melakukan sintesis enzim-enzim pencenna. Pada monosit dapat dirangsang
untuk membelah dalam jaringan, dan mereka mampu memberi respon terhadap keadaan lokal
dengan mensintesis sejumlah enzim intrasel. Kemampuan untuk menjalani "on the.job training", i
ni adalah suatu sifat makrofag yang vital, khususnya pada reaksireaksi immunologis tertentu. Sela
in itu makrofag-makrofag dapat mengalami perubahan bentuk, selama mengalami perubahan itu,
mereka menghasilkan seI-se1 secara tradisional disebut sel epiteloid. Makrofag juga mampu ber
gabung membentuk sel raksasa berinti banyak disebut giant cell.

Walaupun makrofag merupakan komponen penting dalam eksudat namun mereka tersebar secar
a luas dalam tubuh, dalam keadaan normal dan disebut sebagai system reticuloendotelial atau R
ES (Reticulo Endotelial System), yang mempunyai sifat fagositosis, termasuk juga dalam hati, sel t
ersebut dikenal sebagai sel kupffer. Fungsi utama makrofag sebagai pembersih dalam darah atau
pun seluruh jaringan tubuh.Fungsi RES yang sehari-hari penting menyangkut pemrosesan haemo
globin sel darah merah yang sudah mencapai akhir masa hidupnya. Sel-sel ini mampu memecah
Hb menjadi suatu zat yang mengandung besi dan zat yang tidak mengandung besi. Besinya di
pakai kembali dalam tubuh untuk pembuatan sel-sel darah merah lain dalam sumsum tulang da
n zat yang tidak mengandung besi dikenal sebagai bilirubin, di bawa ke dalam aliran darah ke
hati, dimana hepatosit mengekstrak bilirubin dari aliran darah dan mengeluarkannya sebagai bagi
an dari empedu.

3. Limposit

Umumnya terdapat dalam eksudat hanya dalam jumlah yang sangat kecil,meskipu eksudat sudah
lama terbentuk yaitu sampai reaksi-reaksi peradangan menjadi kronis.

Tanda-Tanda Kardinal Peradangan

Pada peristiwa peradangan akut dapat dilihat tanda-tanda pokok (gejala kardinal).

1. Rubor (kemerahan)

Rubor atau kemerahan biasanya merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yang mengalam
i peradangan. Waktu reaksi peradangan mulai timbul maka arteriol yang mensupali daerah terse
but melebar, dengan demikian lebih banyak darah mengalir ke dalam mikrosirkulasi lokal. Kapiler
-kapiler yang sebelumnya kosong atau sebagian saja yang meregang dengan cepat terisi penuh
dengan darah. Keadaan ini yang dinamakan hyperemia atau kongesti,menyebabkan warna merah
lokal karena peradangan akut. Timbulnya hyperemia pada permulaan reaksi peradangan diatur ol
eh tubuh baik secara neurogenik maupun secara kimia,melalui pengeluaran zat seperti histamin.

2. Kalor (panas)

Kalor atau panas terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan yang hanya terja
di pada permukaan tubuh, yang dalam keadaan normal lebih dingin dari -37 C yaitu suhu di d
alam tubuh. Daerah peradangan pada kulit menjadi lebih panas dari sekelilingnya sebab darah y
ang disalurkan tubuh kepermukaan daerah yang terkena lebih banyak daripada yang disalurkan
kedaerah normal. Fenomena panas lokal ini tidak terlihat pada daerah-daerah yang terkena rada
ng jauh di dalam tubuh, karena jaringan-jaringan tersebut sudah mempunyai suhu inti 37C, hyp
eremia lokal tidak menimbulkan perubahan.

3. Dolor (rasa sakit)

Dolor atau rasa sakit, dari reaksi peradangan dapat dihasilkan dengan berbagai cara. Perubahan
pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat merangsang ujung-ujung saraf. Hal yang s
ama, pengeluaran zat kimia bioaktif lainnya dapat merangsang saraf. Selain itu, pembengkakan j
aringan yang meradang mengakibatkan peningkatan tekanan lokal yang tanpa diragukan lagi da
pat menimbulkan rasa sakit.

