BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Asma
a. Definisi
tertentu, seperti debu rumah, bulu binatang, asap dan bahan lain
2006).
10
namun reversible.
b. Etiologi
seperti adanya kalor, tumor, dolor dan function laesa Nurarif, A.H dan
bulu-bulu binatang.
c. Klasifikasi
1) Berdasarkan kegawatannya
a) Asma bronkial
luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap, dan bahan lain
b) Asma kardial
2007).
paru. Posisi yang dapat diberikan yaitu posisi fowler (Jones &
dkk.2009).
2013).
c) Status asmatikus
2015).
15
a) Asma Alergik(Ekstrinsik)
b) Idiopatik (nonalergik/Intrinsik)
Gejala
Derajat Asma Gejala Faal Paru
Malam
Gejala
Derajat Asma Gejala Faal Paru
Malam
2. APE ≥
80% nilai
2. Serangan dapat terbaik.
mengganggu
aktivitas dan tidur 3. Variabiliti
APE 20-
30%
d. Manifestasi Klinis
Program (Nurarif, A.H dan Hardhi Kusuma, 2015), tanda dan gejala
Gagal napas
Tanda dan
Ringan Sedang Berat yang mungkin
Gejala
terjadi
Gejala
Tanda
Frekuensi
Sering kali
pernapasan meningkat meningkat >30 kali/menit
>30 kali/menit
(kali/menit)
Penggunaan Gerakan
Biasanya Umumnya
obat bantu Biasanya ada torakoabdominal
tidak ada ada
pernapasan paradoksal
Frek.
Jantung <100 100-120 >120 Bradikardi relatif
(kali/menit)
Pulsus
paradoksus Sering kali tidak
(mm Hg) <10 10-25 Sering >25
ada
Pengkajian fungsional
PEF (%
yang <50 / respons
diprediksi terhadap
atau terbaik >80 50-80 terapi <50
secara berlangsung
personal) <2 jam
19
Gagal napas
Tanda dan
Ringan Sedang Berat yang mungkin
Gejala
terjadi
SaO2 (%,
udara >95 91-95 <91 <91
ruangan)
PaO2 (mm
Hg, udara Normal >60 <60 <60
rungan)
PaCO2 (mm
<42 <42 ≥42 ≥42
Hg)
e. Patofisiologi
dengan mukus yang kental. Selain itu, otot-otot bronki dan kelenjar
f. Pathway
Peningkatan permiabilitas
vaskuler akibat kebocoran
protein dan cairan dalam
jaringan
Gelisah Intoleransi
Ketidakefektifan
Mukosa
aktivitas
kering bersihan jalan
Risiko
Gangguan Pola Tidur infeksi
Ansietas
g. Komplikasi
1) Pneumothoraks
2) Pneumomediastinum
oleh Rene Laennec, kondisi ini dapat disebabkan oleh trauma fisik
3) Atelektasis
4) Aspergilosis
pada berbagai organ lainnya, misalnya pada otak dan mata. Istilah
Aspergillus sp.
5) Gagal napas
tubuh.
6) Bronkhitis
h. Penatalaksanaan
2007).
25
a) Edukasi pasien
3) meningkatkan kepuasan
mandiri
dokter.
d) Pemberian oksigen.
e) Pengaturan posisi
2) Penatalaksanaan farmakologi
a) Agonis β2
b) Kortikosteroid
c) Metilxantin
d) Modifikator Leukotrien
f) Simpatomimetik
g) Furosemid
h) Nitrogliserin
i) Morfin
2013).
31
yaitu:
inhalasi.
Semua tahapan : ditambahkan agonis beta-2 kerja singkat untuk pelega bila
dibutuhkan, tidak melebihi 3-4 kali sehari.
Semua tahapan : Bila tercapai asma terkontrol, pertahankan terapi paling tidak 3
bulan, kemudian turunkan bertahap sampai mencapai terapi seminimal mungkin
dengan kondisi asma tetap terkontrol
2. Terapi Oksigen
a. Definisi
komplikasi yang muncul (Tabel 2.4). Instruksi yang tepat dari dokter
tinggi dan sistem aliran rendah (Tabel 2.5) (Marino, P.L, 2007,
rendah sesuai untuk pasien yang memiliki pola, frekuensi, dan volume
1) Kateter Nasal
2) Nasal Kanula
nasal dengan panjang sekitar 1,5 cm, muncul dari bagian tengah
4) Masker Oksigen
dari bahan yang transparan, plastik yang lentur yang bisa dibentuk
b) Rebreather mask
c) Non-rebreather mask
oksigen dari 24% sampai 40% atau 50% dengan aliran dari 4
lebar dan wana kode adapter jet yang sesuai dengan aliran
(gambar 2.8).
45
e) Face Tent
f) Ventilasi noninvasif
dkk.,2009).
1) Saraf otonomik
reseptor kolinergik.
Simpatis Parasimpatis
Noradrenalin Asetilkolin
Bronkodilatasi Bronkokontriksi
3) Jenis Kelamin
20-25% lebih kecil dari pada pria, dan lebih besar lagi pada atletis
dan orang yang bertubuh besar dari pada orang yang bertubuh kecil
dan astenis. Kapasitas paru pada pria lebih besar yaitu 4,8 liter
perbedaan pada paru dan ukuran jalan napas (airway) antara laki-
anak-anak, ukuran paru dan jalan napas pada anak laki-laki lebih
sebesar 6.5 %.
bagian bawah.
