LAPORAN SEMINAR
ASUHAN KEPERAWATAN NY. S DENGAN GANGGUAN MOBILISASI
DI RUANG MELATI 1 RSUD Dr. MOEWARDI
Disusun oleh :
1. Anik Widyastuti (SN171019)
2. Anna Mustika Dewi (SN171022)
3. Fatimah (SN171068)
4. Sidiq Ramadhan (SN171158)
5. Tamam Husni (SN171194)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mobilisasi atau kemampuan seseorang untuk bergerak bebas
merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi. Tujuan
mobilisasi adalah memenuhi kebutuhan dasar (termasuk melakukan aktifitas
hidup sehari-hari dan aktifitas rekreasi), mempertahankan diri (melindungi
diri dari trauma), mempertahankan konsep diri, mengekspresikan emosi
dengan gerakan tangan non verbal. Mobilisasi diperlukan untuk
meningkatkan kemandirian diri, meningkatkan kesehatan, memperlambat
proses penyakit khususnya penyakit degeneratif, dan untuk aktualisasi diri
(harga diri dan citra tubuh). Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk
bergerak secara bebas, mudah, dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehat. Kehilangan kemampuan untuk bergerak
menyebabkan ketergantungan dan ini membutuhkan tindakan keperawatan.
(Wahid, 2007)
Imobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak secara aktif akibat
berbagai penyakit atau impairment (gangguan pada alat atau organ tubuh)
yang bersifat fisik atau mental. Imobilisasi dapat juga diartikan sebagai
keadaan tidak bergerak atau tirah baring yang terus menerus selama lima hari
atau lebih akibat perubahan fungsi fisiologis. (Potter & Perri, 2010)
Pasien dengan gangguan mobilisasi dapat diberikan intervensi salah
satunya yaitu ROM (Range of Motion). Penelitian yang dilakukan oleh Maria
Astrid, et.al tentang “Efektivitas Mobilisasi Persendian dengan Latihan ROM
Aktif dan Pasif Terhadap Kekuatan Otot, Luas Gerak Sendi dan Kemampuan
Fungsional Klien Stroke di RS Sint Carolus Jakarta” membuktikan mobilisasi
persendian dengan latihan ROM 4 kali sehari dalam 7 hari bermanfaat untuk
klien, yaitu adanya peningkatan kekuatan otot dan kemampuan fungsional.
Latihan ROM juga dapat mencegah terjadinya komplikasi seperti kontraktur
dan atrofi otot. Latihan ROM berpengaruh terhadap peningkatan kekuatan
otot dan kemampuan fungsional, namun tidak berpengaruh terhadap luas
gerak sendi. (Maria, et.al, 2011)
Mengingat hal tersebut, maka penulis memandang bahwa pemenuhan
mobilisasi diperlukan sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, sehingga
3
B. TUJUAN PENULISAN
a. Tujuan Umum
Memberikan perawatan yang sesuai dengan kebutuhan dasar yang
terganggu
b. Tujuan Khusus
1. Menjelaskan konsep dasar gangguan kebutuhan mobilisasi
2. Menjelaskan asuhan keperawatan kasus mobilisasi
3. Menjelaskan kesenjangan yang terjadi antara teori dengan praktik dan
memberikan pemecahan masalah.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Etiologi
Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah,
kekakuan otot, ketidakseimbangan, dan masalah psikologis.
Osteoartritis merupakan penyebab utama kekakuan pada usia lanjut.
Gangguan fungsi kognitif berat seperti pada demensia dan gangguan
fungsi mental seperti pada depresi juga menyebabkan imobilisasi.
Kekhawatiran keluarga yang berlebihan dapat menyebabkan orang usia
lanjut terus menerus berbaring di tempat tidur baik di rumah maupun
dirumah sakit (Setiati dan Roosheroe, 2007).
Penyebab secara umum:
1) Kelainan postur
2) Gangguan perkembangan otot
3) Kerusakan system saraf pusat
4) Trauma lanngsung pada system mukuloskeletal dan
neuromuscular
5) Kekakuan otot
Kondisi-kondisi yang menyebabkan immobilisasi antara lain:
(Restrick, 2011)
1) Fall
2) Fracture
3) Stroke
4) Postoperative bed rest
5) Dementia and Depression
6) Instability
7) Hipnotic medicine
8) Impairment of vision
9) Polipharmacy
10) Fear of fall
3. Patofisiologi
Mobilisasi yang terganggu bisa disebabkan oleh berbagai
masalah akibat perubahan fisiologi. Terjadinya trauma dapat
menyebabkan tubuh mengalami cidera. Adanya cidera sel
mengakibatkan degranulasi sel mast sehingga mediator kimiawi
dilepaskan, rangsang tersebut diterima oleh nociceptor kemudian
6
PATHWAY
Trauma
Cidera sel
Nociceptor menerima
Perlu bantuan
rangsang
Gangguan alat/orang lain
mobilitas fisik
Rangsang diteruskan
Deficit
ke korteks cerebri
perawatan diri
Spasme otot
Nyeri
Akut
7
4. Manifestasi klinik
a. Kelainan postur
b. Gangguan perkembangan otot
c. Kerusakan system saraf pusat
d. Trauma lanngsung pada system mukuloskeletal dan neuromuscular
e. Kekakuan otot
5. Pemeriksaan penunjang
a. Sinar –X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, dan
perubahan hubungan tulang.
b. CT scan (Computed Tomography) menunjukkan rincian bidang
tertentu tulang yang terkena dan dapat memperlihatkan tumor
jaringan lunak atau cidera ligament atau tendon. Digunakan untuk
mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang didaerah yang
sulit dievaluasi.
c. MRI (Magnetik Resonance Imaging) adalah tehnik
pencitraan khusus, noninvasive, yang menggunakan medan
magnet, gelombang radio, dan computer untuk memperlihatkan
abnormalitas (mis: tumor atau penyempitan jalur jaringan lunak
melalui tulang. Dll.
d. Pemeriksaan Laboratorium:
Hb ↓pada trauma, Ca↓ pada imobilisasi lama, Alkali Fospat ↑,
kreatinin dan SGOT ↑ pada kerusakan otot.
6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan keperawatan:
1) Pengaturan Posisi Tubuh sesuai Kebutuhan Pasien
Pengaturan posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan
mobilitas, digunakan untuk meningkatkan kekuatan, ketahanan
otot, dan fleksibilitas sendi. Posisi-posisi tersebut, yaitu :
a) Posisi fowler (setengah duduk)
b) Posisi litotomi
c) Posisi dorsal recumbent
d) Posisi supinasi (terlentang)
e) Posisi pronasi (tengkurap)
f) Posisi lateral (miring)
8
g) Posisi sim
h) Posisi trendelenbeg (kepala lebih rendah dari kaki)
2) Ambulasi dini
Cara ini adalah salah satu tindakan yang dapat meningkatkan
kekuatan dan ketahanan otot serta meningkatkan fungsi
kardiovaskular. Tindakan ini bisa dilakukan dengan cara melatih
posisi duduk di tempat tidur, turun dari tempat tidur, bergerak ke
kursi roda, dan lain-lain.
3) Melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri juga dilakukan
untuk melatih kekuatan, ketahanan, kemampuan sendi agar
mudah bergerak, serta meningkatkan fungsi kardiovaskular.
4) Latihan isotonik dan isometrik
Latihan ini juga dapat dilakukan untuk melatih kekuatan dan
ketahanan otot dengan cara mengangkat beban ringan, lalu
beban yang berat. Latihan isotonik (dynamic exercise) dapat
dilakukan dengan rentang gerak (ROM) secara aktif, sedangkan
latihan isometrik (static exercise) dapat dilakukan dengan
meningkatkan curah jantung dan denyut nadi.
5) Latihan ROM Pasif dan Aktif
Latihan ini baik ROM aktif maupun pasif merupakan tindakan
pelatihan untuk mengurangi kekakuan pada sendi dan
kelemahan otot.
Latihan-latihan itu, yaitu :
a) Fleksi dan ekstensi pergelangan tangan
b) Fleksi dan ekstensi siku
c) Pronasi dan supinasi lengan bawah
d) Pronasi fleksi bahu
e) Abduksi dan adduksi
f) Rotasi bahu
g) Fleksi dan ekstensi jari-jari
h) Infersi dan efersi kaki
i) Fleksi dan ekstensi pergelangan kaki
j) Fleksi dan ekstensi lutut
k) Rotasi pangkal paha
l) Abduksi dan adduksi pangkal paha
9
b. Penatalaksanaan medis:
1. Tatalaksana faktor risiko imobilisasi
2. Tatalaksana komplikasi akibat imobilisasi.
3. Pada keadaan-keadaan khusus, konsultasikan kondisi medik
kepada dokter spesialis yang kompeten.
