Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini diare masih menjadi penyebab utama kematian pada bayi dan balita.
Setiap tahunnya sekitar 760.000 balita meninggal karena penyakit diare. Itulah yang
menyebabkan saat ini diare menempati urutan kedua pada angka kematian balita di
dunia. Saat ini sebanyak 780 juta orang tidak memiliki akses terhadap air minum
dan 2,5 milyar orang tidak memiliki sanitasi. Sebagian besar penyebab kematian
diare adalah dehidrasi berat dan kehilangan cairan. Selain itu imunitas tubuh anak
juga mempengaruhi terjadinya diare. Anak yang memiliki imunitas tubuh yang
rendah rentan terhadap penyakit diare (WHO, 2013).
Kasus diare di seluruh dunia mencapai dua miliar pertahun. Sebanyak 1,9
juta balita meninggal setiap tahun dan 18% atau sekitar 5000 anak-anak meninggal
setiap hari akibat penyakit diare. Dari semua kematian anak akibat diare, 78%
terjadi di kawasan Afrika dan Asia Tenggara. Diare memang lebih dominan terjadi
di negara berkembang namun juga terjadi di negara maju seperti Amerika dan
Inggris meskipun angka kejadiannya lebih kecil dibanding di negara berkembang
(WGO, 2012).
Menurut Riset kesehatan dasar 2013, insiden diare berdasarkan gejala
sebesar 3,5% (kisaran provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada balita sebesar
6,7% (kisaran provinsi 3,3%-10,2%). Pada tahun 2013 terjadi 8 KLB yang tersebar
di 6 Propinsi, 8 kabupaten dengan jumlah penderita 646 orang dengan kematian 7
orang (CFR 1,08%). Pada tahun 2014 terjadi 6 KLB Diare yang tersebar di 5
propinsi, 6 kabupaten/kota, dengan jumlah penderita 2.549 orang dengan kematian
29 orang (CFR 1,14%). Secara nasional angka kematian (CFR) pada KLB diare
pada tahun 2014 sebesar 1,14%. Target CFR pada KLB Diare diharapkan < 1 %.
Dengan demikian secara nasional, CFR KLB diare tidak mencapai target program.
Di Jakarta sendiri period prevalence diare berdasarkan gejala sebesar 8,6% dan
menempati urutan ke 7 setelah Sulawesi tengah (RISKESDAS, 2013).

1
Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS), diare di
Jakarta menempati urutan kelima setelah asma pada proporsi penduduk yang
mempunyai keluhan kesehatan menurut jenis keluhan dan jenis kelamin dalam
sebulan pada tahun 2014. Pada laki-laki sekitar 1.19% dan perempuan 0,85% jadi
rata-rata pada laki-laki dan perempuan yang mengidap diare adalah 1,02% (BPS,
2014).
Menurut data Puskesmas di Kecamatan Koja angka diare masih cukup
tinggi yaitu mencapai 6.242 orang dan 2.564nya merupakan anak yang berusia 1-4
tahun. karena angkanya yangdan
b. Pencegahan masih cukup tinggi
Pemberantasan saat
Penyakit ini diare termasuk dalam 10
Diare
Hasil dari pelaksanaan kegiatan Diare tahun 2011 adalah sebagai
besar penyakit tersering yangdan
b. Pencegahan ada di Puskesmas
Pemberantasan Kecamatan
Penyakit Diare Koja.
berikut :
Hasil dari pelaksanaan kegiatan Diare tahun 2011 adalah sebagai
1) Jumlah Penderita Penyakit Diare per Kelurahan.
berikut :
1) JumlahPenderita
Penderita Penyakit DiareBerobat
Diare Yang per Kelurahan.
Ke
Puskesmas Kecamatan Koja Tahun 2012
Penderita Diare Yang Berobat Ke
Puskesmas Kecamatan Koja Tahun 2012
8000 6242
8000 6242
6000
6000
4000
4000 586 944
2000 636 599 296 525 508
636 586 599 944 525 508
2000 296
0
0
PKM
PKM PKM
PKM PKM
PKM PKM
PKM PKM
PKM PKM
PKM PKM
PKM PKM PKM
Kec.
Kec. Kel. Koja
Kel. Koja Kel.
Kel. Kel.
Kel. Kel.
Kel. Kel.
Kel. Kel.
Kel. Kel.Kel.
KOJA
KOJA Lagoa
Lagoa Rawa
Rawa Rawa
Rawa Tugu
Tugu Tugu
Tugu Tugu Tugu
Badak
Badak Badak Utara
Badak Utara
I I Utara
UtaraIII IIISelatan
Selatan
UtaraI I
Utara UtaraII II
Utara

Dilihat dari grafik diatas penderita paling banyak berobat adalah di


Dilihat dari grafik diatas penderita paling banyak berobat adalah di
Grafik 1.1 JumlahKecamatan
Puskesmas Diare per Kelurahan
Koja, di Kecamatan
sedangkan kasus Koja
diare per Puskesmas
Puskesmas Kecamatan Koja, sedangkan kasus diare per Puskesmas
Kelurahan paling banyak di Kelurahan Tugu Utara I dan paling sedikit di
Sumber: laporan tahunan puskesmas kecamatan Koja 2012
Kelurahan paling banyak di Kelurahan Tugu Utara I dan paling sedikit di
Puskesmas Kelurahan Rawa Badak Utara II.
Puskesmas
2) Kelurahan
Penderita Rawa Badak
Diare Menurut UtaraUmur.
Golongan II.
2) Penderita Diare Menurut Golongan Umur.
Penderita Diare Menurut Golongan Umur di
Puskesmas Kecamatan Koja Tahun 2012
Penderita Diare Menurut Golongan Umur di
Puskesmas Kecamatan Koja Tahun 2012
10% 20%
19%
<1 Tahun
10% 20% 1-4 Tahun
19%
10% 5 - 14 Tahun
<1 Tahun
41% 15 - 45 Tahun
1-4 Tahun
> 45 Tahun
10% 5 - 14 Tahun
41% 15 - 45 Tahun
> 45 Tahun

Grafik 1.2 Penderita Diare menurut golongan umur


Sumber: laporan tahunan puskesmas
73 kecamatan Koja /2012
Laporan Tahunan PKM Kec. Koja 2012

73 Laporan Tahunan / PKM Kec. Koja 2012

2
Dilihat dari golongan penderita diare berdasarkan kelompok umur, pada
diagram diatas dapat disebutkan bahwa penderita diare terbanyak pada umur 1-4
tahun atau sekitar 41%. Diare merupakan keadaan dimana seseorang mengalami
buang air besar dengan peningkatan frekuensi, mencret-mencret dan konsistensi
tinjanya encer. Terkadang disertai darah, lendir dan muntah-muntah. Bila diukur
fesesnya mencapai lebih dari 200 gram perhari. Kondisi ini dapat menyebabkan
penderita mengalami kehilangan cairan tubuh yang menyebabkan kematian
terutama pada bayi dan anak-anak dibawah usia lima tahun atau biasa dikenal
sebagai balita (Erni, 2014).
Faktor resiko penyakit diare dapat dibagi menjadi empat kategori besar
seperti infeksi, faktor anak, faktor sosial ekonomi dan faktor ibu. Faktor ibu dapat
dilihat dari usia, pendidikan, pengetahuan dan kebiasaan mencuci tangan sebelum
memberikan makan pada anak. Namun yang akan ditekankan pada kasus ini adalah
faktor pendidikan ibu terhadap kejadian diare (Tomey&Alligood 2006, Mubarok,
2009).
Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 mengenai diare dilihat dari latar
belakang pendidikannya, diare lebih banyak di pedesaan dibandingkan perkotaan
yaitu sebesar 10% di pedesaan dan 7,4% di perkotaan. Diare cenderung lebih tinggi
pada kelompok pendidikan rendah dan bekerja sebagai petani/ nelayan dan buruh.
Pada kelompok tidak sekolah (10,4%), tidak tamat SD (9,3%), tamat SD (8,2%),
tamat SMP (7,4%), tamat SMA (6,2%) dan tamat PT (5,7%). Dari hasil data
tersebut semakin tingggi tingkat pendidikan maka semakin rendah prevalensi
terhadap diare dan sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan maka semakin
tinggi prevalensi terhadap diare (Kemenkes RI, 2011).
Agama Islam telah menganjurkan manusia untuk hidup bersih, sehat dan
mencintai lingkungan. Anjuran membersihkan badan, bersuci, memakan makanan
yang halal dan baik sampai dengan larangan merusak alam dan lingkungan hidup
sudah dijelaskan dalam Islam. Namun banyak diantara umat Islam yang belum
mengindahkan anjuran tersebut sehingga sampai saat ini masih banyak terjadi
penularan penyakit salah satunya adalah penyakit diare (STBM, 2013).

