Askep Skizofrenia
Askep Skizofrenia
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
1
Skizofrenia adalah suatu diskripsi sindrom dengan variasi penyebab
(banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis
atau deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada
pertimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya (Rusdi Maslim, 1997;
46).
2. Tujuan penulisan
a. Tujuan umum
Mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien skizofrenia
b. Tujuan khusus
- Mengetahui lebih dalam tentang teori skizofrenia
- Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien skizofrenia
3. Manfaat penulisan
- Sebagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa program studi ilmu
keperawatan stikes aisyiyah Yogyakarta
- Sebagai bacaan bagi seluruh mahasiswa stikes aisyiyah Yogyakarta
- Sebagai syarat untuk memenuhi nilai mata kuliah keperawatan jiwa II
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP TEORI
1. Definisi
Menurut Stuart (2006: 240 ) skizofrenia adalah suatu penyakit otak
yang serius yang mengakibatkan kesulitan dalam memproses informasi,
hubungan interpersonal, serta memcahkan masalah karena terganggunya
fungsi otak yang normal.
Skizofrenia adalah suatu diskripsi sindrom dengan variasi penyebab
(banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis
atau deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada
pertimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya (Rusdi Maslim,
1997; 46).
2. Etiologi
Skizofrenia berpotensi untuk diturunkan melalui gen. namun
tergantung pada lingkungan Menurut Maramis (2009: 263) dikatakan bahwa
ada yang mempengaruhi penyebab terjadinya skizofrenia, antara lain yaitu :
a. Genetik
Individu tersebut apakah akan terjadi manifestasi skizofren atau tidak.
b. Neurokimia
Obat-obatan dapat mempengaruhi individu mengalami skizofen.
Kelebihan dopamine dapat sebagai faktor penyebab skizofrenia. Obat-
obatan yang meningkatkan aktivitas pada sistem dopaminergik seperti
amfetamin dapat menyebabkan reaksi psikotik yang sama dengan
skizofrenia.
c. Hipotesis perkembangan saraf
Studi autopsy dan studi pencitraan otak memperlihatkan abnormal struktur
dan morfologi otak penderita skizofrenia yaitu berat otak rata-rata lebih
kecil, ukuran anterior-posterior lebih pendek, gangguan metabolik di
daerah frontal dan temporal, serta kelainan susunan seluler pada struktur
saraf bagian kortek dan sub kortek.
3
3. Manifestasi
Gejala-gejala umum yang dapat dilihat menurut Maramis (2009):
a. Penampilan dan perilaku umumnya terlihat cuek tidak memperhatikan
b. Gangguan berbicara, apabila diajak berkomunikasi maka kadang tidak bisa
sesuai kontek yang dibicarakan (inkoheren)
c. Gangguan perilaku, seperti gaduh gelisah, logorea,strereotipi
d. Gangguan afek yaitu kedangkalan respon emosi seperti acuh tak acuh
terhadap orang lain dan lingkungan, sensitivitas emosi, parathimi yaitu
apabila seharusnya sesuatu itu membuat dia senang maka dia akan merasa
sebaliknya.
e. Gangguan persepsi, yaitu mengalami halusinasi
f. Gangguan proses pikir, yaitu mengalami waham
Menurut dari sumber lain yaitu menurut Direja (2011: 96) gejala-gejala
skizofrenia dibagi menjadi dua yaitu :
a. Gejala primer
1. Gangguan proses pikir, yang terlihat yaitu inkoherensi
2. Gangguan afek emosi
3. Emosi dan afek tidal berkesinambungan
4. Hilangnya kemmpuan untuk mengadakan hubungan emosi yang baik
5. Gangguan kemauan, yaitu merasa pikirannnya dipengaruhi orang lain,
keinginannya menurun
6. Gejala psikomotor yaitu logorea,katelepsi atau mempertahankan postur
tubuh untuk waktu yang cukup lama, autisme
b. Gejala Sekunder
1. Waham
2. Halusinasi
4
4. Jenis Skizofrenia
Kraepelin membagi Skizofrenia dalam beberapa jenis berdasarkan gejala
utama antara lain :
a. Skizofrenia Simplek
Sering timbul pertama kali pada usia pubertas, gejala utama berupa
kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berfikir
sukar ditemukan, waham dan halusinasi jarang didapat, jenis ini
timbulnya perlahan-lahan.
b. Skizofrenia Hebefrenia
Permulaannya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada masa
remaja atau antaraa 15-25 tahun. Gejala yang menyolok ialah gangguan
proses berfikir, gangguan kemauaan dan adaanya depersenalisasi atau
double personality. Gangguan psikomotor seperti mannerism,
neologisme atau perilaku kekanak-kanakan sering terdapat, waham dan
halusinaasi banyak sekali.
c. Skizofrenia Katatonia
Timbulnya pertama kali umur 15-30 tahun dan biasanya akut serta sering
didahului oleh stress emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah katatonik
atau stupor katatonik.
d. Skizofrenia Paranoid
Gejala yang menyolok ialah waham primer, disertai dengan waham-
waham sekunder dan halusinasi. Dengan pemeriksaan yang teliti
ternyata adanya gangguan proses berfikir, gangguan afek emosi dan
kemauan.
5
f. Skizofrenia Residual
Keadaan Skizofrenia dengan gejala primernya Bleuler, tetapi tidak jelas
adanya gejala-gejala sekunder. Keadaan ini timbul sesudah beberapa kali
serangan Skizofrenia.
b. Psikoterapi
Terapi kejiwaan atau psikoterapi pada penderita skizofrenia, baru dapat
diberikan apabila penderita dengan terapi psikofarmaka sudah mencapai
tahapan di mana kemampuan menilai realitas (Reality Testing
Ability/RTA) sudah kembali pulih dan pemahaman diri ( insight) sudah
baik. Psikoterapi diberikan dengan catatan bahwa penderita masih tetap
mendapat terapi psikofarmaka. Psikoterapi diberikan tergantung dari
6
kebutuhan dan latar belakang penderita sebelum sakit (Pramorbid ),
adapun macam psikoterapi adalah sebagai berikut :
1. Psikoterapi Suportif, dimaksudkan untuk memberikan dorongan,
semangat danmotivasi agar penderita tidak putus asa dan semangat
juangnya ( fighting spirit ) dalam menghadapi hidup ini tidak kendur
dan menurun.
2. Psikoterapi Re-edukatif , dimaksudkan untuk memberikan pendidikan
ulang yang maksudnya memperbaiki kesalahan pendidikan di waktu
lalu.
3. Psikoterapi Re-konstruktif , dimaksudkan untuk memperbaiki
kembali (re-konstruksi) kepribadian yang telah mengalami keretakan
menjadi pribadi utuh seperti semula sebelum sakit.
4. Psikoterapi Kognitif , dimaksudkan untuk memulihkan kembali
fungsi kognitif (daya pikir dan daya ingat) rasional sehingga penderita
mampu membedakan nilai-nilai moral etika, mana yang baik dan
buruk.
5. Psikoterapi Psiko-dinamik, dimaksudkan untuk menganalisa dan
menguraikan proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan
seseorang jatuh sakit dan upaya untuk mencari jalan keluarnya.
6. Psikoterapi Perilaku, dimaksudkan untuk memulihkan gangguan
perilaku yang terganggu (maladatif ) menjadi perilaku yang adaptif
(mampu menyesuaikan diri).
7. Psikoterapi keluarga, dimaksudkan untuk memulihkan hubungan
penderita dengan keluarganya
c. Terapi psikososial
Terapi psikososial dimaksudkan penderita agar mampu kembali
beradaptasi dengan lingkungan sosial sekitarnya dan mampu merawat
diri, mampu mandiri tidak tergantung pada orang lain, sehingga tidak
menjadi beban bagi keluargadan masyarakat.
d. Terapi psikoreligius
Terapi keagamaan (psikoreligius ) terhadap penderita Skizofrenia
dimaksudkan gejala patologis dengan pola sentral keagamaan dapat
diluruskan, dengan demikian keyakinan atau keimanan penderita dapat
dipulihkan kembali di jalan yang benar.
7
6. Kriteria Sembuh Klien Skizofrenia
Menurut Handayani (2008), kriteria sembuh untuk klien skizofrenia dibagi
menjadi 2(dua), yaitu :
1. Remisi (sembuh bebas gejala) menunjukkan klien, sebagai hasil terapi
medikasi terbebas dari gejala-gejla skizofrenia, tetapi tidak melihat
apakah klien dapat berfungsi atau tidak.
2. Recovery (sembuh tuntas), mencakup disamping terbebas dari gejala-
gejalahalusinasi, delusi dan lain-lain, klien juga dapat bekerja atau belajar
sesuai harapan keadaan klien dan masyarakat sekitar.
8
BAB III
PEMBAHASAN
a. Autisme
Merupakan suatu keadaan yang berfokus pada batiniah (inner side).
Seseorang mungkin saja menciptakan dunia sendiri. Kata-kata dan
kejadian-kejadian tertentu mungkin mempunyaai arti yang khusus
untuk orang psikosis, arti suatu simbolik alamiah yang hanya mengerti
oleh individu tersebut.
b. Ambivalensi emosi
Kekuatan emosai cinta, benci dan takut menghasilkan banyak konflik
dalam diri seseorang. Setiap kali terjadi kecenderungan untuk
mengimbangi orang lain sampai netralisasi emosional terjadi dan
akibatnya individu tersebut akan mengalami kelesuan atau rasa acuh
tak acuh.
d. Kehilangan Asosiatif
Istilah ini menggambarkan disorganisasi pikiran yang amat sangat dan
bahasa verbal dari orang yang psikosis. Pikirannya sangat cepat ,
9
disertai dengan perpindahaan ide dari suatu pernyataaan kepernyataan
berikut.
e. Ekolalia
Orang yang psikosis seringkali mengulangi kata kata yang
didengarnya.
f. Ekopraksia
Orang yang psikosis seringkali mengulangi gerakan orang lain yang
dilihatnya (Ekolalia dan ekopraksia adalah hasil dari batas ego
seseorang yang sangat lemah).
g. Neologisme
Orang yang psikosis seringkali mengulangi kata-kata yang
didengarnya.
h. Pikiran konkrit
Orang psikosis memiliki kesukaran untuk berpikir abstrak dan
mengartikan hanya secara harafiah aspek-aspek yang ada
dilingkungannya.
k. Delusi
Istilah ini menunjukikan adanya ide-ide atau keyakinan-keyakinan
yang salah. Jenis-jenis waham ini mencakup :
(1) Kebesaran
Seseorang memiliki suatu perasaan berlebihan dalam
kepentingan atau kekuasaan.
(2) Curiga
Seseorang merasa terancam dan yakin bahwa orang lain
bermaksud untuk membahayakan atau mencurigai dirinya.
10
Siar Semua kejadian dalam lingkungan sekitarnya diyakini
merujuk/terkait kepada dirinya.
(3) Kontrol
Seseorang percaya bahwa obyek atau orang tertentu mengontrol
perilakunya.
l. Halusinasi
Istilah ini menggambarkan persepsi sensori yang salah yang mungkin
meliputi salah satu dari kelima pancaindra. Halusinasi pendengaran
dan penglihatan yang paling umum terjadi, halusinasi penciuman,
perabaan, dan pengecapan juga dapat terjadi.
m. Regresi
Suatu mekanisme pertahanan ego yang paling mendasar yang
digunakan oleh seseorang psikosis. Perilaku seperti anak-anak dan
tehnik-tehnik yang dirasa aman untuk dirinya digunakan. Perilaku
sosial yang tidak sesuai dapat terlihat dengan jelas.
n. Religius
Orang psikosis menjadi penuh dengaaan ide religius, pikiran
mekanisme pertahanan yang digunakan dalam suatu usaha untuk
menstabilkan dan memberikan struktur bagi pikiran dan perilaku
disorganisasi.
11
2. Pohon Masalah
Resiko tinggi
mencederai diri
& Orang lain
Perubahan
perilaku
Kerusakan Komunikasi Verbal kekerasan
Sidroma defisit
Isolasi sosial : menarik diri
perawatan diri
Stressor
12
3. Diagnosa Keperawatan Dan Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Rencana Tindakan Keperawatan
1 Mencederai diri sendiri atau oranglain Tujuan Umum :
berhubungan dengan perubahan proses Klien tidak mencederi diri sendiri dan atau orang
lain / lingkungan.
pikir Tujuan khusus :
1. Klien dapat hubungan saling percaya :
a. Bina hubungan saling percaya
- Salam terapeutik
- Perkenalan diri
- Jelaskan tujuan interaksi
- Ciptakan lingkungan yang tenang
- Buat kontrak yang jelas pada setiap
pertemuan (topik, waktu dan tempat
berbicara).
b. Beri kesempatan klien untuk
mengungkapkan perasaannya.
c. Dengarkan ungkapan klien dengan empati.
13
b. Diskusikan manfaat cara yang digunakan
klien, bila bermanfaat beri pujian.
c. Diskusi cara baru untuk memutus /
mengontrol timbulnya halusinasi :
- Katakan saya tidak mau dengan
kamu (pada halusinasi).
- Menemui orang lain (perawat / teman
/ anggota keluarga untuk bercakap
cakap . mengatakan halusinaasinya.
- Membuat jadwal kegiatan sehari hari
agar halusinasi tidak sempat muncul.
- Meminta orang lain (perawat / teman
anggota keluarga) menyapa bila
tampak bicara sendiri.
d. Bantu klien memilih dan melatih cara
memutus / mengontrol halusinasi secara
bertahap.
e. Berikan kesempatan untuk melakukan cara
yang telah dilatih, evaluasi hasilnya dan
pujian bila berhasil.
f. Anjurkan klien untuk mengikuti terapi
aktivitas kelompok (orientasi realisasi dan
stimulasi persepsi).
14
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
a. Bina hubungan saling percaya dengan
klien.
15
6. Klien dapat menggunakan obat dengan benar
- Diskusikan dengan klien dan keluarga
tentang obat, dosis, frekuensi, efek
samping obat, akibat penghentian.
- Diskusikan perasaan klien setelah minum
obat
- Berikan obat dengan prinsip 5 tepat
3 Difisit perawatan diri berhubungan dengan Tujuan Umum :
koping individu tidak efektif Klien mampuan merawat diri sehingga penampilan
diri menjadi adekuat
Tujuan Khusus :
1. klien dapat mengindentifikasi kebersihan diri
a. Dorong klien mengungkakan perasaan
tentang keadaan dan kebersihan dirinya.
b. Dengan ungkapan klien dengan penuh
perhatian dan empati.
c. Beri pujian atas kemapuan klien
mengungkapkan perasaan tentang
kebersihan dirinya.
d. Diskusi dengn klien tentang arti kebersihan
diri
e. Diskusikan dengan klien tujuan kebersihan
diri.
16
miliki klien. Dapat dimulai dari bagian
tubuh yang masih berfungsi dengan baik,
kemampuan lain yang dimiliki oleh klien,
aspek positif (keluarga, lingkungan) yang
dimiliki klien. Bila klien tidak mampu
mengindetifikasi maka dimulai oleh
perawat memberi pujian terhadap aspek
positif klien.
17
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari teori tentang asuhan keperwatan pada pasien skizofrenia diatas maka
dapat disimpulkan sebagai berikut:
Skizofrenia adalah suatu penyakit otak persisten dan serius yang
mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam
memproses informasi, hubungan interpersonal, serta memecahkan masalah
(Stuart, 2002).
Pasien skizofrenia sering mengalami kekambuhan dimana setiap kekambuhan
tersebut dialami pasien akibat tidak teraturnya pasien minum obat.
diagnostik Gangguan Psikotik Akut Skizofrenia harus memenuhi kriteria akut
yaitu dari suatu keadaan non psikotik sampai keadaan psikotik yang jelas
dalam kurun waktu 2 minggu atau kurang, harus ada beberapa jenis halusinasi
atau waham, yang berubah dalam jenis dan intensitasnya dari hari kehari atau
dalam hari yang sama, harus ada keadaan emosional yang sama beraneka
ragamnya. Disertai gejala yang memenuhi kriteria untuk diagnosis Skizofrenia
dan Apabila gejala-gejala skizofrenia menetaap untuk lebih dari 1 bulan maka
diagnosis harus diubah menjadi Skizofrenia.
2. Saran
Bagi Penulis Selanjutnya
Diharapkan bagi penulis selanjutnya dapat melengkapi makalah ini
sebagai bahan perbandingan untuk pembuatan makalah selanjutnya.
18
Daftar pustaka
19