Anda di halaman 1dari 11

HUBUNGAN ANTAR PERADABAN

Posted on 18 Juni 2012by faqihpembebas


Makna dari peradaban secara etimologi yakni berasal dari
kata addaba yang artinya memperbaiki atau meluruskan.Sedangkan,
secara terminologis peradaban memiliki beberapa arti yakni istilah
peradaban sering digunakan sebagai persamaan yang lebih luas dari istilah
“budaya” yang populer dalam kalangan akademis[1] . Namun dalam
pengertian lain yakni peradaban berarti manifestasi iman di dalam segala
aspek kehidupan.[2]Dan makna peradaban ini juga dapat di perluas
sebagai memanifestasikan iman serta mengikuti pola hidup Rasulullah
dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat. Tahun-Tahun setelah
terjadinya perang Dingin merupakan saksi bagi dimulainya perubahan-
perubahan identitas-identitas dan symbol-simbol secara dramatis. Politik
global mulai melakukan rekonfigurasi di sepanjang lintas batas kultural.
Pasca perang dingin, begitu banyak bendera dan symbol-simbol identitas
cultural lainya yang tak terhingga, termasuk palang salib, bulan sabit, dan
bahkan tutup kepala.
Tesis Samuel.P. Huntington, yang penulis jadikan rujukan utama dalam
pembahasan ini merupakan sebuah pemikiran dalam menguraikan peta
peradaba ndunia yang kian berujung konflik, kepentingan, bahkan tidak
menutup kemungkinan terjadinya perang.Selain itu bangkitnya identitas
kultural dari kelompok subordinasi (wilayah timur) menjadi pemicu dan
menarik untuk di kaji bersama dalam buku ini. Pandangan yang
berkembang hingga dewasa kini bahwa lahirnya pemikiran di Barat berupa
filsafat, ilmu pengetahuan, kebudayaan, hingga berkembangnya peradaban
Barat pada dasarnya berasal dari proses “pergumulan” dari interaksi
peradaban besar sebelumnya.[3]Sebagaimana yang dikemukakan Arnold
Tonybee, bahwa peradaban Barat lahir dari kehancuran peradaban yunai-
Romawi.With Disintegration, come rebirth.[4] Sedangkan Roger Garaudy
menyebut 3 pilar peradaban barat, yakni Yunani-Romawi, Jude-Kristiani,
dan islam. Menurutnya Barat suatu kebetulan. Kebudayaanya suatu hal
yang tidak wajar, karena tidak memiliki dimensi yang asli.[5]. Dalam
prespektif uraian singkat dalam latar belakang ini merupakan langkah awal
bagaimana kita mampu mereflesikan nilai-nilai peradaban yang terjadi di
belahan dunia, kepentingan, konflik dan perang pemikiran merupakan
keniscayaan yang tak dapat dihindarkan.

Hubungan Antar Peradaban.


