SEMESTER GASAL
TAHUN AKADEMIK 2014/2015
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah Pencernaan Makanan. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
perkuliahan blok Fungsi Tubuh Manusia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember.
Penulisan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis
menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan–perbaikan di
masa mendatang demi kebaikanmakalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Kita mengetahui bahwa tidak ada satu individu yang dapat bertahan hidup tanpa adanya
organ sistem pencernaan, karena sistem pencernan merupakan hal yang sangat vital di dalam
tubuh manusia. Sistem pencernaan memiliki fungsi sebagai menyediakan makanan, air dan
lektrolit yang dibutuhkan oleh sel-sel tubuh melalui proses pencernaan
BAB II
PEMBAHASAN
Gastrointestinal atau sistem pencenaan yang mempunyai peran besar dalam serah terima
makanan atau energi bagi tubuh. Fungsi utama dari sistem pencernaan ini adalah untuk
menyediakan air, elektrolit, dan zat makan secara terus menerus. Untuk mencapai hal itu maka
dibutuhkan :
a. Bolus makanan yang terdapat di dalam mulut awalnya akan menimbulkan penghambat
refleks otot untuk mengunyah yang menyebabkan rahang bawah turun.
b. Penurunan pada rahang bawah ini menimbulkan refleks regang pada otot rahang bawah
yg kemudian menimbulkan kontraksi rebound, secara otomatis rahang bawah akan
terangkat, gigi akan mengatup.
c. Kemudian bolus makanan akan tertekan pada dinding mulut dan menghambat otot rahang
bawah sekali lagi menyebabkan rahang bawah turun dan rebound kembali.
d. Hal ini terjadi berulang-ulang.
Mengunyah bersifat penting untuk pencernaan semua makanan. Menyunyah akan membantu
pencernaan makanan karena enzim-enzim pencernaan hanya bekerja pada permukaan partikel
pada makanan, maka dari itu kecepatan pencernaan seluruhnya bergantung pada total area
permukaan yang terpapar dengan sekresi/penyerapan pencernaan. Menyunyah makanan sampai
menjadi partikel yang kecil dan halus dapat mencegah ekskoriasi/kerusakan traktus
gastrointestinal dan memudahkan pengosongan makanan dari lambung ke usus halus dan semua
segmen usus berikutnya.
2.2.1. Saliva
Kelenjar saliva yang utama adalah kelenjar parotis, submandibularis, dan sublingualis, selain
itu ada kelenjar bukalis yang sangat kecil. Sekresi saliva normal berkisar 800-1500 mililiter tiap
harinya. Saliva mengandung dua tipe sekresi protein yakni :
Pada kondisi seseorang sedang terjaga terdapat sekitar 0,5 mililiter saliva disekresi setiap
menit dan hampir seluruhnya adalah tipe mukus. Pada saat tidur sekresi akan menjadi semakin
sedikit. Sekresi ini penting untuk mempertahankan kesehatan rongga mulut. Di dalam rongga
mulut terdapat bakteri yang patogen dan dengan mudah merusak jaringan dan menimbulakan
karies. Saliva dapat mencegah proses kerusakan melalui cara :
1. Pertama, aliran saliva dapat membantu untuk membuang bakteri patogen dan partikel
makanan yang mendukung metabolik bakteri.
2. Kedua, saliva mengandung beberapa faktor yang dapat menghancurkan bakteri. Salah
satunya adalah ion tiosianat dan beberapa enzim proteolitik terutama lisozim yang dapat
(a) menyerang bakteri, (b) membantu ion tiosianat memasuki bakteri dan menjadi
bakterisid, (c) mencerna partikel makanan dan membantu menghilangkan pendukung
metabolisme bakteri lebih lanjut.
3. Ketiga, saliva mengandung sejumlah besar antibodi protein yang dapat menghancurkan
bakteri rongga mulut, termasuk bakteri penyebab karies gigi.
Pada saat keadaan tidak ada saliva, jaringan pada rongga ulut dapat mengalami ulserasi dan
menjadi mudah terinfeksi dan karies gigi dapat meluas.
Pada lidah terdapat taste buds sebagai pengecap. Taste buds terdiri dari pori –pori yang
dikenal sebagai taste pore yang memiliki mikrovili untuk membawa sel gustatori yang akan
dirangsang oleh berbagai cairan kimia. Mikrovili adalah permukaan bagi reseptor rasa. Melalui
chorda tympani, serabut nervus sensorik yang dimiliki oleh taste buds pada bagian anterior lidah
menghantarkan impuls menuju batang otak. Impuls yang berasal dari bagian posterior lidah
dihantarkan melalui nervus glossopharyng sedangkan taste buds yang berada di pharynx dan
epiglotis dipersarafi oleh nervus vagus untuk menginterpretasikan rasa. Beberapa reseptor rasa
yaitu rasa asam, manis, pahit dan umami terkandung dalam taste buds. Kegunaan dari rasa asam
yaitu untuk mendeteksi keasaman. Memodulasi diet untuk kestabilan elektrolit tubuh merupakan
fungsi rasa asin. Rasa manis merupakan hal yang penting bagi penambahan energi tubuh.
Berbagai toksin dapat dideteksi dengan rasa pahit sedangkan untuk mendeteksi asam amino
digunakan rasa umami (Irmawati, 2009)
Fungsi pengecapan pada lidah juga dapat mengalami penurunan fungsi. Faktor – faktor
yang mempengaruhi sensitivitas lidah yaitu usia, suhu makanan, penyakit, merokok dan
menginang (Asnawati,2016). Usia yang semakin bertambah dibarengi dengan penurunan pada
jumlah papilla sirkumvalata dan penuran fungsi pada taste buds. Taste buds juga akan rusak pada
suhu yang terlalu panas. Salah satu contoh faktor penurunan akibat penyakit yaitu penyakit
kencing manis dan ginjal serta radiasi yang dapat menimbulkan penyakit xerostomia. Xerostomia
disebabkan berkurangnya produksi kelenjar saliva sehingga keadaan mulut kering (Guyton,
2001). Berkurangnya produksi saliva menyebabkan sel – sel pengecap mengalami kesulitan
dalam menerima rangsang.
Lapisan lemak atau yang biasa disebut lapisan fosfolipid juga terdapat pada lidah. Fungsi
lapisan ini pada lidah yaitu menghambat rasa pahit dan mengontrol ion atau molekul yang masuk
ke dalam sel. Sensivitas rasa manis dapat mengalami penurunan apabila pada protein
transmembran taste buds terjadi denaturasi rantai polipeptida dan penurunan tegangan
permukaan saliva sehingga kelarutan saliva berkurang dan menggangu sensitivitas rasa manis
pada lidah. Faktor yang dapat mempengaruhi denaturasi adalah panas, pH, bahan kimia dan
mekanis(Irmawati,2009)
Substansi kimia yang membentuk rasa manis anatara lain yaitu gula, glikol, aldehid,
keton, amida, ester, asam amino, asam sulfonat, asam halogen, dan garam anorganik dari timah
hitam dan berilium. Dua substansi organik yang membentuk rasa pahit adalah nitrogen dan
alkaloid (Asnawati, 2016)
Sensasi rasa asam dapat disebabkan oleh ion hidrogen yang terdapat dalam larutan. Sel
rasa bereaksi dengan ion ini dalam tiga cara yaitu secara langung dapat masuk kedalam sel,
mblokir kanal ion kalium pada mikrovili dan mengikat kanal bukaan di mikrovili sehingga ion –
ion positif dapat masuk ke dalam sel rasa. Muatan positif tersebut terakumulasi dan
menimbulkan depolarisasi yang melepaskan neurotransmitter dan menyalurkan sinyal ke otak.
Sensasi rasa asin dapat ditimbulkan dari garam dapur atau NaCl salah satunya. Ion natrium
melewati kanal ion pada mikrovili bagian apikal atau dapat juga melalui basolateral sel rasa, ini
dapat membangunkan sel rasa tersebut. Glutamat dapat menimbulkan sensasi rasa umami.
Bersama reseptor atau second messenger zat tersebut bereaksi, akan tetapi tahapan pelepasan
neurotransmitter belum diketahui (Iritianto,2012)
Biolistrik adalah energi yang dimiliki setiap manusia yang bersumber dari ATP
(Adenosine Tri Posphate) dimana ATP ini di hasilkan oleh salah satu energi yang bernama
mitchondria melalui proses respirasi sel. Biolistrik juga merupakan fenomena sel. Sel-sel mampu
menghasilkan potensial listrik yang merupakan lapisan tipis muatan positif pada permukaan luar
dan lapisan tipis muatan negative pada permukaan dalam bidang batas/membran.
Gambar: Hubungan antara neuron sensorik, neuron penghubung dan neuron motorik
Neuron ini berawal dari sinapsis dengan neuron penghubung, berlanjut ke dendrit
lalu badan sel, akson dan diakhiri pada pilihan-pilihan di bawah ini:
Setelah timbul potensial aksi, sel membrane akan mengalami repolarisasi sel
membrane disebut suatu tingkat refrakter. Tingkat refrakter dibagi dalam 2 fase:
Sirkulasi splanknik
Pembuluh darah pada sistem gastrointestinal disebut sirkulasi splanknik, yang meliputi
aliran darah melalui usus, limpa, pankreas, dan hati. Semua darah dari usus, limpa, dan
pankreas akan mengalir menuju hati melalui vena porta. Kemudian darah akan mengalir
melalui sinusoid hati yang terletak di dalam hati, dan keluar melalui vena hepatika yang
mengalir menuju vena cava dari sirkulasi sistemik. Aliran darah melalui hati ini
menyebabkan sel-sel retikuloendotelial mengeluarkan bakteri dan partikel-partikel yang
mampu mencegah masuknya zat-zat berbahaya ke dalam jaringan tubuh yang lain
Nutrisi yang terlarut dalam air akan diabsorbsi oleh usus dan ditransportasikan menuju
sinusoid-sinusoid hati yang sama melalui darah pada vena porta. Setelah itu, diserap oleh
sel retikuloendotelial dan sel-sel hati dan disimpan hingga mencapai setengah sampai tiga
per empat dari seluruh zat yang telah diabsorbsi. Sedangkan hampir semua nutrisi yang
tidak larut dalam lemak akan diabsorbsi menuju saluran limfatik usus dan
ditransportasikan ke dalam darah melalui duktus torasikus.
