BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Prosedur kesehatan, keselamatan dan keamanan kerja berawal dari OSH (
Occupational Safety and Health) yaitu: sebuah ilmu disiplin yang peduli dan
melindungi keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan orang yang bekerja di
tempat kerja,
Tujuan utamanya adalah untuk menjamin bahwa pekerja mengerjakan
tugasnya dengan lingkungan yang bebas bahaya bagi kesehatan dan
keselamatan mereka, seperti bahan kimia kimia beracun, bunyi berisik yang
mengagnggu, gangguan mekanik, kepanasan atau kedinginan atau lingkungan
yang kotor.
1
2
B. Tujuan
1. Tujuan Umumpenyusunan laporan ini adalah untuk melaporkan
hasil kegiatan pengenalan alat-alat ukur dan prakteknya di Balai
K3 Bandung yang telah dilaksanakan pada tanggal 23 juli 2016.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara, metode dan
analisa hasil pengukuran kapasitas fungsi paru.
b. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara, metode dan
analisa hasil pengukuran kelelahan kerja.
c. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara, metode dan
analisa hasil pengukuran kebisingan.
d. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara, metode dan
analisa hasil pengukuran iklim kerja.
e. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara, metode dan
analisa hasil pengukuran getaran.
f. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara, metode dan
analisa hasil pengukuran pencahayaan.
g. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara, metode dan
analisa hasil pengukuran nilai ambang dengar.
h. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara, metode dan
analisa hasil pemeriksaan phenol dalam urin.
i. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara, metode dan
analisa hasil pemeriksaan cholinesterase dalam darah.
j. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara, metode dan
analisa hasil pengukuran bahan kimia dan kadar debu.
3
C. Manfaat
1. Menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman untuk
mahasiswa.
2. Dapat mengenal lebih jauh realitas ilmu yang telah diterima di
perkuliahan dengan kenyataan yang ada di laboratirium dengan
mengenal alat-alat praktik laboratirum sertacara penggunaannya.
3. Memperdalam dan meningkatkan kemampuan yang dimiliki
mahasiswa.
4. Dapat menguji kemampuan mahasiswa dalam bidang praktik.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengukuran Audiometry
Audiometri adalah pemeriksaan yang bertujuan untuk mengetahui
tingkat/ambang batas pendengaran seseorang dan jenis gangguannya bila
ada.Pemeriksaan dilakukan dengan memakai alat audiogram nada murni di
dalam ruang kedap suara.
Prinsip pemeriksaannya adalah bermacam-macam frekuensi dan
intensitas suara (dB) ditransfer melalui headset atau bone conducter ke telinga
atau mastoid dan batasan intensitas suara (dB) pasien yang tidak dapat
didengar lagi dicatat, melalui program computer atau diplot secara manual
pada kertas grafik.
1. Kegunaan audiometri :
a. untuk mengetahui derajat ketulian ringan, sedang atau berat
b. untuk mengetahui jenis tuli konduktif, tuli syaraf (sensorineural) atau
tuli campuran
2. Indikasi pemeriksaan :
a. Adanya penurunan pendengaran
b. Telinga berbunyi dengung (tinitus)
c. Rasa penuh di telinga
d. Riwayat keluar cairan
e. Riwayat terpajan bising
f. Riwayat trauma
g. Riwayat pemakaian obat ototoksik
h. Riwayat gangguan pendengaran pada keluarga
i. Gangguan keseimbangan
3. Derajat parameter ketulian :
a. Tuli ringan : 26-40 dB
b. Tuli sedang : 41-60 dB
c. Tuli Berat : 61-90 dB
4
5
B. Kebisingan
Menurut Kepmenakertrans RI No. 13 tahun 2011, Kebisingan adalah
semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses
produksidan/atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan
gangguan pendengaran.Dalam pengukuran kebisingan alat yang digunakan
adalahSound Level Meter, sound level meter ialah suatu alat yang digunakan
untuk mengukur kebisingan, suara yang tak dikehendaki, atau yang dapat
menyebabkan rasa sakit ditelinga. Sound level meter biasanya digunakan di
lingkungan kerja seperti, industri penerbangan dan sebagainya.
berdasarkan Kepmenaker No. 13 tahun 2011 tentang nilai ambang
batas faktor fisika berikut nilai ambang batas kebisingan :
Table 2.1
Nialai Ambang Batas Kebisigan
C. Penerangan
Cahaya merupakan energi dengan bentuk gelombang elektromagnetik
yang mempunyai sifat bergerak lurus ke segala arah sehingga dalam
pengukurannya diperlukan suatu sensor yang peka dan linier terhadap cahaya
itu sendiri. Pengukuran intensitas cahaya dengan menggunakan lux meter
inipun caranya sederhana yaitu kita cukup meletakkan lux meter diatas meja
dimana ruangan tersebut akan diukur sehingga lux meter akan menampilkan
ukuran besarnya intensitas cahaya.
Lux meter adalah sebuah instrument yang digunakan untuk mengukur
besarnya intensitas cahaya.Kenapa intensitas cahaya ini perlu
diukur?Tentunya hal ini berhubungan dengan standar dari suatu lingkungan
kerja sehingga tidak menyalahi aturan kesehatan keselematan kerja bagi para
karyawan.
D. Spirometry
Kembang kempisnya merupakan manifestasi mekanisme inspirasi
ekspirasi, sebagai sebagai gerakan menghisap dan menghembuskan udara ke
dalam dan keluar paru.Gerak demikian merupakan volume dan kspasitas paru.
Gangguan fungsi paru yang terjadi akibat paparan pencemaran
partikel bias berwujud restruksi. Obstruksi atau kombinasinya. Gangguan atau
penurunan fungsi paru yang telah mencapai atau melampaui batas toleransi
akan menyebabkan penurunan kinerja paru. Kedaan demikian bagi sistem
berproduksi yang bersifat manual akan sangat trasa berpengaruh terhadap
kuantitatif dan kualitatif produksi. Peralatan yang digunakan untuk mengukur
kapasitas paru adalah spirometer.
F. Iklim Kerja
Iklim kerja menurut Kepmenaker No. 13 tahun 2011 adalah hasil
perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas
radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai
akibat pekerjaannya.
Manusia mempertahankan suhu tubuhnya antara 36 -370C dengan berbagai
cara pertukaran panas baik melalui konduksi, konveksi dan radiasi. Walaupun
banyak faktor yang dapat menaikan suhu tubuh, tapi mekanisme dalam tubuh,
membuat suhu tetap stabil.
Faktor lingkungan yang mempengaruhi keseimbangan suhu tubuh adalah
suhu panas atau dingin yang berlebihan. Suhu lingkungan dipengaruhi oleh
adanya angin, kelembaban, tekanan udara ruangan dan suhu udara luar
ruangan
Pengukuran dapat dilakukan dengan cara
1. Secara portable (Heat Stress Area Monitor)
a. Check Baterai
b. Tempatkan pada ruanga yang mau diukur Iklim Kerjanya (ambil
tempat yang panas)
c. Hidupkan Power
d. Tunggu ±10 menit catat suhu kering, suhu basah, suhu radiasi, WBGT
(ISBB)
e. Lihat tabel akan didapat kelembaban
2. Secara Manual
a. Tempatkan Statif/Tripod pada tempat yang akan diukur
b. Pasang termometer basah (Tw), Termometer kering (Ta) dan
Termometer globe (Tg) pada tripod
c. Basahi reservoir termometer basah
d. Tunggu ±10 menit, catat Ta, Tw dan Tg
e. Hitung ISBB
f. Rumus (indoor) = 0,7 Tw + 0,3 Tg
g. Rumus (outdoor) = 0,7 Tw + 0,2 Tg + 0,1 Ta
9
G. Getaran
Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah bolak
balik dari kedudukankeseimbangannya.alat yag digunakan untuk mengukur
getaran adalah Vibration Meter Merk Lutron VB – 8200
Table 2.3
Nilai Ambang Batas Getaran Pada Lengan Dan Alat
10
H. Debu
Debu adalah partikel padat yang dipancarkan atau dihasilkan oleh pros
salami maupun proses mekanis seperti pemecahan (breaking), penghalusan
(grindling), penggilingan (drilling), pengayakan (shaking), pemotongan
(cutting), seta penghancuran (crushing) pukulan ataupun peledakan bahan.
Debu merupakan salah satu bahan yang sering dsebut sebagai partikel yang
melayang di udara (suspended particular mater) dengan ukuran 1 mikron
hingga 500 mikron.
Pemantauan ambang batas debu dilingkungan kerja, udara yang kita
hirup dalam pernapasan mengandung partikel-partikel dalam bentuk debu
dimana sebagian dari debu tergantung ukuranya, dapat tertahan atau tertinggal
didalam paru-paru.Mekanisme peimbunan debu bergantung dari ukura debu,
kecepatan aliran udara dan struktur anatomi saluran pernafasan.
11
BAB III
HASIL PENGUKURAN
A. Pengukuran Spirometri
1. Tujuan
Untuk mengukur kemampuan fungsi paru dalam menghirup dan
menampung udara oksigen.
2. Cara kerja
a. Rangkaikan peralatan spirometer
b. Hidupkan power
c. Kalibrasi peralatan
d. Peralatan siap digunakan
e. Isi data pada alat (umur, tingi, berat badan, jenis kelamin kemudian
enter)
f. Kemudian tekan fvc, tekan start.
Tangan yang satu memegang mouse piece masukan mulut sambal
digigit pekerja yang diperiksa, mulut tertutup rapat dan tangan yang lain
memejet hidup. Mulai Tarik dan buang nafas bisa lewat mulut sebanyak 2
kali kemudian ambil nafas yang dalam kemudian keluarkan dihentak
sekaligus.
Ulang beberapa kali sampai didapat hasil maksimal. Tekan stop, tekan
display sampai tertera kemampuan kapasitas FVC paru. Setelah 2 gerakan
pernafasan tadi benar kemudian tekan display terus sampai muncul hasil.
11 10
12
4. Kesimpulan
Dari data yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa pulmonary
function test normal.
B. Pengukuran Kelelahan
1. Tujuan
a. Mahasiswa mengetahui alat yang dapat digunakan mengukur kelelahan
b. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan tingkat kelelahan seseorang
berdasarkan kecepatan waktu reaksi terhadap rangsang cahaya dan
suara
c. Mahasiswa dapat menganalisa data hasil pengukuran
2. Alat dan Bahan
a. Reaction timer ,type L.77 Model MET /3001-MED-95
b. Lembar data reaction timer
c. 2 kursi dan 1 meja
3. Cara kerja
a. Rangkaikan peralatan hidupkan power On/Off
b. Periksa sinyal suara dan lampu
c. Pekerja yang akan diuji tidak dibolehkan melhat tangan penguji
d. Tekan reset untuk meng – NOL – kan waktu, kemudian tekan tombol
4. Hasil pengukuran
Pengukuran kelelahan dilakukan pada subjek yang bernama Anis
Humaeroh umur 22 Tahun.Nama alat ukur yaitu Reaction timer L77,
waktu pengukuran adalah 11.40 WIB di Balai K3 Bandung. Adapun
hasilnya pada table berikut :
13
6. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan, subyek tidak mengalami kelelahan
karena rata-rata kecepatan reaksi yang didapat sebesar 279,24 ml/detik. Tingkat
kelelahan nya adalah ringan.
C. Pengukuran Kebisingan
1. Tujuan
Tujuanya untuk mengukur kebisingan ditempat kerja.
2. Alat dan Bahan
Nama Alat : Sound Level Meter
Merk/Buatan : Svantek
Model/Type : Svan 959
14
3. Cara Kerja
a. Check baterai
b. Kalibrasi alat
c. Hidupkan power “ON”
d. Pengukuran dilakukan pada tempat dimana tenga kerja yang bekerja
dan sensor diarahkan. Pada sumber suara (Setinggi telingan pekerja)
e. Catat hasi pengukuran (angka yang mendekati Konstan) dBA.
4. Hasil Pengukuran
Nama : Balai K3 Bandung Nama Alat :Sound Level Meter
perusahaan
Tanggal : 23 Juli 2016 Merk/Buatan : Svantek
Alamat :Jl.Golf Model/Type : Svan 959
Ujungberung
Bandung 40294
Waktu : 12.40 WIB Nomer Seri : 23769
Standar : 85 dB
Kebisingan (dBA)
No Lokasi Keterangan
Data Lapangan Hasil Akhir
1 2 3 4 5
Sumber :
suara aktivitas
R. TU 55,8
kerja
Cuaca : cerah
Sumber :
suara lalu
Halaman Luar
65,1 lalang
kendaraan
Cuaca : cerah
Sumber :
R. Laboratorium suara aktivitas
45,4
kerja
Cuaca : cerah
Jumlah Sampel/Lokasi 166,3
Catatan : Ruang TU, Halaman Luar, dan Ruang Lab masih dibawah NAB.
Saran tetap dipertahankan
15
5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengukuran 3 sampel di ruang TU,
Halaman Luar, dan Ruang Laboratorium masih dibawah NAB, jadi
saranya adalah harus dipertahankan. Dan jika melebihi NAB secepat
mungkin harus dikendalikan.
4. Hasil pengukuran
Nama : Balai K3 Bandung Nama Alat : Heat Stress area
Tanggal : 23 Juli 2016 Merk/Buatan : Ques temp
Alamat : Jl. Golf Ujungberung Model/Type :Questemp 36
Bandung 40294
Nomer Seri : TKH110010
Parameter
Lokas Ta (oC) Tw (oC) Tg (oC) RH (oC) ISBB (oC)
No Keterangan
i H H H H
DL DL DL DL DL HA
A A A A
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
R. TU 26,4 22,2 26,5 72% 23,5 Waktu 14:25
Jumlah
Sampel/Lo
kasi
Catatan :
DL : Data Lapangan
HL : Hasil Akhir
Cara perhitungan :
Rumus indoor : 0,7 Tw + 0,3 Tg
Maka
= 0,7 x 22,2 + 0,3 x 26,5
= 15,54 + 7,95
= 23,5 ̊ C
5. Kesimpulan
Hasil pengukuran di tempat kerja pada lingkungan (dalam ruangan)
didapatkan hasil ISBB yaitu 23,5 ̊ C dalam pengukuran waktu 1 jam maka
dikategorikan sedang.
E. Pengukuran Getaran
1. Tujuan
Untuk mengetahui intensitas getaran pada anggota tubuh atau peralatan
kerja.
2. Alat Dan Bahan
Alat ukur menggunakan Vibration meter
17
3. Cara Kerja
a. Sambungkan Kabel pada sensor dan pada alat ukur
b. Geser tombol Acc atau Vel untuk pengukuran yang diinginkan
c. Pengukuran Velocity : geser pada posisi Vel
d. Pengukuran Acceleration : geser pada posisi Acc
e. Pilih pengukuran RMS untuk rata rata, untuk pengukuran puncak pilih
Peak
f. Tekan tombol power
g. Letakkan ujung kabel sensor ke permukaan yang akan diukur
h. Jika permukaan mengandung besi tempatkan dengan menempelkan
ujung sensor pada permukaan tersebut
i. Jika permukaan tidak mengandung besi pegang ujung sensor
j. Tekan tombol hold untuk mendapatkan hasil setiap pengukuran
k. Catat hasil pengukuran
4. Data Hasil Pengukuran
Nama : Balai K3 Bandung Nama Alat : Vibration Meter
Tanggal : 23 Juli 2016 Merk/Buatan : Lutron
Alamat : Jl. Golf Ujungberung Model/Type : VB – Q8213
Bandung 40294
Waktu : 14.35 WIB Nomer Seri : Q803888
Parameter
Lokasi/
N Percepatan Kecepatan Hand Arm Whole Body
tenaga Keterangan
o (m/dt2) (mm/dt) (m/dt2) (m/dt2)
kerja
DL HA DL HA DL HA DL HA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 13
Pompa 2,6 5,1
Jumlah Sampel/Lokasi :
Catatan :
DL : Data Lapangan
HL : Hasil Akhir
5. Kesimpulan
Karena pengukuranya hanya ingin mengetahui cara kerja dan pengecekan
saja maka tidak dapat dijadikan data, hanya data sementara yang diperoleh
data percepatanya adalah 2,6 m/detik dan kecepatan 5,1 mm/dtk. Jadi nilai
ambang batasnya tidak ditentukan.
18
F. Pengukuran Pencahayaan
1. Tujuan
Untuk mengukur intensitas cahaya di ruangan kerja
2. Alat dan bahan
Alat ukur menggunakan Luxmeter
3. Cara kerja
a. Check baterai
b. Hidupkan power “ON”
c. Untuk penerangan umum pengukuran dilakukan pada ruang tempat
kerja setiap meter dan setinggi pinggang (± 1 meter) dengan
mengarahkan/menghadapkan fotocell pada sumber cahaya.
Hasil langsung muncul dilayar dan dibuat nilai terkecil dan terbesar
(dibuat range).
d. Untuk pengukuran lokal, Pengukuran dilakukan pada tempat kerja dan
diambil beberapa titik. Dengan mengarahkan /menghadapkan fotocell
pada sumber cahaya dan setinggi obyek kerja.
Hasil langsung terbaca dilayar luxmeter kemudian hasilnya dirata-rata.
4. Hasil Pengukuran
Nama :Balai K3 Nama Alat :DigitalLux
perusahaan Bandung Meter/Light
Meter
Tanggal : 23 Juli 2016 Merk/Buatan : Swiden
Alamat :Jl.Golf Model/Type : EC I
Ujungberung
Bandung 40294
Waktu : 11.40 WIB Nomer Seri : Q805531
Cuaca : Cerah Berawan Standar : 300 Lux
PMP No.
7/1964
19
5. Kesimpulan
a. penerangan umum
data hasil pengukuran penerangan di ruang meeting kerja Balai K3
Bandung, dapat disimpulkan penerangan kategori normal dengan rata-
rata hasil pengukuran 517 Lux. Dengan jumlah pengukuran 397 (min)
dan 647 (max).
b. penerangan lokal
data hasil pengukuran penerangan di meja kerja Balai K3 Bandung,
dapat disimpulkan penerangan kategori normal dengan rata-rata hasil
pengukuran 574 Lux. normal dengan jumlah pengukuran 553 (min)
dan 596 (max).
20
G. Pengujian Biomedik
1. Pengukuran phenol dalam urine
a. Tujuan
Untuk mengetahui paparan kadar benzene pada pekerja dengan
menggunakan pemeriksaan laboratorium melalui specimen urine.
b. Alat dan bahan
1) Botol sampel urine dari poly etylen, kapasitas 100-159 ml. Bertutup
dan anti bocor
2) Alat – alat gelas laboratorium
3) UV Vis Spektrofotometer
4) Ph meter atau paper indicator
c. Cara kerja
Pengumpulan sampel urine
1) Pengambilan sampel
2) Kumpulkan urin tenaga kerja yang telah terpajan minimal selama 4
jam dalam botol poly ethylene yang telah diberi tymol kristal 50 mg.
3) Simpan sampel dalam botol refrogerator suhu 4̊ C sampai tiba waktu
analisa
4) Stabilitas sampel sampai 4 hari pada suhu 4̊ C.
Prosedur dengan spektrofotometer
Metoda : 4 Aminoantipyrin – kolorimetri
Prinsip :
Phenol di dalam urin direaksikan dengan 4 Aminoantipyrin dan
potassium sianida, membentuk senyawa kompleks yang berwarna
merah.Selanjutnya intensitas warna yang terjadi diukur dengan
kolometri atau selanjutnya intensitas warna yang terjadi dengan
kolorimetri atau spektrofotometer pada panjang gelombang 510 nm.
Analisa sampleyaitu :
1) Standar kalibrasi dan larutan blanko dikerjakan waktunya
bersamaan dengan analisa sampel dengan perlakuan yang sama
terhadap sampel urin.
21
4) Blood lancet
5) Tissue
6) Alat-alat gelas yang telah dibebaskan CO2
c. Cara kerja
pemeriksaan control reagen yaitu :
1) Siapkan 2 buah tabung yang telah bebas CO2 beri label : b, cr.
2) Pada tabung blanko diisikan 1 ml aquadest CO2 tutup dengan prop
karet
3) Pada tabung reagen diisikan 0,5 larutan brom thymol blue tutup
dengan prop karet
4) Ambil 10 / 0,01 ml darah dari orang yang tidak pernah terpajan atau
bekerja dengan pestisida, masuan ke dalam tabung blanko dan
tabung control reagen.
5) Tambahkan 0,5 ml larutan substrat pada tabung control reagen lalu
kocok.
6) Pindahkan ke dalam kuvet, tempatkan di sebelah kiri untuk blanko
dan sebelah kanan untuk kontrol reagen pada comparator. Baca bila
mendapatkan hasil 0 – 12,5 %. Reagen bias digunakan, kemudian
liat temperature table untuk menentukan waktu bereaksinya substrat
pada sampel darah.
d. Penetapan cholinestrase dalam darah
1) Masukan 0,5 ml larutan brom thymol blue pada tabung tutup
dengan prop karet
2) Ambil ambil 10 / 0,01 ml contoh darah, masukan ke dalam tabung
yang telah berisi larutan brom thymol blue lalu kocok.
