BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal
bagi masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan,
peningkatankesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),
penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang
dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Konsep
kesatuan upaya kesehatan ini menjadi pedoman dan pegangan bagi semua
fasilitas kesehatan di Indonesia termasuk rumah sakit. Rumah sakit yang
merupakan salah satu dari sarana kesehatan, merupakan rujukan pelayanan kesehatan
dengan fungsi utama menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan
dan pemulihan bagi pasien.
Instalasi farmasi rumah sakit (IFRS) merupakan suatu unit di
rumah sakit dengan fasilitas penyelenggaraan kefarmasian di bawah pimpinan
seorang farmasis dan memenuhi persyaratan secara hukum untuk
mengadakan, menyediakan, dan mengelola seluruh aspek penyediaan
perbekalan kesehatan di rumah sakit yang berintikan pelayanan produk yang
lengkap dan pelayanan farmasi klinik yang sifat pelayanannya berorientasi
kepada kepentingan penderita. Kegiatan pada instalasi ini terdiri dari
pelayanan farmasi minimal yang meliputi perencanaan, pengadaan,
penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai,
dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita rawat inap dan rawat jalan,
pengendalian mutu, pengendalian distribusi pelayanan umum dan spesialis,
pelayanan langsung pada pasien serta pelayanan klinis yang merupakan
program rumah sakit secara keseluruhan.
Tuntutan pasien dan masyarakat akan mutu pelayanan farmasi,
mengharuskan adanya perubahan pelayanan dari paradigma lama (drug oriented) ke
paradigma baru (patient oriented) dengan filosofi Pharmaceutical Care
1
2
B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup farmasi terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Farmasi non-klinik mencakup kegiatan Pengelolaan Sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai, meliputi:
a. Memilih sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit yang merupakan proses
kegiatan sejak meninjau masalah kesehatan yang terjadi di rumah sakit,
identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis, menentukan kriteria
pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial, standarisasi sampai
menjaga dan memparbaharui standar obat.
b. Merencanakan kebutuhan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan
medis habis pakai secara optimal yang merupakan proses kegiatan
dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai yang sesuai dengan kebutuhan
dan anggaran, untuk menghindari kekosongan obat dengan
menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-
dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi,
epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi
disesuaikan dengan anggaran yang tersedia
c. Mengadakan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai ketentuan
yang berlaku
d. Mengadakan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit
yang merupakan kegiatan membuat, mengubah bentuk, dan
pengemasan kembali sediaan farmasi steril dan nonsteril untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit.
2
3
e. Menerima sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku
f. Menyimpan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian
g. Mendistribusikan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai ke unit-unit pelayanan di rumah sakit
2. Farmasi klinik yaitu ruang lingkup farmasi yang dilakukan dalam kegiatan
Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat, Alat Kesehatan dan
bahan medis habis pakai , meliputi:
a. Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien yang meliputi kajian
persyaratan administrasi, persyaratan farmasi, dan persyaratan klinis.
b. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan
alat kesehatan.
c. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat
kesehatan.
d. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien atau keluarga
pasien.
e. Memberi konseling kepada pasien atau keluarga pasien terkait terapi
obat yang diterima pasien baik rawat inap maupun rawat jalan.
f. Melakukan penentuan terapi obat (PTO) mencakup kegiatan untuk
memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional.
g. Melakukan Monitoring Efek Samping Obat (MESO) terhadap respon
terhadap obat yang tidak dikehendaki pada dosis lazim yang digunakan
pada manusia.
h. Melakukan evaluasi penggunaan obat (EPO) yang terstruktur dan
berkesinambungan secarakualitaif dan kuantitatif.
i. Melakukan pencatatan dan pelaporan setiap kegiatan
C. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan
3
4
4
5
BAB II
STANDAR KETENAGAAN INSTALASI FARMASI
RUMAH SAKIT HIKMAH MASAMBA
B. Distribusi Ketenagaan
Tabel 2.2 Distribusi Ketenagaan
Nama Jabatan Kualifikasi Legalitas Pelatihan Jumlah
Pendidikan
Kepala Apoteker 1. SIPA BHD 1
Instalasi 2. SIA
APAR
3. SIK
Asisten S1 Farmasi 1. STR BHD 1
Apoteker 2. SIK APAR
Koordinator S1 Farmasi 1. STR BHD 1
Pelayanan 2. SIK APAR
Koordinator SMA - BHD -
Alkes dan
APAR
Pembelian
5
6
C. Pengaturan Jaga
Pengaturan jaga di Instalasi Farmasi Rumah Hikmah Masamba
untuk Apoteker: Setiap hari kerja (senin- sabtu), Pukul 08.00 Wita sampai
14.00 Wita sedangkan untuk asisten apoteker, koordinator pelayanan,
koordinator Alkes dan Pembelian dan staf instalasi farmasi lainnya mengikuti
jadwal piket yang telah ditentukan.
6
7
BAB III
STANDAR FASILITAS
Pintu Masuk
Ket:
Meja Kamar Jaga
2. Gudang Farmasi
7
8
Ket:
Meja Kerja Lemari Alkes Lemari Obat Generik
C. Gudang Sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
Berlantai keramik kedap air, dinding tembok, plafon triplek.
Perlengkapan dalam gudang sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai :
1. Rak obat
2. Lemari Penyimpanan Obat
3. Meja kerja
4. Alat tulis kantor
8
9
D. Kelengkapan Bangunan
1. Sumber Air Bersih PDAM
2. Penerangan dari PLN dan Jenset
3. Pendingin Ruangan
4. ventilasi
E. Perlengkapan Administrasi
1. Blangko Copy Resep
2. Blangko Kartu Stok
3. Blangko Surat Pesanan Narkotika dan Psikotropik
4. Kemasan obat berupa plastik, pot obat, botol, kertas perkamen, kapsul
kosong berbagai ukuran Etiket obat putih dan biru berbagai ukuran
9
10
BAB IV
PELAYANAN INSTALASI FARMASI
10
11
11
12
B. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan
yang telah direncanakan dan disetujui melalui:
1. Pembelian
Proses pembelian mempunyai beberapa langkah yang baku dan merupakan
siklus yang berjalan terus menerus sesuai dengan kegiatan rumah sakit.
12
13
13
14
C. Penerimaan
Penerimaan adalah kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi
yang telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian
langsung atau sumbangan. Tujuan penerimaan adalah untuk menjamin
perbekalan farmasi yang diterima sesuai kesepakatan baik spesifikasi mutu,
jumlah maupun waktu. Penerimaan perbekalan farmasi harus dilakukan oleh
petugas yang bertanggung jawab. Petugas yang dilibatkan dalam penerimaan
harus terlatih baik dalam tanggung jawab dan tugas mereka, serta harus
mengerti sifat penting dari perbekalan farmasi. Dalam tim penerimaan
farmasi harus ada tenaga farmasi. Semua perbekalan farmasi yang diterima
harus diperiksa dan disesuaikan dengan spesifikasi pada order pembelian
rumah sakit. Semua perbekalan farmasi harus ditempatkan dalam tempat
persediaan, segera setelah diterima, perbekalan farmasi harus segera
disimpan di dalam lemari atau tempat lain yang aman. Perbekalan farmasi
yang diterima harus sesuai dengan spesifikasi kontrak yang telah ditetapkan.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penerimaan:
1. Harus mempunyai Material Safety Data Sheet (MSDS), untuk bahan
berbahaya.
2. Khusus untuk alat kesehatan harus mempunyai Certificate of Origin.
3. Sertifikat analisa produk
D. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara
dengan cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat
14
15
yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak
mutu obat. Tujuan penyimpanan adalah :
1. Memelihara mutu sediaan farmasi
2. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab
3. Menjaga ketersediaan
4. Memudahkan pencarian dan pengawasan
Untuk mendapatkan kemudahan dalam penyimpanan, penyusunan,
pencarian dan pengawasan perbekalan farmasi, diperlukan pengaturan tata
ruang gudang dengan baik. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
merancang bangunan gudang adalah sebagai berikut :
1. Kemudahan bergerak, Untuk kemudahan bergerak, gudang perlu ditata
sebagai berikut:
a. Gudang menggunakan sistem satu lantai, tidak menggunakan sekat-
sekat karena akan membatasi pengaturan ruangan. Jika digunakan
sekat, perhatikan posisi dinding dan pintu untuk mempermudah
gerakan.
b. Berdasarkan arah arus penerimaan dan pengeluaran perbekalan
farmasi, ruang gudang dapat ditata berdasarkan sistem arus garis lurus,
arus U atau arus L.
2. Sirkulasi udara yang baik
Salah satu faktor penting dalam merancang bangunan gudang adalah
adanya sirkulasi udara yang cukup didalam ruangan gudang. Sirkulasi
yang baik akan memaksimalkan umur hidup dari perbekalan farmasi
sekaligus bermanfaat dalam memperpanjang dan memperbaiki kondisi
kerja.
3. Rak dan Pallet
Penempatan rak yang tepat dan penggunaan pallet akan dapat
meningkatkan sirkulasi udara dan perputaran stok perbekalan farmasi.
Keuntungan penggunaan pallet:
a. Sirkulasi udara dari bawah dan perlingungan terhadap banjir
b. Peningkatan efisiensi penanganan stok
15
16
16
17
17
18
E. Pendistribusian
Distribusi adalah kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di
rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat
inap dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis. Tujuan
pendistribusian adalah tersedianya perbekalan farmasi di unit- unit
pelayanan secara tepat waktu, tepat jenis dan jumlah. Ada beberapa metode
yang dapat digunakan oleh instalasi farmasi dalam mendistribusikan
perbekalan farmasi di lingkungannya. Adapun metode yang dimaksud antara
lain:
1. Resep Perorangan
Resep perorangan adalah order/resep yang ditulis dokter untuk
tiap pasien. Dalam sistem ini perbekalan farmasi disiapkan dan
didistribusikan oleh IFRS sesuai yang tertulis pada resep. Keuntungan
resep perorangan, yaitu:
a. Semua resep/order dikaji langsung oleh apoteker, yang kemudian
memberikan keterangan atau informasi kepada pasien secara
langsung.
b. Memberikan kesempatan interaksi profesional antara apoteker, dokter,
perawat, dan pasien.
c. Memungkinkan pengendalian yang lebih dekat.
d. Mempermudah penagihan biaya perbekalan farmasi bagi pasien.
Kelemahan / kerugian sistem resep perorangan, yaitu:
e. Memerlukan waktu yang lebih lama
f. Pasien membayar obat yang kemungkinan tidak digunakan
2. Sistem Distribusi Dosis Unit (Unit Dose Dispensing =UDD)
Definisi perbekalan farmasi dosis unit adalah perbekalan
farmasi yang diorder oleh dokter untuk pasien, terdiri atas satu atau
beberapa jenis perbekalan farmasi yang masing-masing dalam kemasan
dosis unit tunggal dalam jumlah persediaan yang cukup untuk suatu
waktu tertentu. Istilah“dosis unit”sebagaimana digunakan rumah sakit,
berhubungan dengan jenis kemasan dan juga sistem untuk
18
19
19
20
F. Pengendalian
Pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk memastikan
tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program
yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan /
kekosongan obat di unit-unit pelayanan. Kegiatan pengendalian mencakup :
1. Memperkirakan/menghitung pemakaian rata-rata periode tertentu. Jumlah
stok ini disebut stok kerja.
2. Menentukan stok optimum adalah stok obat yang diserahkan kepada unit
pelayanan agar tidak mengalami kekurangan/kekosongan.
3. Menentukan waktu tunggu (lead time) adalah waktu yang diperlukan dari
mulai pemesanan sampai obat diterima.
Selain itu, beberapa pengendalian yang perlu diperhatikan dalam
pelayanan kefarmasian adalah sebagai berikut:
1. Catatan pemberian obat, Catatan pemberian obat adalah formulir yang
digunakan perawat untuk menyiapkan obat sebelum pemberian. Pada
formulir ini perawat memeriksa obat yang akan diberikan pada pasien.
Dengan formulir ini perawat dapat langsung merekam/mencatat waktu
pemberian dan aturan yang sebenarnya sesuai petunjuk.
20
21
21
22
I. Stelling
stelling adalah kegiatan mencatat dan menyesuaikan data di kartu
stock dengan keadan sebenarnya . ini berfungsi untuk mengetahui persediaan
obat agar tidak terjadi kekosongan . kegiatan ini harus kita lakukan setiap
mengambil obat atau pun memasukan obat ke dalam tempatnya . dengan
kegiatan ini pula apoteker dapat mengevaluasi tingkat perputaran obat
tersebut.
22
23
Tujuan :
1. Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan pelayanan farmasi di
rumah sakit
2. Memberikan pelayanan farmasi yang dapat menjamin efektifitas,
keamanan dan efisiensi penggunaan obat
3. Meningkatkan kerjasama dengan pasien dan profesi kesehatan lain yang
terkait dalam pelayanan farmasi
4. Melaksanakan kebijakan obat di rumah sakit dalam rangka
meningkatkan penggunaan obat secara rasional
B. PELAYANAN RESEP
Pelayanan resep merupakan proses dari bagian kegiatan yang harus
dikerjakan dimulai dari menerima resep dari dokter hingga penyerahan obat
kepada pasien. Tujuan dari pelayanan resep adalah agar pasien mendapatkan
obat yang sesuai dengan resep dokter serta bagaimana cara memakainya.
Semua resep yang telah dilayani oleh rumah sakit harus diarsipkan dan
disimpan minimal 3 (tiga) tahun.
1. Teknik/Kaidah Penulisan Resep
Preskripsi dokter sangat penting bagi seorang dokter
dalam proses peresepan obat bagi pasiennya. Dokter dalam
mewujudkan terapi yang rasional, memerlukan langkah yang sistematis
dengan moto 5T (Tepat obat, Tepat dosis, Tepat cara, dan jadwal
23
24
pemberian serta tepat BSO dan untuk penderita yang tepat). Preskripsi
yang baik haruslah ditulis dalam blanko resep secara lege artis.
Resep didefinisikan sebagai permintaan tertulis dari
dokter, dokter gigi atau dokter hewan kepada apoteker pengelola
apotek (APA) untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi
penderita sesuai dengan peratuan perundangan yang berlaku. Resep yang
benar adalah ditulis secara jelas, dapat dibaca, lengkap dan memenuhi
peraturan perundangan serta kaidah yang berlaku.
24
25
25
26
6) Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung obat
dengan jumlah melebihi dosis maksimum
c. LANGKAH PRESKRIPSI
1) Pemilihan obat yang tepat
Dalam melakukan prakteknya, dokter pertama kali harus
melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang baik pada
pasiennya untuk menegakkan diagnosis. Setelah itu, dengan
mempertimbangkan keadaan (patologi penyakit, perjalanan
penyakit dan manifestasinya), maka tujuan terapi dengan obat
akan ditentukan. Kemudian akan dilakukan pemilihan obat
secara tepat, agar menghasilkan terapi yang rasional. Hal yang
sangat penting untuk menjadi pertimbangan dalam memilih obat:
a) Bagaimana rasio manfaat dengan risiko obat yang dipilih
b) Bagaimana keamanan (efek samping, kontra indikasi) obat
yang dipilih
c) Jenis bahan obat apa (bahan baku, formula standar, bahan
generik, atau bahan paten) yang dipilih
d) Pertimbangan biaya/harga obat, dengan mempertimbangkan
hal di atas, diharapkan preskripsi obat dokter akan tepat
berdasar manfaat, keamanan, ekonomi, serta cocok bagi
penderita Untuk mewujudkan terapi obat yang rasional dan
untuk meningkatkan daya guna dan hasil gunaserta biaya,
maka seorang dokter perlu memahami kriteria bahan obat
dalam preskripsi. Bahan obat di dalam resep termasuk
bagian dari unsur inscriptio dan merupakan bahan baku,
obat standar (obat dalam formula baku/resmi, sediaan generik)
atau bahan jadi/paten. Nama obat dapat dipilih dengan nama
generik (nama resmi dalam buku Farmakope Indonesia) atau
nama paten (nama yang diberikan pabrik). Pengguna jenis obat
paten perlu memperhatikan kekuatan bahan aktif dan atau
komposisi obat yang dikandung di dalamnya agar pemilihan
26
27
27
28
28
29
29
30
30
31
31
32
32
33
D. PENGKAJIAN RESEP
Kegiatan dalam pelayanan kefarmasian yang dimulai dari seleksi
persyaratan administarasi, persyaratan farmasi dan persyaratan klinis baik
untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan. Persyaratan administrasi
meliputi:
1. Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien
2. Nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter
3. Tanggal resep
4. Ruangan/unit asal resep
Persyaratan farmasi meliputi :
1. Bentuk dan kekuatan sediaan
2. Dosis dan Jumlah obat
3. Stabilitas dan ketersediaan
4. Aturan, cara dan tehnik penggunaan
Persyaratan klinis meliputi :
1. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat
2. Duplikasi pengobatan
3. Alergi, interaksi dan efek samping obat
4. Kontra indikasi
5. Efek aditif
Jika Ada Keraguan terhadap Resep hendaknya di Konsultasikan kepada
Dokter
1. Penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya,
bila perlu meminta persetujuan setelah pemberitahuan.
2. Menuliskan nama pasien, Tanggal, Nomor dan Aturan pakai pada etiket
yang sesuai dengan permintaan dalam Resep dengan jelas dan dapat di
baca. Etiket putih untuk obat dalam, Etiket biru untuk oabt luar dan label
kocok dahulu untuk sediaan emulsi dan susupensi.
3. Memeriksa kembali jenis dan jumlah obat sesuai permintaan pada resep,
lalu memasukkan obat kedalam wadah yang sesuai agar terjaga mutunya.
33
34
E. DISPENSING
Merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap validasi,
interpretasi, menyiapkan/meracik obat, memberikan label/etiket, penyerahan
obat dengan pemberian informasi obat yang memadai disertai system
dokumentasi. Tujuan yaitu:
1. Mendapatkan dosis yang tepat dan aman
2. Menyediakan nutrisi bagi penderita yang tidak dapat menerima makanan
secara oral atau emperal
3. Menyediakan obat kanker secara efektif, efisien dan bermutu
4. Menurunkan total biaya obat
34
35
35
36
36
37
37
38
38
39
39
40
5. Magnesium Sulfat
a. Direkomendasikan untuk pengobatan Torsades de pointes pada
ventrikel takikardi, keracunan digitalis.Bisa juga untuk mengatasi
preeklamsia
b. Dosis untuk Torsades de pointes 1-2 gr dilarutkan dengan dektrose
5% diberikan selama 5-60 menit. Drip 0,5-1 gr/jam iv selama 24 jam
6. Morfin
a. Sebagai analgetik kuat, dapat digunakan untuk edema paru setelah
cardiac arrest.
b. Dosis 2-5 mg dapat diulang 5 – 30 menit
7. Kortikosteroid
a. Digunakan untuk perbaikan paru yang disebabkan gangguan inhalasi
dan untuk mengurangi edema cerebri
8. Natrium bikarbonat
a. Diberikan untuk dugaan hiperkalemia (kelas I), setelah sirkulasi
spontan yang timbul pada henti jantung lama (kelas II B), asidosis
metabolik karena hipoksia (kelas III) dan overdosis antidepresi
trisiklik.
b. Dosis 1 meq/kg BB bolus dapat diulang dosis setengahnya.
c. Jangan diberikan rutin pada pasien henti jantung.
9. Kalsium gluconat/Kalsium klorida
a. Digunakan untuk perbaikan kontraksi otot jantung, stabilisasi
membran sel otot jantung terhadap depolarisasi. Juga digunakan untuk
mencegah transfusi masif atau efek transfusi akibat darah donor yang
disimpan lama
b. Diberikan secara pelahan-lahan IV selama 10-20 menit atau dengan
menggunakan drip
c. Dosis 4-8 mg/Kg BB untuk kalsium glukonat dan 2-4 mg/Kg BB
untuk Kalsium klorida. Dalam tranfusi, setiap 4 kantong darah yang
masuk diberikan 1 ampul Kalsium gluconat
40
41
10. Furosemide
a. Digunakan untuk mengurangi edema paru dan edema otak
b. Efek samping yang dapat terjadi karena diuresis yang berlebih adalah
hipotensi, dehidrasi dan hipokalemia
c. Dosis 20 – 40 mg intra vena
11. Diazepam
a. Digunakan untuk mengatasi kejang-kejang, eklamsia, gaduh gelisah
dan tetanus
b. Efek samping dapat menyebabkan depresi pernafasan
c. Dosis dewasa 1 amp (10 mg) intra vena dapat diulangi setiap 15
menit.
12. DIGOXIN
a. Efek: menurunkan kecepatan konduksi impuls yang melalui nodus
arttrioventrikularis. Meningkatkan kekuatan kontraksi jantung (efek
inotropic positif)
b. Sediaan: Injeksi: 250 mg/ml dalam ampul. Tablet: 62,5 mg, 125 mg
c. Indikasi: aritmia supraventrikuler, atrial fibrilasi, gagal jantung
d. Dosis:
1) IV: 0,5 mg dalam 15 menit dan diulang setelah 6 jam kemudian
dilanjutkan pemberian peroral.
