Anda di halaman 1dari 33

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Prosedur kesehatan, keselamatan dan keamanan kerja berawal dari OSH (
Occupational Safety and Health) yaitu: sebuah ilmu disiplin yang peduli dan
melindungi keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan orang yang bekerja di
tempat kerja,
Tujuan utamanya adalah untuk menjamin bahwa pekerja mengerjakan
tugasnya dengan lingkungan yang bebas bahaya bagi kesehatan dan
keselamatan mereka, seperti bahan kimia kimia beracun, bunyi berisik yang
mengagnggu, gangguan mekanik, kepanasan atau kedinginan atau lingkungan
yang kotor.

Sejak tahun 1950 ILO (International Labour Organization) dan WHO


(World Health Organization) telah menetapkan definisi umum yaitu:
Kesehatan kerja harus mencapai peningkatan dan perawatan paling tinggi di
bidang fisik, sosial sebagai seorang pekerja di bidang pekerjaan apapun,
pencegahan bagi setiap pekerja atas pengurangan kesehatan karena kondisi
kerja mereka, perlindungan bagi pekerja untuk mengurangi faktor-faktor yang
dapat merugikan kesehatan mereka, penempatan dan perawatan bagi pekerja
di lingkungan kerja sesuai dengan kemampuan fisik dan psikologi dari pekerja
dan meringkas adaptasi dari setiap pekerja ke pekerjaannya masing-masing.

Dengan diadakan nya kunjungan praktikum ke Balai Keselamatan dan


Kesehatan Kerja (K3) di Bandung agar mengetahui secara langsung tentang
cara dan metode pemantauan lingkungan kerja. Dari kunjungan dan praktikum
tersebut maka dapat mengetahui dan mempraktikan dalam penilaian
lingkungan kerja yang dapat dilakukan dengan pengujian dengan
menggunakan alat-alat laboratorium secara langsung di Balai K3
tersebut.Laporan ini dibuat guna melaporkan hasil yang didapat selama prktek

1
2

di Balai K3 Bandung untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Laboratorium K3


Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat STIKes Indramayu Peminatan K3.

B. Tujuan
1. Tujuan Umumpenyusunan laporan ini adalah untuk melaporkan
hasil kegiatan pengenalan alat-alat ukur dan prakteknya di Balai
K3 Bandung yang telah dilaksanakan pada tanggal 23 juli 2016.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara, metode dan
analisa hasil pengukuran kapasitas fungsi paru.
b. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara, metode dan
analisa hasil pengukuran kelelahan kerja.
c. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara, metode dan
analisa hasil pengukuran kebisingan.
d. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara, metode dan
analisa hasil pengukuran iklim kerja.
e. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara, metode dan
analisa hasil pengukuran getaran.
f. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara, metode dan
analisa hasil pengukuran pencahayaan.
g. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara, metode dan
analisa hasil pengukuran nilai ambang dengar.
h. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara, metode dan
analisa hasil pemeriksaan phenol dalam urin.
i. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara, metode dan
analisa hasil pemeriksaan cholinesterase dalam darah.
j. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara, metode dan
analisa hasil pengukuran bahan kimia dan kadar debu.
3

C. Manfaat
1. Menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman untuk
mahasiswa.
2. Dapat mengenal lebih jauh realitas ilmu yang telah diterima di
perkuliahan dengan kenyataan yang ada di laboratirium dengan
mengenal alat-alat praktik laboratirum sertacara penggunaannya.
3. Memperdalam dan meningkatkan kemampuan yang dimiliki
mahasiswa.
4. Dapat menguji kemampuan mahasiswa dalam bidang praktik.
4

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengukuran Audiometry
Audiometri adalah pemeriksaan yang bertujuan untuk mengetahui
tingkat/ambang batas pendengaran seseorang dan jenis gangguannya bila
ada.Pemeriksaan dilakukan dengan memakai alat audiogram nada murni di
dalam ruang kedap suara.
Prinsip pemeriksaannya adalah bermacam-macam frekuensi dan
intensitas suara (dB) ditransfer melalui headset atau bone conducter ke telinga
atau mastoid dan batasan intensitas suara (dB) pasien yang tidak dapat
didengar lagi dicatat, melalui program computer atau diplot secara manual
pada kertas grafik.
1. Kegunaan audiometri :
a. untuk mengetahui derajat ketulian ringan, sedang atau berat
b. untuk mengetahui jenis tuli konduktif, tuli syaraf (sensorineural) atau
tuli campuran
2. Indikasi pemeriksaan :
a. Adanya penurunan pendengaran
b. Telinga berbunyi dengung (tinitus)
c. Rasa penuh di telinga
d. Riwayat keluar cairan
e. Riwayat terpajan bising
f. Riwayat trauma
g. Riwayat pemakaian obat ototoksik
h. Riwayat gangguan pendengaran pada keluarga
i. Gangguan keseimbangan
3. Derajat parameter ketulian :
a. Tuli ringan : 26-40 dB
b. Tuli sedang : 41-60 dB
c. Tuli Berat : 61-90 dB

4
5

d. Tuli sangat berat : >90 dB


Pelaporan hasil berupa ambang dengar normal, ambang dengar dengan
tuli konduktif, ambang dengar dengan tuli sensorineural, ambang
dengar tuli campuran.

