Anda di halaman 1dari 9

CVP ANALYSIS (Cost- Volume- Profit Analysis)

Setiap perusahaan, sepanjang perusahaan tersebut adalah perusahaan yang profit oriented, maka salah
satu tujuan utamanya adalah untuk memaksimalkan perolehan laba. Adapun CVP Analysis merupakan
salah satu alat pengambilan keputusan yang bisa digunakan oleh manajemen dalam rangka perencanaan
perolehan laba bagi perusahaan.
CVP Analysis merupakan suatu analisis yang menguraikan hubungan antara cost (biaya, baik yang variabel
maupun tetap, yang berasal dari biaya produksi/ HPP maupun dari pemasaran dan administrasi), volume
(jumlah unit penjualan), dan profit (dalam hal ini laba bersih sebelum pajak/ laba operasi maupun laba
bersih setelah pajak yang disusun berdasarkan pendekatan variabel costing). Melalui hubungan antara
biaya, volume penjualan, dan laba ini kemudian manajemen dapat menentukan berapa estimasi unit
produk yang harus terjual agar perusahaan bisa memperoleh posisi:
1. Titik impas (tidak laba maupun tidak rugi);
2. Target laba operasi/ laba sebelum pajak di posisi nominal tertentu;
3. Target laba bersih setelah pajak di posisi nominal tertentu.

Analisis CVP untuk menentukan posisi Titik Impas (Break Event Point)
Pada pembahasan bab 10 (pelaporan segmen), telah diketahui bagaimana cara menyusun laporan laba
rugi perusahaan dengan menggunakan pendekatan variable costing. Melalui konsep ini selanjutnya
formulasi perolehan posisi titik impas bisa ditentukan. Adapun posisi titik impas yang dimaksud dalam hal
ini adalah:
a. pada posisi unit terjual berapa perusahaan mengalami perolehan laba bersih sebelum pajak sama
dengan nol (laba = 0) Titik Impas unit penjualan (unit break event point)
b. pada posisi nilai penjualan berapa perusahaan mengalami perolehan laba bersih sebelum pajak
sama dengan nol (laba = 0) Titik Impas nominal/ rupiah/ dolar penjualan
Sebagaimana kita tau bahwa formulasi penyusunan laporan laba/ rugi operasi/ laba sebelum pajak adalah
sebagai berikut:
Laba Operasi = Penjualan HPP Variabel Biaya Pemasaran dan Admin Variabel BOP Tetap Biaya
Pemasaran dan administrasi tetap
Yang kemudian dapat dipersingkat menjadi=
Laba Operasi = Penjualan Biaya Variabel Biaya Tetap
Selanjutnya, dari formulasi tersebut di atas sudah terlihat posisi cost (dari biaya variabel dan biaya tetap)
maupun posisi profit (dari laba operasi). Namun dalam formulasi tersebut belum terlihat posisi volume
(unit penjualan). Oleh karena itu, supaya posisi cost, volume, dan profit bisa terlihat seluruhnya,
formulasi di atas kemudian diuraikan menjadi:
Laba Operasi = (Harga Jual x Unit Terjual) (Biaya Variabel per Unit x Unit Terjual) Biaya Tetap
Yang kemudian disederhanakan menjadi:
Laba Operasi = (Harga Jual Biaya Variabel per Unit) x Unit Terjual Biaya Tetap
Karena Harga Jual dikurangi Biaya Variabel per Unit merupakan Margin Kontribusi (MK) Per Unit, sehingga
formula tersebut di atas dapat lebih disederhanakan lagi menjadi:
Laba Operasi = MK Per Unit x Unit Terjual Biaya Tetap
Dari formula terakhir kemudian dapat ditemukan rumus posisi titik impas, yaitu posisi berapa jumlah unit
yang harus terjual supaya perusahaan memiliki laba sama dengan nol (0)/ atau tidak sampai rugi sebagai
berikut:
Laba Operasi pada Titik Impas = 0 = MK Per Unit x Unit Terjual Biaya Tetap
0 + Biaya Tetap = MK Per Unit x Unit Terjual

= Unit Terjual

Jadi, untuk mencari berapa unit terjual supaya perusahaan mengalami posisi break event point adalah
sebagai berikut:

Unit Terjual pada posisi BEP =

Adapun jika ingin mencari posisi nilai penjualan (jumlah dolar/ rupiah penjualan) supaya perusahaan
mengalami posisi impas adalah dengan menggunakan formula tersebut di atas, namun mengganti MK Per
Unit menjadi Rasio Margin Kontribusi. Rumus posisi nilai penjualan (jumlah dolar/ rupiah penjualan) pada
posisi BEP adalah sebagai berikut:

Jumlah Nominal Penjualan pada posisi BEP =

Adapun rasio margin kontribusi didapatkan dari formulasi:

Rasio MK = atau

Contoh soal:
Diketahui PT ABC Memproduksi dan menjual satu jenis produk, yaitu produk Z. Data realisasi kinerja
penjualan pada periode saat ini menunjukkan informasi sebagai berikut:
Harga Jual Rp. 15.000
Biaya Variabel per Unit Rp. 5.000
Biaya Tetap Rp. 17.500.000
Adapun data laporan laba rugi pada periode ini menunjukkan informasi sebagai berikut:
Penjualan (5.500 unit) 82,500,000
Biaya variabel (27,500,000)
Marjin Kontribusi 55,000,000
Biaya Tetap (17,500,000)
Laba Operasi 37,500,000

Dari ilustrasi tersebut, dengan asumsi posisi harga jual dan biaya yang sama, tentukan posisi unit impas
(BEP Unit penjualan) dan posisi penjualan impas (BEP nilai penjualan) untuk membantu manajemen
membuat perencanaan di periode yang akan datang!

Jawab:
17.500.000
Unit Terjual pada posisi BEP = =
(15.0005.000)

Unit Terjual pada posisi BEP = 1.750 Unit


17.500.000
Jumlah Nominal Penjualan pada posisi BEP = =
(55.000.000/82.500.000)

Jumlah Nominal Penjualan pada posisi BEP = Rp. 26.250.000

Pada posisi jumlah unit terjual sebanyak 1.750 unit atau pada saat perusahaan memperoleh
pendapatan penjualan sebesar Rp. 26.250.000 maka pada saat itu perusahaan akan mengalami posisi
impas/ laba operasi sama dengan nol (0).

Perhitungan tersebut dibuktikan dengan perhitungan sebagai berikut:

Penjualan (1.750 unit x Rp. 15.000) 26,250,000


(-) Biaya Variabel (1.750 unit x Rp. 5.000) (8,750,000)
Margin Kontribusi 17,500,000
(-) Biaya Tetap (17,500,000)
Laba Operasi 0
Analisis CVP untuk menentukan posisi Target Laba Tertentu
Selanjutnya, formulasi yang telah dijabarkan di atas dapat dikembangkan untuk beberapa model
pengambilan keputusan yang lainnya.

Pada dasarnya, tidak ada manajer/ perusahaan yang hanya menginginkan kinerja operasionalnya hanya
meraih posisi impas saja. Setiap manajer pasti menginginkan perusahaannya mendapatkan/ mengejar
posisi laba tertentu. Untuk itu, manajer juga harus melakukan perencanaan dan mendeteksi pada posisi
harus menjual berapa unit barang atau menghasilkan nominal penjualan berapa rupiah perusahaan
dapat mencapai target laba yang telah dicanangkan sebelumnya. Dengan memodifikasi formulasi BEP
yang telah didiskusikan sebelumnya, manajer dapat mendeteksi informasi unit yang harus terjual atau
nominal penjualan yang harus didapatkan untuk memperoleh target lapa operasi (laba sebelum pajak)
ataupun laba setelah pajak yang diharapkan oleh perusahaan. Beberapa bentuk pengambilan keputusan
yang dimaksud adalah:

1. Unit terjual & Jumlah Nominal Penjualan untuk mendapatkan target laba operasi (laba sebelum
pajak) tertentu.

Target Laba Operasi = MK Per Unit x Unit Terjual Biaya Tetap


Target Laba Operasi + Biaya Tetap = MK Per Unit x Unit Terjual
+
= Unit Terjual

Jadi, untuk mencari berapa unit terjual supaya perusahaan mampu mendapatkan laba operasi yang telah
ditargetkan adalah sebagai berikut:
+
Unit Terjual =

+
Nominal Penjualan =

Contoh soal:
Diketahui PT ABC Memproduksi dan menjual satu jenis produk, yaitu produk Z. Data realisasi kinerja
penjualan pada periode saat ini menunjukkan informasi sebagai berikut:
Harga Jual Rp. 15.000
Biaya Variabel per Unit Rp. 5.000
Biaya Tetap Rp. 17.500.000
Adapun data laporan laba rugi pada periode ini menunjukkan informasi sebagai berikut:
Penjualan (5.500 unit) 82,500,000
Biaya variabel (27,500,000)
Marjin Kontribusi 55,000,000
Biaya Tetap (17,500,000)
Laba Operasi 37,500,000
Untuk periode selanjutnya, perusahaan mentargetkan untuk bisa memperoleh laba operasi (laba
sebelum pajak) adalah sebesar Rp. 50.000.000. Dari ilustrasi tersebut, dengan asumsi posisi harga jual
dan biaya yang sama, tentukan posisi unit yang harus terjual dan posisi nominal penjualan untuk
membantu manajemen membuat perencanaan di periode yang akan datang agar mampu mencapai
target yang telah ditentukan!

Jawab:
+ 17.500.000+50.000.000
Unit Terjual = =
(15.0005.000)

67.500.000
Unit Terjual = = 6.750 Unit
(15.0005.000)

67.500.000
Jumlah Nominal Penjualan = =
(55.000.000/82.500.000)

Jumlah Nominal Penjualan = Rp. 101.250.000

Pada posisi jumlah unit terjual sebanyak 6.750 unit atau pada saat perusahaan memperoleh
pendapatan penjualan sebesar Rp. 101.250.000 maka pada saat itu perusahaan akan mampu mencapai
target laba operasi yang telah ditentukan sebelumnya (Rp. 50.000.000).

Perhitungan tersebut dibuktikan dengan perhitungan sebagai berikut:

Penjualan (6.750 unit x Rp. 15.000) 101,250,000


(-) Biaya Variabel (6.750 unit x Rp. 5.000) (33,750,000)
Margin Kontribusi 67,500,000
(-) Biaya Tetap (17,500,000)
Laba Operasi 50,000,000

2. Unit terjual & Jumlah Nominal Penjualan untuk mendapatkan target laba setelah pajak.

Untuk mencari jumlah unit terjual dan nominal penjualan yang harus dicapai supaya perusahaan mampu
memenuhi target laba setelah pajak, maka sebelum menggunakan formula seperti perhitungan-
perhitungan sebelumnya, terlebih dahulu kita harus mengonversi laba setelah pajak menjadi laba
sebelum pajak (laba operasi). Oleh karenanya, dalam proses konversi tersebut kita memerlukan
informasi terkait dengan tarif pajak penghasilan yang dikenakan atas laba perusahaan.

Laba Setelah Pajak = Laba Operasi Pajak Penghasilan atas Laba


Laba Setelah Pajak = Laba Operasi (Tarif Pajak Penghasilan x Laba Operasi)
Laba Setelah Pajak = (1 Tarif Pajak) x Laba Operasi

Laba Operasi =
1
Setelah mengonversi laba setelah pajak menjadi laba operasi (laba sebelum pajak), maka selanjutnya
manajer bisa melanjutkan penghitungan dengan menggunakan formulasi yang telah didiskusikan pada
bagian sebelumnya, yakni:
Target Laba Operasi = MK Per Unit x Unit Terjual Biaya Tetap

+ Biaya Tetap = MK Per Unit x Unit Terjual
1

+
1
= Unit Terjual

Jadi, untuk mencari berapa unit terjual supaya perusahaan mampu mendapatkan laba operasi yang telah
ditargetkan adalah sebagai berikut:

+
1
Unit Terjual =


+
1
Nominal Penjualan =

Contoh soal:
Diketahui PT ABC Memproduksi dan menjual satu jenis produk, yaitu produk Z. Data realisasi kinerja
penjualan pada periode saat ini menunjukkan informasi sebagai berikut:
Harga Jual Rp. 15.000
Biaya Variabel per Unit Rp. 5.000
Biaya Tetap Rp. 17.500.000
Adapun data laporan laba rugi pada periode ini menunjukkan informasi sebagai berikut:
Penjualan (5.500 unit) 82,500,000
Biaya variabel (27,500,000)
Marjin Kontribusi 55,000,000
Biaya Tetap (17,500,000)
Laba Operasi 37,500,000

Untuk periode selanjutnya, perusahaan mentargetkan untuk bisa memperoleh laba setelah pajak adalah
sebesar Rp. 70.000.000. Adapun tarif pajak penghasilan atas laba perusahaan adalah sebesar 30%. Dari
ilustrasi tersebut, dengan asumsi posisi harga jual dan biaya yang sama, tentukan posisi unit yang harus
terjual dan posisi nominal penjualan untuk membantu manajemen membuat perencanaan di periode
yang akan datang agar mampu mencapai target yang telah ditentukan!
Jawab:
70.000.000
+ 17.500.000+
1 10.3
Unit Terjual = =
(15.0005.000)

17.500.000+100.000.000
Unit Terjual = = 11.750 Unit
(15.0005.000)
70.000.000
+ 17.500.000+
1 10.3
Jumlah Nominal Penjualan = = =
(55.000.000/82.500.000)

Jumlah Nominal Penjualan = Rp. 176.250.000

Pada posisi jumlah unit terjual sebanyak 6.750 unit atau pada saat perusahaan memperoleh
pendapatan penjualan sebesar Rp. 101.250.000 maka pada saat itu perusahaan akan mampu mencapai
target laba operasi yang telah ditentukan sebelumnya (Rp. 50.000.000).

Perhitungan tersebut dibuktikan dengan perhitungan sebagai berikut:

Penjualan (11.750 unit x Rp. 15.000) 176,250,000


(-) Biaya Variabel (11.750 unit x Rp. 5.000) (58,750,000)
Margin Kontribusi 117,500,000
(-) Biaya Tetap (17,500,000)
Laba Operasi 100,000,000
Pajak (30% x Laba Operasi) (30,000,000)
Laba Setelah Pajak 70,000,000

Perhitungan Break Event Point Untuk Multiple Product Yang Dihasilkan

Formulasi-formulasi sebelumnya yang digunakan adalah formulasi penghitungan unit impas (BEP)
dengan asumsi perusahaan menghasilkan dan menjual produk tunggal, sehingga total biaya tetap yang
terjadi keseluruhan dialamatkan pada produk tunggal tersebut. Namun formulasi sebelumnya tidak
sepenuhnya akan berlaku ketika perusahaan memproduksi lebih dari satu produk. Ketika perusahaan
memproduksi lebih dari satu produk, maka artinya biaya tetap tidak hanya milik (dialamatkan ke satu
produk saja, melainkan harus dialamatkan ke seluruh produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Oleh
karenanya, penghitungan posisi impas (BEP) menjadi sedikit kompleks, yakti melalui dua tahap. Dua
tahap yang dimaksud adalah tahap penghitungan BEP Package (Unit Impas Paket) dan Penghitungan BEP
untuk masing-masing produk. Salah satu syarat yang dibutuhkan untuk menghitung formulasi ini adalah
adanya informasi tentang bauran penjualan (product mix) produk dari perusahaan. Artinya, misalnya
perusahaan memproduksi dua jenis produk, yaitu produk X dan Y, dengan bauran penjualan sebesar 1
: 3, maka artinya adalah setiap 1 unit X terjual, maka diasumsikan di waktu yang bersamaan telah
terjual sejumlah 3 unit produk Y. Dilakukannya dua tahap penghitungan ini didasarkan pada kondisi
bahwa biaya tetap adalah milik kedua produk, sehingga tidak bisa hanya dilekatkan kepada salah satu
produk saja, namun harus didistribusikan ke kedua produk yang ada. Adapun secara detail, formulasi
tentang penghitungan BEP untuk multiple product dapat diilustrasikan dengan menggunakan soal
berikut:
Contoh soal:

Diketahui, perusahaan memproduksi dan menjual produk X dan produk Y. Harga jual produk X adalah
sebesar Rp. 10.000 per unit dengan total biaya variabel sebesar Rp. 4.000 per unit. Sedangkan produk Y
memiliki harga jual sebesar Rp. 15.000 dengan biaya variabel per unit adalah sejumlah Rp. 8.000.
Adapun bauran produk untuk produk X dan Y adalah 1 : 3. Sedangkan total biaya tetap dalam
perusahaan dalam satu periode adalah sebesar Rp. 27.000.000. Dengan gambaran tersebut, hitung
berapa unit X dan Y yang harus dijual oleh perusahaan supaya perusahaan mencapai titik impas!

Tahap 1: Penghitungan Titik Impas Paket


Harga Total MK
Jual BV MK Bauran Bauran
Produk X 10,000 4,000 6,000 1 6,000
Produk Y 15,000 8,000 7,000 3 21,000
TOTAL MK BAURAN 27,000
Total Biaya Tetap 27,000,000
BEP PAKET (Biaya Tetap/ MK Bauran) 1,000

Tahap 2: Penghitungan BEP Masing-Masing Produk


BEP BEP per Produk
Paket Bauran (Unit)
Produk X 1,000 1 1,000
Produk Y 1,000 3 3,000

Dari penghitungan tersebut, dapat dilihat bahwa perusahaan akan mengalami titik impas (BEP) ketika
perusahaan mampu menjual 1.000 unit produk X dan 3.000 produk Y

Adapun pembuktian dari penghitungan tersebut di atas adalah sebagai berikut:

Produk X Produk Y Total


Penjualan (1.000 unit X dan 3.000 unit Y) 10,000,000 45,000,000 55,000,000
(-) Biaya Variabel (1.000 unit X dan 3.000 unit Y) (4,000,000) (24,000,000) (28,000,000)
Margin Kontribusi 6,000,000 21,000,000 27,000,000
(-) Biaya Tetap (27,000,000)
Laba Operasi 0
TUGAS
1. Dalam buku chapter 11 tentang CVP, juga dibahas tentang Margin
of Safety dan Degree of Operating Leverage. Yang menjadi tugas
anda, jelaskan secara singkat terkait dengan kedua hal tersebut!!
2. Setelah memahami konsep tentang Margin of Safety dan Degree
of Operating Leverage dan formulasi yang telah dijabarkan dalam
modul ini, kemudian selesaikan soal di bawah ini:
1. PT. Lima memiliki data sebagai berikut :
Degree of Operating Leverage ......... 2.1
Marjin keamanan (margin of safety)................ Rp 250.000.000
Rasio marjin kontribusi ........ 0,80 (80 %)
Laba bersih Rp 400.000.000
Hitung breakeven point dalam Rupiah penjualan!!!!!
2. PT ABC meraih penjualan Rp. 400 juta. Margin kontribusi adalah sebesar 20%
dan margin of safetynya Rp. 100 juta. Hitung Biaya Tetap dari PT ABC!!!!

Anda mungkin juga menyukai