Hubungan-hubungan antar peradaban yang paling signifikan dan dramatis
terjadi ketika orang-orang dari satu peradaban menundukan dan
mengeliminasi atau menyingkan orang-orang dari peradaban lain.
Hubungan-hubungan tersebut pada umumnya bersifat sesaat, secara
tersamar dan kasar.Baru pada permulaan abad VII M, terjadi hubungan
intersivilisasional yang berkembang antara Islam dan Barat dan Islam
dengan India.[6]Pengaruh kebangkitan Barat pada abad VIII dan IX M,
dunia Kristen Eropa muncul sebagai sebuah peradaban tersendiri. Selama
beratus-ratus tahun ia ketinggalan di belakang peradaban-peradaban lain.
Munculnya sistem internasional-Barat merupakan perkembangan utama
dalam kancah politik global pada masa setelah 1500.Sebagai tambahan
terhadap saling keterkaitan dalam corak dominasi-subordinasi dengan
masyarakat non-Barat, masyarakat-masyarakat Barat juga bertumpu pada
sebuah landasan yang lebih sepadan. Setiap peradaban melihat dirinya
sebagai pusat dunia dan menyatakan diri sebagai pusat kehidupan Sejarah
manusia. Ini barangkali yang menjadi sebab mengapa kebudayaan lebih
dapat dibenarkan dibandingkan dengan kebudayaan-kebudayaan lain.[7]
Pertemuan-pertemuan antar peradaban multiredaksional yang terbatas
atau tersamar memberikan jalan bagi Barat untuk tetap eksis, penuh
kekuatan dan secara tidak langsung berpengaruh terhadap peradaban-
peradaban lain. Akhir Abad XV M merupakan akhir penddudukan
semenanjung Iberia oleh Bangsa Moor dan awal pendudukan Portugis atas
Asia dan Spanyol. Pada awal abad XII M, seluruh wilayah Timur Tengah,
kecuali Turki baik secara langsung atau tidak langsung, berada di bawah
kontrol Barat. Selama ekspansi Eropa, peradaban-perdaban Andea dan
Meso-Amerika benar-benar tersingkir, peradaban-peradaban India dan
Islam yang membentang di wilayah Afrika tersisih, demikian halnya
dengan peradaban Cina, terpaksa harus enyah di gantikan oleh kehadiran
(peradaban) Barat.
Barat yang terus mendominasi dalam menggerus peradaban lain,
penyebaran kebudayaan di dunia mereflesikan penyebara hegemoni dan
memulai bangkitnya peradaban lain di luar peradaba Barat (non-Barat).
Ideologi Komunis berkembang di seluruh dunia pada tahun 1950-dan 1960
ketika itu mampu menunjukan keberhasilan dalam bidang ekonomi
dan militer.Uni Soviet dan kemudian memudar ketika Soviet mengalami
kemandegan. Selama berabad-abad masyarakat non-Barat merasa iri
terhadap kemajuan-kemajuan yang dicapai Barat dalam bidang ekonomi,
teknologi, militer dan politik. Manakala mereka menemukanya, mereka
pun mencoba menerapkanya dalam kehidupan
merekasendiri.Untuk menjadi kaya dan penuh kekuatan, mereka harus
seperti Barat.Krisis Peradaban. Dewasa ini, peradaban umat manusia
yang sedang dihinggapi patologi sosial dan anomali ekonomi seolah
mengisyaratkan satu hal, keruntuhan peradaban. Isyarat itulah yang dibaca
Fritjof Capra, pakar fisika energi-tinggi, dalam analisis kritisnya tentang
kebangkitan dan keruntuhan peradaban yang ditulis dalam bukunya, Titik
Balik Peradaban, Sains, Masyarakat dan Kebangkitan Kebudayaan .
Suatu peradaban terdiri atas transisi dari kondisi statis ke aktivitas
dinamis. Tantangan dari lingkungan alam dan sosial memancing
tanggapan kreatif dalam suatu masyarakat, atau kelompok sosial, yang
mendorong masyarakat itu memasuki peradaban. Peradaban terus tumbuh
ketika tanggapan terhadap tantangan awal berhasil membangkitkan
momentum budaya yang membawa masyarakat keluar dari
kondisi equilibrium memasuki suatu keseimbangan yang berlebihan
(overbalance), yang tampil sebagai tantangan baru.Masing-masing
tanggapan berhasil menimbulkan suatu ketidakseimbangan yang menuntut
penyesuaian kreatif baru. Juga dengan perangkat analisis Toynbee, Capra
menunjukkan semua peradaban berjalan melalui kemiripan siklus proses
kejadian, pertumbuhan, disintegrasi, keruntuhan dan kebangkitan.[8]