4. Lakukan remobilisasi segera dan bertahap pada pasien–pasien
yang mengalami sakit atau dirawat di rumah sakit dan panti
werdha untuk mobilitas yang adekuat bagi usia lanjut yang
mengalami disabilitas permanen
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1. aktivitas sehari-hari
a) Pola aktivitas sehari-hari
b) Jenis, frekuensi dan lamanya latihan fisik
2. Tingkat kelelahan
10
1. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuskular
c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan neuromuskular
(Tarwoto & Wartonah, 2003)
3. Evaluasi
a. Nyeri akut b.d agen cidera fisik
1) Klien mampu melaporkan nyeri secara terkontrol
2) Klien merasa nyaman setelah nyeri berkurang
3) Klien dapat mengurangi nyeri dengan relaksasi napas dalam
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuskular
1) Mampu mandiri total
2) Membutuhkan alat bantu
3) Membutuhkan bantuan orang lain
4) Membutuhkan bantuan orang lain dan alat
5) Penampilan posisi tubuh yang benar
6) Pergerakan sendi dan otot
7) Melakukan perpindahan/ ambulasi : miring kanan-kiri, berjalan,
kursi roda
c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan neuromuskular
Klien mampu :
1) Melakukan ADL mandiri : mandi, hygiene mulut ,kuku,
penis/vulva, rambut, berpakaian, toileting, makan-minum,
ambulasi
2) Mandi sendiri atau dengan bantuan tanpa kecemasan
3) Terbebas dari bau badan dan mempertahankan kulit utuh
4) Mempertahankan kebersihan area perineal dan anus
5) Berpakaian dan melepaskan pakaian sendiri
6) Makan dan minum sendiri, meminta bantuan bila perlu
7) Mengosongkan kandung kemih dan bowel
17
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
I. Identitas
1. Tanggal masuk rumah sakit : 26 Oktober 2017
2. Nama : Ny. S
3. Tempat/ tanggal lahir : Karangayar
4. Usia : 52 Tahun
5. Agama : Islam
6. Suku bangsa : Jawa Indonesia
7. Status perkawinan : Menikah
8. Pendidikan : SD
9. Bahasa yang digunakan : Jawa
10. Alamat : Karanganyar
11. No Register : 01395175
12. Diagnosa Medis : DM type II
II. Identitas penanggung jawab
1. Nama : Tn. A
2. Umur : 33 Tahun
3. Jenis kelamin : Laki - Laki
4. Agama : Islam
5. Alamat : Karanganyar
6. Hubungan dengan klien : Anak
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama
Kelemahan anggota gerak bagian kanan
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien dibawa kerumah sakit karena lemas, penglihatan kabur dan ada
luka pada tungkai kanan yang tak kunjung sembuh dan BAB cair selama 3
hari sebelum dibawa ke rumah sakit.
3. Riwayat penyakit dahulu
Ny. S mengatakan sering merasa capek, mudah emosi dan pasien
mengatakan bahwa dirinya memiliki riwayat hipertensi.
18
GENOGRAM
Keterangan =
= Laki-laki
= Perempuan
= Garis keturunan
= Tinggal serumah
= Meninggal
2. Nutrisi
Frekuensi makan : pasien makan 3x sehari, nasi, lauk pauk, dan
sayur 1 porsi habis
TB/BB : 150 mm / 70 kg
BB dalam 1 bulan terakhir : Tetap (-)
Meningkat (-)
19
Waktu : pagi/siang/sore/malam
Gangguan eliminasi bowel :
Nyeri saat BAK (√ )
Burning Sensation (-)
Bladder terasa penuh setelah BAK (-)
Riwayat dahulu : penyakit ginjal (-)
Batu ginjal (-)
Injuri/trauma (-)
Penggunaan kateter : ya/tidak
Kebutuhan pemenuhan ADL Bladder : mandiri/tergantung/dengan
bantuan (kateter)
6. Aktivitas dan latihan
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Olahraga rutin : tidak pernah
Alat bantu : walker (-)
Kruk (-)
Kursi roda (-)
Tongkat (-)
Terapi : traksi ( - ) di :
Gips ( - ) di :
Kemampuan melakukan ROM : aktif/ pasif (pasien tidak melakukan
ROM
Kemampuan ambulasi : mandiri/tergantung/dengan bantuan keluarga
Pasien mengatakan kaki kanan tidak bisa digunakan untuk berjalan dan
sulit digerakan
Aktivitas 0 1 2 3 4 5
Makan dan minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilitas di tempat tidur
Berpindah
Ambulasi / ROM
Keterangan :
0 : Mandiri
21
h. Leher
1) Bentuk : simetris
2) Pembesaran tyroid : tidak ada pembesaran tyroid
3) Kelenjar getah bening: tidak ada gangguan getah bening
4) Nyeri waktu menelan : tidak ada nyeri saat menelan
5) JVP : tidak tampak peninggian
i. Dada (Thorak)
6.) paru- paru
Inspeksi : simetris antara dada kanan dan kiri
Palpasi :vocal premitus seimbang, pengembangan dada
ka/ki sama
Perkusi :sonor
Auskultasi :vesikuler pada paru kanan dan kiri
7.) jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS 5
Perkusi : pekak
Auskultasi: tidak ada suara tambahan
j. abdomen
Inspeksi : bentuk datar
Auskultasi : bising usus 7x/ menit
Perkusi : tympani
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
k. genetalia : tidak tekaji
l. anus dan rektum : tidak terkaji
m. ekstermitas
ATAS
a) Kekuatan otot kanan dan kiri :5/5 ka/ki
b) ROM kanan/ kiri :aktif
c) Perubahan bentuk tulang :tidak ada
d) Pergerakan sendi bahu : normal
e) Perabaan akral :hangat
f) Pitting edema : tidak ada
g) Terpasang infus : RL 20 tpm
BAWAH
25
V. TERAPI MEDIS
Jenis terapi Dosis Golongan dan kandungan
Infus Nacl 0,9 % 20 tpm IV
Ciprofloacin 400mg/ 12 jam IV
Omeprazol 400mg/ 12 jam IV
Metoclopemid 10 mp/ 12 jam IV
Lisinopril 5 mg/ 12 jam Oral
Novorapid 10-10-10 IV
Lantus 0-0-0-14 IV
26
G. ANALISA DATA
No Tgl / jam Data Fokus Problem Etiologi Ttd
1 31-10- DS : Nyeri akut Agen cidera
2017 - Pasien (00132) fisik :
10:00 Wib mengeluh nyeri Luka berada
pada tungkai di kaki
kaki kanan sebelah
- Tampak adanya kanan
luka
- Nyeri
P : pasien
memiliki ulkus
diabetikum
Q : cenut -
cenut
R : nyeri
dibagian
tungkai kaki
kanan
S : skala 5
T : hilang
timbul
DO :
- Pasien terlihat
Lemah dan
gelisah, pasien
tampak
meringis
kesakitan
TD: 185 / 84 mmHg
;RR 22 x/m ; HR 98
x/m
2 DS: pasien mengatakan Hambatan Penurunan
kaki kanan tidak bisa mobilitas kekuatan otot
digunakan untuk fisik
berjalan dan sulit (00085)
digerakan
saat digerakan
- kekuatan otot
ekstremitas atas
ka/ki : 5/5
- Kekuatan otot
ekstremitas
bawah ka/ki :
5/4
- ADL dibantu
orang lain (score
: 2) kecuali
makan dan
minum mampu
melakukan
secara mandiri
(score : 1)
C. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan penurunan kekuatan otot
I. INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama : Ny. S No CM : 01395175
Umur : 52 tahun Dx. Medis : DM type II
No Diagnosa Tujuan Intervensi Ttd
Dx
1. Nyeri akut Setelah dilakukan Pain Management
berhubungan tindakan keperawatan 1. Lakukan pengkajian
dengan agen selama 3x24 jam nyeri secara
cidera fisik diharapkan pasien dapat komprehensif
mengontrol nyeri dengan termasuk lokasi,
tekhnik non farmakologi karakteristik, durasi,
dan nyeri berkurang / dari frekuensi, dan factor
nyeri sedang ke nyeri prespitasi
ringan teratasi dengan 2. Observasi reaksi
criteria hasil : non verbal dari
Pain control 1605 ketidak nyamanan
1. Melaporkan bahwa 3. Bantu pasien dan
nyeri berkurang keluarga untuk
sampai skala 0 dengan mencari dan
menggunakan menemukan
manajemen nyeri dukungan
relaksasi nafas dalam 4. Ajarkan teknik non
28
J. IMPLIKASI KEPERAWATAN
No
Tgl/ Jam Implementasi Respon Ttd
Dx
31/10/17 1 Melakukan pengkajian DS:
09.00 nyeri secara - pasien mengatakan
WIB komprehensif nyeri/ sakit tungkai
kaki kanan
P: nyeri saat bergerak
Q: cenut- cenut
R: tungkai kanan / luka
S: skala 5
T: hilang timbul
TD : 183 / 84 mmHg; N :
87x/mnt; RR: 22x/mnt; S :
36,2 o C.
2 Memotivasi pasien agar DS:-
lebih aktif bergerak DO:
Pasien terlihat lebih aktif
bergerak setelah dimotivasi
01 / 11 / 1 Melakukan pengkajian DS:
17 nyeri secara - pasien mengatakan
11.00 komprehensif nyeri/ sakit tungkai
WIB kaki kanan
P: nyeri saat bergerak
Q: cenut- cenut
R: tungkai kanan / luka
S: skala 3
T: hilang timbul
TD : 185 / 90 mmHg; N :
110x/mnt; RR: 22x/mnt; S :
35,2 o C.
02/11/16 1 Melakukan pengkajian DS:
10.00 nyeri secara - pasien mengatakan
WIB komprehensif masih nyeri/ sakit
tungkai kaki kanan
P: nyeri saat bergerak
Q: cenut- cenut
R: tungkai kanan / luka
S: skala 2
T: hilang timbul
DO: pasien terlihat meringis
1 Mengobservasi tekhnik DS:
relaksasi nafas dalam Pasien mengatakan masih
terus menggunakan tekhnik
relaksasi nafas dalam untuk
mengurangi nyeri
DO:
Pasien terlihat lebih rileks
2 Mengkaji kemampuan DS:
pasien dalam melakukan Keluarga mengatakan pasien
gerakan ROM aktif dalam melakukan ROM
DO:
Kaki pasien terlihat sudah
lebih kuat dan lemas untuk
digerakan
2 Memotivasi keluarga DS:
untuk mengawasi pasien Keluarga mengatakan akan
dalam latihan ROM selalu mengawasi pasien
dalam tindakan ROM
DO:
Keluarga pasien tampak aktif
mendampingi pasien dalam
latihan ROM
2 Monitor tanda-tanda vital DS: pasien mengatakan
bersedia unuk di TTV
DO:
TD : 180 / 87 mmHg; N : 105
x/mnt; RR: 22x/mnt; S : 36,0 o
32
C.
K. EVALUASI KEPERAWATAN
TgL/ jam No Evaluasi Ttd
Dx
31/10/2017 1 S: pasien mengatakan nyeri/ sakitpada area kaki
14.00 WIB tungkai kanan
P: nyeri saat bergerak
Q: cenut- cenut
R: tungkai kaki sebelah kanan
S: skala 5
T: hilang timbul
O:
- pasien terlihat meringis kesakitan
- RR 21 x/m ; HR 110 x/m
A: masalah nyeri akut belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
- Ajarkan teknik relaksasi (nafas dalam)
- Kolaborasi dengan tenaga medis lain dalam
pemberian analgesik
2 S:Pasien mengatakan kaki sebelah kanan kaku dan
lemah untuk digerakan
O: Pasien mau mengikuti saran dari pasien untuk
melakukan latihan ROM
A: masalah mobilisasi belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
- Ajarkan gerakan ROM aktif
- Kolaborasi dengan ahli fisioterapi
01/11/2017 1 S: Pasien mengatakan masih nyeri pada tungkai kaki
10.00 WIB kanan
P: nyeri saat bergerak
Q: cenut- cenut
R: tungkai kaki sebelah kanan
S: skala 3
T: hilang timbul
O:Pasien tampak meringis
A: Masalah nyeri belum teratasi
P:Lanjutkan intervensi
- Mengobservasi tekhnik relaksasi nafas dalam
33
BAB IV
PEMBAHASAN
Pembahasan dalam asuhan keperawatan yang berisi tentang kesenjangan
teori dan praktek kali ini membahas tentang mobilisasi dan nyeri akut, mobilisasi