Peningkatan aliran darah dalam gastrointestinal berbanding lurus dengan
peningkatan aktivitas metabolik area setempat. Peningkatan kecepatan metabolik akan
memimbulkan penurunan konsentrasi O2 hingga memungkinkan terjadinya vasodilatasi
yang dapat menimbulkan peningkatan aliran darah. Vasodilatasi itu sendiri adalah suatu
peristiwa naiknya ukuran lumen pembuluh darah. Selain itu, selama aktivitas metabolik,
traktus dan kelenjar intestinal akan melepaskan zat-zat yang bersifat vasodilator seperti
kalidin dan bradikinin, adenosin, dan hormon peptida termasuk kolesistokinin, gastrin,
dan sekretin. Di sisi lain, alasan dari peningkatan aliran darah ini belum diketahui secara
pasti.
Motilitas dan sekresi pada saluran pencernaan dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu fungsi
otonom otot polos, pleksus saraf intrinsic, pleksus saraf ekstrinsik, dan hormon pencernaan
Sebagian dari sel-sel otot polos adalah sel pemacu yang mana terletak di antara lapisan
otot polos longitudinal dan sirkular yang mana berperan dalam memicu aktivitas gelombang
lambat siklik. Aktivitas gelombang lambat siklik ini adalah aktivitas listrik spontan dari otot
polos yang bekerja secara lambat dan terus menerus.
Otot-otot polos ini dihubungkan oleh suatu celah yang dapat dialiri oleh ion-ion
bermuatan listrik, sehingga aktivitas listrik yang bermula dari sel pemacu akan menyebar ke sel-
sel otot polos polos di sampingnya. Jadi, jika titik awal berada dekat dengan ambang, maka
aktivitas kontraktil yang menyertainya meningkat, begitu juga dengan sebaliknya. Seperti
contoh, jika terdapat makanan di saluran cerna, maka akan memberikan rangsangan pada otot
polos sekitarnya, sehingga kontraksi pada saluran pencernaan meningkat. Kecepatan atau
frekuensi aktivitas kontraktil dari saluran pencernaan, berbanding lurus pada laju yang diciptakan
oleh sel-sel pemacu yang terlibat.
Pleksus saraf intrinsik ini terdiri atas dua anyaman serat saraf yang seluruhnya berrada di
dalam dinding saluran cerna, yang terdiri atas pleksus submukosa dan pleksus mienterikus.
Bersama-sama, pleksus ini sering disebut system saraf enterik.
Pleksus intrinsik mengandung berbagai jenis neuron yaitu neuron sensorik, neuron
motorik, dan antarneuron yang menghubungkan dua neuron tersebut. Neuron motorik akan
mensarafi otot polos dan kelenjar yang mempengaruhi motilitas saluran cerna, sekresi enzym,
dan sekresi hormon.
Saraf ekstrinsik adalah serat saraf dari kedua cabang sistem saraf otonom (simpatik dan
parasimpatik) yang terletak di luar saluran cerna. Saraf ini bekerja dengan cara memodifikasi
aktivitas yang berlangsung pada saraf intrinsik –seperti mengubah tingkat sekresi hormon
pencernaan– dan pada konsisi tertentu mampu bekerja secara langsung pada otot polos dan
kelenjar.
Saraf simpatis berperan dalam menghambat sekresi dan kontraksi otot polos sedangkan
saraf parasimpatis cenderung mendorong sekresi enzym dan hormon sekaligus meningkatkan
motilitas otot polos saluran pencernaan.
4. Hormon Pencernaan
Hormon pencernaan ini dibawa oleh darah ke bagian-bagian lain saluran cerna, yang
mana hormon ini akan memberikan efek inhibitorik (menghambat) pada otot polos dan kelenjar
eksokrin.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Irmawati, A.,Sunariani, J., Bt Roslan, A. 2009. Jurnal PDGI Penurunan Sensitivitas Rasa
Manis Akibat Pemakaian Pasta Gigi Mengandung Sodium Lauryl Sulphate 5% Vol.58
No.2
Destiawan, dkk. 2013. Makalah Biofisika Biolistrik. Universitas Brawijaya: Fakultas
Kedokteran Hewan
Materi Pembelajaran Dr. Katrin Roosita, MSi. Diakses melalui
kroosita2.staff.ipb.ac.id/files/2014/09/FISIOLOGI-PENCERNAAN2014.pdf pada 8
November 2016
Guyton, A C. 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Penerjemah: Irawati Setiawan.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Harty, F. J. dan Ogston, R. 1995. Kamus Kedokteran Gigi. Alih Bahasa: Narlan
Sumawinata drg. Jakarta: Penerbit buku Kedokteran EGC
Sherwood, L. 2012. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Alih Bahasa: Pendit, B. U.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC