Anda di halaman 1dari 29

BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 04

BAB II
PENGUJIAN TARIK

2.1. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami tahapan-tahapan dan prinsip kerja proses pengujian tarik.
2. Untuk mengetahui dan memahami sifat-sifat mekanik pada suatu logam/paduannya
dalam pengujian tarik.
3. Untuk mengetahui dan memahami kurva uji tarik dalam pengujian tarik.
4. Untuk mengetahui dan memahami alat/mesin uji tarik.
5. Untuk mengetahui dan memahami metoda offset padas kurva tegangan-regangan teknis.
6. Untuk mengetahui dan memahami standar pengujian dalam pengujian tarik.

2.2. Teori Dasar


A. Pengertian Pengujian Tarik
Pengujian Tarik merupakan salah satu uji stress-strain mekanik yang bertujuan untuk mengetahui
kekuatan bahan terhadap gaya tarik. Dalam pengujiannya, bahan uji ditarik sampai putus.

Gambar 2.0 Spesimen Uji Tarik

Engineering Strain: (Regangan Teknis)

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 1


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 04

Keterangan:

e = Regangan Teknis

lo = Panjang mula-mula (mm)

lf = Panjang Akhir (mm)

= Pertambahan Panjang

Engineering Stress: (Tegangan Teknis)

Keterangan:

= Tegangan (MPa, Psi)

F = Beban yang diberikan (N)

Ao = luas penampang (mm2)

B. Deformasi Elastis
Besarnya bahan mengalami deformasi atau regangan bergantung kepada besarnya
tegangan. Pada sebagian besar metal, tegangan dan regangan adalah proporsional
dengan hubungan:

Keterangan: = Tegangan

E = Modulus Elastisitas

e = Regangan Teknis

Hukum persamaan diatas dikenal sebagai Hukum Hooke

Untuk logam harga E: 4.5 x 104 MPa S/D 40.7 x 104 MPa. Bahan disebut
mengalami Deformasi Elastis Jika tegangan dan regangan besarnya proporsional.

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 2


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 04

Beban dilepaskan

Slope = Modulus Elastisitas

Dibebani

Gambar 2.1 Kurva Deformasi Elastis linear

C. Deformasi Elastis Non-Linear


Modulus elastisitas dicari dengan modulus tangen atau modulus secant

Gambar 2.2 Kurva Deformasi Elastis Non-Linear

Dalam skala atom, deformasi elastis adalah perubahan jarak antar atom. Jadi
besar modulus elastisitas adalah besarnya tahanan atom-atom yang berikatan

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 3


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 04

Gambar 2.3 Kurva hubungan antara Gaya (Beban) dengan Jarak Ikatan Atom

Pada beban geser, tegangan dan regangan bisa dihubungkan dengan persamaan:

Keterangan:

= Tegangan Geser

G = Modulus Geser

= Regangan Geser

D. Sifat Elastis Bahan

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 4


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 04

Gambar 2.4 Sifat Elastis pada suatu Bahan

Jika tegangan pada sumbu z

1. Arah sb z perpanjangan
2. Arah sb x perpendekan
3. Arah sb y perpendekan
Perbandingan antara regangan tegak lurus terhadap regangan aksial disebut rasio
poisson (v)

Bahan isotropik, ν biasanya = 1/4.


Metal dan campurannya, ν = 0.25 s/d 0.35

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 5


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 04

Modulus geser dan modulus elastik dihubungkan dengan memakai rasio poisson
e
sebagai berikut: e
E = 2 G (1 + ν)

E. Deformasi Plastis
Pada kebanyakan logam, deformasi elastis hanya terjadi sampai regangan 0.005.
Jika bahan berdeformasi melewati batas elastis, tegangan tidak lagi proporsional
terhadap regangan. Daerah ini disebut daerah plastis.

Gambar 2.5 Kurva Daerah Deformasi Plastis

Pada daerah plastis, bahan tidak bisa kembali ke bentuk semula jika beban
dilepaskan. Pada tinjauan mikro, deformasi plastis mengakibatkan putusnya ikatan atom
dengan atom tetangganya dan membentuk ikatan yang baru dengan atom yang lainnya.
Jika beban di lepaskan, atom ini tidak kembali keikatan awalnya.

F. Sifat Sifat Uji Tarik


1) Luluh dan Kekuatan Luluh
Titik luluh terjadi pada daerah dimana deformasi plastis mudah terjadi pada
logam grafik σ dan e berbelok secara bertahap sehingga titik luluh ditentukan dari awal
perubahan kurva σ dan e dari linier ke lengkung. Titik ini di sebut batas proporsional
(titik p pada gambar). Pada kenyataannya titik p ini tidak bisa ditentukan secara pasti.

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 6


TS = Kekuatan Tarik
F = Titik Patah
BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 04

Kesepakatan di buat dimana di tarik garis lurus paralel, kurva σ dan e dengan
harga e = 0.002. Perpotongan garis ini dengan kurva σ dan e didefinisikan sebagai
kekuatan luluh τy.
2) Kekuatan Tarik
Setelah titik luluh, tegangan terus naik dengan berlanjutnya deformasi plastis
sampai titik maksimum dan kemudian menurun sampai akhirnya patah. Kekuatan tarik
adalah tegangan maksimum pada kurva σ dan e. Hal ini berhubungan dengan tegangan
maksimum yang bisa di tahan struktur pada kondisi tarik

Gambar 2.6 Kurva Kekuatan Tarik

3) Keuletan
Mengukur derajat deformasi plastis pada saat patah. Bahan yang mengalami
sedikit atau tidak sama sekali deformasi plastis di sebut rapuh.

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 7


)
BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 04

Gambar 2.7 Daerah Ulet pada Kurva Uji Tarik


4) Resilience
Adalah kapasitas material untuk menyerap energi ketika mengalami deformasi
elastis dan ketika beban dilepaskan, energi ini juga dilepaskan. Modulus resilience, Ur:
adalah energi regang persatuan
ey volume yang ediperlukan sehingga material mendapat
tegangan dari kondisi tidak berbeban ketitik luluh.

Gambar 2.8 Modulus Resilience

Material yang mempunyai sifat resilience adalah material yang mempunyai


tegangan luluh tinggi (σ dan y) dan modulus elastisitas rendah. Contoh: alloy untuk
pegas.

5) Ketangguhan (Toughness)
Adalah kemampuan bahan untuk menyerap energi sampai patah. Satuan
ketangguhan = satuan resilience
a) Bahan ulet = bahan tangguh
b) Bahan getas = bahan tidak tangguh

6) Tengangan dan Regangan Sebenarnya

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 8


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 04

Tegangan dan regangan sebenarnya diukur berdasarkan luas penampang


sebenarnya pada saat diberikan beban.

= Tegangan Sebenarnya
F = Beban
= Luas Penampang pada ssat dibebani

= Regangan Sebenarnya

= Panjang bahan pada saat diberi beban

Jika tidak ada perubahan volume:


Aili = AoLo
= σ (1 + ε)
= ln (1 + ε)

Gambar 2.9 Kurva Tegangan – Regangan Sebenarnya

Untuk beberapa logam dan paduan, tegangan sebenarnya pada kurva σ - ε pada
daerah mulai terjadinya deformasi plastis ke kondisi terjadinya necking (pengecilan
penampang) dirumuskan:

=Kn K, n = konstan, n < 1

2.3. Tata Cara Praktikum

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 9


Kesimpulan
Amatilah spesimen batang
Masukkan spesimen Batang Silinder
Siapkan
Nyalakan
silinder
Analisa mesin
dan alat
ujidan
Tarik dan
pembahasan
kedalam grip mesin uji tarik
kontrolbahan
spesimen agar
tercekam sempurna
BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 04

2.3.1. Skema Proses

\
Gambar 2.10 Skema proses pengujian tarik

2.3.2. Penjelasan Skema Proses

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 10


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 04

a. Disiapkan alat dan bahan dalam praktiikum pengujian tarik


b. Diukur dimensi spesimen uji dengan menggunakan alat ukur (penggaris dan
jamgka sorong)
c. Dimasukkan spesimen uji batang silinder ASTM E8-M kedalam grip mesin uji
Tarik dengan hati-hati
d. Kemudian, dinyalakan mesin uji tarik dan dikontrol spesimen uji agar
tercekam oleh grip dengan sempurna
e. Diamati spesimen uji batang silinder pada saat uji Tarik hingga spesimen
tersebut patah
f. Dianalisa patahan spesimen uji batang silinder dari proses uji tarik dan
dibahas hal-hal yang mempengaruhi terbentuknya patahan spesimen tersebut
g. Diberi kesimpulan dari awal sampai akhir proses pengujian tarik bagaimana
kondisi spesimen uji tarik pada saat pengujian dengan mesin dan hal-hal apa
saja yang mempengaruhi pengujian tarik.