Kebangkitan Perdaban non-Barat : Gesekan antar peradaban


Kebangkitan peradaban non-Barat ditandai dengan bangkitnya peradaban
Timur yang di representasikan oleh dunia Asia Timur dan Islam.
Masyarakat Asia Timur akan mencapai pertumbuhan ekonomi yang cepat
serta mampu melampaui Barat. Karenanya, Bangsa Asia akan menjadi
Bangsa memiliki posisi kuat di kancah dunia. Dengan pertumbuhan
ekonominya yang cepat.Masyarakat Asia yakin bahwa keberhasilan
ekonomi ini merupakan hasil kebudayaan Asia, yang lebih unggul daripada
Barat. Sistem nilai konfusianisme yang begitu di jungjung tinggi oleh
masyarakat China yang menolak hidup individualistik dan
keberadaan otorianisme yang tersamar. Dengan keyakinan Masyarakat
Asia Timur bahwa perkembangan yang terjadi di Asia dan nilai-nilai yang
dimiliki Masayarakat Asia serta berbagai pola kebijakan yang diterapkan
oleh masyarakat-masyarakat non-Barat lainya dapat digunakan untuk
menandingi serta mengejar ketertinggalan dari Barat yang harus diadopsi
supaya dapat dilakukan pembaruan.
Ketika negara-negara Asia, karena kemajuan yang dicapai memiliki
dalam bidang ekonomi, Umat Islam menegaskan bahwa ajaran Islam
merupakan satu-satunya sumber identitas, makna stabilitas, legitimasi,
kemajuan, dan harapan yang melalui slogan “ Islam adalah jalan keluar”.
[9] Kebangkitan Islam memiliki pengaruh terhadap setiap Umat islam di
berbagai negara dan terhadap aspek-aspek kehidupan sosial-politik Umat
Islam di sebagian besar negara Islam. Kekuatan kebangkitan islam dan
gerakan-gerakan islamis mendorong rezim yang berkuasa untuk
memberikan dukungan terhadap institusi-institusi dan perjuangan Islam,
menjadikan symbol-simbol dan praktik-praktik Islam sebagai bagian yang
tak terpisahkan dari pemerintahan islam. Dalam konteks yang luas, hal ini
merupakan suatu penegasan kembali terhadap nilai-nilai Islam dari negara
atau masyarakat Islam. Kebangkitan Islam, bagaimanapun juga,
merupakan produk dari kemorosotan kekuatan dan citra Barat ketika Barat
benar-benar mengalami kemorosotan, mereka perlu untuk kembali pada
pandangan-pandangan, praktik, dan isntitusi-institusi Islam sebagai
penggerak sekaligus penyeimbang arus modernisasi. [10]
Munculnya kekuatan baru, yang ingin menandingi hegemoni Barat sering
kali antar peradaban menyeret pada peperangan, aliansi-aliansi, dengan
motif yang berbeda-beda bahkan perang antar peradaban yang mengubah
tatanan dunia bisa terjadi.Sebuah perang yang melibatkan negara-negara
inti dari peradaban-peradabann besar dunia sebagai suatu hal yang bisa
terjadi. Perang seperti sebagaimana berasal dari adanya sebuah garis
persinggungan perang diantara berbagai kelompok yang berasal dari
peradaban yang berbeda. Dan yang paling sering melibatkan kaum
Muslimin dengan non_muslim serta lainya. Yang paling berbahaya dari
perang global interperadaban adalah terjadinyabalance of power di antara
peradaban-peradaban dengan negara-negara satu sama lainnya. Tampilnya
China sebagai kekuatan dominan di Asia Timur dan Tenggara akan
menjadi kendala tersendiri bagi kepentingan-kepentingan Amerika yang
telah mereka ketahui sebelumnya. Oleh karena itu, kemungkinan konflik
AS dan China akan berkembang pesat. Sementara itu, perang tersebut
memilki pengaruh terhadap negara-negara besar dari peradaban lain.
India, atas tawaran China, berusaha menjadi kekuatan dominan di wilayah
Asia Timur dengan melakukan serangan terhadap Pakistan dengan
harapan dapat menghancurkan secara total kekuatan-kekuatan nuklir dan
persenjataan konvensionalnya.[11]China dan AS berusaha memberikan
dukungan kepada negara-negara sahabat mereka. Jika China berhasil
dalam mengembangkan kemampuan militernya, Jepanag enggan bekerja
sama dengan China. AS, Eropa, Rusia dan India bersatu padu untuk
menghadapi ancaman China, Jepang dan sebagian besar negara Islam,
kedua belah pihak memilki nuklir dan tidak sekedar memainkan peran
minimal, maka salah satu dari kedua belah pihak akan hancur.Kedua belah
pihak merasakan adanya ancaman, sekalipun memungkinkan dilakukanya
negosiasi, namun tetap tidak dapat mencarikan solusi bagi persoalan
fundamental dalam kaitan dengan hegemoni China di Asia Timur.
Politik Global Peradaban :Islam VS Barat.
Hubungan Barat-Timur (Islam) dalam arti pengenalan Barat terhadap
Islam sesungguhnya sudah berlangsung sejak lama, terutama sejak
munculnya Islam sebagai kekuatan politik. Akan tetapi, pengenalan dalam
arti yang lebih mendalam dan memperlihatkan intensitas yang luar biasa
adalah sejak abad ke-19 yakni apa yang dikenal sebagai kajian orientalisme.
Hubungan Barat-Islam selama masa tersebut memperlihatkan keragaman
dari yang bersifat harmonis atau damai hingga konflik militer.Hubungan
yang bersifat damai misalnya tercermin dalam pengiriman utusan atau
duta antara kedua belah pihak.Kaisar-kaisar Bizantium misalnya sering
mengirimkan perutusannya ke Baghdad, ibukota Daulah
Abbasiyah.Meskipun demikian, hubungan Barat-Islam sepanjang yang
dapat diamati hingga masa-masa belakangan, belum memperlihatkan
tingkat hubungan sebagaimana yang diharapkan.Jalinan hubungan yang
tampak, masih sebatas retorika, belum sampai pada tataran yang
