Maherianto
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Andalas
ABSTRAK
Suatu sistem tenaga listrik umumnya terdiri dari banyak unit pembangkit (multimesin) yang terinterkoneksi
satu sama lain melalui jaringan transmisi. Dalam menjaga kontinuitas penyaluran daya listrik dari pembangkit
sampai konsumen, suatu sistem tenaga listrik haruslah terjaga keandalan sistemnya. Sistem yang andal hendaknya
mampu menjaga sistem tetap dalam keadaan stabil. Stabilitas sistem tenaga listrik berhubungan dengan
kemampuan sistem mengembalikan keadaan sistem pada operasi normalnya setelah terjadi gangguan.
Pada studi stabilitas transien multmesin ini akan dilihat pengaruh gangguan tiga fasa simetris terhadap
perilaku unit pembangkit (generator) saat kondisi peralihan dalam menentukan waktu kritis pemutusan (Critical
clearing time, CCT) gangguan tersebut. Dengan menggunakan perangkat lunak Matlab dilakukan simulasi transien
terhadap sistem tenaga listrik pada studi kasus PT.PLN P3B Sumatera dengan berdasar pada metode euler. Dari
hasil simulasi menunjukan bahwa CCT untuk sistem tenaga listrik PT.PLN P3B Sumatera mempunyai waktu
tercepat untuk subsistem Sumbagut adalah 0.24 s dan subsistem Sumbagselteng adalah 0.17 s. Hasil tersebut telah
memenuhi standar aturan Menteri ESDM CCA1 2.2 no. 37 Tahun 2008.
1
4. Model dinamik pembangkit sebagian 1. Bus Beban (Bus P-Q), Pada bus ini injeksi
merupakan data tipikal. daya aktif (P) maupun daya reaktif, keduanya
ditentukan. Sedangkan magnitude (V) dan sudut
II. DASAR TEORI fasa () dihitung.
2.1 Sistem Tenaga Listrik 2. Bus Pembangkit (Bus P-V), Pada bus ini
Sistem tenaga listrik adalah suatu sistem yang injeksi daya aktif (P) dan magnitud tegangan
membangkitkan, mengatur, menyalurkan, membagi, (V) yang ditentukan sedangkan sudut fasa ()
dan memanfaatkan tenaga listrik. Tenaga listrik dan injeksi daya reaktif (Q) dihitung.
dibangkitkan oleh pusat-pusat tenaga listrik, yaitu : 3. Bus Slack, Pada bus ini magnitude tegangan (V)
PLTA, PLTU, PLTN, PLTD, dan lain sebagainya. dan sudut fasa tegangan () ditentukan, injeksi
Suatu sistem tenaga listrik terdiri dari tiga komponen daya aktif (P) dan daya reaktif (Q) dihitung.
utama: pusat pembangkit listrik, saluran transmisi,
dan sistem distribusi. Selain komponen utama 2.3 Metode Newton Raphson
tersebut, terdapat komponen-komponen lainnya yang Untuk meyelasaikan solusi persamaan dalam
sangat penting dan berpengaruh dalam studi analisis aliran daya salah satunya dapat digunakan metode
sistem tenga listrik, yaitu: transformator daya, Newton-Raphson. Langkah dalam metode ini adalah
kondensator-kondensator sinkron arus statis, dan sebagai berikut :
beban-beban yang terdiri dari beban dinamik dan 1. Melakukan penomoran bus serta menyusun data
beban statis. sistem.
Dalam studi analisis sistem tenaga biasanya 2. Membentuk impedansi jaringan sistem dan
dilakukan pemodelan terhadap komponen-komponen menyusun ke dalam bentuk matriks admitansi
sistem tersebut diatas dengan menggambarkan jaringan sistem tersebut.
diagram tunggal sistem dengan tujuan 3. Melakukan perhitungan daya terjadwal pada
menyederhanakan dan memberikan informasi yang setiap bus dan menghitung mismatch daya ( Pi
diperlukan dalam analisis. Selain itu, untuk , Qi ).
penyederhanaan dalam analisis digunakan kuantitas
4. Membentuk matriks Jacobian untuk
per unit (pu) yang dinyatakan sebagai perbandingan
kuantitas terhadap nilai dasarnya dalam desimal. menentukan dengan menggunakan nilai-nilai
perkiraan sudut dan tegangan. Hal ini dilakukan
berulang kali (iterasi) sampai didapat nilai
2.2 Studi Aliran Daya sudut dan tegangan yang sesuai dengan tingkat
Studi aliran daya merupakan perhitungan untuk
ketelitian yang telah dipilih atau telah mencapai
menentukan tegangan, arus, dan faktor daya atau
konvergen.
daya reaktif yang terdapat pada berbagai titik dalam
5. Melakukan perhitungan daya pada slack bus,
suatu jaringan listrik pada keadaan pengoperasian
daya reaktif pada bus PV setelah konvergensi
normal (kondisi steady state) baik yang dalam
telah tercapai.
keadaan beroperasi maupun dalam perencanaan dan
pengembangan sistem yang akan datang. Studi aliran
daya biasanya digunakan untuk mengetahui efek 2.3 Studi Stabilitas Sistem Tenaga
interkoneksi sistem, perubahan beban, perubahan Stabilitas sistem tenaga listrik merupakan
pada unit pembangkitan, serta pengaruh perubahan kemampuan suatu sistem tenaga listrik atau bagian
saluran transmisi. Dalam studi kestabilan transien dari komponennya untuk mempertahankan
sistem tenaga, analisis aliran daya digunakan sebagai sinkronisasi generator dan keseimbangan sistem.
kondisi awal sistem sebelum gangguan (steady-state). Ketidakstabilan dapat menimbulkan masalah dalam
Sistem daya pada setiap bus atau simpul sistem jaringan. Ketidakstabilan yang ditimbulkan
dipresentasikan dalam empat variabel yang meliputi dapat menyebabkan terganggunya sistem transmisi
daya aktif (P), daya reaktif (Q), magnitude tegangan listrik dan terjadinya juga kerusakan pada
(V) dan sudut fasa (). Persamaan aliran daya peralatan[9].
menyelesaikan dua dari empat variable yang telah Untuk memudahkan analisis, masalah stabilitas
disebutkan diatas dan dua sisanya harus diselesaikan dibagi menjadi dua: stabilitas steady state dan
dengan persamaan. Berdasarkan hal itu, secara umum stabilitas peralihan. Stabilitas steady state
bus dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori. Pada menunjukan pada kemampuan sistem daya untuk
setiap kategori bus tersebut dua dari empat variable mengembalikan pada kondisi sinkron setelah adanya
sudah diketahui sedangkan dua variable lainnya gangguan kecil dan pelan, seperti perubahan daya
dihitung dengan persamaan aliran daya. Adapun yang pelan, sedangkan Studi kestabilan peralihan
ketiga kategori tersebut antara lain : merupakan kemampuan suatu sistem daya dalam
menjaga sinkronisasi generator saat terjadi gangguan
2
peralihan seperti gangguan pada saluran transmisi, 3. Dengan menggunakan tegangan bus sebelum
lepasnya generator, atau lepasnya beban yang besar. gangguan (prefault), semua beban diubah ke
Kestabilan sistem daya listrik berhubungan dalam admitansi ekivalen ke tanah dan
dengan perilaku dinamis generator yang dipengaruhi diasumsikan konstan.
oleh perilaku dinamis sudut rotor generator dan 4. Sudut rotor mekanis setiap mesin disamakan
hubungan terhadap sudut-daya nya. Persamaan yang dengan sudut tegangan terhadap reaktansi
mengatur pergerakan rotor generator sinkron mesin.
didasarkan pada prinsip dasar dalam dinamika yang Dalam penyelesaian kestabilan multimesin
menyatakan bahwa torka percepatan merupakan hasil ditentukan persamaan ayunan rotor generator sebagai
dari perkalian momen inertia (momen kelembanan) berikut :
rotor dengan percepatan sudutnya. arus mesin ke-i :
d 2 m S * P jQ
J Ta Tm Te N -m Ii i* i * i i 1, 2,...., m
dt 2 (1) Vi Vi (4)
J = total momen inertia dari masa rotor, dalam I = jumlah generator
kg-m2 Vi = tegangan terminal dari generator ke-i
m = pergeseran sudut dari rotor terhadap sudut Pi = daya aktif generator
diam (stationary axis), dalam t radian Qi = daya reaktif generator
mekanis (rad) Tegangan dengan nilai reaktansi peralihan ditentukan
t = waktu, dalam sekon (s) dengan persamaan :
Tm = torka mekanis atau poros penggerak yang E ' Vi jX d' I i
(5)
di berikan oleh penggerak mula dikurangi Seluruh beban diubah ke dalam admitansi ekivalen
torka perlambatan yang disebabkan rugi- dengan hubungan :
rugi rotasi , dalam N-m Si* Pi jQi
Te = torka elektromagnetis, dalam N-m yi 0 2
2
Vi Vi
Ta = torka percepatan, dalam N-m (6)
Persamaan jaringan dengan semua beban diubah ke
Daya merupakan Torka dikali kecepatan sudut maka,
dalam bentuk persamaan admitansi:
H d 2 (2)
Pa Pm Pe n+1
180 f dt 2 G
n+2 Jaringan bus-n
d 2 180 f 180 f
Pm Pe
G
Pa (3) Beban-beban dalam
dt 2 H H n+m
bentuk admitansi konstan
G
H = daya kinetis yang tersimpan dalam
Gambar 1. Representasi sistem daya studi perlihan
megajoule pada kecepatan sinkron dalam
rating mesin (MJ/MVA)
Matriks jaringan untuk menentukan arus yang
Pe = keluaran Daya listrik, dalam pu
diinjeksikan ke setiap bus.
Pm = keluaran Daya mekanis, dalam pu
I1 Y1 1 Y1n Y1 n 1 Y1 n m V1
d 2 = persamaan ayunan generator, (derajat
I2
dt 2 Y2 1 Y2 n Y2 n 1 Y2 n m V2
listrik/det2)
In Yn1 Yn n Yn n 1 Yn n m Vn
3
m
I i E 'jYij
dx
xip x0 t (17)
j 1
(10) dt x0
Daya keluaran elektris generator ke-i :
Dari nilai prediksi xip , derifatif pada akhir interval
Pei E E Yij cos ij i j
m
' '
i j ditentukan sebagai berikut :
j 1
(11)
Persamaan untuk daya masukan mekanis sama
dx
dt xip
f t1 , x1p (18)
dengan daya keluaran elektris, sehingga :
Sehingga nilia rata-rata dari kedua derifatif tersebut
Pmi Ei' E 'j Yij cos ij i j
m
digunkan sebagai nilai sebenarnya dari solusi yang
j 1 dicari, yaitu :
(12)
Persamaan ayunan untuk mesin ke-I adalah sebagai : dx dx
Hi d 2 i dt dt p
Pmi Ei' E 'j Yij cos ij i j
m
x1c x0
x1 (19)
t
x0
f0 dt 2
j 1 (13) 2
(2.146)
2.4 Metode Euler Untuk algoritma komputerisasi sebagai nilai xi
Dalam studi stabilitas multimesin untuk ditentukan sebagai berikut :
menyelesaikan persamaan diferensial non linier pada dx dx
persamaan ayunan dapat digunakan persamaan dt dt p
xic1 xi
xi1
numerik. Dalam studi ini digunakan persamaan t
xi
4
4. Mereduksi matriks admitansi sistem sebelum Simulasi stabilitas peralihan untuk sistem tenaga
gangguan dengan metode krons reduction. Hal dalam studi kasus PT.PLN P3B Sumatera pada
ini bertujuan menyederhankan dimensi matriks penelitian ini menggunakan bantuan bantuan
admitansi bus sistem berdasakan jumlah perangkat lunak software toolbox Matlab[8] versi
generator. Data yang diperlukan meliputi 7.01. Langkah-langkah dalam simulasi kestabilan
admitansi bus sistem hasil aliran dayadengan peralihan tersebut sebagai berikut:
memasukan admitansi beban, dan admitansi 1. Input data sistem yang diperlukan dalam
generator ke dalam matriks admitansi bus simulasi, yaitu :
sistem. - Data pembebanan (MW, Mvar), dalam pu.