3
Allah SWT sangat mencintai hambanya yang selalu menjaga kebersihan
yaitu hambanya yang senantiasa hidup dalam keadaan bersih dan suci lahir batin.
Maka dari itu kaum muslimin hendaknya senantiasa tampil bersih, suci/ berwudhu,
rumah dan lingkungan bersih dan menjaga peralatan makan dan minum agar selalu
bersih karena di dalam Al-Quran telah dilukiskan kemuliaan dalam kebersihan
(STBM, 2013).
Berikut adalah Firman Allah SWT:

Artinya:
Janganlah engkau melaksanakan shalat dalam masjid itu selama-lamanya.
Sungguh masjid yang didirikan atas dasar takwa, sejak hari pertama adalah lebih
pantas engkau melaksanakan shalat di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang
yang ingin membersihkan diri. Allah menyukai orang-orang yang bersih
(QS. At-Taubah (9):108).

Rasullullah SAW telah bersabda bahwa umat Islam harus menjaga


kebersihan jasmani maupun rohani karena merupakan perintah agama dan akan
memperoleh surga di akhirat kelak (Lesmana, Deni, 2014).
Berikut adalah sabda Rasullullah SAW:
Rasulullah bersada: Allah itu zatnya bersih dan ia mencintai keberihan
(HR. Tirmidzi).

Islam datang untuk memberikan pengajaran agar manusia mengetahui baik


dan buruk, halal dan haram serta berbagai ilmu untuk kepentingan hidup manusia
seperti ilmu kesehatan dan ilmu sosial. Menurut pandangan Islam menuntut ilmu
merupakan kewajiban karena dapat merubah pemikiran, perilaku, karakter bahkan
peradaban manusia menjadi lebih baik lagi. Ilmu kesahatan sangat besar
manfaatnya. Karena salah satu manfaatnya yaitu dapat membuat manusia menjadi
lebih menjaga kesehatan dirinya maupun orang lain agar manusia bisa lebih

4
terhindar dari berbagai macam penyakit dan mengetahui bagaimana cara
mengobatinya (Ulfa, 2015).
Berikut adalah Hadits mengenai betapa pentingnya menuntut ilmu:




Artinya:
Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap orang Islam (HR Ibnu Abdil Barr).

Pandangan Islam mengenai hubungan tingkat pendidikan dengan kejadian


diare adalah betapa pentingnya ilmu pendiddikan bagi kehidupan manusia dan
kesehatan setiap individu. Maka sebagai orang tua ajarkanlah ilmu yang bermanfaat
untuk anak agar anak bisa menjalani hidupnya dengan baik dan ajarkanlah
bagaimana cara hidup bersih agar anak terhindar dari berbagai penyakit. Karena
masih tingginya angka pendidikan pada kelompok yang tidak bersekolah dan
rendahnya angka lulusan dari perguruan tinggi. Penjelasan diatas membuat peneliti
melakukan penelitian mengenai Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan
Kejadian Diare Pada Anak Balita Di Kelurahan Tugu Selatan Kecamatan Koja
Jakarta Utara Tahun 2016 ditinjau dari Kedokteran dan Islam.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, Salah satu faktor yang mempengaruhi
penyakit diare adalah faktor pendidikan Ibu, angka kejadian diare yang cukup
tinggi dan latar belakang lulusan pendidikan yang masih cukup rendah. Maka akan
diteliti yaitu apakah ada hubungan tingkat pendidikan ibu terhadap angka kejadian
diare pada anak balita di Kelurahan Tugu Selatan Kecamatan Koja Jakarta Utara
pada tahun 2016 ditinjau dari Kedokteran dan Islam?

1.3 Pertanyaan Penelitian


1. Bagaimana karakteristik responden mengenai hubungan tingkat pendidikan ibu
dengan penyakit diare pada anak balita di Kelurahan Tugu Selatan Kecamatan
Koja Jakarta Utara pada Tahun 2016?

5
2. Bagaimana gambaran diare pada anak balita di Kelurahan Tugu Selatan
Kecamatan Koja Jakarta Utara pada Tahun 2016?
3. Bagaimana gambaran tingkat pendidikan ibu di Kelurahan Tugu Selatan
Kecamatan Koja Jakarta Utara pada Tahun 2016?
4. Bagaimana pandangan Islam mengenai hubungan tingkat pendidikan ibu dengan
kejadian diare di Kelurahan Tugu Selatan Kecamatan Koja Jakarta Utara pada
Tahun 2016?
5. Apakah ada hubungannya tingkat pendidikan ibu terhadap penyakit diare pada
anak balita di Kelurahan Tugu Selatan Kecamatan Koja Jakarta Utara pada
Tahun 2016?

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan tingkat pendidikan Ibu dengan Kejadian Diare pada
Balita di Kelurahan Koja Kecamatan Tugu Selatan Jakarta Utara pada tahun 2016.

1.4.2 Tujuan khusus


1. Mengetahui karakteristik responden mengenai pendidikan ibu terhadap penyakit
diare pada anak balita di Kelurahan Tugu Selatan Kecamatan Koja Jakarta Utara
Tahun 2016.
2. Mengetahui gambaran diare pada anak balita di Kelurahan Tugu Selatan
Kecamatan Koja Jakarta Utara Tahun 2016.
3. Mengetahui gambaran tingkat pendidikan terakhir ibu di Kelurahan Tugu
Selatan Kecamatan Koja Jakarta Utara Tahun 2016.
4. Mengetahui adanya hubungan antara tingkat pendidikan Ibu terhadap penyakit
diare pada anak balita di Kelurahan Tugu Selatan Kecamatan Koja Jakarta Utara
Tahun 2016.
5. Mengetahui Pandangan Islam mengenai hubungan tingkat pendidikan Ibu
dengan kejadian diare pada balita di Kelurahan Tugu Selatan Kecamatan Koja
Jakarta Utara Tahun 2016.

6
1.5 Manfaat Penelitian
a. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh penulis dengan bertambahnya
wawasan mengenai penyakit diare dan bagi peneliti lain sebagai bahan diskusi
untuk melakukan penelitian berikutnya mengenai hubungan tingkat pendidikan
ibu terhadap penyakit diare pada anak balita.
b. Hasil penelitian ini menyediakan informasi bagi ibu tentang penyakit diare yang
terjadi pada anak balita.
c. Manfaat bagi Universitas YARSI adalah bermanfaat sebagai bahan masukan
bagi civitas akademika Universitas YARSI, sehingga dapat menambah wawasan
dan pengetahuan mengenai hubungan tingkat pendidikan ibu terhadap penyakit
diare.
d. Memberikan pengetahuan dan bahan masukan untuk petugas medis di
puskesmas dan rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai