Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS ASPEK BIOLOGI

(PERTUMBUHAN, REPRODUKSI DAN KEBIASAAN MAKAN)


IKAN KEMBUNG PEREMPUAN (Rastrelliger brachysoma)

Fahrunnisa W.Putri*1 , Rahmat Tantyo1Hilman Aripudin1


1)Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran
*)email: Icha49464@gmail.com

Abstrak
Praktikum analisis aspek biologi terkait pertumbuhan, reproduksi, dan kebiasaan makan
ikankembungperempuan (Restrilliger brachyosoma) telah dilaksanakan di laboratorium FHA (Fisiologi
Hewan Air) pada tanggal 25 Oktober 2017. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
pertumbuhan, reproduksi, dan kebiasaanikankembungperempuan (Restrilliger brachyosoma). Metode
praktikum yang digunakan adalah metode observasi serta data dianalisis dengan metode deskriptif
kuantitatif. Sampel ikan kembung perempuan diambil dari Palabuhan Ratu dengan bobot rata-rata 66-
126,5 gram dan panjang rata-rata 174-228 mm, aspek yang diamati antara lain aspek panjang dan bobot
ikan, pola pertumbuhan, faktor kondisi, rasio kelamin, tingkat kematangan gonad, hepatosomatik indeks,
jenis pakan, indeks propenderan, tingkat trofik dan indeks pilihan. Hasil praktikum menunjukkan bahwa
ikankembungperempuan (Restrilliger brachyosoma) memiliki pola pertumbuhan yang allometrik negatif
dimana pertumbuhan panjang lebih cepat dibandingkan pertumbuhan bobot, memiliki rasio kelamin
dimana rasio kelamin jantan 50% dan betina 50% atau perbandingan 1:1dan termasuk kedalam ikan
monogami, dan kebiasaan dan kebiasaan makan ikan kembung perempuan yang tergolong kedalam
hewan omnivore.

Kata kunci : Ikan Kembung Perempuan, Kebiasaan Makan, Pertumbuhan, Reproduksi

Abstract
Practical analysis of the biological aspects related to the growth, reproduction, and food habits of
Restrilliger brachyosoma has been done in the MSP laboratory on October 25, 2017. The practice aimed
is to find out how the growth, reproduction, and food habits of Restrilliger brachyosoma. Practical method
that used was observation method and data were analyzed by quantitative descriptive method. Samples
of ikan kembung perempuan were taken from Palabuhan Ratu with average weight of 66-126,5 gram and
average length 174-228 mm, observed aspects such as length and weight of fish, growth pattern,
condition factor, sex ratio , maturity level of gonads, hepatosomatic index, feed type, propenderant index,
trophic level and index of choice. The results showed that Restrilliger brachyosoma had a negative
allometric growth pattern in which long growth was faster than weight growth, had a sex ratio where the
male sex ratio was 50% and 50% female or 1 : 1 ratio and was included in monogamy fish, and the food
habits of Restrilliger brachyosoma is omnivore animals.

Keywords: Restrilliger brachyosoma, Food and Habits, Growth, Reproduction


Pendahuluan
Kembung perempuan (Restrilliger brachyosoma) merupakan ikan tangkapan yang penting di kawasan
Indo-Pasifik Barat. Ikan Kembung Perempuan (Rastrelliger brachysoma) memiliki bentuk tubuh seperti
torpedo dengan panjang tubuh serta hidup disekitar dasar perairan dan permukaan perairan laut,
tergolong ikan pelagis yang menghendaki perairan bersalinitas tinggi, suka hidup secara bergerombol
baik diperairan pantai maupun di lepas pantai. Kebiasaan makanan ikan kembung perempuan adalah
memakan plankton besar atau kasar, copepoda dan crustacea (Kriswantoro dan Sunyoto 1986).

Pertumbuhan ikan merupakan perubahan dimensi (panjang, bobot, volume, jumlah dan ukuran)
persatuan waktu baik individu, stok maupun komunitas, sehingga pertumbuhan banyak dipengaruhi
faktor lingkungan seperti makanan, jumlah ikan, jenis makanan, dan kondisi ikan. Pertumbuhan yang
cepat dapat mengindikasikan kelimpahan makanan dan kondisi lingkungan yang sesuai. (Moyle dan
Cech 2004 dalam Herawati 2017)
Reproduksi merupakan kemampuan individu untuk menghasilkan keturunan sebagai upaya untuk
melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Ikan lalawakmerupakan ikan yangg termasuk ikan phytophils,
yakni golongan ikan yang memijahnya pada- perairan yang terdapat vegetasi untuk menempelkan telur
yang dikeluarkan.(Effendi 1997).

Kebiasaan makanan adalah jenis, kuantitas, dan kualitas makanan yang dimakan oleh ikan. Sedangkan
cara makan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan waktu, tempat, dan cara makanan yang
diperoleh oleh ikan. Kebiasaan makanan ikan secara alami tergantung pada lingkungan tempat ikan
hidup, dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain habitat, kesukaan terhadap jenis makanan
tertentu, musim, ukuran, umur ikan, periode harian mencari makan, dan spesies kompetitor (Febyanti &
Syahailatua 2008).

Bahan dan Metode


Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain : ikan kembungperempuan, aquades,
larutean serra, larutan asetokarmin, timbangan, pinset, pisau, gunting,cawan petri, mikroskop, gelas ukur,
mistar, sonde, cover glass.

Metode
Metode praktikum yang digunakan adalah metode observasi untuk mengetahui pertumbuhan, reproduksi,
cara makan dan kebiasaan makan ikankembungperempuan. Adapun analisa data yang di gunakan
adalah analisa data deskriptif kuantitatif yaitu hanya akan mendeskripsikan keadaan suatu gejala yang
telah direkam melalui alat ukur kemudian diolah sesuai dengan fungsinya. Aspek yang dianalisa adalah
sebagai berikut :

1. Aspek Pertumbuhan
Data pertumbuhan yang didapatkan akan diuji dengan regresi hubungan panjang bobot. Menurut
Blackweel (2002) dan Ritcher (2007), pengukuran panjang bobot ikan bertujuan untuk mengetahui variasi
bobot dan panjang tertentu dari ikan secara individual atau kelompok-kelompok individu sebagai suatu
petunjuk tentang kegemukan, kesehatan, produktivitas dan kondisi fisiologis termasuk perkembangan
gonad.Analisis panjang dan berat bertujuan untuk mengetahui pola pertumbuhan ikan di alam. Rumus
umum hubungan panjang-berat, apabila di transformasikan ke dalam logaritma, akan menjadi
persamaan: log W = log a + b log L, yaitu persamaan linier atau persamaan garis lurus sebagai berikut :

( ) ( )
=
( ) ( )
( )
=

Hubungan Panjang Berat (Effendie 1997) :


- b = 3 (Isometrik), dimana pertumbuhan panjang dan berat seimbang.
- b 3 (Alometrik), terbagi menjadi alometrik negatif (b < 3) dan alometrik positif (b > 3)

2. Aspek Reproduksi
Data reproduksiyang didapatkan akan diuji dengan metode Chi Kuadrat (Chi Square Test). Chi Square
adalahsalahsatujenisujikomparatif non parametris yang dilakukanpadaduavariabel, di mana skala data
keduavariabeladalah nominal.(Apabila dari 2 variabel, ada 1 variabel dengan skala nominal maka
dilakukan uji chi square dengan merujuk bahwa harus digunakan uji pada derajat yang terendah).

3. Cara Makan dan Kebiasaan Makan


Data cara makan dan kebiasaan makan yang didapatkan akan diuji dengan menggunakan indeks
preponderan sedangkan indeks pilihan digunakan unutk mengetahui pakan yang digemari oleh ikan
(Effendie, 1979). Adapun perhitungannya dapat diketahui menggunakan rumus :

=
=1
Keterangan :
IPi = Indeks propenderan
Vi = persentase volume satu macam makanan
Oi = persentase frekuensi kejadian satu macam makanan
(VixOi)= jumlah Vi x Oi dari semua jenis makanan


=
+
Keterangan :
E = indeks pilihan
Ri = jumlah relatif macam-macam organisme yang dimakan
Pi = jumlah relatif macam organisme dalam perairan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Berdasarkan data hasil dari praktikum yang telah dilaksanakan, didapatkan data bahwa jumlah kelas
interval dalam pengelompokan ukuran ikan kembung perempuan ada 7 kelas.Ukuran ikan yang paling
besar panjangnya adalah 230 mm dan ukuran ikan yang paling besar bobotnya adalah 130 gram.
Sedangkan ukuran ikan yang paling kecil panjangnya adalah 171 mm dan ukuran ikan yang paling kecil
bobotnya adalah 70,28 gram.

Interval kelas panjang ikan kembung perempuan yang paling banyak muncul adalah pada ukuran 170
178 mm sebanyak 47% dari jumlah populasi yakni 17 ekor, dan interval kelas bobot ikan kembung
perempuan yang paling banyak muncul adalah pada ukuran 179 187 gram sebanyak 38% dari jumlah
populasi yakni 21 ekor. Sedangkan interval kelas panjang ikan kembung perempuan yang paling sedikit
muncul adalah pada ukuran 197-205 mm dan 215-223 mm sebanyak masing-masing 4% dari jumlah
populasi yakni 2 ekor, serta interval kelas bobot ikan kembung perempuan yang paling sedikit muncul
adalah pada ukuran 224-232 gram sebanyak 2% dari jumlah populasi yakni 1 ekor.

Menurut Kimura et al. (2007) dalam Nurdin (2009) ciri dari ikan kembung ini umumnya badan relatif
memanjang, dengan ukuran maksimal 34,5 cm 35 cm (FL) atau 345 mm 350 mm. Adapun menurut
Saanin (1984) dalam Nurdin (2009), ikan kembung perempuan memiliki panjang 15 -20 cm atau 150 mm
200 mm dan untuk ukuran besar dapat mencapai 30 cm atau 300 mm. Berdasarkan data angkatan
dapat dikatakan bahwa rata-rata ikan kembung perempuan yang diamati berukuran relatif sedang pula.

40% 38%
35%
30%
25% 22%
20%
13%
15% 11%
10% 7%
4% 4%
5%
0%
170-178179-187188-196197-205206-214215-223224-232

Series1
Gambar 1. Grafik Distribusi Panjang Ikan Kembung Perempuan

Grafik diatas menunjukan panjang ikan kembung perempuan tertinggi pada kelas 7 yaitu sebesar 38%,
sedangkan kelas interval yang memiliki interval terendah ada pada kelas interval 4 sebesar 4%. Hal ini
dapat digunakan untuk menganalisis kapan waktu ikan mencapai ukuran tertentu, karena pada bulan
Oktober ini telah diketahui bahwa ukuran dominan ikan kembung perempuan berkisar 179-187 mm.

50% 47%

40%

30%

20% 16%
11% 9% 9%
10% 7%
2%
0%
62-71 72-81 82-91 92-101 102-111 112-121 122-131

Series1

Gambar 2. Grafik Distribusi Bobot Ikan Kembung Perempuan

Distribusi bobot ikan kembung perempuan bervariasi dengan presentase paling tinggi sebesar 47% pada
interval 67-71 gr dan presentase terendah sebesar 2% pada kelas interval 7. Pada hasil yang diperoleh
berat ikan kembung betina lebih besar dibandingkan dengan ikan kembung perempuan jantan, ini
berkaitan dengan berat gonad. Perubahan bobot pada setiap jenis ikan dapat dihasilkan dari perubahan
pakan dan alokasi energi untuk tumbuh dan reproduksi yang menyebabkan bobot ikan berbeda walaupun
memiliki panjang yang sama (Meretsky et al. 2000). Apabila terlalu banyak individu yang ada diperairan
tidak seimbang dengan ketersediaan makanan diperairan, maka akan terjadi kompetisi terhadap makan
tersebut yang akan menemukan pertumbuhan sehingga dalam satu keturunan akan terdapat perbedaan
ukuran. Dari data tersebut dapat dinyatakan pertumbuhan bobot ikan lalawak ini tergolong maksimum
dibanding dengan pertumbuhan panjangnya atau dapat disebut sebagai alometrik positif (Effendi 1997).

2.15
2.1 y = 2.4256x - 3.6367
R = 0.8288
2.05
2
1.95
1.9
1.85
1.8
1.75
2.2 2.25 2.3 2.35 2.4
Gambar 3. Grafik Hubungan Panjang dan Berat Pada Ikan Kembung Perempuan

Santoso (2003), menyatakan bahwa angka korelasi diatas 0,5 menunjukan korelasi yang cukup kuat, sedangkan
dibawah 0,5 menunjukan korelasi lemah. Berdasarkan hasil analisis bahwa antara panjang dan bobot tubuh ikan
lalawak menunjukan hubungan yang kuat, hal ini terlihat dari nilai r korelasi yang kuat yaitu 0,8288. Artinya
panjang tubuh ikan tersebut hanya mempengaruhi berat ikan sebanyak 82,8% sedangkan 17,2 % adalah
faktor lainnya. ikan lalawak yang ada diperairan umum.
Nilai slope yang di dapat dari 40 sampel ikan kembung perempuan didapatkan nilai b sebesar 2,4256
atau b < 3 , nilai b tersebut dapat menentukan tipe pertumbuhan apa yang dimiliki oleh populasi ikan.
Menurut Effendie (1997) jika nilai b < 3, hubungan yang terbentuk adalah allomatrik negatif atau
pertambahan panjang lebih cepat dari pada pertumbuhan bobot.
Hasil data angkatan diatas sesuai teori yang menyatakan Faktor luar yang utama ialah makanan dan
suhu perairan. Makanan dengan kandungan nutrisi yang baik akan mendukung pertumbuhan dari ikan
tersebut sendangkan suhu akan mempengaruhi proses kimiawi tubuh (Effendie 2002).

1.260 1.252 1.250


1.250 1.244
1.240
1.240
1.230 1.226
1.222
1.220
1.207
1.210
1.200
1.190
1.180

Gambar 4. Faktor Kondisi Ikan Kembung Perempuan

Berdasarkan grafik diatas, didapatkan bahwa nilai faktor kondisi optimum belum diketahui karena kurva
grafik masih bernilai positif atau masih mengalami peningkatan dari 1,22-1,25 dan adanya penurunan
faktor kondisi dari 1,25-1,20. Hal tersebut menunjukkan bahwa ikan kembung ini masih belum memijah
karena faktor kondisinya masih meningkat, faktor seperti pemijahan dapat menurunkan faktor kondisi.
Berdasarkan penelitian, nilai faktor kondisi rata-rata ikan jantan pada setiap kelas ukuran panjang
berkisar antara 1,0711 1,4169, sedangkan pada ikan betina berkisar antara 1,2245 1,4334. Secara
keseluruhan, kisaran nilai faktor kondisi betina lebih besar daripada ikan jantan. Hal ini diduga bahwa
ikan betina memiliki kondisi lebih baik saat mengisi gonadnya dengan cell sex dalam proses reproduksi
dibandingkan dengan ikan jantan (Effendie 1997).
Faktor kondisi atau indeks ponderal dan sering disebut faktor K yang merupakan hal yang penting dari
pertumbuhan ikan, karena faktor kondisi dapat digunakan untuk menganalisis populasi. Beragamnya
faktor kondisi disebabkan olehpengaruh makanan, umur, jenis kelamin dan kematangan gonadnya
(Effendie,2002).

1 1

Gambar 5. Grafik rasio kelamin ikan kembung perempuan.


Berdasarkan hasil perhitungan dari jumlah ikan kembung perempuan sebanyak 40 ekor, grafik rasio jenis kelamin
menunjukkan ikan jantan yang diamati sebesar 50% sedangkan dari ikan betina yang diamati yang sebesar 46% dari
jumlah ikan yang ada. Jadi perbandingan rasio kelamin ikan jantan dan betina adalah 1:1 maka diperoleh jumlah
ikan kembung perempuan jantan dan betina secara keseluruhan seimbang. Hal ini sesuai dengan penelitian Larasati
(2011) bahwa rasio kelamin ikan kembung perempuan adalah 1:1. Berdasarkan rasio ikan kembung perempuan
memiliki tipe reproduksi monogami.

Berdasarkan hasil uji chi kuadrat didapatkan hasil bahwa x2 hitung sebesar 0,51 dan x2 tabel sebesar 3,84. Dapat
dilihat bahwa x2 hitung < x2 tabel, maka Ho diterima sehingga tidak terdapat perbedaan rasio antara ikan jantan dan
ikan betina. Maka rasio yang diharapkan pada sebaran yang dihipotesiskan sesuai yaitu perbandingan rasio kelamin
pada ikan jantan dan ikan betina di alam seharusnya 1:1 (Sri 1990).

5
4 4
4
33 3
3
22 2 22 2
2
1 1 1 1 1 1 1 11 11
1

0
170-178 179-187 188-196 197-205 206-214 215-223 224-232

TKG I TKG I TKG II TKG II TKG III


TKG III TKG IV TKG IV TKG V TKG V

Gambar 6. TKG Ikan Kembung Perempuan

Tingkat kematangan gonad ikan kembung perempuan didominasi TKG IV, yaitu pada saat ikan siap untuk memijah
adalah pada rata-rata panjang ikan 179-187 mm. Hal ini juga menunjukkan adanya hubungan antara panjang ikan
dan tingkat kematangan gonad yaitu semakin besar panjang ikan maka semakin besar tingkat kematangan gonadnya,
sesuai dengan pernyataan Effendie (1997), umumnya pertambahan bobot gonad pada ikan betina sebesar 10-25%
dari bobot tubuh dan pertambahan pada jantan sebesar 5-10%. Pengetahuan tentang kematangan gonad diperlukan
antara lain untuk mengetahui perbandingan ikan yang matang gonad dan yang belum dari stok ikan yang ada dalam
perairan, ukuran atau umur pertama kali ikan memijah atau belum (Effendie 1979).

4%
3.5%
4%
3% 2.6%
3% 2.2%
2%
1.4% 1.4%
2% 1.1% 1.0%
1%
1%
0% 0% 0.0%
0%
TKG I TKG II TKG III TKG IV TKG V

Gambar 7. Grafik TKG Terhadap IKG Ikan Kembung Perempuan


Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa IKG berhubungan erat dengan TKG. Ikan jantan nilai IKG yang makin
besar menunjukan semakin matang gonad. Saat TKG IV merupakan nilai IKG maksimum pada ikan jantan sebesar
3,5%, tetapi ketika memasuki TKG V nilai IKG nya menurun drastis menjadi 0,0%. Ikan kembung perempuan
jantan memiliki nilai IKG maksimum pada TKG IVdan TKG III. Hal ini terjadi karena pada TKG IV, berat gonad
pada ikan jantan semakin membesar dan berkembang tetapi pada TKG V gonad tersebut mulai mengkerut dan
mengecil sehingga bobotnya juga semakin kecil (Effendie 1979).

Berdasarkan hasil pengamatan pada ikan kembung betina, nilai IKG maksimum terdapat pada TKG IV 1,4%, tetapi
ketika memasuki TKG V nilai IKGnya menurun menjadi 1,00%. Semakin tinggi kematangan gonad maka garis
tengah telur di dalam ovarium semakin besar dan gonad bertambah berat (Larasati 2011). Nilai IKG betina lebih
besar daripada ikan jantan karena pada saat.

4%
3.5%
4%
3% 2.6%
3% 2.2%
2%
2% 1.3%
1.0% 1.0%
1%
1%
0% 0.0%
0%
TKG I TKG II TKG III TKG IV TKG V

IKG HSIII

Gambar 8. Hubungan HSI Dengan TKG Dan IKG Pada Ikan Kembung Perempuan

Berdasarkan data hasil pengamatan angkatan berupa grafik diatas nilai rata-rata HSI ikan kembung yang diuji
tertinggi terdapat pada TKG III yaitu sebesar 1,3%. Sedangkan nilai HSI terendah ikan kembung ini terdapat pada
TKG I dan V dikarenakan ketiadaan data atau nilainya 0%. Semakin tinggi tingkat kematangan gonad maka nilai
HSI pun semakin tinggi, hal ini terjadi karena adanya proses vitelogenesis pada hati ikan. HSI yang tinggi pula
menggambarkan cadangan energi yang ada pada tubuh ikan sewaktu ikan mengalami perkembangan kematangan
gonad (Herawati 2017).

Nilai fekunditas tertinggi didapati pada ikan kembung perempuan adalah sebanayak 200.000 butir, namun pada
umumnya ikan kembung perempuan mempunyai fekunditas berkisar 100.000 sampai 166.000 (Boonkrakop 1965).
Perbedaan ukuran (bobot tubuh dan panjang total) akan menyebabkan berbedanya ukuran bobot ovarium dan juga
akan menyebabkan berbedanya nilai fekunditas, sedangkan fekunditas yang didapatkan kelompok 17 adalah
155.400 butir. Ikan yang baru pertama kali matang gonad memiliki ukuran tubuh lebih kecil bila dibandingkan
dengan ikan yang telah mengalami beberapa kali matang gonad (Synder 1983). Ikan kembung perempuan ini dapat
disimpulkan bahwa bukanlah ikan yang pertama kali memijah karena dari jumlah telur yang dihasilkan serta
besarnya gonad yang dimiliki sangatlah besar.

Berdasarkan data yang diperoleh dari data angkatan, diameter telur terbesar ikan kembung perempuan pada
praktikum ini berada pada TKG III dengan diameter terbesar 150 dan diameter terkecil yaitu 1 , sedangkan diameter
telur yang berada pada TKG III diameter terkecil 22,6. Menurut Luvi (2000), ukuran diameter telur pada TKG III
adalah 0,275 0,55 mm dengan rata-rata 0,343 mm. TKG IV sebesar 0,35 0,625 mm dengan rata-rata 0,48 mm.
Sebaran garis tengah telur (diameter) pada tingkat kematangan gonad akan mencerminkan pola pemijahan ikan
tersebut. Berdasarkan hasil praktikum yang menunjukkan ukuran diameter telur dengan jarak yang sangat jauh maka
dapat diketahui bahwa ikan kembung memijah secara bertahap dan dapat dikatakan bahwa ikan tersebut merupakan
partial spawner.
Berdasarkan data yang diperoleh dari data angkatan, tingkat kematangan telur pada TKG IV ikan kembung
perempuan secara umum memiliki telur dengan kondisi telah melebut bejumlah lebih banyak daripada jumlah telur
yang masih berada ditengah maupun jumlah telur yang berada dipi atau menuju kutub. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa tingkat kematangan telur pada TKG IV sudah tinggi atau sudah masuk kedalam fase VII dengan keterangan
folikel post-ovulatory yaitu setelah matang folikel prcah dan oosit dilepaskan. Peneliti lain menyebutkan tahap ini
dengan istilah GVBD (Germinal Vesicle Break Down).

10.38
0.33
7.73 31.68

30.68

19.21

Fitoplankton Zooplankton Bagian Hewan


Bagian Tumbuhan Benthos Detritus

Gambar 9. Indeks Preponderan Ikan Kembung Perempuan

Berdasarkan grafik indeks preponderan di atas dapat diketahui makanan utama, makan pelengkap, dan makanan
tambahan dari kebiasaan makanan pada Ikan Kembung Perempuan. Makanan utama Ikan Kembung Perempuan
adalah fitoplankton yang memiliki nilai indeks preponderan sebesar 31,68%. Makanan pelengkap Ikan Kembung
perempuan adalah bagian tumbuhan (7,73%) dan bagian detritus (10,38%). Makanan tambahan Ikan Kembung
Perempuan yaitu yang memiliki indeks preponderan kurang dari bagian tumbuhan sebesar 0.33%.

Ikan Kembung Perempuan termasuk ikan pemakan plankton, sesuai dengan hasil pengamatan yang didapatkan
bahwa makanan utama Ikan Kembung Perempuan adalah plakton. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan
Kriswantoro dan Sunyoto (1986) bahwa kebiasaan makanan ikan kembung yaitu memangsa plankton, copepod,
atau crustacean karena terdapat dalam makanan pelengkap ikan uji angkatan. Plankton tersebut disaring dengan tapis
insang. Tapis insang pada ikan kembung lelaki lebih besar karena plankton yang dimakannya memilki ukuran yang
lebih besar, sedangkan pada kembung perempuan (R.brachysoma) memiliki tapis insang yang halus karena plankton
yang di makannya berukuran kecil (Nontji 2005 dalam Astuti 2007).

Tingkat trofik dari Ikan Kembung Perempuan memiliki nilai Tp sebesar 2,61. Indeks bagian terbesar merupakan
detritus sebesar 21%, kemudian fitoplankton 32%, zooplankton 38%, dan bagian tumbuhan 8%. Tingkat trofik
adalah urutan-urutan tingkat pemanfaatan makanan atau material dan energi seperti yang tergambarkan oleh rantai
makanan. Tingkat trofik ikan diketahui berdasarkan hubungan antara tingkat trofik organisme pakan dan kebiasaan
makanan ikan sehingga dapat diketahui kedudukan ikan tersebut dalam ekosistem( Herawati 2017).

Berdasarkan nilai tingkat trofik Ikan Kembung Perempuan ini merupakan omnivore, sesuai dengan literatur bahwa
tingkat trofik ikan dikategorikan menjadi tingkat trofik 2 yaitu untuk ikan yang bersifat herbivora, tingkat 2,5 untuk
ikan omnivora dan tingkat trofik 3 atau lebih untuk ikan yang bersifat karnivora (Herawati 2017).

Kesimpulan
a. Pertumbuhan pada ikan Kembung Perempuan yang berasal dari Palabuhan Ratu ini bersifat allometrik negatif,
dengan nilai b = 2,425. Dan rasio kelamin pada ikan mas yaitu, jantan 50% dan betina 50%.
b. Reproduksi pada ikan kembung perempuan ini, dilihat dari nilai TKG, baik ikan jantan maupun ikan betina
sebagian besar berada fase bunting dan mijah, yang artinya siap untuk melakukan perkawinan. Persentase IKG
ikan kembung perempuan ini umumnya berkisar antara 1-4%.
c. Food Habit Ikan Kembung Perempuan yang ada pada populasi ini lebih bersifat omnivore dengan nilai tingkat
Tp sebesar 2,61.

Saran
Praktikum mengenai analisis aspek biologis ini masih terkendala masalah data hasil praktikum, pada pengolahannya
banyak ditemukan kendala, seperti masih banyak data yang missed atau kosong sehingga rata-rata yang didapatkan
kurang valid. Untuk itu, harus diperhatikan lagi prosedur kerja dan pemahaman dan materi dasar yang menunjang
jalannya praktikum ini agar tidak ada lagi kesalahan data.

Daftar Pustaka
Alamsjah, Z. 1974. Ichthiyologi Sistematika. Proyek Peningkatan/Pengembangan Perguruan Tinggi. Intitut
Pertanian Bogor. Bogor.
Al-Zibdah ,M. & Odat, N. (2007). Fishery status, growth, reproduction biology and feeding habit of two scombrid
fish from the Gulf ofAqaba Red Sea. Lebanon Science Journal. Vol. 8, No.2, 3-16
Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta.
Effendie MI. 2002. Biologi Perikanan. Yogyakarta (ID) : Yayasan Pustaka Nusantara.
Fujaya, Yushinta. 2004. Fisiologi Ikan (Dasar Pengembangan Teknik Perikanan). PT. Rineka Cipta : Jakarta
Herawati, Titin. 2017. Metode Biologi Perikanan : Pedoman Kerja Laboratorium. Unpad Press, Bandung.
Kriswantoro, M. Dan Y.A. Sunyoto, 1986. Mengenal Ikan Laut. Penerbit BP. Karya Bani, Jakarta.
Larasati, D.A. 2011. Kajian Biologi Reproduksi Ikan Kembung Perempuan (Rastrelliger Brachysoma) Di Perairan
Teluk Jakarta, Jakarta Utara. Skripsi. Institut Pertanian Bogor
Nurdin, Suhartono. 2009. PENENTUAN ZONA PENANGKAPAN POTENSIAL DAN POLA MIGRASI IKAN
KEMBUNG (Rastrelliger spp) DI PERAIRAN KECAMATAN LIUKANG TUPABBIRING
KABUPATEN PANGKEP. Skripsi. Universitas Hasanuddin Makassar.
Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB [PKSPL-IPB]. 2000. Kajian Potensi Wilayah Pesisir dan Lautan
Propinsi Jawa Barat. Laporan Akhir. Kerjasama antara Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Propinsi Jawa Barat dan Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor.
Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB [PKSPL-IPB]. 2003c. Profil Pesisir Teluk Palabuhanratu
Kabupaten Sukabumi. Laporan Akhir. Kerjasama antara Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sukabumi
dan Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor.
Richter, T.J. (2007). Development and evaluation of standard weight equations forbridgelip sucker and large scale
sucker. North American Journal of Fisheries Management. 27, 936-939.
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid I dan II. Bina Cipta. Bogor.
Wahyudin, Yudi. 2010. Karakteristik Sumberdaya Pesisir Dan Laut Kawasan Teluk Palabuhanratu, Kabupaten
Sukabumi, Jawa Barat. Jurnal. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor
(PKSPL-IPB). Bogor.

Anda mungkin juga menyukai