ABSTRAK
Uretritis gonore merupakan penyakit infeksi menular seksual yang disebabkan oleh
bakteri Neisseria gonorrhea. Biasanya dirasakan panas saat kencing, dysuria, dan
pengeluaran discharge berupa pus dari uretra. Dilaporkan kasus seorang laki-laki
berumur 19 tahun dengan diagnosis uretritis gonore. Gambaran klinis orifisium uretra
eksternum nampak eritema dan discharge mukopurulen, namun tidak ditemukan
edema. Pada pengecatan gram, hasil pengecatan didapatkan jumlah leukosit >50/lpb,
diplokokus gram negatif ekstraseluler dan intraseluler. Pengobatan yang diberikan
Cefixime 1 x 400mg dosis tunggal. Prognosis pasien ini baik.
ABSTRACT
PENDAHULUAN
Gonore disebabkan oleh infeksi Neisseria gonorrhea gram negatif. Bakteri ini
dapat menginfeksi permukaan mukosa pada uretra, endoserviks, rektum, faring, dan
konjungtiva. Seringkali infeksi ini terjadi secara lokal di area utama dan dapat
berkembang ke area traktus genitalia yang dapat menyebabkan penyakit inflamasi pada
dapat menginfeksi permukaan mukosa pada uretra, endoserviks, rektum, faring, dan
konjungtiva. Seringkali infeksi ini terjadi secara lokal di area utama dan dapat
berkembang ke area traktus genitalia yang dapat menyebabkan penyakit inflamasi pada
pelviks dan epididymo-orchitis atau menyebar luas sebagai bakteriemia.1
Masa inkubasi bakteri ini terjadi dalam waktu yang pendek (2-8 hari), biasanya
menyerang mukosa membran khususnya pada laki-laki menyerang uretra.1 Uretra
merupakan tempat masuknya infeksi bakteri pertama yang menyebabkan uretritis, yaitu
uretritis anterior akut dan menyebar ke area proksimal yang menyebabkan komplikasi
lokal. Biasanya dirasakan panas pada orifisium uretra eksterna, dysuria, pengeluaran
discharge dari urethra dan rasa nyeri. Orifisium uretra eksterna juga nampak eritema,
edema, ektropion dan pada beberapa kasus terjadi pembesaran kelenjar limfa pada
inguinal. Pengeluaran discharge pada gonore biasanya berupa pus (purulen).2
Pada tahun 2008 WHO memperkirakan 106 juta kasus gonore terjadi secara
global pada orang dewasa. Prevalensi infeksi menular seksual di Indonesia sangat tinggi
ditemukan di kota Bandung, yakni dengan prevalensi infeksi gonore sebanyak 37,4%, di
kota Surabaya prevalensi gonore 19,8%, sedang di Jakarta prevalensi infeksi gonore
29,8%.3 Kejadian gonore dilaporkan tiga kali lebih banyak pada laki-laki dibadingkan
dengan perempuan. Insiden tertinggi terjadi pada umur dewasa muda yaitu usia 15-29
tahun.1
Kejadian gonore umumnya terjadi pada seseorang yang melakukan hubungan
seksual dengan berganti-ganti pasangan. Oleh karena itu melakukan hubungan seksual
dengan aman seperti menggunakan kondom merupakan hal yang sangat penting untuk
dilakukan untuk pencegahan, tidak hanya terjadinya infeksi HIV tapi juga gonore.
Laporan ini mempresentasikan kasus uretritis gonore.
LAPORAN KASUS
Seorang laki-laki berumur 19 tahun mengunjungi poliklinik kulit dan kelamin
RSUP Sanglah dengan nomer rekam medis 14000601 pada tanggal 4 Januari 2014.
Pasien datang dengan keluhan alat kelamin keluar nanah sejak 4 hari sebelum datang ke
rumah sakit. Dari anamnesis didapatkan pasien mengeluh keluar nanah dari
kemaluannya, terdapat nyeri di lokasi penis dengan intensitas 1 berdasarkan face pain
rating scale (nyeri ringan), riwayat kontak seksual dengan pacar kurang lebih 8 hari
yang lalu. Keluhan yang sama pada pasangan seksual tidak diketahui oleh pasien.
Riwayat berhubungan seksual dengan PSK (Pekerja Seks Komersial) tidak
diidentifikasi. Riwayat pengobatan terdahulu tidak ada.
Pada pasien tidak ditemukan riwayat alergi obat maupun makanan. Tidak
ditemukan riwayat penyakit penyerta. Riwayat operasi dan transfusi tidak ditemukan.
Riwayat penyakit dalam keluarga tidak ditemukan. Tidak ditemukan penyakit penyerta.
Riwayat operasi dan tranfusi tidak ditemukan. Status internus keadaan umum pasien
baik. Pada penilaian status dermatologi, stigmata atopic tidak ditemukan. Ditemukan
eritema pada mukosa. Kuku kusam dan rapuh tidak ditemukan. Fungsi kelenjar keringat
tidak ditemukan hiperhidrosis dan anhidrosis. Tidak ditemukan pembesaran kelenjar
getah bening.
Status venereologi lokalisasi kelainan pada orifisium uretra eksternum
ditemukan eritema dan discharge mukopurulen, namun tidak ditemukan edema.
Pemeriksaan gram ditemukan leukosit > 50/lpb, diplokokus gram negatif ekstraseluler
dan intraseluler. Diagnosis kerja adalah uretritis gonore. Diagnosis banding kasus ini
adalah uretritis non-spesifik. Penatalaksanaan diberikan Cefixime 1 x 400mg dosis
tunggal, dengan catatan pasien diminta untuk kembali kontrol pada tanggal 6 Januari
2014. KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) mengenai pencegahan, penularan dan
pengobatan HIV (Human Immunodeficiency Virus). Pasien ingin melakukan tes HIV
dengan sukarela. Konseling post test dilakukan setelah hari ke tiga kunjungannya ke
poliklinik diperoleh hasil non reaktif. Prognosis pasien ini baik.
DISKUSI
Uretritis gonore merupakan masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat.
Ketepatan waktu pengobatan secara efektif pada uretritis gonore dapat mengeliminasi
infeksi yang berdampak pada individu, mencegah terjadinya pengembangan komplikasi
dan mengurangi lamanya infeksi dimana pada akhirnya dapat mencegah transmisi lebih
lanjut. 5
Diagnosis dari uretritis gonore didapatkan dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis, gambaran
klinis pada laki-laki yang dominan nampak adalah uretritis akut dengan tanda terjadinya pengeluaran discharge uretra (>80%), dan dysuria (>50%),
biasanya terjadi 2 – 8 hari setelah terpapar bakteri N. gonorrhea. Infeksi uretra asimptomatik biasanya tidak umum terjadi pada laki-laki (<10% dari
kejadian infeksi uretra).1,5,6
klinis pada laki-laki yang dominan nampak adalah uretritis akut dengan tanda terjadinya pengeluaran discharge uretra (>80%), dan dysuria (>50%),
biasanya terjadi 2 – 8 hari setelah terpapar bakteri N. gonorrhea. Infeksi uretra asimptomatik biasanya tidak umum terjadi pada laki-laki (<10% dari
kejadian infeksi uretra).1,5,6
Pada kasus diperoleh data alat kelamin keluar nanah sejak 4 hari sebelum datang
ke rumah sakit dan terdapat nyeri di lokasi penis. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
eritema pada orifisium uretra eksternum, dan discharge mukopurulen, namun tidak
ditemukan edema dan pembesaran kelenjar getah bening. Kasus sesuai dengan
gambaran klinis uretritis gonore.
Penegakan diagnosis uretritis gonore dari hasil pemeriksaan laboratorium akan ditemukan N. gonorrhea, sebaliknya jika tidak ditemukan
N. gonorrhea maka diagnosis yang ditegakkan adalah urethritis non-spesifik yang ditandai dengan dysuria ringan, perasaan tidak enak di uretra, dan
keluarnya discharge, yaitu dari mikroorganisme Chlamiydial trachomatis. Dibandingkan dengan gonore, perjalanan penyakit lebih lama.1,4,7
Pemeriksaan mikroskopi (x1000) dari spesimen genital dengan pengecatan Gram secara langsung dapat memvisualisasi N. gonorrhea
sebagai monomorfik gram-negatif diplokokus dalam polimorfonuklear leukosit. Pemeriksaan ini menunjukkan sensitivitas yang baik (90-95%) pada
uretral discharge laki-laki dan direkomendasikan untuk mendapatkan diagnosis cepat pada kasus simptomatik pada laki-laki. Pemeriksaan mikroskopi
smear uretra pada laki- laki yang asimptomatik menunjukkan hasil yang kurang sensitif (50-75%).1,6
SIMPULAN
Seorang laki-laki berusia 19 tahun menderita uretritis gonore. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium. Dengan hasil
pemeriksaan gram ditemukan diplokokus gram negatif ekstraseluler dan intraseluler.
Pasien mendapatkan pengobatan Cefixime 1 x 400 mg dosis tunggal. Prognosis
pasien adalah baik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bignell C, Unemo M, Jensen JS. 2012 European Guideline on the
Diagnosis and Treatment of Gonorrhoea in Adults. Department of
Microbiological Surveilance and Research, Staten Serum Institut,
Copenhagen, Denmark. 2012.