Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PEMBAHASAN

I.1. Pengertian HAM


Hak asasi adalah hak – hak dasar yang dimiliki oleh manusia, sesuai dengan
kodratnya. Hak asasi manusia meliputi hak hidup,hak kemerdekaan atau kebebasan,
hak milik dan hak – hak dasar lain yang melekat pada diri pribadi manusia dan tidak
dapat diganggu gugat oleh orang lain. Hak asasi manusia hakikatnya semata – mata
bukan dari manusia sendiri tetapi dari tuhan yang maha esa, yang dibawa sejak lahir.
Hak – hak asasi ini menjadi dasar hak – hak dan kewajiban – kewajiban yang lain.
Kesadaran akan hak asasi manusia , harga diri , harkat dan martabat
kemanusiaannya, diawali sejak manusia ada di muka bumi. Hal itu disebabkan oleh
hak – hak kemanusiaan yang sudah ada sejak manusia itu dilahirkan dan merupakan
hak kodrati yang melekat pada diri manusia. Sejarah mencatat berbagai peristiwa besar
di dunia ini sebagai suatu usaha untuk menegakkan hak asasi manusia.

I.2 Sejarah Singkat Terbentuknya HAM


Hak asasi manusia yang dikenal saat ini dalam berbagai piagam atau konstitusi
sesungguhnya telah diperjuangkan sejak abad ke 13 di inggris. Pada masa raja Inggris
John Lackland (1199-1216) memerintah secara sewenang – wenang telah timbul protes
keras dikalangan para bangsawan. Protes tersebut melahirkan sebuah piagam agung
yang dikenal dengan nama Magna Charta. Di dalam piagam ini pengertian hak asasi
belum sempurna karena terbatas hanya memuat jaminan perlindungan terhadap hak –
hak kaum bangsawan dan gereja.
Pada tahun 1628 di Inggris pula terjadi pertentangan antara raja Charles I
dengan parlemen yang terdiri dari utusan rakyat (the hause of sommons) yang
menghasilkan petition of rights. Petisi ini membuat ketentuan bahwa penetapan pajak
dan hak – hak istimewa harus dengan izin parlemen, dan bahwa siapapun tidak boleh
ditangkap tanpa tuduhan – tuduhan yang sah.Perjuangan hak asasi manusia yang lebih

1
nyata terjadi pada tahun 1689 ketika raja willem III revolution. Revolusi ini besar
mengawali babak baru kehidupan demokasi di Inggris dengan suatu perpindahan
kekuasaan dari tangan raja ke parlemen.
Pemikiran john locke mempengaruhi Montesquieu dan Rousseau,sehingga
mereka menentang kekuasaan mutlak raja. Montesquieu menyusun teori trias politica,
yaitu konsepsi pemisahan kekuasaan antara legislative,eksekutif dan yudikatif.
Sedangkan dalam hukum du contract social Rousseau menyatakan bahwa Negara
dilahirkan bebas yang tak boleh dibelenggu oleh manusia lain termasuk oleh raja.
Pandangan demikian ini menmbulkan semangat bagi rakyat tertindas ,khususnya di
prancis ,untuk memperjuangkan hak asasinya.
Pemerintahan raja yang sewenang – wenang dan kaum bangsawan yang
feodalistik menimbulkan kebencian di kalangan rakyat Perancis. Pada masa
pemerintahan Raja Louis XVI yang lemah, rakyat perancis baru berani membentuk
Assemblee Nationale, yaitu dewan nasional sebagai perwakilan bangsa perancis. Pada
masa pemerintahan Raja Louis XVI yang lemah, rakyat perancis baru berani
membentuk Assemblee Nationale, yaitu dewan nasional sebagai perwakilan bangsa
perancis. Masyarakat Perancis baru berani mengubah strukturnya dari feodalistis
menjadi lama (kerajaan) dihapuskan dan disusunlah pemerintah baru.

I.3 Pemahaman Tentang HAM


Di dalam mukadimah deklarasi universa tentang hak asasi manusia yang telah
disetujui dan diumuman oleh resolusi Majelis umum perserikatan bangsa – bangsa
nomor 217 Z (III) tanggal 10 desember 1984 terdapat pertimbangan – pertimbangan
berikut:
1. Menimbang bahwa pengakuan atas martabat yang melekat dan hak – hak yang
sama dan tidak tersaingkan dari semua anggota keluarga kemanusiaan,keadilan,dan
perdamaian di dunia.
2. Menimbang bahwa mengabaikan dan memandang rendah pada hak – hak asasi
manusia telah mengakibatkan perbuatan – perbuatan bengis yang menimbulkan
rasakemarahan dalam hati nurani umat manusia dan bahwa terbentuknya suatu

2
dunia dimana manusia akan mengecap kenikmatan kebebasan berbicara dan agama
tertinggi dari rakyat jelata
3. Menimbang bahwa Negara – Negara anggota telah berjanji akan mencapai
perbaikan penghargaan umum terhadap pelaksanaan hak – hak manusia dan
kebebasan asas dalam kerja sama dengan PBB.
Pelanggaran Hak Asasi Manusia adalah setiap perbuatan seseoarang atau
kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau
kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau
mencabut Hak Asasi Manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh
Undang-undang, dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh
penyelesaian hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku
(Pasal 1 angka 6 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM).
Pengadilan Hak Asasi Manusia adalah Pengadilan Khusus terhadap pelanggaran Hak
Asasi Manusia yang berat. Pelanggaran HAM yang berat diperiksa dan diputus oleh
Pengadilan HAM meliputi :
1. Kejahatan genosida;
2. Kejahatan terhadap kemanusiaan

I.4 Perkembangan HAM


Perkembangan Hak Asasi Manusia di Dunia Mengalami Pasang Surut
adakalanya HAM di junjung Tinggi pada periode tertentu ada pula akan terasa hambar
Ham yang selama ini di gembar-gemborkan. Begitupun yang terjadi pada Sejarah
perkembangan HAM di Indonesia. Pada tulisan kami kali ini akan membahas secara
singkat sejarah perkembangan HAM di Indonesia.
Wacana HAM di Indonesia yang telah berlangsung seiring berdirinya Negara
Kesatuan Republik Indonesia. HAM di Indonesia dibagi menjadi dua periode: sebelum
kemrdekaan (1908-1945), dan sesudah kemerdekaan (1945-sekarang).

3
a. Periode sebelum Kemerdekaan (1908-1945)
Pemikiran HAM pada masa sebelum kemerdekaan dapat dilihat dalam sejarah
kemunculan organisasi. Pergerakan Nasonal Budi Oetomo (1908), Sarekat Islam
(1911), Indesche Partij (1912), Perhimpunan Indonesia (1925), Partai Nasional
Indonesia (1927). Lahirnya pergerakan–pergerakan yang menjunjung berdirinya
HAM seperti ini tak lepas dari pelangaran HAM yang dilakukan oleh penguasa
(penjajah). Dalam sejarah pemikiran HAM di Indonesia Boedi Oetomo merupakan
organisasi pertama yang menyuarakan kesadaran berserikat dan mengeluarkan
pendapat melalui petisi-petisi yang di tunjukan ke pada pemerintah kolonial maupun
lewat tulisan di surat kabar.

b. Periode setelah kemerdekaan (1945-sekarang)


Perdebatan tentang HAM berlanjut sampai periode paska kemerdekaan:

1. Periode 1945 - 1950


Pemikiran HAM pada periode ini menekankan wacana untuk merdeka (Self
Determination), hak kebebasan untuk berserikat melalui organisasi politik mulai
didirikan, serta hak kebebasan untuk menyampaikan pendapat terutama di Parlemen.

2. Periode 1950 - 1959


Periode ini dikenal dengan periode parlementer, menurut catatan Bagir Manan,
masa gemilang sejarah HAM di Indonesia tercrmin dalam empat indikator HAM:
- Munculnya partai politik dengan berbagai idiologi.
- Adanya kebebasan pers.
- Pelaksanan pemilihan umum secara aman, bebas dan demokratris.
- Kontrol parlemen atas eksekutif.

3. Periode 1959 - 1966


Periode ini merupakan masa berakhirnya demokrasi liberal dan digantikan
dengan demokrasi terpimpin yang terpusat pada kekuasan persiden Seokarno,
demokrasi terpimpin (Guided Democracy) tidak lain sebagai bentuk penolakan

4
presiden Seokarno terhadap demokrasi parlementer yang dinilai merupakan produk
barat.
Melalui sistem demokrasi terpimpin kekuasan terpusat di tangan persiden.
Persiden tidak dapat dikontrol oleh parlemen. Sebaliknya parlemen dikendalikan oleh
persiden. Kekuasaan persiden Sokarno bersifat absolut, bahkan dinobatkan sebagai
persiden seumur hidup. Dan akhir pemerintahan peresiden Seokarno sekaligus sebagai
awal Era pemerintahan orde baru yaitu masa pemerintahan persiden Seoharto.

4. Periode 1966 - 1998

Pada mulanya Orde Baru menjanjikan harapan baru bagi penegakan HAM di
Indonesia. Janji–janji Orde Baru tentang HAM mengalami kemunduran pesat pada
tahu 1970-an hingga 1980-an. Setelah mendapat mandat konstitusional dari siding
MPRS. Orde Baru menolak ham dengan alasan HAM dan Demokrasi merupakan
produk barat yang individualistik yang militeristik. Bertentangan dengan prinsip lokal
Indonesia yang berprinsip gotong-royong dan kekeluargaan.

5. Periode paska orde baru


Tahun 1998 adalah era paling penting dalam sejarah perkembangan HAM di
Indonesia, setelah terbebas dairi pasungan rezim Orde baru dan merupakan awal
datangnya era demokrasi dan HAM yang kala itu dipimpin oleh Bj.Habibie yang
menjabat sebagai wakil presiden. Pada masa pemerintahan Habibie misalnya perhatian
pemerintah terhadap pelaksanan HAM mengalami perkembangan yang sangat
segnifikan, lahirnya TAP MPR No. XVII/MPR/1998 tentang HAM merupakan salah
satu indikator pemerintah era reformasi.

5
DAFTAR PUSTAKA
http://kingilmu.blogspot.co.id/2015/07/sejarah-perkembangan-ham-di-indonesia.html

http://pemahamantentanghakasasimanusia.blogspot.co.id/

http://gurupkn.wordpress.com/2008/02/22/pengertian-pengertian-hak-asasi-manusia

Anda mungkin juga menyukai