4. Tumor (pembengkaan)

Segi paling menyolok dari peradangan akut mungkin adalah pembengkaan lokal (tumor). Pembe
ngkaan ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan in
terstitial. Campuran dari cairan dan sel yang tertimbun di daerah peradangan disebut eksudat. P
ada keadaan dini reaksi peradangan sebagian besar eksudat adalah cair, seperti yang terjadi pad
a lepuhan yang disebabkan oleh luka bakar ringan. Kemudian sel-sel darah putih atau leukosit
meninggalkan aliran darah dan tertimbun sebagai bagian dari eksudat.

5. Fungsio laesa (perubahan fungsi)


Fungsio laesa atau perubahan fungsi adalah reaksi peradangan yang telah dikenal. Sepintas lalu,
mudah dimengerti, mengapa bagian yang bengkak, nyeri disertai sirkulasi abnormal dart lingkun
gan kimiawi lokal yang abnormal, berfungsi secara abnormal. Namun sebetulnya kita tidak meng
etahui secara mendalam dengan cara apa fungsi jaringan yang meradang itu terganggu.

Berbagai bentuk/Jenis Radang

Bentuk peradangan dapat timbul didasarkan atas jenis eksudat yang terbentuk, organ atau jaring
an tertentu yang terlibat, dan lamanya proses peradangan. Tata nama proses peradangan memp
erhitungkan masing-masing variable ini. Berbagai eksudat diberi nama deskriptif. Lamanya respon
peradangan disebut akut;disebut kronik jika ada bukti perbaikan yang sudah lanjut bersama den
gan dumadhsi;dan disebut subakut jika ada bukti awal perbaikan bersama dengan eksudasi. Loka
si reaksi peradangan disebut dengan akhiran -it is yang ditambahkan pada nama organ (misalny
a; apendisitis, tonsillitis).

Jenis Radang

Misalnya: radang kataral, radang pseudomembran, ulkus, abses, flegmon, radang purulen, suppur
ativaa dan lain-lain.

a) Radang Kataral

Terbentuk diatas permukaan membran mukosa,dimana terdapat sel-sel yang dapat mensekresi m
usin. Eksudat musin yang paling banyak dikenal adalah puck yang menyertai banyak infeksi pern
afasan bagian atas.

b) Radang Pseudomembran

Istilah ini dipakai untuk reaksi radang pada permukaan selaput lendir yang ditandai dengan pem
bentukan eksudat berupa lapisan selaput superficial, mengandung agen penyebab, endapan fibrin
, sel-sel nekrotik aktif dan sel-sel darah putih radang.Radang membranosa sering dijumpai dalam
orofaring, trachea,bronkus, dan traktus gastrointestinal.

c) Ulkus.
Terjadi apabila sebagian permukaan jaringan hilang sedangkan jaringan sekitarnya meradang.

d) Abses

Abses adalah lubang yang terisi nanah dalam jaringan. Abses adalah lesi yang sulit untuk diatasi
oleh tubuh karena kecenderungannya untuk meluas dengan pencairan, kecenderungannya untuk
membentuk lubang dan resistensinya terhadap penyembuhan. Jika terbentuk abses, maka obat-
obatan seperti antibiotik dalam darah sulit masuk ke dalam abses. Umumnya penanganan abses
oleh tubuh sangat dibantu oleh pengosongannya secara pembedahan, sehingga memungkinkan r
uang yang sebelumnya berisi nanah mengecil dan sembuh. Jika abses tidak dikosongkan secara
pembedahan oleh ahli bedah, maka abses cenderung untuk meluas, merusak struktur lain yang
dilalui oleh abses tersebut.

e) Flegmon

Flegmon: radang purulen yang meluas secara defuse pada jaringan.

f) Radang Purulent

Terjadi akibat infeksi bakteri.terdapat pada cedera aseptik dan dapat terjadi dimana-mana pada t
ubuh yang jaringannya telah menjadi nekrotik.

g) Radang supuratif

Gambaran ini adalah nekrosis liqeuvaktifa yang disertal emigrasi neutrofil dalam jumlah banyak.In
feksi supuratif local disebabkan oleh banyak macam bakteri yang secara kolektif diberi nama pio
gen (pembentukan nanah).Yang termasuk piogen adalah stafilokokkus,banyak basil gram negatif.
Perbedaan penting antara radang supuratif dan radang purulen bahwa pada radang supuratif ter
jadi nekrosis liquefaktiva dari jaringan dasar. Nekrosis liquefaktiva adalah jaringan nekrotik yang s
edikit demi sedikit mencair akibat enzim.

Aspek/Reaksi Sistemik Pada Peradangan

Reaksi sistemik yang menyertai reaksi local pada peradangan diantaranya adalah
1. Demam.

Yang merupakan akibat dari pelepasan zat pirogen endogen yang berasal dari neutrofil dan mak
rofag. Selanjutnya zat tersebut akan memacu pusat pengendali suhu tubuh yan g ada dihypothal
amus.

2. Perubahan hematologis.

Rangsangan yang berasal dari pusat peradangan mempengaruhi proses maturasi dan pengeluara
n leukosit dari sumsum tulang yang mengakibatkan kenaikan suatu jenis leukosit, kenaikan ini dis
ebut leukositosis. Perubahan protein darah tertentu juga terjadi bersamaan dengan perubahan a
pa yang dinamakan laju endap darah.

3. Gejala konstitusional.

Pada cedera yang hebat, terjadi perubahan metabolisme dan endokrin yang menyolok. Akhirnya
reaksi peradangan local sering diiringi oleh berbagai gejala konstitusional yang berupa malaise, a
noreksia atau tidak ada nafsu makan dan ketidakmampuan melakukan sesuatu yang beratnya be
rbeda-beda bahkan sampai tidak berdaya melakukan apapun.

Beda Radang Dengan Infeksi

Peradangan dan infeksi itu tidak sinonim.Pada infeksi ditandai adanya mikroorganisme dalam jari
ngan, sedang pada peradangan belum tentu, karena banyak peradangan yang tejadi steril semp
urna.Jadi infeksi hanyalah merupakan sebagian dari peradangan.

Nasib Radang Dan Pemulihan Jaringan Pada Radang

Dengan adanya reaksi peradangan, maka hasil perbaikan yang paling menggembirakan yang dap
at diperoleh adalah, jika terjadi hanya sedikit kerusakan atau tidak ada kerusakan jaringan di ba
wahnya sama sekali. Pada keadaan semacam itu jika agen penyerang sudah dinetralkan dan dihil
angkan. Pembuluh darah kecil di daerah itu memperoleh kembali semipermeabilitasnya, aliran cai
ran berhenti dan emigrasi leukosit dengan cara yang sama juga berhenti. Cairan yang sebelumn
ya sudah dieksudasikan sedikit demi sedikit diserap oleh pembuluh limfe dan sel-sel eksudat me
ngalami disintegrasi dan keluar melalui pembuluh limfe atau benar-benar dihilangkan dari tubuh.
Hasil akhir dari proses ini adalah penyembuhan jaringan yang meradang jaringan tersebut pulih
seperti sebelum reaksi. Gejala ini disebut resolusi.

Sebaliknya, bila jumlah jaringan yang rusak cukup bermakna jaringan yang rusak harus diperbaiki
oleh proliferasi sel-sel hospes berdekatan yang masih hidup. Perbaikan sebenarnya melibatkan d
ua komponen yang terpisah tetapi terkoordinir. Pertama disebut regenerasi Hasil akhirnya adalah
penggantian unsureunsur yang telah hilang dengan jenis sel yang sama. Komponen perbaikan ke
dua melibatkan proliferasi unsur-unsur jaringan penyambung yang mengakibatkan pembentukan j
aringan parut.

Penyembuhan luka.

Koordinasi pembentukan parut dan regenerasi barangkali paling mudah dilukiskan pada kasus pe
nyembuhan luka kulit. Jenis penyembuhan yang paling sederhana terlihat pada penanganan luka
oleh tubuh seperti pada insisi pembedahan, dimana pinggir luka dapat didekatkan agar proses p
enyembuhan dapat terjadi. Penyembuhan semacam ini disebut penyembuhan primer atau healin
g by first intention. Setelah teijadi luka maka tepi luka dihubungkan oleh sedikit bekuan darah y
ang fibrinnya bekerja seperti lem. Segera setelah itu terjadilah reaksi peradangan akut pada tepi
luka itu dan sel-sel radang, khususnya makrofag, memasuki bekuan darah dan mulai menghancu
rkanya. Dekat reaksi peradangan eksudat ini, terjadi pertumbuhan ke dalam oleh jaringan granul
asi ke dalam daerah yang tadinya ditempati oleh bekuan darah. Dengan demikian maka dalam j
angka waktu beberapa hari luka itu dijembatani oleh jaringan granulasi yang disiapkan agar mat
ang menjadi jaringan parut. Sementara proses ini berjalan maka epitel permukaan di bagian tepi
mulai melakukan regenerasi dan dalam waktu beberapa hari bermigrasi lapisan tipis epitel diata
s permukaa luka.Waktu jaringan parut di bawahnya menjadi matang, epitel ini juga menebal dan
matang sehingga menyerupai kulit yang didekatnya. Hasil akhirnya adalah terbentuknya kembali
permukaan kulit dan dasar jaringan parut yang tidak nyata atau hanya terlihat sebagai satu garis
yang menebal. Pada luka lainnya diperlukan jahitan untuk mendekatkan kedua tepi luka sampai
terjadi penyembuhan.

Bentuk penyembuhan kedua terjadi jika luka kulit sedemikian rupa sehingga tepi luka tidak dapa
t saling didekatkan selama proses penyembuhan. Keadaan ini disebut healing by second intentio
n atau kadang kala disebut penyembuhan yang disertai granulasi
Penyembuhan Abses

Penyembuhan akan berlangsung lebih cepat bila isi abses dapat keluar. Abses kecil akan diorgan
isasi dan menjadi jaringan ikat. Abses besar hanya sekitarnya akan diorganisasi dan menjadi jarin
gan ikat.

Diposting oleh AryaNers di 14.59

1 komentar:

Anonim mengatakan...

terima kasih bt infonya.. sesuai dgn tgs sy. tp bole nanya ga, tu literaturya buku apa?? thx

Kamis, 03 Maret, 2011

Posting Komentar

Link ke posting ini

Buat sebuah Link

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Langganan: Posting Komentar (Atom)

Search

Blog Archive

2009 (21)

2010 (29)

Januari (2)
Maret (1)

April (5)

Pengertian Radang Dan Proses Terjadinya RadangKonjungtivitis FolikularisINFEKSIEpidemiologi Abs


es HatiEpidural Hematoma

Mei (7)

Agustus (8)

September (1)

Oktober (3)

November (2)

2011 (12)

komentar

widgets

About me

blogger angin mamiri

komunitas blogger makassar

widgets

widgets

pesta blogger

Mini Updates
Advertisement

facebook

Arya Saktipakulangit | Buat Lencana Anda

Seberapa pentingkah Blog ini buat anda

Powered By Blogger

Ada kesalahan di dalam gadget ini

About Me

Foto Saya

AryaNers

Makassar, Indonesia

simple,suka liat film,suka minum kopi,suka makan buah pisang,suka magic,suka musik jazz ,suka
main airsoft,suka nulis blog,suka baca buku,selalu kebanjiran ide tapi bingung ngungkapinnya,chil
dish,narsis,cerewet,panikan,blak-blakan dan nggak bisa hidup tanpa internet.

Lihat profil lengkapku

Followers

Copyright (c) 2010 AryaNers Blog. Design by WP Themes Expert

Blogger Templates by SEO Services.

Anda mungkin juga menyukai