B. Kebisingan
Menurut Kepmenakertrans RI No. 13 tahun 2011, Kebisingan adalah
semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses
produksidan/atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan
gangguan pendengaran.Dalam pengukuran kebisingan alat yang digunakan
adalahSound Level Meter, sound level meter ialah suatu alat yang digunakan
untuk mengukur kebisingan, suara yang tak dikehendaki, atau yang dapat
menyebabkan rasa sakit ditelinga. Sound level meter biasanya digunakan di
lingkungan kerja seperti, industri penerbangan dan sebagainya.
berdasarkan Kepmenaker No. 13 tahun 2011 tentang nilai ambang
batas faktor fisika berikut nilai ambang batas kebisingan :
Table 2.1
Nialai Ambang Batas Kebisigan

Sumber : Kepmenakertrans RI NO. 51 Tahun 1999


6

C. Penerangan
Cahaya merupakan energi dengan bentuk gelombang elektromagnetik
yang mempunyai sifat bergerak lurus ke segala arah sehingga dalam
pengukurannya diperlukan suatu sensor yang peka dan linier terhadap cahaya
itu sendiri. Pengukuran intensitas cahaya dengan menggunakan lux meter
inipun caranya sederhana yaitu kita cukup meletakkan lux meter diatas meja
dimana ruangan tersebut akan diukur sehingga lux meter akan menampilkan
ukuran besarnya intensitas cahaya.
Lux meter adalah sebuah instrument yang digunakan untuk mengukur
besarnya intensitas cahaya.Kenapa intensitas cahaya ini perlu
diukur?Tentunya hal ini berhubungan dengan standar dari suatu lingkungan
kerja sehingga tidak menyalahi aturan kesehatan keselematan kerja bagi para
karyawan.

D. Spirometry
Kembang kempisnya merupakan manifestasi mekanisme inspirasi
ekspirasi, sebagai sebagai gerakan menghisap dan menghembuskan udara ke
dalam dan keluar paru.Gerak demikian merupakan volume dan kspasitas paru.
Gangguan fungsi paru yang terjadi akibat paparan pencemaran
partikel bias berwujud restruksi. Obstruksi atau kombinasinya. Gangguan atau
penurunan fungsi paru yang telah mencapai atau melampaui batas toleransi
akan menyebabkan penurunan kinerja paru. Kedaan demikian bagi sistem
berproduksi yang bersifat manual akan sangat trasa berpengaruh terhadap
kuantitatif dan kualitatif produksi. Peralatan yang digunakan untuk mengukur
kapasitas paru adalah spirometer.

E. Reaksi Timer L77


Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar
dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat.Istilah
kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap
7

individu, tetapi semuanya bermuara kepada kehilangan efisiensi dan


penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh.
Pengukuran kelelahan kerja seseorang dapat dilakukan dengan menggunakan
alat pencacat waktu reaksi atau reaction timer, untuk mengetahui waktu reaksi
ransang cahaya (WRC).Evaluasi hasil pengukuran kelelahan adalah
membandingkan hasil pengukuran dengan standart yang ada
Kelelahan itu sendiri mempunyai tiga pengertian yaitu :
1. Terdapatnya penurunan hasil kerja secara fisiologis
2. Adanya perasaan lelah
3. Bosan bekerja
Beberapa ahli mengemukakan mengenai berbagai parameter kelelahan yang
dapat diukur yaitu :
Waktu reaksi
1. Uji finger taping
Parameter ini merupakan reaksi sederhana atas rangsang tunggal atau
reaksi-reaksi yang memerlukan kordinasi
2. Uji flicker-fusion
Parameter ini merupakan pengukuran terhadap kecepatan berkelipnya
cahaya (lampu) yang secara bertahap ditingkatkan sampai kecepatan
tertentu, kemudian cahaya Nampak berbaur sebagai cahaya yang kontinu.
3. Uji bourdon wiersman
Parameter ini dilakukan dengan pengujian terhadap kecepatan bereaksi
dan ketelitian.
4. Pemeriksaan tremor tangan
5. Skala kelelahan dari industrial fatigue research comite (IFRC)
Berkaitan hal diatas untuk pengujian kelelahan dengan berkaitan waktu reaksi
maka kelelahan dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu :
1. Normal : <240 milidetik
2. Ringan : >240 milidetik -410 milidetik
3. Sedang : >410 detik-580detik
4. Berat : >580
8

F. Iklim Kerja
Iklim kerja menurut Kepmenaker No. 13 tahun 2011 adalah hasil
perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas
radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai
akibat pekerjaannya.
Manusia mempertahankan suhu tubuhnya antara 36 -370C dengan berbagai
cara pertukaran panas baik melalui konduksi, konveksi dan radiasi. Walaupun
banyak faktor yang dapat menaikan suhu tubuh, tapi mekanisme dalam tubuh,
membuat suhu tetap stabil.
Faktor lingkungan yang mempengaruhi keseimbangan suhu tubuh adalah
suhu panas atau dingin yang berlebihan. Suhu lingkungan dipengaruhi oleh
adanya angin, kelembaban, tekanan udara ruangan dan suhu udara luar
ruangan
Pengukuran dapat dilakukan dengan cara
1. Secara portable (Heat Stress Area Monitor)
a. Check Baterai
b. Tempatkan pada ruanga yang mau diukur Iklim Kerjanya (ambil
tempat yang panas)
c. Hidupkan Power
d. Tunggu ±10 menit catat suhu kering, suhu basah, suhu radiasi, WBGT
(ISBB)
e. Lihat tabel akan didapat kelembaban
2. Secara Manual
a. Tempatkan Statif/Tripod pada tempat yang akan diukur
b. Pasang termometer basah (Tw), Termometer kering (Ta) dan
Termometer globe (Tg) pada tripod
c. Basahi reservoir termometer basah
d. Tunggu ±10 menit, catat Ta, Tw dan Tg
e. Hitung ISBB
f. Rumus (indoor) = 0,7 Tw + 0,3 Tg
g. Rumus (outdoor) = 0,7 Tw + 0,2 Tg + 0,1 Ta
9