5) Status kesehatan
6) Perkembangan
a) Bayi prematur
usia ini.
e) Lansia
7) Lingkungan
8) Stress
oksigen.
9) Perilaku
kecemasan.
arteriosklerosis.
pernapasan.
Peningkatan konsumsi
Faktor
oksigen (%)
Kondisi yang dapat meningkatakan VO2
Operasi kecil 7
Demam (setiap 1oC) 10
Fraktur 10
Agitasi 16
53
Peningkatan konsumsi
Faktor
oksigen (%)
Peningkatan kerja pernapasan 40
Infeksi berat 60
Trauma dada 20 – 80
Gagal organ multiple 50 – 100
Gemetaran 100
Luka bakar 50 – 100
Sepsis 50 – 100
Cedera kepala (dibius) 89
Cedera kepala (tidak dibius) 138
Obat yang meningkatkan VO2
Norepinephrine (0.10 – 0.31 µg/kg/min) 10 – 21
Dopamin (5 µg/kg/min) 6
Dopamin (10 µg/kg/min) 15
Dobutamin 19
Epinephrine (0.10 µg/kg/min) 23 – 29
Tindakan/aktivitas yang meningkatkan VO2
Dressing 10
Pengkajian keperawatan 12
Elektrocardiogram 16
Pemeriksaan fisik 20
Mandi 23
Chest X-Ray 25
Endotracheal suctioning 27
Fisioterapi dada 35
Turun dari tempat tidur 39
Nasal intubation 25 – 40
Sumber : Mansjoer, A dan Yohanes W.H. George (2008)
54
dengan konsentrasi oksigen lebih dari 50% selama lebih dari 25 jam.
Toksisitas oksigen paru terjadi jika FiO2 lebih dari 60% dapat merusak
Ya Tidak
SpO2 <88% SpO2 ≥88% SpO2 <85% SpO2 85 - 91% SpO2 >92%
1. Oksigen awal 1-2 1. Tanpa terapi 1. Oksigen awal 4 1. Oksigen awal 2-4 1. Oksigen tidak
L/menit nasal kanul oksigen. L/menit nasal kanul L/menit nasal kanul diperlukan secara
atau 2-4 L/menit atau 5-10 L/menit atau metode rutin.
melalui 24% atau 2. Teruskan melalui sungkup pemberian oksigen
28% masker venturi. pemantauan. muka sederhana atau lain yang sesuai. 2. Teruskan
15 L/menit melalui pemantauan SpO2.
2. Pemberian O2 hingga 3. Pertimbangkan masker non- 2. Pemberian O2 hingga
target mencapai pemeriksaan rebrithing. target mencapai
SpO2 88 – 92%. Analisa Gas SpO2 92 – 96%.
Darah. 2. Pemberian O2 hingga
3. Berikan target mencapai 3. Pemeriksaan Analisa
bronkodilator (jika SpO2 92 – 96%. Gas Darah.
diperlukan). SpO2 <88%
3. Pemeriksaan Analisa
4. Pemeriksaan Analisa Gas Darah.
Gas Darah.
PpH < 7,35 dan PpH ≥ 7,35 PaCO2 >45 mmHg PaCO2 <45 mmHg SpO2 <92%
PaCO2 > 45 mmHg atau PaO2 <60 dan PaO2 ≥ 60
mmHg mmHg
(meskipun aliran
tinggi O2 melalui
1. Pertimbangkan Memerlukan oksigen masker)
ventilasi invasif/non- untuk
invasif dan/atau mempertahankan 1. Pertimbangkan 1. Monitor SpO2
masuk ruangan SpO2 dalam rentang ventilasi
ICU/HDU. target 88-92%. invasif/non-invasif 2. Berikan oksigen
dan/atau masuk untuk
2. Pertahankan SpO2 mempertahankan
ruangan
dalam rentang target SpO2 dalam rentang
ICU/HDU.
88-92%. target 92-96%.
2. Pemberian oksigen
dengan target
tergantung derajat
hiperkapnea atau
hipoksemia.
untuk pasien. Tindakan awal yang tepat akan sangat bermanfaat untuk
liter/menit.
57
1) Definisi
pasien dengan kepala dan dada lebih tinggi dari pada posisi
panggul dan kaki. Kepala dan dada pasien dinaikkan dengan sudut
posisi kepala dan tubuh ditinggikan 15o hingga 45o. Posisi ini
2) Tujuan
3) Rasional
pada pasien yang bedrest total, pada ibu post partum akan
b. Posisi fowler
1) Definisi
2008).
kepala dan tubuh ditinggikan 45o hingga 60o dimana posisi lutut
2016).
2) Tujuan
pernapasan pasien.
3) Rasional
4. Saturasi Oksigen
a. Definisi
2010).
prosedur.
c. Oksimetri
mendekatkan sensor pada jari tangan, jari kaki, hidung, cuping telinga,
dan gejala, seperti warna kehitaman di kulit dan kuku (Kozier &
Erb’s, 2016).
antara lain:
1) Hemoglobin
normal.
2) Sirkulasi
3) Aktivitas
B. Kerangka Teori
Penyebab Asma
Faktor ekstrinsik, Pemberian posisi
intrinsik, dan campuran
Semi fowler
Gagal jantung kongestif Fowler
Bronkospasme yang
persisten Meningkatkan
ekspansi paru
Ventilasi noninvasif
Perubahan saturasi
oksigen