Anda di halaman 1dari 4

MIGRASI

Migrasi atau yang lebih dikenal dengan ruaya merupakan suatu proses
perpindahan ikan dari suatu tempat ke tempat lain yang memungkinkan ikan untuk
hidup, tumbuh, ataupun berkembangbiak. Ruaya ataupun migrasi ini biasanya
dipengaruhi oleh faktor internal yaitu genetik atau insting, makanan, dan reproduksi
serta faktor eksternalnya adalah temperature, salinitas dan predator. Lucas & Baras
(2001) dalam jurnal Fahmi (2010) menyebutkan secara umum migrasi merupakan
pergerakan suatu spesies pada stadia tertentu dalam jumlah banyak ke suatu wilayah.
Ikan yang berangkat dan menuju suatu lokasi yang sama ataupun hampir sama dengan
tempat lahirnya. Migrasi menuju tempat reproduksi umumnya dilakukan setiap tahun
atau setiap musim pemijahan sedangkan migrasi yang dilakukan ikan yang masih
kecil (juvenil) untuk mencari makanan dapat dilakukan berulangkali.

Faktor-faktor yang mempengaruhi migrasi:


Faktor Eksternal
1. Bimbingan ikan yang lebih dewasa. Ikan mampu melakukan migrasi untuk
kembali ke daerah asal karena adanya bimbingan dari ikan yang lebih tua.
Contoh: migrasi ikan herring Norwegia atau ikan Cod laut Barents, ikan lebih
tua cenderung tiba di tujuan lebih dulu dari pada ikan muda
2. Bau perairan. Ikan anadromous mampu bermigrasi ke daerah asal dengan
melalui beberapa cabang sungai, kemampuan memilih cabang sungai yang
benar diduga dilakukan dengan mengenali bau-bauan bahan organik yang
terdapat dalam sungai. Contoh: Ikan salmon mampu mengenali bau
morpholine dengan konsentrasi 1 x 10-6ppm, jika suatu cabang sungai diberi
larutan morpholine, maka ikan salmon akan masuk ke cabang sungai tadi. Hal
ini menunjukkan bahwa ikan menggunakan indera pencium untuk bermigrasi
ke daerah asalnya.
3. Suhu. Fluktuasi suhu dan perubahan geografis merupakan faktor penting yang
merangsang dan menentukan pengkonsentrasian serta pengelompokkan ikan.
Suhu akan mempengaruhi proses metabolisme, aktifitas erakan tubuh dan
berfungsi sebagai stimulus saraf. Contoh: suhu permukaan yang disukai ikan
cakalang berkisar 160-260C, sedangkan suhu tinggi merupakan faktor
penghambat bagi ikan salmon untuk bermigrasi (pada suhu 240C tidak ada
ikan salmon yang bermigrasi).
4. Salinitas. Ikan cenderung memilih medium dengan salinitas yang lebih sesuai
dengan tekanan osmotik tubuh mereka masing-masing. Perubahan salinitas
akan merangsang ikan untuk melakukan migrasi ke tempat yang memiliki
salinitas yang sesuai dengan tekanan osmotik tubuhnya. Contoh: Seriola
qiuqueradiata menyukai medium dengan salinitas 19 ppt, sedangkan ikan
cakalang menyukai perairan dengan kadar salinitas 33-35 ppt.
5. Arus pasang surut. Arus akan mempengaruhi migrasi ikan melalui transport
pasif telur ikan dan juvenil dari daerah pemijahan menuju daerah asuhan dan
mungkin berorientasi sebagai arus yang berlawanan pada saat spesies dewasa
bermigrasi dari daerah makanan menuju ke daerah pemijahan. Ikan dewasa
yang baru selesai memijah juga memanfaatkan arus untuk kembali ke daerah
makanan. Pasang surut di perairan menyebabkan terjadinya arus di perairan
yang disebut arus pasang dan arus surut.
6. Intensitas cahaya. Perubahan intensitas cahaya sangat mempengaruhi pola
penyebaran ikan, tetapi respon ikan terhadap perubahan intensitas cahaya
dipengaruhi oleh jenis ikan, suhu dan tingkat kekeruhan perairan. Ikan
mempunyai kecenderungan membentuk kelompok kecil pada siang hari dan
menyebar pada malam hari.
7. Musim. Musim akan mempengaruhi migrasi vertikal dan horisontal ikan,
migrasi ini kemungkinan dikontrol oleh suhu dan intensitas cahaya. Ikan
pelagis dan ikan demersal mengalami migrasi musiman horisontal, mereka
biasanya menuju ke perairan lebih dangkal atau dekat permukaan selama
musim panas dan menuju perairan lebih dalam pada musim dingin.
8. Matahari. Ikan-ikan pelagis yang bergerak pada lapisan permukaan yang
jernih kemungkinan besar menggunakan matahari sebagai kompas mereka,
tetapi hal ini mungkin tidak berlaku bagi ikan-ikan laut dalam yang melakukan
migrasi akibat pengaruh musim.
9. Pencemaran air limbah. Pencemaran air limbah akan mempengaruhi migrasi
ikan, penambahan kualitas air limbah dapat menyebabkan perubahan pola
migrasi ikan ke bagian hulu sungai.
Contoh: ikan white catfish pada musim pemijahan banyak terdapat didaerah
muara, padahal biasanya ikan ini memijah di hulu sungai. Tetapi migrasi
mereka terhalang oleh air limbah di hulu sungai.

Faktor Internal

1. Kematangan gonad. Kematangan gonad diduga merupakan salah satu


pendorong bagi ikan untuk melakukan migrasi, meskipun bisa terjadi ikan-
ikan tersebut melakukan migrasi sebagai proses untuk melakukan pematangan
gonad.
2. Kelenjar-kelenjar internal. Migrasi ikan Cod di laut Barent dikontrol oleh
kelenjar tiroid yang berada di kerongkongan, kelenjar tersebut aktif pada bulan
September yang merupakan waktu pemijahan ikan Cod.
3. Insting. Ikan mampu menemukan kembali daerah asal mereka meskipun
sebelumnya ikan tersebut menetas dan tumbuh di daerah yang sangat jauh dari
tempat asalnya dan belum pernah melewati daerah tersebut, kemampuan ini
diduga berasal dari faktor insting.
4. Aktifitas renang. Aktifitas renang ikan meningkat pada malam hari,
kebanyakan ikan bertulang rawan (elasmobranch) dan ikan bertulang keras
(teleost) lebih aktif berenang pada malam hari daripada di siang hari.

PREDASI

Dalam sebuah ekosistem, predasi adalah interaksi biologis di mana predator


(organisme yang berburu) memakan mangsanya (organisme yang diserang). Predasi
adalah bentuk interaksi antarorganisme yang salah satu berperan sebagai predator
(pemangsa) dan yang lainnya sebagai prei (mangsa). Predasi dapat dilihat dengan
jelas pada rantai makanan dan jaring-jaring makanan, yaitu peristiwa makan dan
dimakan antara konsumen I dan konsumen II, konsumen II dan konsumen III, dan
seterusnya.

Predasi mutlak ada dalam kehidupan ini. Predator tidak dapat bertahan hidup tanpa
adanya mangsa. Dengan demikian, predator juga berfungsi untuk mengendalikan
populasi mangsa, karena seandainya predator tidak ada dalam suatu ekosistem, maka
populasi mangsa akan meledak.
Definisi luas predasi sebagai konsumsi satu organisme hidup (mangsa) oleh yang lain
(predator) tidak termasuk pemulung dan pengurai. Namun demikian, hasil definisi ini
dalam klasifikasi berbagai organisme seperti predator. Klasifikasi sederhana predator
akan menjadi kategori organisme heterotrofik disajikan sebelumnya, yang didasarkan
pada penggunaan jaringan tumbuhan dan hewan sebagai sumber makanannya:

http://kliksma.com/2015/01/pengertian-predasi-dan-contoh-predasi-dalam-
ekosistem.html
Arfiati, Diana 2015, PENGELOLAHAN SUMBERDAYA IKAN DI PERAIRAN UMUM , Malang:
Gunung Samudera

Jurnal Phenotypic plasticity kunci sukses adaptasi ikan migrasi : studi kasus ikan
Sidat (Anguilla sp.) oleh Melta Rini Fahmi

Anda mungkin juga menyukai