h. Catat RH dengan melihat tabel RH


Berdasarkan Kepmenaker No. 51 tahun 1999. NAB Iklim kerja dalah sebagai
berikut:
Table 2.2
Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Suhu Basah

G. Getaran
Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah bolak
balik dari kedudukankeseimbangannya.alat yag digunakan untuk mengukur
getaran adalah Vibration Meter Merk Lutron VB – 8200

Table 2.3
Nilai Ambang Batas Getaran Pada Lengan Dan Alat
10

H. Debu
Debu adalah partikel padat yang dipancarkan atau dihasilkan oleh pros
salami maupun proses mekanis seperti pemecahan (breaking), penghalusan
(grindling), penggilingan (drilling), pengayakan (shaking), pemotongan
(cutting), seta penghancuran (crushing) pukulan ataupun peledakan bahan.
Debu merupakan salah satu bahan yang sering dsebut sebagai partikel yang
melayang di udara (suspended particular mater) dengan ukuran 1 mikron
hingga 500 mikron.
Pemantauan ambang batas debu dilingkungan kerja, udara yang kita
hirup dalam pernapasan mengandung partikel-partikel dalam bentuk debu
dimana sebagian dari debu tergantung ukuranya, dapat tertahan atau tertinggal
didalam paru-paru.Mekanisme peimbunan debu bergantung dari ukura debu,
kecepatan aliran udara dan struktur anatomi saluran pernafasan.
11

BAB III
HASIL PENGUKURAN

A. Pengukuran Spirometri
1. Tujuan
Untuk mengukur kemampuan fungsi paru dalam menghirup dan
menampung udara oksigen.
2. Cara kerja
a. Rangkaikan peralatan spirometer
b. Hidupkan power
c. Kalibrasi peralatan
d. Peralatan siap digunakan
e. Isi data pada alat (umur, tingi, berat badan, jenis kelamin kemudian
enter)
f. Kemudian tekan fvc, tekan start.
Tangan yang satu memegang mouse piece masukan mulut sambal
digigit pekerja yang diperiksa, mulut tertutup rapat dan tangan yang lain
memejet hidup. Mulai Tarik dan buang nafas bisa lewat mulut sebanyak 2
kali kemudian ambil nafas yang dalam kemudian keluarkan dihentak
sekaligus.
Ulang beberapa kali sampai didapat hasil maksimal. Tekan stop, tekan
display sampai tertera kemampuan kapasitas FVC paru. Setelah 2 gerakan
pernafasan tadi benar kemudian tekan display terus sampai muncul hasil.

3. Data Hasil Pengukuran


Nama : Meylisa Ratnasari
NIK : R.12.02.017
Jenis Kelamin : P
Umur : 21th
Tinggi Badan : 161 cm
Berat Badan : 47 Kg

11 10
12

FUNCTION UNIT TERUKUR NORMAL %PR


FVC L : 2,52 : 3,03 : 83
FUNCTION UNIT TERUKUR NORMAL %PR
FEV 1 1L : 2,50 : 2,72 : 92
INTERPRETATION (DIAG) 2,50/2,52 99
NORMAL >75%

4. Kesimpulan
Dari data yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa pulmonary
function test normal.

B. Pengukuran Kelelahan
1. Tujuan
a. Mahasiswa mengetahui alat yang dapat digunakan mengukur kelelahan
b. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan tingkat kelelahan seseorang
berdasarkan kecepatan waktu reaksi terhadap rangsang cahaya dan
suara
c. Mahasiswa dapat menganalisa data hasil pengukuran
2. Alat dan Bahan
a. Reaction timer ,type L.77 Model MET /3001-MED-95
b. Lembar data reaction timer
c. 2 kursi dan 1 meja
3. Cara kerja
a. Rangkaikan peralatan hidupkan power On/Off
b. Periksa sinyal suara dan lampu
c. Pekerja yang akan diuji tidak dibolehkan melhat tangan penguji
d. Tekan reset untuk meng – NOL – kan waktu, kemudian tekan tombol
4. Hasil pengukuran
Pengukuran kelelahan dilakukan pada subjek yang bernama Anis
Humaeroh umur 22 Tahun.Nama alat ukur yaitu Reaction timer L77,
waktu pengukuran adalah 11.40 WIB di Balai K3 Bandung. Adapun
hasilnya pada table berikut :
13

No Cahaya (mili detik) Suara (mili detik)


1 209,8 231,9
2 203,2 202,4
3 272,3 471,0
4 214,3 234,8
5 264,6 212,2
6 212,3 534,3
7 366,0 425,3
8 180,8 159,5
9 179,1 368,4
10 464,2 178,5
256,66 301,83
Perhitungan :
I – rata-rata lampu+rata-rata suara = 256,66+301,83
2 2
= 279,24 ml/detik

5. Nilai Ambang Kelalahan

NO Tingkat Kelelahan Waktu Reaksi

1 Normal 150.0 – 240.0 mili detik

2 Ringan >240.0 - < 410.0 mili detik

3 Sedang 410.0 - < 580.0 mili detik

4 Berat >580.0 mili detik

6. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan, subyek tidak mengalami kelelahan
karena rata-rata kecepatan reaksi yang didapat sebesar 279,24 ml/detik. Tingkat
kelelahan nya adalah ringan.