yang diambil adalah melakukan tindakan latihan ROM. Prinsip Dasar Latihan
ROM adalah
1. ROM harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2 kali sehari.
2. ROM dilakukan pertahanan dan hati-hati agar tidak melelahkan pasien
3. Dalam merncanakan program latihan ROM, memperhatikan umur pasien,
diagnosis, tanda vital, dan lamanya tirah baring,
4. ROM sering diprogramkan oleh dokter dan dikerjakan oleh fisioterapi atau
perawat
5. Bagian-bagian tubuh yang dapat dilakukan ROM adalah leher, jari,
lengan,siku,bahu,tumit, kaki, dan pergelangan kaki
6. ROM dapat dilakukan pada semua persedian atau hanya pada bagian yang
dicurigai mengalami proses penyakit
7. Melakukan ROM harus sesuai dengan waktunya, misalnya setelah mandi
atau perawatan rutin telah dilakukan
Menurut potter dan perry (2006) Range of motion adalah latihan gerakan
sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, dimna klien
menggerakan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara
aktif maupun pasif. Tujuan ROM adalah mempertahankan atau memelihara
kekuatan otot, memelihara mobilitas persendian, merangsang sirkulasi, mencegah
kelainan bentuk.
Menurut kozier (2010) ROM dapat diartikan sebebagai pergerakan
maksimal yang dimungkinkan pada sebuah persendian tanpa menyebabkan rasa
nyeri. Latihan ROM dapat dilakukan dengan posisi duduk dan berdiri serta pada
posisi terlentang pada tempat tidur. Klasifikasi latihan ROM : latihan ROM pasif
adalah latihan ROM yang dilakukan pasien dengan bantuan perawat setiap
gerakan, latihan ROM Aktif adalah latihan ROM yang dlakukan sendiri oleh
pasien tanpa bantuan perawat di setiap gerakan yang dilakukan.
35
Ulkus diabetikum
Diskontinuitas Kerusakan
jaringan neuromuscular
Gelisah, meringis
kesakitan Keterbatasan
rentang gerak
Skala nyeri
Hambatan mobilitas
fisik
Nyeri akut
37
BAB V
PENUTUP
a. Kesimpulan
Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan
kegiatan dengan bebas ( Kosier, 2015). Gangguan mobilitas fisik
(immobilisasi) didefinisikan oleh North American Nursing Diagnosis
Association (NANDA) sebagai suatu kedaaan dimana individu yang
mengalami atau beresiko mengalami keterbatsan gerakan fisik yang bisa
disebabkan oleh perubahan fisiologi tubuh.
Masalah keperawatan yang ditegakkan berdasarkan atas data fokus
dan penunjang yang dimiliki pasien. Diagnose keperawatan dibuat
berdasarkan NANDA NOC NIC. Setelah merumuskan diagnose selanjutnya
dibuat tujuan dan kriteria hasil kemudian rencana keperawatan. Dalam kasus
ini diagnose yang diambil adalah nyeri akut dan hambatan mobilitas fisik.
Intervensi yang diberikan kepada pasien selama 3x24 jam memberikan
dampak positif yaitu mengurangi nyeri dan dapat membantu pasien untuk
melakukan ROM.
b. Saran
Untuk perawat : supaya lebih meningkatkan safety dalam setiap melakukan
tindakan keperawatan dan memberikan asuhan keperawatan
sesuai dengan kasus pasien dan tindakan sesuai dengan SOP
Untuk mahasiswa keperawatan : supaya dapat belajar dari pengalaman
perawat senior atau perawat yang sudah bekerja, supaya dapat
meningkatkan skill dalam melakukan tindakan keperawatan
38
DAFTAR PUSTAKA
Aziz Alimul (2012), Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta : Salemba
Medika.
Brunner, L dan Suddarth, D. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah
(H.Kencana,A.Hartono, M. Ester, Y.Asih, Terjemah). (Ed.8) Vol 1. Jakarta :
EGC
Dangoes, E, Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Editor Ester
Monika,Yasmin. Jakarta : EGC
Mubarak, Wahit Iqbal. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori Dan.
Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta : EGC
Nanda. 2015. Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta : Prima Medika
Pearce, C. Evelyn. 2012. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedic. Jakarta :
PT.Gramedia Pustaka Utama.
Potter, P.A dan Perry,A,G. (2014). Buku Ajar Fundalmental Keperawatan
Konsep, Proses dan Praktik. Edisi 4 Volume 1. Jakarta : EGC.
Susan J. Garrison, (2014), Dasar-dasar Terapi dan Latihan Fisik.Jakarta : EGC
Tarwoto & Wartonah, 2013. Kebutuhan Dasar Manusia & Proses Keperawatan.
Jakarta Salemba Medika.
Tarwoto dan Wartonah, 2014. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan
Edisi Pertama. Jakarta : Salemba Medika.