3) Tambahkan larutan substrat 0,5 ml kocok
4) Tunggu waktu reaksi sesuai dengan temperatur tabel sesuai dari
control reagen
5) Pindahkan ke dalam kuvet, masukan dalam komparator
6) Bandingkan dengan warna yang ada di komparator dan dilihat
hasilnya
23
4. Hasil pengukuran
Nama : Fitri Diniyanti
Tanggal : 23 Juli 2016
Tempat : Balai K3 Bandung
Alamat : Jl. Golf Ujungberung Bandung 40294
Waktu : 13.20 WIB
Cuaca : Cerah Berawan
GRAFIK AUDIOGRAM
0 0
10 10
20 20
30 30
40 40
50 50
60 60
70 70
80 80
90 90
100 100
27
Keterangan :
AC = air conduction (hantaran udara)
BC = bone conduction (hantaran tulang)
Monoaural = tuli pada satu telinga
Binaoural = tuli pada kedua telinganya
5. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan pada probandus Fitri Diniyanti dengan hasil
pengukuran pada table diatas maka dapat disimpulkan bahwa Fitri
Diniyanti mempunyai pendengaran normal.
Lama
P Waktu
No. Suhu oC RH % Flow meter (lpm) Pengukur
KPA Pengukuran
No. Lokasi Filt an
er Rata-
Ta Tw 1 2 1 2 Awal Akhir Awal Akhir
rata
Ruang
1 1 26,2 26,2 22,3 22,3 75 73 93,2 93,2 10 10 10
TU
Rata-rata 13.45 14.10 60 menit
26,2 22,3
hasil
koreksi
Blanko 1 = 0,0970
Blanko 2 = 0,0965
Sampler 1 = 0,0959
Sampler 2 = 0,0965
Catatan :
(0,0965-0,0959)-(0,0970-0,0970)/60X10=0,0006 – 0X1000000/600=1 Nπg
5. Kesimpulan
Setelah melakukan pengukuran kadar debu di lingkungan kerja tepatnya di rung TU dengan menggunakan high volume
sampler dengan hasil akhir 1 Nπg.
30
BAB IV
PEMBAHASAN
3030
31
BAB V
PENUTUP
B. Kesimpulan
Berdasarkan data dari hasil pengukuran di atas maka dapat disimpulkan :
1. Dari data yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa pulmonary
function test normal.
2. Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan subyek tidak mengalami kelelahan
karena rata-rata kecepatan reaksi yang didapat sebesar 279,24 ml/detik. Tingkat
kelelahan termasuk ringan.
3. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengukuran 3 sampel di ruang TU,
Halaman Luar, dan Ruang Laboratorium masih dibawah NAB, jadi
saranya adalah harus dipertahankan. Dan jika melebihi NAB secepat
mungkin harus dikendalikan.
4. Hasil pengukuran di tempat kerja pada lingkungan (dalam ruangan)
didapatkan hasil ISBB yaitu 23,5 ̊ C dalam pengukuran waktu 1 jam maka
dikategorikan sedang.
5. Karena pengukuranya hanya ingin mengetahui cara kerja dan pengecekan
saja maka tidak dapat dijadikan data, hanya data sementara yang diperoleh
data percepatanya adalah 2,6 m/detik dan kecepatan 3,2 mm/dtk. Jadi nilai
ambang batasnya tidak ditentukan.
6. Berdasarkan pengkuran didapatkan hasil :
a. Penerangan umum : data hasil pengukuran penerangan di ruang
meeting kerja Balai K3 Bandung, dapat disimpulkan penerangan
kategori normal dengan rata-rata hasil pengukuran 517 Lux. Dengan
jumlah pengukuran 397 (min) dan 647 (max)
b. penerangan lokal : data hasil pengukuran penerangan di ruang meeting
kerja Balai K3 Bandung, dapat disimpulkan penerangan kategori
normal dengan rata-rata hasil pengukuran 574 Lux. Dengan jumlah
pengukuran 553 (min) dan 596 (max).
31
31
32
7. Dari hasil pengukuran sample pertama sampai sampel keempat maka hasil
yang dikategorikan normal dalam darah 100% dan 87,5 %, jadi dapat
disimpulkan semakin tinggi nilai maka aktifitas kadar pestisida dalam
darah baik, sedangkan hasil pengukuran sampel yang kelima dengan
jumlah 75 % maka dikategorikan keracunan ringan karena semakin rendah
nilai maka aktivitas kadar pestisida dalam darah buruk.
8. Berdasarkan percobaan pada probandus Fitri Diniyanti dengan hasil
pengukuran pada table diatas maka dapat disimpulkan bahwa Fitri
Diniyantimempunyai pendengaran normal.
9. Setelah melakukan pengukuran kadar debu di lingkungan kerja tepatnya di
ruang TU dengan menggunakan high volume sampler dengan hasil akhir
1Nπg.
32
33
DAFTAR PUSTAKA
Kepmenakertrans RI No. 13 Tahun 2011.tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Dan
Faktor Kimia Di Tempat Kerja
33