Anda di halaman 1dari 11

DISINFEKSI 13

Program Studi Teknik Lingkungan

Nama Mata Kuliah Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum

Jumlah SKS 3

Pengajar 1. Prof. Dr. Ir. Mary Selintung, MSc.


2. Dr. Eng. Ir. Hj. Rita Tahir Lopa, MT
3. Ir. Achmad Zubair, MSc.
4. Dr. Eng. Bambang Bakri, ST., MT.
5. Roslinda Ibrahim, SP., MT
Setelah lulus mata kuliah ini mahasiswa mampu
Sasaran Belajar membuat perencanaan dan perancangan
bangunan pengolahan air minum

Mata Kuliah Prasyarat Penyediaan Air Minum

Mata Kuliah bangunan pengolahan air Minum


merupakan mata kuliah yang diwajibkan bagi
mahasiswa semester VI yang telah mengikuti
materi perkuliahan penyediaan air minum. Materi
perkuliahan mencakup pembahasan mengenai
Deskripsi Mata Kuliah
pengertian dan metode perencanaan bangunan
pengolahan air minum; penentuan kebutuhan air
dan debit air baku, analisis kualitas air baku,
perencanaan bangunan unit pengolahan: intake,
prasedimentasi, koagulasi dan flokulasi,
sedimentasi, filtrasi, disinfeksi, pengolahan
lumpur, reservoir dan pengolahan lumpur.
I PENDAHULUAN
1.1 CAKUPAN ATAU RUANG LINGKUP MATERI PEMBELAJARAN
Materi pembahasan pada pertemuan ke-13 (tigabelas) ini adalah:
Tinjauan Umum
Disinfeksi secara fisik
Disinfeksi secara kimia
Kriteria desain

1.2 SASARAN PEMBELAJARAN


Setelah mengikuti pertemuan ini mahasiswa diharapkan mampu memahami
dan menjelaskan perbedaan disinfeksi secara fisik dengan secara kimia serta
kiteria desain disinfeksi.

1.3 PRILAKU AWAL MAHASISWA


Sebaiknya mahasiswa telah mengetahui dan memahami materi pembahasan
pada perkuliahan sebelumnya, agar dapat mengikuti pembahasan materi pada
pertemuan ini dengan baik.

1.4 MANFAAT
Manfaat yang diperoleh setelah mengikuti pertemuan ini adalah
meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai diinfeksi, termasuk
didalamnya disinfeksi secara fisik, secara kimia dan kiteria desain disinfeksi.

1.5 URUTAN PEMBAHASAN

Materi pembahasan dimulai dengan pengetahuan mengenai tinjauan umum.


Kemudian materi pembahasan selanjutnya mengenai diinfeksi secara fisik dan
kimia. Terakhir pembahasan mengenai kriteria desain.

1.6 PETUNJUK BELAJAR


Mahasiswa diharapkan membaca isu terkait pada media massa yang
menambah wawasan secara umum. Membaca bahan yang akan dikuliahkan
pada minggu berikut agar dapat lebih siap dan dapat didiskusikan pada
pertemuan berikut.
II PENYAJIAN

2.1 UMUM
Disinfeksi merupakan proses untuk membebaskan air minum dari
mikroorganisme patogen dengan cara memutuskan rantai antara Manusia
dengan bibit penyakit melaui media air. Metoda disinfeksi, secara umum ada
dua, yaitu cara fisik dan cara kimiawi. Disinfeksi secara fisik adalah perlakuan fisik
terhadap mikroorganisme, yaitu panas dan cahaya yang mengakibatkan matinya
mikroorganisme akibat perlakuan fisik tersebut. Air panas hingga titik didihnya
akan merusak sebagian besar bakteri. Sinar matahari mempunyai sinar ultra
violet yang cukup berperan dalam mematikan mikroorganisme.
Disinfeksi secara kimiawi adalah memberikan bahan kimia ke dalam air
sehingga terjadi kontak antara bahan tersebut dengan mikroorganisme yang
berakibat matinya mikroorganisme. Beberapa bahan kimia untuk disinfeksi yang
umum adalah klor dan senyawanya, brom, iodine, ozone, fenol dan senyawa
fenolat, alkohol, logam berat dan senyawa yang berkaitan, bahan pewarna,
sabun dan deterjen sintetis, senyawa ammonium kuarter, hidrogen peroksida
dan beberapa basa dan asam. Dari bahan-bahan kimia diatas, klor dan ozone
yang paling umum digunakan dalam disinfeksi air minum.
Bahan yang akan digunakan untuk disinfeksi harus memenuhi persyratan
sebagai berikut:
Dapat membunuh berbagai jenis dan populasi pathogen di dalam air pada
waktu dan suhu tertentu
Tidak bersifat racun terhadap manusia dan mahluk hidup lain
Murah, metode penyimpanan serta pembubuhan mudah dan aman
Mudah dianalisa dan dideteksi
Menyisahkan sejumlah kadar tertentu dalam air

3
2.2 DISINFEKSI SECARA FISIK

1. Pemanasan

Pemanasan dengan waktu pendidihan selama 15 20 menit dapat


membunuh bakteri pathogen tidak untuk bakteri pembentuk spora dan
menurunkan kesadahan sementara dalam air.

2. Radiasi Ultra Violet


Radiasi sinar ultra violet dapat digunakan untuk disinfeksi air minum.
Sumber sinar ultra violet yang bisa digunakan adalah lampu mercury tekanan
rendah. Lampu mercury menghasilkan sekitar 85% output cahaya monokrom
pada panjang gelombang 253,7 nm, yang berada pada rentang optimum (250 -
270 nm) untuk mematikan mikroorganisme. Untuk menghasilkan energi ultra
violet, lampu mengandung uap mercury. Energi dibangkitkan dengan eksitasi uap
mercury menghasilkan emisi sinar ultra violet. Radiasi ultra violet dengan
panjang gelombang sekitar 254 nm mempenetrasi dinding sel mikroorganisme
dan diabsorpsi oleh bahan seluler termasuk DNA (deoxyribonucleic acid) dan
RNA (ribonucleic acid), sehingga menghalangi replikasi atau menyebabkan
kematian sel.
Tabel 12.1 Keuntungan dan kerugian Ultraviolet sebagai disinfektan

Sumber: Qasim, et al. (2000)

Desinfeksi dengan UV akan efektif apabila :


Tidak terdapat zat yang dapat mengabsorbsi sinar (senyawa fenol,
aromatik/LAS)
Zat yang tersuspensi
Waktu dan intensitas pemaparan sesuai

4
2.3 DISINFEKSI SECARA KIMIA
Bahan pengoksidasi/oksidan yang dapat digunakan adalah:
Kelompok halogen, klorin (paling efektif), bromin dan iodin (kolam renang)
Ozon (terkuat, mahal tanpa meninggalkan sisa untuk pengaman jaringan)
KMnO4 dan H2O2 (Digunakan di rumah sakit)
Ion logam Ag (perak) (efektif untuk bakteri)
CuSO4 efektif untuk ganggang bukan untuk bakteri
Teknologi desinfeksi dengan bahan kimia, tergantung pada :
Jenis bakteri
Kadar desinfektan
Kondisi air yang didensinfeksi dan pH
Waktu kontak
Desinfeksi yang paling efektif adalah klorin, HOCl dan OCl- (Klor bebas)
dibanding dengan Klor terikat NH2Cl, NHCl3 dan NCl3 pada pH tertentu.

1. Klorinasi
Klor merupakan bahan yang paling umum digunakan sebagai disinfektan
karena efektif pada konsentrasi rendah, murah dan membentuk sisa klor jika
diterapkan pada dosis yang mencukupi. Beberapa faktor penting yang
mempengaruhi efisiensi disinfeksi dengan klor adalah:
Kekuatan dari desinfektan
Konsentrasi dari desinfektan
Temperatur
Pengadukan
Reaksi breakpoint
Waktu kontak
Karakteristik air
Karakteristik mikroorganisme
pH

5
Senyawa klor yang umum digunakan adalah gas klor (Cl 2), kalsium
hipoklorit (Ca(OCl)2), sodium hipoklorit (NaOCl) dan klor dioksida (ClO 2). Reaksi
klorinasi :

Cl2 + H2O HOCl + H+ + Cl-


(HOCl) (H+) (Cl-)/(Cl2) = Kh = 4,5 x 10 (mole/L) pada 25 C ..............(1)

Dosis klor adalah jumlah klor yang ditambahkan pada air untuk
menghasilkan residu spesifik pada akhir waktu kontak. Hasil sisa (residu)
adalah dosis dikurangi kebutuhan klor yang digunakan oleh komponen dan
materi organik yang ada dalam air. Dosis klor yang dibutuhkan pada proses
pengolahan ditentukan dengan uji laboratorium atau pilot plant. Dosis klor
dapat bervariasi tergantung pada kualitas air, temperatur dan kondisi iklim
yang lain. Umumnya, dosisnya berada pada rentang 0,2 sampai 4 mg/L. Tabel
berikut menunjukkan dosis klor yang dianjurkan.
Tabel 13.2 Dosis Klor yang Diperlukan untuk Disinfeksi

Sumber: Qasim et al. (2000).

Reduksi klorin dan oksidasi amoniak terjadi pada perbandingan molar


klorin dan amoniak > 1 dan reaksi akan sempurna pada saat perbandingannya
mencapai 2 yang menyebabkan kedua zat atau senyawa hilang dari larutan
(BreakPoint Chlorination/BPC). BPC terjadi pada titik dimana kedua zat atau
senyawa hilang pada air yang mengandung amoniak yang diberi zat

6
desinfektan klor. BPC maksimum terjadi pada pH 6,5 8,5 dengan waktu
kontak lebih dari 30 menit

Gambar 13.1 Grafik klorinasi dengan breakpoint

Deklorinasi diperlukan apabila jumlah klor yang dibubuhkan berlebih,


menghilangkan bau dan rasa. Metode yang digunakan antara lain:
Penambahan agen reduksi (SO2, NaHSO3, Na2SO3)
Reaksi :
SO2 + 2 H2O + Cl2 => H2SO4 + 2 HCl
NaHSO3 + Cl2 + H2O => NaHSO4 + 2 HCl
2 Na2S203 + Cl2 => Na2S406 + 2 NaCl
C + 2 Cl2 + 2 H2O => CO2 + 4 HCl
Karbon aktif
Aerasi
2. Ozone
Ozone merupakan oksidan kuat berbentuk gas berwarna biru yang
berbau tajam dan merupakan bentuk tidak stabil dari oksigen yang terdiri dari
tiga atom O (rumus kimia ozone adalah O3). Ozone dihasilkan dari oksigen
yang dilewatkan pada listrik bertegangan tinggi dalam udara kering. Reaksinya
adalah:
O2 + 2e- 2O-
O + O2 O3
3O2 + 2e- 2O3

7
Gambar 13.2 Skema sel pembentukan ozone

Reaksi ini merupakan reaksi reversible, sekali ozone terbentuk, akan


terurai menjadi oksigen. Reaksi reversible ini terjadi di atas suhu 35oC. Oleh
karena itu, diperlukan peralatan sistem pendingin pada sistem penghasil ozon.
Energi yang dibutuhkan untuk menghasilkan ozone adalah 0,82 kW-h per kg
ozone.
Pemakaian ozone dalam pengolahan air minum yang paling umum
adalah untuk disinfeksi terhadap bakteri dan virus. Dosis ozone sebesar 0.4
mg/l dalam waktu 4 menit (faktor waktu kontak (CT) = 1.6) direkomendasikan
untuk menghilangkan bakteri patogenik dan polivirus. Faktor CT sebesar 2
diperlukan untuk menjamin penghilangan total Giardia cysts.
Disinfeksi dengan ozone membutuhkan air input yang bebas dari mangan
terlarut (Mn2+). Jika terdapat kandungan Mn2+ lebih besar dari 0,03 mg/l,
ozone akan mengoksidasi mangan menjadi Mn(VII) yang berwarna jingga
kecoklatan sebagai akibat presipitasi MnO2. Karena itu diperlukan
pengecekan warna air input yangberhubungan dengan kandungan bahan
organik agar tidak menghasilkan presipitasi setelah ozonasi.
Ozone sebagai oksidan yang sangat reaktif, dalam proses ozonasi akan
langsung membunuh mikroorganisme karena merusak dinding sel (lisis).
Ozonasi tidak menghasilkan padatan terlarut dan tidak dipengaruhi oleh ion
ammonium atau pengaruh pH dalam proses.