2.4. Alat dan Bahan


2.4.1 Alat:
1. Alat/mesin Uji Tarik UTM ; 1 buah
2. Penggaris 30 cm : 1 buah
3. Jangka Sorong 0,05 mm : 1 buah
4. Spidol permanent : 1 buah
5. Pensil : 1 buah

2.4.2 Bahan:
1. Baja Paduan Alumunium (TAL) ASTM E8-M : 1 buah
2. Kertas milimeterblok : 1 buah

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 11


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 04

2.5. Pengumpulan dan Pengolahan Data


2.5.1. Pengumpulan Data
A. Standar Pengujian : ASTM E8-M
B. Data Sebelum Penarikan :

Tabel 2.0 Data Sebelum Penarikan pengujian Tarik

No Data Keterangan
1 Jenis Material Baja Paduan Alumunium (TAL)
2 Panjang Awal (lo) lo = 30 mm Panjang Gauge Length Awal
3 Diameter Awal (do) do = 6,1 mm Diameter Gauge Length Awal
4 Luas penampang Awal (Ao) Ao = 29,21 mm2 Ao = ¼ do2

C. Data Setelah Penarikan:

Tabel 2.1 Data Setelah Penarikan Pengujian Tarik

No Data Keterangan
1 F max F max = 310 kg Diperoleh dari hasil pengujian
pada mesin
F max = 17 Kotak
2 Skala 1 Kotak = 18,23 kg skala
3 Fy Fy = 5,8 Kotak Tentuka posisi Fy dari kurva
mesin lalu hitung bebannya
Fy = 105,734 kg
4 Panjang Akhir (lf) lf = 155 mm Panjang Gauge Length Awal
5 Diameter Akhir (df) df = 2,05 mm Diameter Gauge Length Awal
6 Luas Penampang Akhir (Af) Af = 3,2989 mm2 Af = ¼ df2
7 Pertambahan Panjang (l) l = 13 mm l = lf – lo, lalu bandingkan
skalanya pada kurva mesin

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 12


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 04

l = 13 kotak
8 Kekuatan Tarik (u) u = 10,6 kg/mm2 =106 MPa u = F max/Ao
9 Kekuatan Luluh (y) y = 3,62 kg/mm2 =36,2 MPa y = Fy/Ao
10 Keuletan = 43,3 % = l/lo x 100 %

11 Modulus Elastisitas (E) E = 83,603 kg/mm2 = 0.82 GPa E = y/

Gambar 2.11 Spesimen Baja Paduan Alumunium (TAL) Sebelum Uji Tarik

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 13


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 04

Gambar 2.12 Spesimen Baja Paduan Alumunium (TAL) Setelah Uji Tarik

2.5.2 Pengolahan Data


a) Luas Penampang Awal (Ao) = ¼ do2
= ¼ x 3,14 x (6,1 mm)2
= 29,21 mm2
b) 1 Kotak = = 18,23 kg
c) Luas Penampang Akhir (f) = ¼ df2
= ¼ x 3,14 x (2,05 mm)2
= 3,2989 mm2
d) Perubahan Panjang (l) = lf -lo
= 155 mm – 142 mm
= 13 mm
e) u =
=
= 10,6 kg/mm2

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 14


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 04

= 106 MPa
f) Keuletan (e) = x 100%
= x 100%
= 43,3 %
g) Fy = 5,8 Kotak x 18,23 kg
= 105,734 kg

h) y =
=
= 3,62 kg/mm2
= 36,2 MPa

i) Modulus Elastisitas (E) = =


= 83,603 kg/mm2
= 0,82 GPa

a) Konversi Kurva Mesin ke Kurva Teknis


1. Titik 1
F1 = 2 kotak x 18,23 kg = 36,46 kg
1 = 1 kotak x 0.76 mm = 0,76 mm
S1 = = = 1,248 kg/mm2
1 = = = 0,0253
2. Titik 2
F2 = 4 kotak x 18,23 kg = 72,92 kg
2 = 2 kotak x 0.76 mm = 1,52 mm
S2 = = = 2,496 kg/mm2
2 = = = 0,051
3. Titik 3
F3 = 6 kotak x 18,23 kg = 109.38 kg

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 15


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 04

3 = 3 kotak x 0.76 mm = 2,28 mm


S3 = = = 3,745 kg/mm2
3 = = = 0,076

4. Titik 4
F4 = 10 kotak x 18,23 kg = 182,3 kg
4 = 4 kotak x 0.76 mm = 3,04 mm
S4 = = = 6,241 kg/mm2
4 = = = 0,101
5. Titik 5
F5 = 13 kotak x 18,23 kg = 236,99 kg
5 = 5 kotak x 0.76 mm = 3,80 mm
S5 = = = 18,113 kg/mm2
5 = = = 0,126
6. Titik 6
F6 = 15 kotak x 18,23 kg = 273,45 kg
6 = 6 kotak x 0.76 mm = 4,56 mm
S6 = = = 9,362 kg/mm2
6 = = = 0,152
7. Titik 7
F7 = 16 kotak x 18,23 kg = 291,68 kg
7 = 7 kotak x 0.76 mm = 5,32 mm
S7 = = = 9,986kg/mm2
7 = = = 0,177

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 16


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 04

8. Titik 8
F8 = 16 kotak x 18,23 kg = 291,68 kg
8 = 8 kotak x 0.76 mm = 6,08 mm
S8 = = = 9,986 kg/mm2
8 = = = 0,203
9. Titik 9
F9 = 16 kotak x 18,23 kg = 291,68 kg
9 = 9 kotak x 0.76 mm = 6,84 mm
S9 = = = 9,986 kg/mm2
9 = = = 0,228
10. Titik 10
F10 = 16 kotak x 18,23 kg = 291,68 kg
10 = 10 kotak x 0.76 mm = 7,6 mm
S10 = = = 9,986 kg/mm2
10 = = = 0,253
11. Titik 11
F11 = 16 kotak x 18,23 kg = 291,68 kg
11 = 11 kotak x 0.76 mm = 8,36 mm
S11 = = = 9,986 kg/mm2
11 = = = 0,279

12. Titik 12
F12 = 16 kotak x 18,23 kg = 291,68 kg
12 = 12 kotak x 0.76 mm = 9,12 mm
S12 = = = 9,986 kg/mm2
12 = = = 0,304
13. Titik 13

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 17


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 04

F13 = 16 kotak x 18,23 kg = 291,68 kg


13 = 13 kotak x 0.76 mm = 9,88 mm
S13 = = = 9,986 kg/mm2
13 = = = 0,329
14. Titik 14
F14 = 15 kotak x 18,23 kg = 273,45 kg
14 = 14 kotak x 0.76 mm = 10,64 mm
S14 = = = 9,362 kg/mm2
14 = = = 0,355
15. Titik 15
F15 = 14 kotak x 18,23 kg = 255,22 kg
15 = 15 kotak x 0.76 mm = 11,4 mm
S15 = = = 8,737 kg/mm2
15 = = = 0,38

16. Titik 16
F16 = 13 kotak x 18,23 kg = 236,99 kg
16 = 16 kotak x 0.76 mm = 12,16 mm
S16 = = = 8,113 kg/mm2
16 = = = 0,0253
17. Titik 17
F17 = 11 kotak x 18,23 kg = 200,53 kg
17 = 17 kotak x 0.76 mm = 12,92 mm
S17 = = = 6,87 kg/mm2
17 = = = 0,431

Tabel 2.2. Kurva mesin menjadi Kurva Teknis

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 18


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 04

max

Gambar 2.13 Kurva mesin uji tarik

f
Gambar 2.14. Kurva Teknis Uji Tarik

b) Konversi Kurva Teknis ke Kurva Sebenarnya


1. Titik 1

s1 = 1341,82 MPa (1 + 0,0253) = 1375,77 MPa

es1 = ln
(1+0,0253)
= 0,025

2. Titik 2

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 19


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 04

s2 = 1341,82 MPa (1 + 0,051) = 1410,25 MPa

es1 = ln (1+0,051) = 0,05


3. Titik 3

s3 = 1341,82 MPa (1 + 0,076) = 1443,80 MPa

es3 = ln (1+0,076) = 0,073


4. Titik 4
s4 = 1341.82 MPa (1 + 0,101) = 1477,34 MPa

es4 = ln (1+0,101) = 0,096

5. Titik 5

s5 = 1341.82 MPa (1 + 0,127) = 1512,23 MPa

es5 = ln (1+0,127) = 0,12


6. Titik 6

s6 = 1341,82 MPa (1 + 0,152) = 1545,78 MPa

es6 = ln (1+0,152) = 0,141


7. Titik 7
s7 = 1341,82 MPa (1 + 0,177) = 1579,32 MPa

es7 = ln (1+0,177) = 0,163


8. Titik 8
s8 = 1341,82 MPa (1 + 0,203) = 1614,21 MPa

es8 = ln (1+0,203) = 0,185


9. Titik 9
s9 = 1341,82 MPa (1 + 0,228) = 1647,75 MPa

es9 = ln (1+0,228) = 0,205


10. Titik 10
s10 = 1341,82 MPa (1 + 0,253) = 1681,30 MPa

es10 = ln (1+0,253) = 0,226

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 20


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 04

11. Titik 11
s11 = 1341,82 MPa (1 + 0,279) = 1716,2 MPa

es10 = ln (1+0,279) = 0,246


12. Titik 12
s12 = 1341,82 MPa (1 + 0,304) = 1749,73 MPa

es12 = ln (1+0,304) = 0,265


13. Titik 13
s13 = 1341,82 MPa (1 + 0,329) = 1783,28 MPa

es13 = ln (1+0,329) = 0,284


14. Titik 14
s14 =1341,82 MPa (1 + 0,355) = 1818,16 MPa

es14 = ln (1+0,355) = 0,304


15. Titik 15
s15 = 1341,82 MPa (1 + 0,380) = 1851,71 MPa

es15 = ln (1+0,380) = 0,322


16. Titik 16
s16 = 1341,82 MPa (1 + 0,405) = 1885,26 MPa

es16 = ln (1+0,405) = 0,340


17. Titik 17
s16 = 1341,82 MPa (1 + 0,431) = 1920 MPa

es16 = ln (1+0,431) = 0,358

Tabel 2.3. Kurva Teknis menjadi Kurva sebenarnya

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 21


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 04

Gambar 2.14.
Kurva Sebenarnya Uji
Tarik

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 22


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 04

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 23


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 04

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 24


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 04

1. Perhitungan Diameter Kecil ( Baja AISI 1045)

a. Normalizing

I. 1 + (0,05 x 6) = 1,3 mm

II. 1 + (0,05 x 2) = 1,1 mm

III. 1 + (0,05 x 3) = 1,15 mm

b. Annealing

I. 1 + (0,05 x 7) = 1,35 mm

II. 1 + (0,05 x 10) = 1,50 mm

III. 1 + (0,05 x 4) = 1,20 mm

2. Perrhitungan BHN ( Brinell Hardness Number)

A. Normalizing

1. BHN1 =

= 176,928 HB

2. BHN2 =

= 244,978 HB

3. BHN3=

= 227,479 HB

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 25


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 04

B. Annealing

1. BHN1 =

= 160,844 HB

2. BHN2 =
= 127,388 HB

3. BHN3 =
= 205,465 HB

3. HB rata-rata
1. Normalizing (N)
= 216,46 HB

2. Annealing (A)
=164,565 HB

3. Quench Air (G)


= 398,874 HB
4. Quench Oli (O)
= 335,834 HB
4. HRc Rata-rata
1. Quench Air (G)
= 42,267 HRc
2. Quench Oli (O)

. = 35,967 HRc
5. Perhitungan Konversi HRc Ke HB
1. Quench Air
a. HB1 = (11,158 x 41) – 79,6
= 377,878 HB
b. HB2 = (11,158 x 42,5) – 79,6
= 394,615 HB
c. HB3 = (11,158 x 43,5) – 79,6
= 424,13 HB

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 26


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 04

6. Quench Oli (O)


a. HB1 = (8,570 x 37,50) + 27,6
= 348, 975 HB
b. HB2 = (8,570 x 34,00) + 27,6
= 318,98 HB
c. HB3 = (8,570 x 36,40) + 27,6
= 339,548 HB

Gambar 2.5 Diagram batang HB/BHN Normalizing

Gambar 2.6 Diagram batang HB/BHN annealing

Gambar 2.7 Diagram batang HB/BHN quenching air (G)

Gambar 2.8 Diagram batang HB/BHN quenching oli (O)

Gambar 2.9 Diagram batang HB rata-rata/BHN rata-rata

2.6 Analisa dan Pembahasan


Dalam modul 1 dapat dianalisa bahwa proses perlakuan panas (Heat Treatment)
merupakan proses yang mengubah struktur mikro dari suatu benda/material kerja.
Dalam praktikum ini ada 4 jenis perlakuan panas yang digunakan, yaitu:
a. Quenching Air (G)

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 27


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 04

b. Quenching Oli (O)


c. Normalizing (N)
d. Annealing (A)
Dari hasil data tabel pengujian kekerasan pada pengumpulan data membuktikan
media quench sangat berpengaruh terhadap laju pendinginan dan hasil kekerasan pada
spesimen Baja AISI 1045 yang telah diuji dengan mesin Brinell dan Rockwell C. Dari
hasil data menunjukkan bahwa perlakuan panas dengan quenching air (G) akan
menghasilkan nilai Hardness Brinell (HB) yang lebih besar daripada dengan quenching
oli, Annealing, dan Normalizing. Dari ke tiga spesimen yang melalui quenching air (G)
tersebut didapat hasil kekerasan yang berjumlah 377,87 HB, 394,615 HB, dan 424,13
HB. Alasan yang membuat spesimen dengan quenching air (G) mempunyai kekerasan
yang tinggi yaitu dikarenakan air mempunyai konduktivitas termal yang tinggi,
sehingga kemampuan untuk mendinginkannya juga tinggi. Selain itu, harga kekerasan
Brinell rata-rata dan harga kekerasan Rockwell C rata-rata dari spesimen dengan
quenching air juga sangat tinggi dengan jumlah 398,74 HB dan 42,33 HRc dari jenis
perlakuan panas yang lainnya.
Sebaliknya jika spesimen yang menggunakan proses annealing akan mendapatkan
hasil yang rendah dengan hasil 160,844 BHN, 127,358 BHN, dan 205,465 BHN. Hal ini
terjadi dikarenakan spesimen yang melalui proses annealing pendinginannya terjadi di
dalam tungku yang menghambat laju pendinginan secara cepat.
Dari diagram batang HB rata-rata/ BHN rata-rata menunjukkan bahwa hasil
kekerasan rata-rata diagram cenderung turun seiring dengan jenis perlakuan panas yang
digunakan dengan hasil 398,874 HB (Quenching air), 335,834 HB (Quenching oli),
216,46 HB (Normalizing), dan 164,565 HB (Annealing).

2.7. Kesimpulan
a. Perlakuan panas (Heat Treatment) merupakan suatu proses yang mengubah sifat
logam dengan jalan mengubah struktur mikro melalui proses pendinginan dan
pemanasan.
b. Pada Proses heat treatment, jenis perlakuan panas yang digunakan, yaitu:

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 28


BAB II PENGUJIAN TARIK Kelompok 04

1. Quenching Air (G)


2. Quenching Oli (O)
3. Normalizing (N)
4. Annealing (A)
c. Media quench yang baik yaitu quenching dengan menggunakan air karena
mempunyai konduktivitas termal yang tinggi, sehingga kemampuan pendinginannya
cepat.
d. Spesimen perlakuan panas harus mempunyai syarat:
1. Dalam kondisi padat
2. Fasanya tunggal
e. Alat atau mesin yang digunakan untuk pengujian kekerasan suatu spesimen ada 2
macam yaitu Brinell dan Rockwell C yang memiliki tingkat ketelitian kekerasan
yang berbeda.

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 29

Anda mungkin juga menyukai