C. Pengukuran Kebisingan
1. Tujuan
Tujuanya untuk mengukur kebisingan ditempat kerja.
2. Alat dan Bahan
Nama Alat : Sound Level Meter
Merk/Buatan : Svantek
Model/Type : Svan 959
14

3. Cara Kerja
a. Check baterai
b. Kalibrasi alat
c. Hidupkan power “ON”
d. Pengukuran dilakukan pada tempat dimana tenga kerja yang bekerja
dan sensor diarahkan. Pada sumber suara (Setinggi telingan pekerja)
e. Catat hasi pengukuran (angka yang mendekati Konstan) dBA.

4. Hasil Pengukuran
Nama : Balai K3 Bandung Nama Alat :Sound Level Meter
perusahaan
Tanggal : 23 Juli 2016 Merk/Buatan : Svantek
Alamat :Jl.Golf Model/Type : Svan 959
Ujungberung
Bandung 40294
Waktu : 12.40 WIB Nomer Seri : 23769
Standar : 85 dB

Kebisingan (dBA)
No Lokasi Keterangan
Data Lapangan Hasil Akhir
1 2 3 4 5
Sumber :
suara aktivitas
R. TU 55,8
kerja
Cuaca : cerah
Sumber :
suara lalu
Halaman Luar
65,1 lalang
kendaraan
Cuaca : cerah
Sumber :
R. Laboratorium suara aktivitas
45,4
kerja
Cuaca : cerah
Jumlah Sampel/Lokasi 166,3
Catatan : Ruang TU, Halaman Luar, dan Ruang Lab masih dibawah NAB.
Saran tetap dipertahankan
15

5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengukuran 3 sampel di ruang TU,
Halaman Luar, dan Ruang Laboratorium masih dibawah NAB, jadi
saranya adalah harus dipertahankan. Dan jika melebihi NAB secepat
mungkin harus dikendalikan.

D. Data Pengukuran Iklim Kerja


1. Tujuan
Untuk mengukur iklim kerja ditempat kerja
2. Alat dan Bahan
Heat stress area monitor
3. Cara Kerja
Cara pengukuran portable yaitu :
a. Check baterai
b. Tempatkan pada ruangan yang mau diukur iklim kerjanya (ambil
tempat yang panas)
c. Hidupkan power
d. Tunggu ± 10 menit catat suhu kering, suhu basah, suhu radiasi SBGT
(ISBB)
e. Lihat tabel akan didapat kelembaban nya
Cara pengukuran secara manual yaitu :
a. Tempatkan statif / Tripod pada tempat yang akan diukur
b. Pasang termometer basah (Tw), termometer kering (Ta) dan
termometer globe (Tg) pada tripod
c. Basahi reservoir termometer basah
d. Tunggu ± 10 menit, catat Ta. Tw dan Tg
e. Hitung ISBB
f. Catat RH dengan melihat tabel RH
16

4. Hasil pengukuran
Nama : Balai K3 Bandung Nama Alat : Heat Stress area
Tanggal : 23 Juli 2016 Merk/Buatan : Ques temp
Alamat : Jl. Golf Ujungberung Model/Type :Questemp 36
Bandung 40294
Nomer Seri : TKH110010

Parameter
Lokas Ta (oC) Tw (oC) Tg (oC) RH (oC) ISBB (oC)
No Keterangan
i H H H H
DL DL DL DL DL HA
A A A A
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
R. TU 26,4 22,2 26,5 72% 23,5 Waktu 14:25

Jumlah
Sampel/Lo
kasi
Catatan :
DL : Data Lapangan
HL : Hasil Akhir
Cara perhitungan :
Rumus indoor : 0,7 Tw + 0,3 Tg
Maka
= 0,7 x 22,2 + 0,3 x 26,5
= 15,54 + 7,95
= 23,5 ̊ C

5. Kesimpulan
Hasil pengukuran di tempat kerja pada lingkungan (dalam ruangan)
didapatkan hasil ISBB yaitu 23,5 ̊ C dalam pengukuran waktu 1 jam maka
dikategorikan sedang.

E. Pengukuran Getaran
1. Tujuan
Untuk mengetahui intensitas getaran pada anggota tubuh atau peralatan
kerja.
2. Alat Dan Bahan
Alat ukur menggunakan Vibration meter
17

3. Cara Kerja
a. Sambungkan Kabel pada sensor dan pada alat ukur
b. Geser tombol Acc atau Vel untuk pengukuran yang diinginkan
c. Pengukuran Velocity : geser pada posisi Vel
d. Pengukuran Acceleration : geser pada posisi Acc
e. Pilih pengukuran RMS untuk rata rata, untuk pengukuran puncak pilih
Peak
f. Tekan tombol power
g. Letakkan ujung kabel sensor ke permukaan yang akan diukur
h. Jika permukaan mengandung besi tempatkan dengan menempelkan
ujung sensor pada permukaan tersebut
i. Jika permukaan tidak mengandung besi pegang ujung sensor
j. Tekan tombol hold untuk mendapatkan hasil setiap pengukuran
k. Catat hasil pengukuran
4. Data Hasil Pengukuran
Nama : Balai K3 Bandung Nama Alat : Vibration Meter
Tanggal : 23 Juli 2016 Merk/Buatan : Lutron
Alamat : Jl. Golf Ujungberung Model/Type : VB – Q8213
Bandung 40294
Waktu : 14.35 WIB Nomer Seri : Q803888
Parameter
Lokasi/
N Percepatan Kecepatan Hand Arm Whole Body
tenaga Keterangan
o (m/dt2) (mm/dt) (m/dt2) (m/dt2)
kerja
DL HA DL HA DL HA DL HA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 13
Pompa 2,6 5,1
Jumlah Sampel/Lokasi :
Catatan :
DL : Data Lapangan
HL : Hasil Akhir

5. Kesimpulan
Karena pengukuranya hanya ingin mengetahui cara kerja dan pengecekan
saja maka tidak dapat dijadikan data, hanya data sementara yang diperoleh
data percepatanya adalah 2,6 m/detik dan kecepatan 5,1 mm/dtk. Jadi nilai
ambang batasnya tidak ditentukan.
18

F. Pengukuran Pencahayaan
1. Tujuan
Untuk mengukur intensitas cahaya di ruangan kerja
2. Alat dan bahan
Alat ukur menggunakan Luxmeter
3. Cara kerja
a. Check baterai
b. Hidupkan power “ON”
c. Untuk penerangan umum pengukuran dilakukan pada ruang tempat
kerja setiap meter dan setinggi pinggang (± 1 meter) dengan
mengarahkan/menghadapkan fotocell pada sumber cahaya.
Hasil langsung muncul dilayar dan dibuat nilai terkecil dan terbesar
(dibuat range).
d. Untuk pengukuran lokal, Pengukuran dilakukan pada tempat kerja dan
diambil beberapa titik. Dengan mengarahkan /menghadapkan fotocell
pada sumber cahaya dan setinggi obyek kerja.
Hasil langsung terbaca dilayar luxmeter kemudian hasilnya dirata-rata.
4. Hasil Pengukuran
Nama :Balai K3 Nama Alat :DigitalLux
perusahaan Bandung Meter/Light
Meter
Tanggal : 23 Juli 2016 Merk/Buatan : Swiden
Alamat :Jl.Golf Model/Type : EC I
Ujungberung
Bandung 40294
Waktu : 11.40 WIB Nomer Seri : Q805531
Cuaca : Cerah Berawan Standar : 300 Lux
PMP No.
7/1964
19

Intnsitas Penerangan (Lux)


Umum Lokal
Lokasi/Kode
No Keterangan
Lokasi Data Hasil Data Hasil
Lapangan Akhir Lapangan Akhir
1 2 3 4 5 6 7
R. Rapat 493 564
Meja I 397 596
552 593
647 560
512 580
427 569
492 576
536 553
585
538
Jumlah 4591
5179
Sampel/Lokasi
Catatan :
DL : Data Lapangan
HL : Hasil Akhir
L = 553-596 Lux
Rata-rata = 574 Lux
U = 397 (min) – 647 (max) Lux
Rata-rata = 517 Lux

5. Kesimpulan
a. penerangan umum
data hasil pengukuran penerangan di ruang meeting kerja Balai K3
Bandung, dapat disimpulkan penerangan kategori normal dengan rata-
rata hasil pengukuran 517 Lux. Dengan jumlah pengukuran 397 (min)
dan 647 (max).
b. penerangan lokal
data hasil pengukuran penerangan di meja kerja Balai K3 Bandung,
dapat disimpulkan penerangan kategori normal dengan rata-rata hasil
pengukuran 574 Lux. normal dengan jumlah pengukuran 553 (min)
dan 596 (max).
20

G. Pengujian Biomedik
1. Pengukuran phenol dalam urine
a. Tujuan
Untuk mengetahui paparan kadar benzene pada pekerja dengan
menggunakan pemeriksaan laboratorium melalui specimen urine.
b. Alat dan bahan
1) Botol sampel urine dari poly etylen, kapasitas 100-159 ml. Bertutup
dan anti bocor
2) Alat – alat gelas laboratorium
3) UV Vis Spektrofotometer
4) Ph meter atau paper indicator
c. Cara kerja
Pengumpulan sampel urine
1) Pengambilan sampel
2) Kumpulkan urin tenaga kerja yang telah terpajan minimal selama 4
jam dalam botol poly ethylene yang telah diberi tymol kristal 50 mg.
3) Simpan sampel dalam botol refrogerator suhu 4̊ C sampai tiba waktu
analisa
4) Stabilitas sampel sampai 4 hari pada suhu 4̊ C.
Prosedur dengan spektrofotometer
Metoda : 4 Aminoantipyrin – kolorimetri
Prinsip :
Phenol di dalam urin direaksikan dengan 4 Aminoantipyrin dan
potassium sianida, membentuk senyawa kompleks yang berwarna
merah.Selanjutnya intensitas warna yang terjadi diukur dengan
kolometri atau selanjutnya intensitas warna yang terjadi dengan
kolorimetri atau spektrofotometer pada panjang gelombang 510 nm.
Analisa sampleyaitu :
1) Standar kalibrasi dan larutan blanko dikerjakan waktunya
bersamaan dengan analisa sampel dengan perlakuan yang sama
terhadap sampel urin.
21

2) Ambil 50 – 100 ml sampel urin masukan ke dalam beaker glass,


jadikan volumenya 100 ml dengan aquades
3) Tambahkan 5 ml larutan NH4Cl
4) Cek pH-nya agar mencapai 9,8 – 10,2 dengan penambahan NH4OH
5) Tambah 2 ml larutan 4 Aminoantipyrin aduk hingga homogen
6) Tambah 2 ml larutan K3Fe (CN)6 Aduk hingga homogen
7) Diamkan 15 menit pada suhu ruangan
8) Baca absorbansinya pada UV Vis Spektrofotometer pada panjang
gelombang 510 nm
d. Hasil perhitungan
Hitung kadar phenol dalam urine
Perhitungan :
= 1000 x phenol hasil analisa (mg)
Ml sample urin
= 16,01 x 1000
50
= 320,2 mg phenol
Jadi nilai biolocal exposure indices : 250 mg/g Creatine
Maka Nilai : 0,8 – 2.06 = 155,4 creatine
e. Kesimpulan
Pada sampel hasil creatin pada phenol yaitu 155,4 creatine jadi termasuk
dalam keadaan normal.

2. Pengujian Cholinesterase dalam darah


a. Tujuan
Untuk mengetahui kadar enzim Cholinesterase oleh paparan dari
senyawa organik yang ada dalam darah
b. Alat dan Bahan
1) 1 set tintometer kit
2) Aquadest bebas CO2
3) Alkohol swabs
22

4) Blood lancet
5) Tissue
6) Alat-alat gelas yang telah dibebaskan CO2
c. Cara kerja
pemeriksaan control reagen yaitu :
1) Siapkan 2 buah tabung yang telah bebas CO2 beri label : b, cr.
2) Pada tabung blanko diisikan 1 ml aquadest CO2 tutup dengan prop
karet
3) Pada tabung reagen diisikan 0,5 larutan brom thymol blue tutup
dengan prop karet
4) Ambil 10 / 0,01 ml darah dari orang yang tidak pernah terpajan atau
bekerja dengan pestisida, masuan ke dalam tabung blanko dan
tabung control reagen.
5) Tambahkan 0,5 ml larutan substrat pada tabung control reagen lalu
kocok.
6) Pindahkan ke dalam kuvet, tempatkan di sebelah kiri untuk blanko
dan sebelah kanan untuk kontrol reagen pada comparator. Baca bila
mendapatkan hasil 0 – 12,5 %. Reagen bias digunakan, kemudian
liat temperature table untuk menentukan waktu bereaksinya substrat
pada sampel darah.
d. Penetapan cholinestrase dalam darah
1) Masukan 0,5 ml larutan brom thymol blue pada tabung tutup
dengan prop karet
2) Ambil ambil 10 / 0,01 ml contoh darah, masukan ke dalam tabung
yang telah berisi larutan brom thymol blue lalu kocok.
3) Tambahkan larutan substrat 0,5 ml kocok
4) Tunggu waktu reaksi sesuai dengan temperatur tabel sesuai dari
control reagen
5) Pindahkan ke dalam kuvet, masukan dalam komparator
6) Bandingkan dengan warna yang ada di komparator dan dilihat
hasilnya
23

7) Baca dan tentukan dalam % berdasarkan warna yang ada di


komparator.
e. Hasil pengukuran
Hasil pengukuran yang diperoleh yang dilakukan dalam 5 sampel yaitu
dengan interval waktu 27 menit pada jam pertama 9.40 WIB, hasil tes
disimpan pada suhu 23,5 ̊ C,dan pada saat hasil tes akan dibaca, jeda
waktu pada setiap sampel hanya selisih satu menit untuk membaca hasil
sampel berikutnya.
Hasil pengukuran sampel pertama yang dilakukan oleh Ika Rahayu
berjumlah 87,5 % maka masih normal.
Hasil pengukuran sampel kedua yang dilakukan oleh Fitri Diniyanti
berjumlah 87,5 % maka masih normal.
Hasil pengukuran sampel ketiga yang dilakukan oleh Terie Adi Pertiwi
berjumlah 100 % maka masih normal/baik.
Hasil pengukuran sampel keempat yang dilakukan oleh Mia Nurul
Amalia berjumlah 100 % maka masih normal/baik.
Hasil pengukuran sampel kelima yang dilakukan oleh Moh.Rifki
berjumlah 75 % maka dikategorikan keracunan ringan.
f. Kesimpulan
Dari hasil pengukuran sample pertama sampai sampel keempat maka
hasil yang dikategorikan normal dalam darah 100% dan 87,5 %, jadi
dapat disimpulkan semakin tinggi nilai maka aktifitas kadar pestisida
dalam darah baik, sedangkan hasil pengukuran sampel yang kelima
dengan jumlah 75 % maka dikategorikan keracunan ringankarena
semakin rendah nilai maka aktivitas kadar pestisida dalam darah buruk.
24