8
Gambar 13.3 Bak kontak ozone

Pada reaksi itu terbentuk radikal bebas, HO 2 dan HO, yang mempunyai
kekuatan oksidasi besar dan merupakan bentuk yang aktif dalam proses
disinfeksi. Radikal bebas ini juga mempunyai kekuatan oksidasi untuk bereaksi
dengan pengotor lain dalam larutan.
Bila ozone masuk ke dalam air, akan terjadi dua kemungkinan, yaitu
oksidasi langsung yang berlangsung lambat dan selektif, dan auto-
dekomposisi menjadi radikal hidroksil yang berlangsung cepat. Auto-
dekomposisi dipercepat oleh adanya radikal hidroksil, radikal organik,
hidrogen peroksida, sinar ultra violet, atau ion hidroksida dalam konsentrasi
tinggi. Radikal hidroksil dapat mengoksidasi organik dengan cepat dan tidak
selektif. Oksidasi langsung akan terjadi bila pH air rendah dan auto
dekomposisi akan terjadi bila pH air tinggi.
Ozone bereaksi dengan senyawa anorganik seperti ion nitrat, besi,
mangan, sulfida, dan amonium. Oksidasi substansi anorganik ini dengan
prosese ozonisasi sangat cepat dan lengkap. Ozone, sebagai oksidan yang kuat
dan efektif, merusak banyak senyawa organik penyebab warna, rasa, dan bau
dalam air minum. Oleh karena itu, ini secara luas digunakan untuk
mengendalikan rasa dan bau, menyisihkan warna dan menyisihkan besi dan
mangan.
Ozone juga bereaksi dengan bahan organik alami (NOMs=natural
organic matters), di antaranya senyawa alifatik dan aromatik, asam humit dan

9
pestisida. Ozon menguraikan senyawa organik menjadi jenis molekul yang
lebih rendah, seperti aldehid dan keton.
Keuntungan dan kerugian ozone dalam pengolahan air minum
tercantum pada Tabel berikut 12.3, Sedangkan perbandingan berbagai bahan
kimia sebagai disinfektan dapat dilihat pada Tabel 12.4,
Tabel 13.3 Keuntungan dan Kerugian Ozone sebagai Disinfektan

Sumber: Qasim et al. (2000).

2.4 KRITERIA DESAIN


1. Jenis densifektan yang digunakan:
Gas klor (Cl2), kandungan klor aktif minimal 99%
Kaporit atau kalsium hipoklorit (CaOCl2 ) x H2O kandungan klor aktif (60
70) %
Sodium hipoklorit (NaOCl), kandungan klor aktif 15%
2. Dosis klor ditentukan berdasarkan dpc yaitu jumlah klor yang dikonsumsi air
besarnya tergantung dari kualitas air bersih yang di produksi serta ditentukan
dari sisa klor di instalasi (0,25 0,35) mg/l.

10
III PENUTUP

3.1 RANGKUMAN
Disinfeksi merupakan proses untuk membebaskan air minum dari
mikroorganisme patogen dengan cara memutuskan rantai antara Manusia
dengan bibit penyakit melaui media air.
Metoda disinfeksi ada dua, yaitu cara fisik dan cara kimiawi. Disinfeksi
secara fisik adalah perlakuan fisik terhadap mikroorganisme, yaitu panas dan
cahaya yang mengakibatkan matinya mikroorganisme. Sedangkan disinfeksi
secara kimiawi adalah memberikan bahan kimia ke dalam air sehingga terjadi
kontak antara bahan tersebut dengan mikroorganisme yang berakibat matinya
mikroorganisme
3.2 SOAL TES FORMATIF
Untuk mengetahui tingkat penguasaan pengetahuan yang diperoleh
mahasiswa, maka dosen sebagai fasilitator memberikan tes formatif berupa
pertanyaan sebagai berikut:
1. sebutkan syarat bahan yang digunakan untuk filtrasi !
2. Jelaskan perbedaan disifeksi fisik dengan disinfeksi kimia !

3.3 UMPAN BALIK


Diskusi dan memberikan pertanyaan untuk memonitor penerimaan
mahasiswa akan bahan kuliah yang disajikan.
3.4 DAFTAR PUSTAKA

Hamer, Mark J. 1975, Water and Waste Water Technology, John Wiley & sons,
Inc.
Masduki, A. (2009), Bahan Ajar Mata Kuliah Pengolahan Air Minum, Jurusan
Teknik Lingkungan, FTSP, ITS Surabaya.
Qasim, S.R., Motley, E.M., dan Zhu, G. (2000), Water Work Engineering: Planning,
Design & Operation, Prentice Hall PTR, Texas.
Standar Nasional Indonesia (SNI) 6774: 2008 tentang Tata cara perencanaan
unit paket instalasi pengolahan air, Badan Standarisasi Nasional.

11

Anda mungkin juga menyukai