2) Oral: Untuk digitalis cepat mulai dengan 0,75-1,5 mg diikuti
dengan 0,25 mgsetiap 6 jam sampai fibrilasi terkontrol. Dosis
pemeliharaan: 0,25-0,5 mg/hari. Untuk digitalisasi lambat mulai
dengan 0,25-0,75 mg/hari sampai terjadi perbaikan
kemudiandosis dituunkan. Level digoxin dalam darah 1-2
mg/liter(therapeutik)
e. Lama kerja: Half life: 34-51 jam dan lebih lama pada gagal ginjal
f. Efek samping: Pada pasien dengan insufisiensi renal atau hipokalemia
biasanya lebih mudah terjadi keracunan digoxin dengan gejala: mual,
muntah, aritmia (supraventikuler, bradikardia, dan block)
Ginecomastia (sangat jarang)
41
42
42
43
BAB V
LOGISTIK
43
44
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. DEFINISI
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan lebih aman yang meliputi assesmen risiko, identifikasi
dan pengelolaan hal yang berhubugan dengan risiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah
terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil kegiatan yang seharusnya diambil
44
45
Kriteria:
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan
keterlibatan pasien yang merupakan partner dalam proses pelayanan.
Karena itu, dirumah sakit harus ada sistem dan mekanisme mendidik
pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien
dalam asuhan pasien. Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien dan
keluarga dapat:
a. Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur
b. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga
c. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tida dimengerti
d. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan
e. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit
f. Memperihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa
g. Memenuhi kewajiban financial yang disepakati
3. Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan
Standar
Rumah sakit menjamin keselamatan pasien dala kesinambungan pelayanan
dan menjamin koordinasi antara tenaga dan antar unit pelayanan.
Kriteria:
a. Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat
pasien masuk, pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan,
tindakan pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar dari rumah sakit
b. Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan
pasien dan kelayakan sumber daya secara berkesinambungan sehingga
pada seluruh tahap pelayanan transisi antar uni pelayanan dapat
berjalan baik dan lancar.
c. Terdapat koordinasi pelayanan yang mencangkup peningkatan
komunikasi untuk memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan
keperawatan, pelayanan social, konsultasi dan rujukan, pelayanan
kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya
45
46
46
47
47
48
48
49
49
50
50
51
BAB VII
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
INSTALASI FARMASI
B. Prosedur K3 IFRS
1. Kebakaran :
a. Upaya Pencegahan Kebakaran
1) Dilarang merokok dan membuang puntung rokok berapi
2) Dilarang membiarkan orang lain main api
3) Dilarang menyalakan lampu pelita maupun lilin
4) Dilarang memasak baik dengan coockplat listrik maupun kompor
gas
5) Dilarang membakar sampah atau sisa-sisa bahan pengemas
lainnya
6) Dilarang lengah menyimpan bahan mudah terbakar : elpiji,
bensin, aceton dll.
51
52
52
53
53
54
54
55
d) 1/2 st serbuk mustar + 1 gelas air hangat atau 1/4 st serbuk tawas
+ 1 gelas air hangat
3) Lakukan tindakan pemuntahan berulang-ulang hingga cairan muntah
itu jernih
4) Jika identifikasi racun tidak dapat dilakukan, berikan 15 gr atau 1
sendok makan norit + 1/2 gelas air hangat
5) Sedapat mungkin dilakukan pengambilan sampel muntah.
b. Pertolongan pertama bila korban terhirup gas beracun
1) Penolong harus menggunakan masker yang tepat, jika tidak ada
masker yang tepat,penolong harus dapat menahan nafas selama masa
penyelamatan.
2) Usahakan untuk dapat mengidentifikasi gas racun yang dicurigai
3) Korban harus segera dibawa ke tempat udara segar. Jika tempat itu
ruangan berjendela, buka semua jendela yang ada. Longgarkan
semua pakaian yang ketat pada tubuh korban
4) Jika korban susah bernafas, beri nafas buatan terus menerus hingga
dianggap cukup.
5) Jaga korban tetap hangat, hindarkan korban menggigil, jika perlu
korban diselimuti rapat-rapat
6) Jagalah agar korban setenang mungkin.
7) Tidak boleh memberikan alkohol dalam bentuk apapun
4. Pengelolaan Perbekalan Farmasi Dan Bahan-Bahan Berbahaya
Prosedur Perencanaan
Sesuai Standard Operating Procedure (SOP) Perencanaan di Instalasi
Farmasi
a. Prosedur Pengadaan Bahan Berbahaya
1) Barang harus bersumber dari distributor utama/resmi
2) Mempunyai sertifikat analisa dari pabrik
3) Melampirkan MSDS (Material Safety Data Sheet)
b. Prosedur Penerimaan Bahan Berbahaya
1) Memeriksa wadah dan pengemas. Kemasan yang diterima harus
55
56
56
57
57
58
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU PELAYANAN FARMASI
58
59
59
60
60
61
BAB IX
PENUTUP
61