H. Hasil Pengujian Audiometri


1. Tujuan
Untuk mengukur nilai ambang dengar pekerja
2. Alat dan bahan
Audiometry
3. Cara kerja
a. Rangkaikan peralatan audiometry
b. Hidupkan power “ON/OFF”
c. Kalibrasi peralatan dengan cek suara pada earphone pada 500 HZ
dengan 20 dB (kana/kiri)
d. Cek tombol respon
e. Pekrja yang akan diperiksa posisinya membelakangi atau tidak melihat
gerakan tangan pemeriksa dan menggunakan headphone yang ada pada
audiometry
f. Operasional dimulai
1) Mulai dengan telinga kanan pekerja
Frekuensi dimulai pada ambang 20 dB dengan frekuensi 500 HZ,
tekan tombol “right”, jika respon belum menyala naikan ambang
dengar dB sampai memebrikan respon memebrikan sinyal pertanda
mendengar. Naik atau turunkan ambang dengar tersebut sampai
pemeriksa yakin dengan ambang dengar pekerja.
Ulangi hal tersebut diatas dengan frekuensi yang berbeda yakni 1-8
HZ.
2) selanjutnya telinga kiri pekerja
Frekuensi dimulai dengan ambang 20 dB dengan frekuensi 500 HZ,
tekan tombo “left”, jika respon belum menyala naikan ambang
dengar dB sampai respon memberikan sinyal tanda mendengar.
Naik atau turunkan ambang dengar tersebut sampai pemeriksa
yakin dengan ambang dengar pekerja.
Ulangi hal tersebut di atas dengan frekuensi yang berbeda yakni 1-
8 HZ.
25

4. Hasil pengukuran
Nama : Fitri Diniyanti
Tanggal : 23 Juli 2016
Tempat : Balai K3 Bandung
Alamat : Jl. Golf Ujungberung Bandung 40294
Waktu : 13.20 WIB
Cuaca : Cerah Berawan

Telinga Kanan Telinga Kiri


Jenis 50 100 200 400 600 800 50 100 200 400 600 800
Periks 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
a H HZ HZ HZ HZ HZ H HZ HZ HZ HZ HZ
Z Z
AC 25 25 15 25 10 10 25 25 10 15 15 0
BC - - - - - - - - - - - -
26

GRAFIK AUDIOGRAM

Telinga Kanan Telinga Kiri dB


dB
500 HZ 1000 HZ 2000 HZ 4000 HZ 6000 HZ 8000 HZ 500 HZ 1000 HZ 2000 HZ 4000 HZ 6000 HZ 8000 HZ
-10 -10

0 0

10 10

20 20

30 30

40 40

50 50

60 60

70 70

80 80

90 90

100 100
27

Keterangan :
AC = air conduction (hantaran udara)
BC = bone conduction (hantaran tulang)
Monoaural = tuli pada satu telinga
Binaoural = tuli pada kedua telinganya

5. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan pada probandus Fitri Diniyanti dengan hasil
pengukuran pada table diatas maka dapat disimpulkan bahwa Fitri
Diniyanti mempunyai pendengaran normal.

I. Pengambilan Sampel Bahan Debu & Ozon


1. Tujuan
Untuk mengetahui kadar debudi lingkungan kerja
2. Alat dan Bahan
a. High Volume sample
b. Gilibrator
c. Filter (satu buah debu dan blanko tiga buah)
d. Filter holder
e. Tiang stati
f. Ohaus
g. Petri disk
h. Pivet
i. Exicator
j. Selang
k. Pompa
3. Cara kerja
Langkah sebelum pengambilan sampel
a. Ambil filter yang akan dipakai baik untuk sampel maupun untuk
Blangko
28

b. Oven selama 2 jam pada sekitar 400C (jika ilter lembab)


c. Masukkan ke dalam eksikator selama 24 jam
d. Timbang filter tersebut di timbangan analitik
e. Siapkan pompa isap, ukur flownya dengan filter terpasang di filter
holder di ujung pompa isap
f. Catat flow dan nomor serta berat awalnya
Pengambilan sampel
a. Letakkan tripod di tempat yang akan diukur
b. Pasang pompa dengan filter holder yang akan diukur
c. Letakkan filter blangko di bawah tripod
d. Nyalakan pompa, catat waktu mulai sampling dan biarkan selama
waktu yang dikehendaki
e. Matikan pompa, catat waktunya, ambil filter dan masukkan ke
eksikator
f. Setelah 24 jam timbang filter beserta blangkonya, catat sebagai berat
akhir

Hitung kadar debu :


Kadar Debu = berat akhir – berat awal
Voume udara
Hasil
4. Hasil pengukuran
Nama :Balai K3 Air Rotatem Termometer Stopwatch Pompa
Perusahaan Bandung Quality eter Vacum
Sampler
Tanggal : 23 Juli 2016 : : : : :
Alamat :Jl.Golf High Rotatem Altimeter Rol Kable Tripod
Ujungberung Volume eter
Bandung sampler
40294
Waktu : 13.45 WIB : gas lain : : :
Cuaca :Cerah
Berawan
29

Lama
P Waktu
No. Suhu oC RH % Flow meter (lpm) Pengukur
KPA Pengukuran
No. Lokasi Filt an
er Rata-
Ta Tw 1 2 1 2 Awal Akhir Awal Akhir
rata
Ruang
1 1 26,2 26,2 22,3 22,3 75 73 93,2 93,2 10 10 10
TU
Rata-rata 13.45 14.10 60 menit
26,2 22,3
hasil
koreksi
Blanko 1 = 0,0970
Blanko 2 = 0,0965
Sampler 1 = 0,0959
Sampler 2 = 0,0965
Catatan :
(0,0965-0,0959)-(0,0970-0,0970)/60X10=0,0006 – 0X1000000/600=1 Nπg

5. Kesimpulan
Setelah melakukan pengukuran kadar debu di lingkungan kerja tepatnya di rung TU dengan menggunakan high volume
sampler dengan hasil akhir 1 Nπg.
30

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Definisi dan Tujuan Praktikum Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja


(K3) Bandung
Dalam rangka penerapan Higiene Perusahaan dan Kesehatan dalam suatu
industri dikenal 3 (tiga) aspek utama yaitu : Pengenalan potensi bahaya
lingkungan kerja, Penilaian atau evaluasi lingkunan kerja dan pengendalian
lingkungan kerja yang berbahaya. Penilaian lingkungan kerja dapat dilakukan
dengan pengujian dengan menggunakan alat-alat laboratorium.
Sebelum melakukan praktikum kita terlebih dahulu harus mengetahui
bagaimana pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di
Laboratorium, agar kita dapat melaksanakan praktikum dengan aman dan
lancar. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan
penggunaan alat-alat laboratorium, bahan dan proses Praktikum, tempat
praktikum dan lingkungannya serta cara-cara melakukan praktikum.
Kesehatan kerja (Occupational health) merupakan bagian dari kesehatan
masyarakat yang berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan
dengan faktor potensial yang mempengaruhi kesehatan pekerja.Bahaya
pekerjaan (akibat kerja), seperti halnya masalah kesehatan lingkungan lain,
bersifat akut atau kronis. Maka dalam kunjungan praktikum Balai K3
Bandung sangat bermanfaat untuk mengetahui dalam pengenalan alat-alat di
laboratorium dan cara mempraktekan nya langsung. Dengan tujuan untuk
pemantauan lingkungan kerja.

3030
31

BAB V
PENUTUP

B. Kesimpulan
Berdasarkan data dari hasil pengukuran di atas maka dapat disimpulkan :
1. Dari data yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa pulmonary
function test normal.
2. Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan subyek tidak mengalami kelelahan
karena rata-rata kecepatan reaksi yang didapat sebesar 279,24 ml/detik. Tingkat
kelelahan termasuk ringan.
3. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengukuran 3 sampel di ruang TU,
Halaman Luar, dan Ruang Laboratorium masih dibawah NAB, jadi
saranya adalah harus dipertahankan. Dan jika melebihi NAB secepat
mungkin harus dikendalikan.
4. Hasil pengukuran di tempat kerja pada lingkungan (dalam ruangan)
didapatkan hasil ISBB yaitu 23,5 ̊ C dalam pengukuran waktu 1 jam maka
dikategorikan sedang.
5. Karena pengukuranya hanya ingin mengetahui cara kerja dan pengecekan
saja maka tidak dapat dijadikan data, hanya data sementara yang diperoleh
data percepatanya adalah 2,6 m/detik dan kecepatan 3,2 mm/dtk. Jadi nilai
ambang batasnya tidak ditentukan.
6. Berdasarkan pengkuran didapatkan hasil :
a. Penerangan umum : data hasil pengukuran penerangan di ruang
meeting kerja Balai K3 Bandung, dapat disimpulkan penerangan
kategori normal dengan rata-rata hasil pengukuran 517 Lux. Dengan
jumlah pengukuran 397 (min) dan 647 (max)
b. penerangan lokal : data hasil pengukuran penerangan di ruang meeting
kerja Balai K3 Bandung, dapat disimpulkan penerangan kategori
normal dengan rata-rata hasil pengukuran 574 Lux. Dengan jumlah
pengukuran 553 (min) dan 596 (max).

31
31
32

7. Dari hasil pengukuran sample pertama sampai sampel keempat maka hasil
yang dikategorikan normal dalam darah 100% dan 87,5 %, jadi dapat
disimpulkan semakin tinggi nilai maka aktifitas kadar pestisida dalam
darah baik, sedangkan hasil pengukuran sampel yang kelima dengan
jumlah 75 % maka dikategorikan keracunan ringan karena semakin rendah
nilai maka aktivitas kadar pestisida dalam darah buruk.
8. Berdasarkan percobaan pada probandus Fitri Diniyanti dengan hasil
pengukuran pada table diatas maka dapat disimpulkan bahwa Fitri
Diniyantimempunyai pendengaran normal.
9. Setelah melakukan pengukuran kadar debu di lingkungan kerja tepatnya di
ruang TU dengan menggunakan high volume sampler dengan hasil akhir
1Nπg.

32
33

DAFTAR PUSTAKA

Pengenalan dan Peragaan Alat Laboratorium, TIM BALAI K3 BANDUNG


http://www.prodia.co.id/ProdukLayanan/PenunjangDiagnostik/audiometri/ diambil pada
tanggal 27 juli 2016 pukul 13.20 WIB

Kepmenakertrans RI No. 13 Tahun 2011.tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Dan
Faktor Kimia Di Tempat Kerja

Kepmenaker No. 51 Tahun 1999.

33

Anda mungkin juga menyukai