didasarkan atas ketulusan dan kesepadanan. Untuk melihat bagaimana
sebenamya gambaran hubungan Barat-Islam selama ini berlangsung,
menarik untuk disimak komentar Edward W. Said yang mengatakan bahwa
hubungan Bamt dan Timur (Islam) adalah hubungan kekuatan, dominasi
hubungan berbagai derajat hegemoni yang kompleks.[12]
Terdapat pelbagai faktor yang menjadi sebab terjadinya konflik antara
Islam dengan barat (Kristen) pada akhir abad XX. Hal ini ditandai dengan
pertumbuhan penduduk muslim yang begitu pesat menyebabkan
terjadinya banyak pengangguran dan mendorong anak-anak muda menjadi
anggota kelompok Islamis, melakukan tekanan terhadap penduduk sekitar
dan bermigrasi ke Barat. Kebangkitan Islam memberikan keyakinan baru
dikalangan Umat islam terhadap watak dan keluhuran peradaban serta
nilai-nilai yang mereka miliki dibanding peradaban serta nilai-nilai barat.
Upaya-upaya Barat yang simultan untuk mempropagandakan nilai-nilai
dan institusi-institusi mereka, mempertahankan superioritas kekuatan
militer dan ekonomi mereka, serta intervensi mereka terhadap pelbagai
konflik yang terjadi di dunia Islam . Runtuhnya komunisme menjadi sebab
tumbuhnya keyakinan akan musuh bersama antara Islam dan barat, dan
melupakan permusuhan masa lalu.[13]Politik global barat, merupakan
kebijakan kelanjutan dari misi imperialism baru.Varian seperti ini tidak
selalu melakukan pendudukan pada sebuah negeri tertentu, serta
penguasaan langsung. Imperialisme model ini dilakukan dengan
mendiktekan kehendak dari balik tabir melakukan nasihat yang wajib
dituruti dan dilaksanakan, dengan ancaman yang samar. Bahkan
kadangkala mereka mengirim pasukan militer ke wilayah tertentu dengan
alasan ada kesepakatan bilateral antara kedua negara yang sebenarnya
tidak lebih dari sebuah titah dan dikte terhadap sebuah negara lemah yang
dilakukan dengan besar. Sebagai contoh pemaksaan Amerika Serikat untuk
menyerbu dan menduduki Afganishtan, kemudian Irak, menekan Iran dan
Korea Utara menyerbu negara itu sebagai “poros Setan”[14]Banyak analisis
yang menjelaskan sebab dan faktor yang memicu terjadinya benturan
peradaban antara Islam dan Barat ini. Secara ringkas, dapat kita bagi
menjadi 3 faktor utama sebagai berikut:
1. 1. Faktor agama.
Sejarah telah mencatat Baratlah yang memulai perang terhadap umat
Islam yang kemudian lebih dikenal dengan Perang Salib atau Crusade.
Perang Salib terjadi selama 1 abad (1096–1192 M), yang berlangsung
selama tiga tahap: antara tahun 1096–1099 M; antara tahun 1147–1149 M;
dan antara tahun 1189-1192 M.[15]Pembantaian kaum Muslim oleh tentara
salib di Spanyol (Andalusia) abad XV M, termasuk serangan secara
pemikiran dan kebudayaan (tsaqâfah) seperti yang dilakukan oleh
kaum zindiq serta para misionaris dan orientalis, adalah juga berlatar
belakang agama.[16]
Hingga kini, semangat Perang Salib ini masih melekat dalam benak orang-
orang Barat, yang kemudian menjelma menjadi ‘prasangka buruk’ (stigma)
terhadap ajaran Islam dan umat Islam. Edward Said, dalam bukunya yang
berjudul, Covering Islam, menulis bahwa kecenderungan memberikan
label yang bersifat generalisasi mengenai Islam dan orang Islam, tanpa
melihat kenyataan sebenarnya, menjadi salah satu kecenderungan kuat
dalam media Barat. Dari waktu ke waktu, prasangka semacam itu selalu
muncul dan muncul kembali ke permukaan.Kata “christendom” dan “holy
war” mulai banyak digunakan dalam berbagai tulisan di media massa
Barat, seolah-olah ingin memperlihatkan bahwa sedang terjadi suatu
“perang suci” antara Barat dan dunia lain di luarnya, terutama Dunia
Islam.
2. Faktor ekonomi.
Lenyapnya institusi Khilafah telah melebarkan jalan bagi negara imperialis
Barat untuk menghisap berbagai kekayaan alam milik
umat Islam.Sejak masa penjajahan militer era kolonial hingga saat ini,
Barat telah melakukan eksploitasi ‘besar-besaran’ atas sumberdaya alam
yang dimiliki umat Islam.
Sebaliknya, jika Khilafah Islam kembali berdiri dan berhasil menyatukan
negeri-negeri Islam sekarang, berarti Khilafah Islam akan memegang
kendali atas 60% deposit minyak seluruh dunia, boron (49%), fosfat (50%),
strontium (27%), timah (22%), dan uranium yang tersebar di Dunia Islam
(Zahid Ivan-Salam, dalam Jihad and the Foreign Policy of the Khilafah
State).
Secara geopolitik, negeri-negeri Islam berada di kawasan jalur laut dunia
yang strategis seperti Selat Gibraltar, Terusan Suez, Selat Dardanella dan
Bosphorus yang menghubungkan jalur laut Hitam ke Mediterania, Selat
Hormuz di Teluk, dan Selat Malaka di Asia Tenggara. Dengan menempati
posisi strategis ini, kebutuhan dunia terutama Barat sangat besar akan
wilayah kaum Muslim. Ditambah lagi dengan potensi penduduknya yang
sangat besar, yakni lebih dari 1.5 miliar dari populasi penduduk dunia.
Melihat potensi tersebut, wajar jika kehadiran Khilafah Islam sebagai
pengemban ideologi Islam ini dianggap sebagai tantangan, atau lebih
tepatnya lagi, menjadi ancaman bagi peradaban Barat saat ini.Walhasil,
benturan antara kepentingan umat Islam yang ingin mempertahankan hak
miliknya dan kepentingan negara Barat kapatalis tidak terhindarkan lagi.

3. Faktor ideologi.
Desember 2004 lalu, National Intelelligence Council’s (NIC) merilis sebuah
laporan yang berjudul, “Mapping the Global Future”. Dalam laporan ini
diprediksi empat skenario dunia tahun 2020, salah satu di antaranya
adalah akan berdirinya “A New Chaliphate“, yaitu berdirinya kembali
Khilafah Islam, sebuah pemerintahan Islam global yang mampu
memberikan tantangan terhadap norma-norma dan nilai-nilai global Barat.
Terlepas dari apa maksud dipublikasikannya analisis ini, paling tidak,
kembalinya negara Khilafah Islam menurut kalangan analisis dan intelijen
Barat termasuk hal yang harus diperhitungkan. Pertanyaannya, mengapa
harus Khilafah?Jawabannya, karena potensi utama dari negara Khilafah
adalah ideologi yang diembannya.Khilafah Islam adalah negara global yang
dipimpin oleh seorang khalifah dengan asas ideologi Islam.Ideologi Islam
ini pula yang pernah menyatukan umat Islam seluruh dunia mulai dari
jazirah Arab, Afrika, Asia, sampai Eropa.Islam mampu melebur berbagai
bangsa, warna kulit, suku, ras, dan latar belakang agama
yang berbeda.Kelak, Khilafahlah yang bertanggungjawab untuk
mengemban dan menyebarkan ideologi Islam ke seluruh penjuru dunia
dengan dakwah dan jihad.
REFLEKSI
Pada pasca perang dingin, begitu banyak bendera dan simbol-simbol
identitas kultural lainya yang tak terhingga, termasuk palang salib, bulan
sabit, dan bahkan tutup kepala. Hal itu menunjukan bahwa kebudayaan
dan identitas budaya sangat berarti bagi sebagian orang. Hemat penulis,
tesis Samuel P. Huntington dalam bukunya “BENTURAN ANTAR
PERADABAN” merupakan tulisan yang bertujuan untuk propaganda
kepentingan Barat dalam membenarkan usahanya menyerbu atau
menyerang peradaban yang menentang kepentingan-kepentingan Barat.
Lebih celakanya jika tesis samuel P. Huntington ini benar-benar diyakini
benar adanya, membuat chaos antar peraban itu itu sendiri, dan duania
akan hancur dengan pelbagai kepentingan-kepentingan yang tiadak akhir.
Dalam kajian benturan antar peradaban antara dunia Barat dan Timur
dalam tesis Samuel P. Huntington dalam bukunya Benturan Antar
Peradaban” dan analisis lainya dapat dikerucutkan menjadi elaborasi
berbagai kesimpulan :
1. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, politik Global bersifat
multipolar dan multisivisasional, modernisasi dibedakan dari
westernisasi dan lahirnya sebuah peradaban yang universal.
2. Pergeseran kekuatan di antara berbagai antar peradaban (Negara).
Asia memperluas kekuatan-kekuatan ekonomi, politik, dan militer.
Negara-negara Islam mengalami ledakan penduduk dan bangkit, karena
Islam dipandang sebagai peradaban yang universal dan lebih baik
dibandingkan Barat.
3. Lahirnya sebuah dunia yang didasarkan pada tatanan yang
berlandaskan peradaban, masyarakat-masyarakat yang memilki
afinitas-afinitas kultural saling bekerja sama antara satu dengan yang
lainya.
4. Universalitas Barat semakin mengantarkan pada konflik dengan
peradaban-peradaban lain dan yang paling serius dengan China
(Komunisme) dan Islam (fundamentalisme atau Revivalisme).
CATATAN KAKI

[1]Civilisation” (1974), Encyclopaedia Britannica 15th ed. Vol. II,


Encyclopaedia Britannica, Inc., 956. Lebih jelasnya
lihathttp://ahmedmoezliem.blogspot.com/2012/01/efek-benturan-
peradaban-islam-vs.html, Diakse pada tanggal 14 Mei 2012, pukul 12.00
WIB
[2]Pengertian yang biasanya di gunakan di pondok pesantren Hidayatullah
yang di gagaskan oleh Ust. Suharsono
[3] Firdaus Syam. Pemikiran Politik Barat : Sejarah, Filsafat, Ideologi,
dan Pengaruhnya terhadap Dunia ke-3. Jakarta : PT. Bumi Aksara. 2007.
Hlm. 1
[4] Albert Hourani. Islam dalam Pandangan Eropa (terj).Yogyakarta.
PustakaPelajar.1998. hlm.9
[5] Roger Graudy. Janji-janji Islam (terj), Hm. Raqsyidi. Jakarta : Bulan
Bintang. 1984. Hlm 11.
[6]Samuel P. Huntington.. Benturan Peradaban. Yogyakarta : Qalam.
2010. hlm. 55
[7]Ibid, hlm 65
[8]Pidato Penganugerahan Gelar Doctor Honoris Causa Bidang
Kemanusiaan dari Universitas Gadjah Mada Pada Rapat Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta, 19 Desember 2011.
lebih jelasnya Lihat
di http://nbasis.wordpress.com/2011/12/28/menggugah-hati-mengetuk-
nurani-membangun-peradaban-berbasis-nilai-nilai-kemanusiaan/. Diakses
pada tanggal 12 Mei 2012, pukul 21.16 WIB
[9]Samuel.P. Huntington,Op.cit., hlm 181.
[10]Ibid, hlm 193.Lebih jelasnya lihat Mahathir Mohammad. 1983. Mare
Jirenma (The Malay Dilemma).hlm,267.
[11]Ibid,hlm 591-593
[12]Edward W. Said, Orientalisme (Bandung: Pustaka, 1994) Lihat lebih
jelasnya dalam Katimin.Menuju Tata Dunia Baru, Hubungan Barat –
Islam (perspektif historis-politis). Hlm. 153.
[13] Samuel.P. Huntington,Op.cit., hlm 383.
[14] Yusuf Al-qaradhowi..Islam Abad 21: Refleksi Abad 20 dan Agenda
Masa depan.Jakarta : Pustaka Kautsar. 2000. Hlm. 8-9
[15]Samuel. P. Huntington,op.cit, hlm 333
[16]An-Nabhani, Ad-Dawlah al-Islamiyah. ____________: Penerbit
Hizbut Tahrir,2002.hlm. 168-173.

Anda mungkin juga menyukai