5. Menghitung tegangan internal dan daya mekanis - Data Pembangkitan (MW), dalam pu.
generator. - Data Impedensi Transmisi (R+jX, line
6. Membentuk matriks admitansi bus sistem saat charging), dalam pu.
gangguan tiga fasa simetris diterapkan, setelah - Data Generator (H, Xd), dalam MJ/MVA
itu mereduksi matriks admitansi bus saat terjadi dan pu.
gangguan tersebut. 2. Jenis bus untuk simulasi pada input data sistem
7. Membentuk matriks admitansi bus setelah sebagai berikut :
terjadi gangguan dengan kondisi melepas - Untuk bus slack diberi kode 0.
saluran terganggu untuk menghilangkan - Untuk bus Pembangkit (PV) diberi kode 1.
gangguan tersebut. Kemudian dilakuakan - Untuk bus Beban (PQ) diberi kode 2.
reduksi matriks admitansi bus sistem setelah 3. Gangguan tiga fasa simetris terjadi pada saluran
gangguan dihilangkan. dekat ujung kirim bus atau ujung terima bus.
8. Melakukan perhitungan kurva ayunan generator Gangguan dibersihkan dengan mengisolasi
untuk memplot grafik sudut-daya terhadap watu saluran yang terganggu.
untuk masing-masing generator. Perhitungan ini 4. Simulasi dalam menentukan CCT dilakukan
dilakukan untuk menentukan batasan waktu berulang kali sampai dihasilkan kurva yang
kritis pemutusan gangguan yang dilakukan menunjukan adanya salah satu atau beberapa
sampai salah satu atau beberapa unit generator generator yang lepas (out of step) dari sistem.
kehilangan sinkronisasinya atau lepas sari
sistem.
Mulai
tidak
Cek Data
tidak
ya
ya
Input Bus i
Gangguan
tidak
Selesai
5
III. SIMULASI DAN ANALISA 4. Data generator
4.1 Pengumpulan Data 4.2 Hasil Simulasi
Pada penelitian ini, data yang digunakan Hasil simulasi berupa waktu kritis
merupakan data beban puncak tahun 2008 yang pemutusan gangguan untuk setiap titik pada saluran
diperoleh dari PT.PLN P3B Sumatera. Sistem tranmisi. Simulasi dilakukan berulang kali sampai
tersebut memiliki dua subsistem besar yakni didapat salah satu atau beberapa unit generator lepas
Sumbagut dan Sumbagselteng. Frekuensi sistem yang dari sistem. Gangguan transien berupa gangguan
digunkan adalah 50 Hz, dengan menggunkan hubung singkat tiga fasa simteris, gangguan ini
tegangan saluran transmisi 150 kV dan 66 kV. Data dipilih karena merupakan gangguan yang
yang digunakan sebagai input pada simulasi sebagai menghasilkan arus gangguan yang besar dibanding
berikut : gangguan lain yang terjadi pada sistem. Meskipun
1. Data pembebanan gangguan ini jarang terjadi, tetapi digunakan untuk
2. Data Pembangkitan asumsi resiko terbesar.
3. Data saluran transmisi
1-36 0.24
PLTGU Belawan 1
1-11 0.24
GI Banda Aceh 2 2-12 0.36
3-15 0.48
GI Lhokseumawe 3 3-14 0.48
3-13 0.47
GI Titi Glugur 4 4-18 0.66
Gi Titi Kuning 5 5-36 0.52
6-7 0.43
6-18 0.43
GI Paya Pasir 6
6-36 0.41
6-20 0.43
7-6 0.50
GI PLTU Belawan 7
7-21 0.51
8-9 0.27
GI SIPAN 1 8
8-32 0.26
9-8 0.29
GI SIPAN 2 9
9-32 0.29
10-34 0.76
GI Renun 10
10-35 0.79
11-17 0.24
GI Binjai 11 11-1 0.24
11-18 0.24
GI Sigli 12 12-13 0.44
13-12 0.51
GI Bireun 13
13-3 0.52
14-15 123.00
GI Idie 14
14-3 119.20
15-17 0.55
15-16 0.53
GI Langsa 15
15-14 0.96
15-3 0.96
GI Tualang Cut 16 16-15 172.56
6
GI Pangkalan 17-15 0.45
17
Brandan 17-11 0.39
18-4 0.29
18-6 0.29
GI Paya Geli 18 18-11 0.29
18-5 0.29
18-19 0.29
19-18 114.45
GI Namorambe 19
19-5 114.45
GI Mabar 20 20-6 0.50
21-7 0.54
GI Labuhan 21
21-22 0.53
GI Lamhotma 22 22-21 0.60
GI KIM 23 23-36 79.95
24-25 115.89
GI Denai 24
24-36 115.90
25-36 72.57
GI Tj. Morawa 25
25-24 72.57
GI Perbaungan 26 26-27 79.81
27-36 86.79
27-26 86.79
GI Tebing Tinggi 27
27-28 86.79
27-29 86.79
28-27 78.82
GI Kuala Tanjung 28
28-39 78.82
29-27 85.51
GI Pematang Siantar 29
29-30 85.50
30-29 96.64
GI Porsea 30
30-31 96.64
31-33 0.39
GI Tarutung 31 31-35 0.39
31-32 0.39
32-31 0.27
32-37 0.27
GI Sibolga 32
32-8 0.27
32-9 0.28
33-35 150.77
GI TELE 33
33-31 150.77
34-5 102.18
GI Brastagi 34 34-35 102.18
34-10 102.19
35-34 112.66
GI Sidi Kalang 35 35-33 112.66
35-31 112.64
36-5 0.29
36-23 0.29
GI Seirotan 36 36-1 0.41
36-6 0.29
36-25 0.29
GI Padang 37-38 0.83
37
Sidempuan 37-32 0.83
38-37 85.19
GI Rantau Prapat 38
38-39 85.18
7
39-28 85.44
GI Kisaran 39
39-38 85.46
1-13 0.27
1-46 0.27
GI Bukit Asam 1 1-54 0.28
1-43 0.29
GI Teluk Lembu 2 2-28 2.40
3-28 0.42
GI Koto Panjang 3 3-29 0.42
3-4 0.40
GI Paya Kumbuh 4 4-3 0.87
5-30 0.64
GI Maninjau 5
5-31 0.62
6-31 0.48
GI Singkarak 6
6-24 0.47
7-31 4.24
7-32 4.60
GI Pauh limo 7
7-34 4.20
7-33 4.52
GI Payo Selincah 8 8-41 0.53
GI Sukamerindu 9 9-45 0.70
GI Musi 10 10-45 0.18
GI TES 11 11-45 1.03
12-38 0.24
GI Ombilin 12 12-24 0.23
12-36 0.24
13-46 0.29
GI Gunung Megang 13
13-1 0.34
14-46 0.69
GI Simpang Tiga 14
14-15 0.71
15-14 0.60
15-48 0.62
GI Keramasan 15 15-49 0.61
15-53 0.61
15-47 0.61
16-48 0.42
GI Borang 16 16-21 0.46
16-51 0.45
GI Talang Duku 17 17-65 0.61
GI Besai 18 18-55 0.34
GI Batu Tegi 19 19-59 0.69
GI Tarahan 20 20-64 0.26
GI Sungai Juaro 21 21-16 0.47
22-60 0.32
22-61 0.31
GI Tegineneng 22
22-62 0.31
22-59 0.30
8
GI Teluk Betung 23 23-60 0.58
24-6 0.36
GI Batu Sangkar 24 24-12 0.35
24-4 0.37
GI Bagan Batu 25 25-26 --
26-25 --
GI Duri 26 26-27 --
26-28 --
GI Dumai 27 27-26 --
28-26 0.90
28-2 0.89
GI Garuda Sakti 28
28-29 0.86
28-3 0.85
29 29-28 1.12
GI Bangkinang
29-3 1.41
30-4 169.49
GI Padang Luar 30
30-5 169.49
31-6 0.77
GI Lubuk Alung 31 31-32 0.77
31-7 0.77
GI PIP 32 32-31 --
GI Simpang Haru 33 33-7 --
34-35 --
GI Indarung 34 34-12 --
34-7 --
GI Solok 35 35-34 --
36-12 0.29
GI Salak 36
36-35 0.29
GI Teluk Kuantan 37 37-38 --
38-37 --
GI Kiliranjao 38 38-39 --
38-12 --
39-41 0.85
GI Muaro Bungo 39
39-40 0.83
40-39 1.10
GI Bangko 40
40-44 1.06
41-39 0.56
GI Aur Duri 41
41-8 0.58
GI Pagar Alam 42 42-43 --
43-42 0.36
GI Lahat 43 43-1 0.34
43-44 0.32
44-43 0.36
GI Lubuk Linggau 44
44-40 0.36
45-44 0.25
GI Pekalongan 45 45-11 0.24
45-10 0.17
46-14 0.58
GI Prabumulih 46
46-1 0.57
GI Mariana 47 47-15 --
48-15 0.61
GITalang Kelapa 48 48-16 0.62
48-66 0.63
9
49-50 0.77
GI Bungaran 49
49-15 0.77
GI S.Kedukan 50 50-21 0.72
51-52 0.76
GI Seduduk Putih 51
51-65 0.72
52-53
GI Talang Ratu 52
52-51 0.73
GI Bkt. Siguntang 53 53-52 --
54-1 1.30
GI Batu Raja 54
54-55 1.23
55-54 0.39
GI Bukit Kemuning 55 55-18 0.39
55-56 0.39
56-55 0.52
GI Kota Bumi 56 56-57 0.52
56-22 0.52
GI Adijaya 57 57-56 --
GI Menggala 58 58-56 --
GI Pagelaran 59 59-19 0.19
60-64 0.22
GI Natar 60 60-23 0.21
60-22 0.21
GI Metro 61 61-62 --
GI Sribawono 62 62-22 --
GI Kalianda 63 63-64 --
64-63 0.27
GI Sutami 64
64-60 0.26
GI Boom Baru 65 65-17 0.72
GI Betung 66 66-48 --
10
DAFTAR KEPUSTAKAAN [5] Kundur, Prabha. 1994. Power System Stability
[1] Greinger, John J and William D Stevenson. and Control. New York : McGraw Hill.
1994. Power system Analysis [6] Laksono, Heru Dibyo. 2008. Studi Kestabilan
International Editions. New York: McGraw Transien Sistem Tenaga Listrik Multimesin
Hill. (Model IEEE 9 bus 3 mesin). Jurnal Teknika
[2] Hidayat, Haris Sofyan. 2008. Studi Stabilitas pada Fakultas teknik, Universitas Andalas,
Transien untuk Penentuan Tranfer Padang, Vol. 1 No.30.
Maksimum Sistem Interkoneksi Sumatera. [7] Murty, P S R . 2007. Power System Analysis.
Laporan penelitian pada Jurusan Teknik Hyderabad : BS Publications.
Elektro, Fakultas Teknik Universitas Andalas, [8] Saadat, Hadi. 1999. Power System Analysis.
Padang. New York : Mc Graw Hill.
[3] Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral. [9] Saputro, Hidayat Harry. 2007. Analisis
2008. Aturan Jaringan Tenaga Listrik Stabilitas Multimesin dengan Menggunakan
Sumatera. Peraturan Menteri ESDM CCA1 2.2 Matlab. Laporan penelitian pada Universitas
No. 37 Tahun 2008. Kristen Petra.
[4] Kimbark, Edward Wilson. 1995. Power System [10] Stevenson Jr, William D. 1993. Analisis
Stability volume 1. New York : IEEE Press Sistem Tenaga Listrik. Jakarta: Erlangga.
Power Engineer Series.
11