BAB II PENGUJIAN TARIK Tensile Strenght
BAB II PENGUJIAN TARIK Tensile Strenght
BAB II
PENGUJIAN TARIK
2.1. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami tahapan-tahapan dan prinsip kerja proses pengujian tarik.
2. Untuk mengetahui dan memahami sifat-sifat mekanik pada suatu logam/paduannya
dalam pengujian tarik.
3. Untuk mengetahui dan memahami kurva uji tarik dalam pengujian tarik.
4. Untuk mengetahui dan memahami alat/mesin uji tarik.
5. Untuk mengetahui dan memahami metoda offset padas kurva tegangan-regangan teknis.
6. Untuk mengetahui dan memahami standar pengujian dalam pengujian tarik.
Keterangan:
e = Regangan Teknis
= Pertambahan Panjang
Keterangan:
B. Deformasi Elastis
Besarnya bahan mengalami deformasi atau regangan bergantung kepada besarnya
tegangan. Pada sebagian besar metal, tegangan dan regangan adalah proporsional
dengan hubungan:
Keterangan: = Tegangan
E = Modulus Elastisitas
e = Regangan Teknis
Untuk logam harga E: 4.5 x 104 MPa S/D 40.7 x 104 MPa. Bahan disebut
mengalami Deformasi Elastis Jika tegangan dan regangan besarnya proporsional.
Beban dilepaskan
Dibebani
Dalam skala atom, deformasi elastis adalah perubahan jarak antar atom. Jadi
besar modulus elastisitas adalah besarnya tahanan atom-atom yang berikatan
Gambar 2.3 Kurva hubungan antara Gaya (Beban) dengan Jarak Ikatan Atom
Pada beban geser, tegangan dan regangan bisa dihubungkan dengan persamaan:
Keterangan:
= Tegangan Geser
G = Modulus Geser
= Regangan Geser
1. Arah sb z perpanjangan
2. Arah sb x perpendekan
3. Arah sb y perpendekan
Perbandingan antara regangan tegak lurus terhadap regangan aksial disebut rasio
poisson (v)
Modulus geser dan modulus elastik dihubungkan dengan memakai rasio poisson
e
sebagai berikut: e
E = 2 G (1 + ν)
E. Deformasi Plastis
Pada kebanyakan logam, deformasi elastis hanya terjadi sampai regangan 0.005.
Jika bahan berdeformasi melewati batas elastis, tegangan tidak lagi proporsional
terhadap regangan. Daerah ini disebut daerah plastis.
Pada daerah plastis, bahan tidak bisa kembali ke bentuk semula jika beban
dilepaskan. Pada tinjauan mikro, deformasi plastis mengakibatkan putusnya ikatan atom
dengan atom tetangganya dan membentuk ikatan yang baru dengan atom yang lainnya.
Jika beban di lepaskan, atom ini tidak kembali keikatan awalnya.
Kesepakatan di buat dimana di tarik garis lurus paralel, kurva σ dan e dengan
harga e = 0.002. Perpotongan garis ini dengan kurva σ dan e didefinisikan sebagai
kekuatan luluh τy.
2) Kekuatan Tarik
Setelah titik luluh, tegangan terus naik dengan berlanjutnya deformasi plastis
sampai titik maksimum dan kemudian menurun sampai akhirnya patah. Kekuatan tarik
adalah tegangan maksimum pada kurva σ dan e. Hal ini berhubungan dengan tegangan
maksimum yang bisa di tahan struktur pada kondisi tarik
3) Keuletan
Mengukur derajat deformasi plastis pada saat patah. Bahan yang mengalami
sedikit atau tidak sama sekali deformasi plastis di sebut rapuh.
5) Ketangguhan (Toughness)
Adalah kemampuan bahan untuk menyerap energi sampai patah. Satuan
ketangguhan = satuan resilience
a) Bahan ulet = bahan tangguh
b) Bahan getas = bahan tidak tangguh
= Tegangan Sebenarnya
F = Beban
= Luas Penampang pada ssat dibebani
= Regangan Sebenarnya
Untuk beberapa logam dan paduan, tegangan sebenarnya pada kurva σ - ε pada
daerah mulai terjadinya deformasi plastis ke kondisi terjadinya necking (pengecilan
penampang) dirumuskan:
\
Gambar 2.10 Skema proses pengujian tarik
2.4.2 Bahan:
1. Baja Paduan Alumunium (TAL) ASTM E8-M : 1 buah
2. Kertas milimeterblok : 1 buah
No Data Keterangan
1 Jenis Material Baja Paduan Alumunium (TAL)
2 Panjang Awal (lo) lo = 30 mm Panjang Gauge Length Awal
3 Diameter Awal (do) do = 6,1 mm Diameter Gauge Length Awal
4 Luas penampang Awal (Ao) Ao = 29,21 mm2 Ao = ¼ do2
No Data Keterangan
1 F max F max = 310 kg Diperoleh dari hasil pengujian
pada mesin
F max = 17 Kotak
2 Skala 1 Kotak = 18,23 kg skala
3 Fy Fy = 5,8 Kotak Tentuka posisi Fy dari kurva
mesin lalu hitung bebannya
Fy = 105,734 kg
4 Panjang Akhir (lf) lf = 155 mm Panjang Gauge Length Awal
5 Diameter Akhir (df) df = 2,05 mm Diameter Gauge Length Awal
6 Luas Penampang Akhir (Af) Af = 3,2989 mm2 Af = ¼ df2
7 Pertambahan Panjang (l) l = 13 mm l = lf – lo, lalu bandingkan
skalanya pada kurva mesin
l = 13 kotak
8 Kekuatan Tarik (u) u = 10,6 kg/mm2 =106 MPa u = F max/Ao
9 Kekuatan Luluh (y) y = 3,62 kg/mm2 =36,2 MPa y = Fy/Ao
10 Keuletan = 43,3 % = l/lo x 100 %
Gambar 2.11 Spesimen Baja Paduan Alumunium (TAL) Sebelum Uji Tarik
Gambar 2.12 Spesimen Baja Paduan Alumunium (TAL) Setelah Uji Tarik
= 106 MPa
f) Keuletan (e) = x 100%
= x 100%
= 43,3 %
g) Fy = 5,8 Kotak x 18,23 kg
= 105,734 kg
h) y =
=
= 3,62 kg/mm2
= 36,2 MPa
4. Titik 4
F4 = 10 kotak x 18,23 kg = 182,3 kg
4 = 4 kotak x 0.76 mm = 3,04 mm
S4 = = = 6,241 kg/mm2
4 = = = 0,101
5. Titik 5
F5 = 13 kotak x 18,23 kg = 236,99 kg
5 = 5 kotak x 0.76 mm = 3,80 mm
S5 = = = 18,113 kg/mm2
5 = = = 0,126
6. Titik 6
F6 = 15 kotak x 18,23 kg = 273,45 kg
6 = 6 kotak x 0.76 mm = 4,56 mm
S6 = = = 9,362 kg/mm2
6 = = = 0,152
7. Titik 7
F7 = 16 kotak x 18,23 kg = 291,68 kg
7 = 7 kotak x 0.76 mm = 5,32 mm
S7 = = = 9,986kg/mm2
7 = = = 0,177
8. Titik 8
F8 = 16 kotak x 18,23 kg = 291,68 kg
8 = 8 kotak x 0.76 mm = 6,08 mm
S8 = = = 9,986 kg/mm2
8 = = = 0,203
9. Titik 9
F9 = 16 kotak x 18,23 kg = 291,68 kg
9 = 9 kotak x 0.76 mm = 6,84 mm
S9 = = = 9,986 kg/mm2
9 = = = 0,228
10. Titik 10
F10 = 16 kotak x 18,23 kg = 291,68 kg
10 = 10 kotak x 0.76 mm = 7,6 mm
S10 = = = 9,986 kg/mm2
10 = = = 0,253
11. Titik 11
F11 = 16 kotak x 18,23 kg = 291,68 kg
11 = 11 kotak x 0.76 mm = 8,36 mm
S11 = = = 9,986 kg/mm2
11 = = = 0,279
12. Titik 12
F12 = 16 kotak x 18,23 kg = 291,68 kg
12 = 12 kotak x 0.76 mm = 9,12 mm
S12 = = = 9,986 kg/mm2
12 = = = 0,304
13. Titik 13
16. Titik 16
F16 = 13 kotak x 18,23 kg = 236,99 kg
16 = 16 kotak x 0.76 mm = 12,16 mm
S16 = = = 8,113 kg/mm2
16 = = = 0,0253
17. Titik 17
F17 = 11 kotak x 18,23 kg = 200,53 kg
17 = 17 kotak x 0.76 mm = 12,92 mm
S17 = = = 6,87 kg/mm2
17 = = = 0,431
max
f
Gambar 2.14. Kurva Teknis Uji Tarik
es1 = ln
(1+0,0253)
= 0,025
2. Titik 2
5. Titik 5
11. Titik 11
s11 = 1341,82 MPa (1 + 0,279) = 1716,2 MPa
Gambar 2.14.
Kurva Sebenarnya Uji
Tarik
a. Normalizing
I. 1 + (0,05 x 6) = 1,3 mm
b. Annealing
I. 1 + (0,05 x 7) = 1,35 mm
A. Normalizing
1. BHN1 =
= 176,928 HB
2. BHN2 =
= 244,978 HB
3. BHN3=
= 227,479 HB
B. Annealing
1. BHN1 =
= 160,844 HB
2. BHN2 =
= 127,388 HB
3. BHN3 =
= 205,465 HB
3. HB rata-rata
1. Normalizing (N)
= 216,46 HB
2. Annealing (A)
=164,565 HB
. = 35,967 HRc
5. Perhitungan Konversi HRc Ke HB
1. Quench Air
a. HB1 = (11,158 x 41) – 79,6
= 377,878 HB
b. HB2 = (11,158 x 42,5) – 79,6
= 394,615 HB
c. HB3 = (11,158 x 43,5) – 79,6
= 424,13 HB
2.7. Kesimpulan
a. Perlakuan panas (Heat Treatment) merupakan suatu proses yang mengubah sifat
logam dengan jalan mengubah struktur mikro melalui proses pendinginan dan
pemanasan.
b. Pada Proses heat treatment, jenis perlakuan panas yang digunakan, yaitu: