Kata kunci: daya dukung, daya ijin, metode Aoki De Alencar, metode Philoponat,
tiang pancang
ABSTRACT
MOHAMMAD GILANG NUGRAHA. Analysis of Ultimit Piles Carrying Capacity
on Pekanbaru Regional General Hospital Building A. Supervised by MACHMUD
ARIFIN RAIMADOYA.
The process of construction must meet the standards that govern the planning
process of the structure, the quality of building materials, and others. The purpose
of this study were to calculate the value of the carrying capacity (using Aoki De
Alencar, Philoponat and direct methods) and the permit from the sondir result that
occurs at the foundation of Pekanbaru Regional General Hospital Building A and
to compare the value of pile carrying capacity. The value of ultimit carrying
capacity using Aoki De Alencar method at a depth of 4 m, 8 m and 12 m were 30.5
tons, 34.5 tons, and 39.1 tons with the value of permitted capacity were 12.2 tons,
13.8 tons, dan 15.64 tons. Using Philoponat method at the same depth. The value
were 90.5 tons, 94.38 tons, and 109.38 tons respectively with permitted capacity of
36.2 tons, 37.75 tons, dan 43.75 tons. The values of ultimit carrying capacity using
direct method with the same depth were 96.33 tons, 105.13 tons, and 115.13 tons
with permitted capacity of 20.43 tons, 23.36 tons, and 32.19 tons. Aoki De Alencar
and Philoponat methods were more effective in determining the value of ultimit
carrying capacity.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan
karunianya sehingga skripsi yang berjudul “Analisis Perhitungan Daya Dukung
Ultimit Tiang Pancang pada Gedung A Rumah Sakit Umum Daerah Tipe C Kota
Pekanbaru Riau” ini dapat diselesaikan dengan baik.
Ucapan terimakasih disampaikan kepada:
1. Bapak Ir. Machmud Arifin Raimadoya, MSc selaku pembimbing atas bantuan
serta waktu yang telah diluangkan dalam memberikan ilmu, bimbingan,
masukan, dan motivasi selama perkuliahan, penyusunan proposal, pelaksanaan
penelitian hingga penyusunan skripsi.
2. Bapak M. Fauzan, ST. MT. dan Dr. Ir. Meiske W, M.Eng selaku dosen penguji
yang telah memberikan masukan dalam penyusunan skripsi.
3. Kedua orang tua, Bapak Topan dan Ibu Aini serta seluruh keluarga besar atas
doa, dukungan, dan motivasi yang diberikan.
4. Mohammad Gintang dan Munazah Galuh sebagai saudara yang selalu memberi
dukungan.
5. Pasca Eka Prasetya, Fajar Ramadhani, Arrasyid Maulana, Hamzah Arief, Deni
Miranda, Melia Hergiana, Andini Ginawati dan Imam Musa yang selalu
memberikan motivasi.
6. Teman-teman Mahasiswa Teknik Sipil dan Lingkungan angkatan 49 (2012) dan
semua pihak terkait yang telah banyak memberi semangat, saran, maupun
bantuan dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.
PRAKATA x
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Pondasi 2
Daya Dukung Tanah 3
Pondasi Tiang Pancang Minipile 7
Kuat Dukung Kelompok Tiang Pancang (Pile Group) 13
METODE PENELITIAN 14
Waktu dan Tempat 14
Alat dan Bahan 14
Prosedur Penelitian 15
HASIL DAN PEMBAHASAN 16
Gambaran Umum Proyek 16
Hasil Data Sondir atau Cone Penetration Test (CPT) 17
Hasil Klasifikasi Jenis Tanah Berdasarkan Data CPT 19
Hasil Kuat Dukung Tiang 19
SIMPULAN DAN SARAN 22
Simpulan 22
Saran 22
DAFTAR PUSTAKA 22
LAMPIRAN 23
RIWAYAT HIDUP 31
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
1 Pondasi Tiang 3
2 Grafik koefisien kapasitas daya dukung Terzaghi 6
3 Diagram alir pelaksanaan penelitian 15
4 Lokasi Proyek Pembangunan RSUD Tipe C Kota Pekanbaru 17
5 Grafik Data Sondir 18
DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil pemodelan Tekla Structure 25
2 Contoh perhitungan 27
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
1. Berapa besarnya daya dukung ultimit dan daya dukung ijin struktur pondasi
tiang pancang dalam mendukung beban?
2. Metode mana yang efektif dalam menentukan daya dukung pondasi tiang
pancang?
2
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Pondasi
Bangunan merupakan wujud fisik dari hasil suatu pekerjaan konstruksi yang
didukung oleh suatu konstruksi bawah tanah yang disebut sebagai pondasi. Pondasi
merupakan bagian dari suatu sistem rekayasa yang meneruskan beban yang
ditopang oleh pondasi dan beratnya sendiri ke dalam tanah dan batuan yang terletak
di bawahnya (Bowles 1997). Menurut Yulianti (2014), terdapat beberapa
persyaratan dasar pondasi yaitu memiliki faktor keamanan (2 atau 3) agar aman
terhadap kemungkinan keruntuhan geser, maka penurunan tersebut harus masih
berada dalam batas toleransi, differential settlement (penurunan sebagian) tidak
boleh menyebabkan kerusakan serius atau mempengaruhi struktur bangunan.
Menurut Suyono dan Nakazawa (1984), pemilihan jenis pondasi dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Keadaan tanah pondasi yang meliputi jenis tanah, daya dukung tanah, kedalaman
tanah keras dan lainnya.
2. Batasan-batasan akibat konstruksi di atasnya, meliputi kondisi beban (besar
beban, arah beban, penyebaran beban) dan sifat dinamis bangunan atas (statis
tertentu atau tak tentu, kekakuan dan lainnya).
3
Pondasi dibagi menjadi dua jenis, yaitu pondasi dangkal dan dalam. Pondasi
dalam sendiri terbagi lagi menjadi tiga jenis, yaitu pondasi sumuran, bored pile, dan
tiang pancang. Pondasi tiang pancang digunakan bila lapisan tanah di kedalaman
normal tidak mampu mendukung beban dan lapisan tanah keras yang sangat dalam.
Pondasi ini terbuat dari kayu, beton dan baja dengan diameter yang lebih kecil dan
lebih panjang dibanding pondasi sumuran yang biasanya dipakai untuk bangunan
dengan rekayasa beban menengah (El-Esnawi 2010). Menurut Sosrodarsono dan
Nakazawa (1990), jenis pondasi harus sesuai dengan keadaan tanah pondasi yang
bersangkutan. Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman sekitar 20
meter di bawah permukaan tanah, dalam hal ini tergantung dari penurunan
(settlement) yang diijinkan. Kondisi tersebut menyebabkan kelemahan struktural
dan diskontinuitas antar lantai sering diasosiasikan dengan perubahan secara
mendadak pada geometri frame sepanjang tinggi dari struktur (Athanassiadou
2008). Ketika tidak boleh terjadi penurunan, biasanya digunakan pondasi tiang
pancang (pile driven foundation). Pondasi tiang dapat dilihat pada Gambar 1
(Marbun 2009).
Dalam pengertian teknik secara umum tanah adalah material yang terdiri dari
agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara
kimia) satu sama lain dan dari bahan-bahan organik yang telah melapuk (yang
berpartikel padat) disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong
di antara partikel-partikel padat tersebut (Das 1995). Tanah harus mampu memikul
beban dari setiap konstruksi teknik yang diletakkan pada tanah tersebut tanpa
kegagalan geser (shear failure) dan dengan penurunan (settlement) yang dapat
ditolerir untuk konstruksi tersebut (Causevic dan Mitrovic 2011). Ada beberapa
macam sistem klasifikasi tanah sebagai hasil pengembangan dari sistem klasifikasi
yang sudah ada. Tetapi yang paling umum digunakan adalah sistem klasifikasi
tanah unified atau unified soil classification system (USCS). Klasifikasi ini sangat
4
𝑃𝑃
𝜎𝜎 = (1)
𝐴𝐴
Keterangan:
σ = daya dukung tanah (KN/m2)
P = beban yang bekerja (KN)
A = luas pondasi (m2)
Daya dukung ijin adalah beban per satuan luas yang diijinkan untuk
dibebankan pada tanah di bawah pondasi, agar kemungkinan terjadinya keruntuhan
dapat dihindari. Beban tersebut termasuk beban mati dan beban hidup diatas
5
permukaan tanah, berat pondasi itu sendiri dan berat tanah yang terletak tepat diatas
pondasi. Untuk menghitung daya dukung ijin digunakan rumus seperti disajikan
pada persamaan (2) (Mulyati dan Indriastuti 2006).
𝑞𝑞𝑢𝑢
𝑞𝑞𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 = (2)
𝑆𝑆𝑆𝑆
Dengan:
qu = daya dukung batas (ton)
SF = safety factor / angka aman
Nilai-nilai Nc, Nq dan Nγ adalah fungsi dari besarnya sudut geser dalam (φ)
yang diberikan Terzaghi dalam bentuk grafik pada Gambar 2 (Hardiyatmo 2002).
Meyerhof (1951), (1963) dalam Bowles (1992) menyarankan persamaan daya
dukung yang mirip dengan rumus Terzaghi tetapi memasukkan suatu faktor bentuk
sq, faktor kedalaman di dan faktor kemiringan ii. Menurut Meyerhof, faktor-faktor
bentuk, kedalaman dan kemiringan, persamaannya ditunjukkan Tabel 3.
Beban vertikal:
qu = c Nc sc dc + Df γ Nq sq dq + 0,5γ B Nγ sγ dγ (3)
Beban miring:
qu = c Nc dc ic + Df γ Nq dq iq + 0,5γ B Nγ dγ iγ (4)
Dengan:
qo = tegangan tanah maksimum maksimal (kN/m2)
R , Mxyy0 = beban keseluruhan (kN)
A , Ixy = luas alas bangunan (m2)
(𝑞𝑞𝑞𝑞𝑞𝑞𝑞𝑞𝑞𝑞)
∆𝑃𝑃 = (6)
(𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵)𝑥𝑥(𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿)
Dengan:
∆𝑃𝑃 = total tegangan tanah (kN/m2)
q = beban (kN)
B,H, L = panjang, lebar, tinggi bangunan (m)
Dengan:
Po = total tegangan tanah (kN/m2)
ɣ𝑏𝑏 = berat tanah efektif (kN/m3)
ɣ𝑤𝑤 = berat air efektif (kN/m3)
h = kedalaman tanah (m)
𝑓𝑓𝑓𝑓
𝑓𝑓𝑓𝑓 = × 100% (9)
𝑞𝑞𝑞𝑞
Dengan:
fs = Hambatan setempat (kg/cm2)
qc = Tahanan konus (kg/cm2)
Dengan:
Qu = Kuat dukung ultimit tiang pancang (ton)
Qb = Kapasitas tahanan di ujung tiang (ton)
Qs = Kapasitas tahanan kulit (ton)
qb = Kuat dukung di ujung tiang persatuan luas (kg/cm2)
Ab = Luas di ujung tiang (cm2)
f = Satuan tahanan kulit per satuan luas (kg/cm2)
As = Luas kulit tiang pancang (cm2)
Alat sondir terdiri dari konus atau bikonus yang dihubungkan dengan batang
dalam penyanggah. Kemudian alat sondir ini ditekan ke dalam tanah dengan
bantuan mesin sondir hidraulik yang digerakkan secara manual. Ada dua tipe ujung
konus pada sondir mekanis yaitu :
1. Konus biasa, yang diukur adalah perlawanan ujung konus dan biasanya
digunakan pada tanah berbutir kasar, dimana besar perlawanan lekatnya kecil.
2. Bikonus yang diukur adalah perlawanan ujung konus dan hambatan lekatnya
yang biasanya digunakan pada tanah yang berbutir halus.
Cara pembacaan pada sondir secara mekanis adalah secara manual dan
bertahap, yaitu dengan mengukur tahanan ujung dengan alat ukur menometer
kemudian dilakukan pengukuran gesekan selimut dan tahanan ujung. Menentukan
kapasitas dukung ultimit (Qu) berdasarkan hasil sondir atau Cone Penetration Test
dengan menggunakan metode statik.
10
Dengan:
Qb = Kapasitas kuat dukung di ujung tiang (ton)
qca = Perlawanan konus di sekitar ujung tiang (kg/cm2)
Fb = Faktor empirik, bergantung pada jenis tanah
f = Kuat dukung kulit tiang persatuan luas (kg/cm2)
qc(side) = Perlawanan konus rata-rata pada masing-masing lapisan sepanjang
tiang (kg/cm2)
Fs = Faktor empirik yang bergantung pada jenis tanah
as = Nilai faktor empirik untuk jenis tanah berbeda
Pada umumnya nilai as untuk pasir = 1.4 %, nilai as lanau = 3.0 %, dan nilai
as untuk lempung = 6%.
2) Metode Philoponat
Menurut Philipponat nilai Qb diperoleh dari nilai qc dengan persamaan :
Dengan:
Qb = Kapasitas kuat dukung di ujung tiang (ton)
kb = Faktor yang bergantung pada tanah yang ditunjukkan Tabel 6
qca (A) = Perlawanan konus rata-rata 3D di atas ujung tiang
qca (B) = Perlawanan konus rata-rata 3D di bawah ujung tiang
Hitungan nilai qca dengan merata-ratakan nilai perlawanan konus (qc), yaitu
nilai qca (A) dengan merata-ratakan nilai qc, 3D di bawah ujung tiang dan nilai qca
(B) merata-ratakan 3D di atas ujung tiang. Tahanan kulit persatuan luas (f)
ditentukan dengan persamaan (15).
𝑎𝑎𝑎𝑎
𝑓𝑓 = . 𝑞𝑞𝑞𝑞𝑞𝑞 (15)
𝐹𝐹𝐹𝐹
dengan:
qcs = Nilai qc rata-rata pada lapisan tanah di sepanjang tiang
Fs = Faktor empirik, bergantung dari tipe tanah pada Tabel 7
as = 1.25
Philipponat menyarankan batas f = 1.2 kg/cm2
3) Metode Langsung
Metode langsung ini dikemukakan oleh beberapa ahli, yaitu Meyerhoff,
Tomlinson, dan Begemann. Daya dukung pondasi tiang dinyatakan dalam rumus
sebagai berikut.
𝑄𝑄𝑄𝑄 = 𝑞𝑞𝑞𝑞 . 𝐴𝐴𝐴𝐴 + 𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽 . 𝐾𝐾 (16)
Dengan:
Qu = Kapasitas daya dukung tiang pancang (ton)
JHL = Jumlah hambatan lekat (kg/cm)
K = Keliling tiang (cm)
Ap = Luas penampang tiang (cm2)
qp = Tahanan ujung rata-rata (kg/cm2)
Dengan:
Qb = Tahanan ujung ultimit tiang (ton)
qc = tahanan kerucut (kg/cm2)
Ab = luas ujung tiang (cm2)
Dengan:
Qs = Tahanan gesek dinding tiang (ton)
As = luas kulit tiang pancang (cm2)
f = tahanan gesek dinding satuan (kg/cm2)
Dengan:
Qa = Kapasitas ijin daya dukung tiang pancang (ton)
JHL = Jumlah hambatan lekat (kg/cm)
K = Keliling tiang (cm)
Ap = Luas penampang tiang (cm2)
qp = Tahanan ujung rata-rata (kg/cm2)
Pondasi tiang pancang jarang sekali berdiri sendiri (Single Pile), akan tetapi
kita sering mendapatkan pondasi tiang pancang dalam bentuk kelompok (Pile
Group). Kapasitas kelompok tiang tidak selalu sama dengan jumlah kapasitas tiang
tunggal yang berada dalam kelompoknya. Hal ini dapat terjadi jika tiang pancang
dalam lapisan pendukung yang mudah mampat atau dipancang pada lapisan tanah
yang tidak mudah mampat, namun di bawahnya terdapat lapisan lunak.
Cara pemasangan tiang tunggal, seperti pemasangan tiang dengan cara
ditekan, dipancang dan sebagainya akan berpengaruh kecil terhadap kedua hal
tersebut. Pada beban struktur tertentu, penurunan kelompok tiang yang sama
dengan penurunan tiang tunggal hanya terjadi jika kelompok tiang terletak pada
lapisan keras. Dalam perhitungannya poer dianggap atau dibuat kaku sempurna,
sehingga bila beban-beban yang bekerja pada kelompok tiang tersebut
menimbulkan penurunan, maka setelah penurunan bidang poer tetap merupakan
bidang datar.
Jika kelompok tiang dipancang dalam tanah lempung lunak, pasir tidak pada,
atau timbunan, dengan dasar tiang yang bertumpu pada lapisan lempung kaku,
maka kelompok tiang tersebut tidak mempunyai resiko akan mengalami keruntuhan
geser umum, asalkan diberikan faktor aman yang cukup terhadap bahaya
keruntuhan tiang tunggalnya (Hardiyatmo 2002).
Kemudian, untuk kelompok tiang yang dasarnya bertumpu pada lapisan
lempung lunak tersebut, faktor aman terhadap keruntuhan blok harus
diperhitungkan, terutama untuk jarak tiang-tiang yang dekat. Pada pemancangan
tiang untuk tanah granular, menyebabkan tanah di sekitar tiang dalam radius sedikit
tiga kali diameter tiang memadat. Jika masing-masing tiang dipancang
berkelompok, tanah yang berada di area kelompok tiang, akan mempunyai
kepadatan tinggi. Bila kelompok tiang ini dibebani, tiang-tiang yang terletak di
antaranya akan bergerak bersama-sama sebagai satu kesatuan. Jadi, kelompok tiang
berkelakuan seperti pondasi rakit dengan luas dasar yang sama dengan luas
kelompok tiang.
Pengamatan pada tiang yang dipancang dalam tanah pasir homogen
menunjukkan bahwa kapasitas kelompok tiang lebih besar daripada jumlah
kapasitas masing-masing tiang dalam kelompoknya. Jika jarak tiang dekat, pada
waktu pemancangan tiang di dekatnya, tegangan efektif lateral akan bertambah.
Akibatnya tahanan gesek dinding tiang juga bertambah. Pada pemancangan yang
berdekatan cenderung akan menambahkan kerapatan relatif pasir, dengan demikian
akan menambah sudut gesek dalam tanah.
14
Faktor Aman
𝑄𝑄𝑄𝑄
𝑄𝑄𝑄𝑄 = (21)
𝑆𝑆𝑆𝑆
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga bulan Agustus 2016.
Pengambilan data penelitian dilakukan di proyek pembangunan Gedung Rumah
Sakit Umum Daerah Tipe C Kota Pekanbaru, Riau.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat laptop VAIO
yang dilengkapi dengan Software Microsoft Office, dan Tekla Structure. Bahan
yang digunakan merupakan data sekunder meliputi gambar kerja Gedung Rumah
Sakit Umum Daerah Tipe C Kota Pekanbaru, Soil Investigation Report, Boring
Logs, Result of Laboratory Test, dan SNI.
15
Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tahap seperti yang disajikan pada Gambar 3,
yaitu:
1. Pengumpulan Data
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari proyek pembangunan Gedung
Rumah Sakit Umum Daerah Tipe C Kota Pekanbaru dan peraturan-peraturan
yang akan dianalisis daya dukung dan penurunan pondasi tiang pancang.
Mulai
Pembahasan
Selesai
2. Analisis Struktur
Meninjau respons struktur terhadap beban yang bekerja, di samping menentukan
tegangan ataupun gaya-gaya pada elemen-elemen struktur dan memeriksanya
terhadap kriteria desain.
3. Analisis Pondasi Tiang Pancang
Pada tahapan ini dilakukan perhitungan dan analisis pada struktur bawah atau
pondasi yang meliputi daya dukung pondasi.
4. Daya Dukung
16
Kapasitas daya dukung pada tiang pancang dilakukan berdasarkan hasil SPT
(Standard Penetration Test) dan data laboratorium.
a. Daya Dukung Ultimate
Kapasitas daya dukung tiang kelompok (Qult) merupakan hasil perkalian
jumlah tiang (n) dengan kapasitas dukung total tiang tunggal (Pu), kemudian
dikalikan nilai efisiensi.
b. Daya Dukung Ijin
Daya dukung ijin tiang diperoleh dari daya dukung ultimate dibagi dengan
faktor keamanan (safety factor).
yang berada 500 m tidak jauh dari tempat proyek dibangun. Kemudian, kontraktor
perencana tidak berada di tempat proyek dikarenakan sudah dilimpahkan
penugasan terhadap kontraktor pelaksana.
Lokasi Proyek
PEMBANGUAN
GEDUNG RUMAH
SAKIT DAERAH
Data sondir merupakan hasil dari pengujian tes sondir dan Pile Driving
Analizer (PDA). Karakteristik hammer yang digunakan pada pengetesan adalah
Drop Hammer dengan berat Ram sebesar 1.3 ton. Pengetesan dinamik pada tiang
pancang ini menggunakan konsep satu dimensi gelombang yang diakibatkan oleh
pukulan pada tiang tersebut, maka tiang yang dipukul akan memberikan energi
tertentu yang menghasilkan kapasitas tiang. Adapun hasil data sondir atau Cone
Penetration Test, data sondir pada titik 1 dapat dilihat pada Tabel 9.
12 44 0.4 8 400 6
13 136 0.27 5.33 442.67 4
Pada Tabel 9, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan nilai Perlawanan Konus
yang sejalan dengan bertambahnya kedalaman. Begitu pula dengan hasil Jumlah
Hambatan Lekat yang meningkat dari kedalaman 0 meter sampai 13 meter.
Sedangkan untuk nilai-nilai hambatan setempat, hambatan pelekat dan perlawanan
gesek mengalami keadaan yang stagnan atau tidak terlalu banyak mengalami
perubahan. Lalu, banyak sekali data-data yang berubah dikarenakan penggunaan
alat yang terus-menerus di sepanjang kedalaman tertentu. Berdasarkan dari hasil
data sondir, maka dapat dilihat grafik data sondir titik 1 pada Gambar 5.
Kedalaman (m)
Cone resistance
(kg/cm2)
Dari hasil grafik sondir 1 pada Gambar 5 dapat dilihat terdapat perbandingan
antara nilai qc dan total side friction terhadap kedalaman sondir. Nilai tertinggi
terdapat pada kedalaman 13 meter dengan perlawanan konus dan jumlah hambatan
lekat yang dapat dilihat pada Tabel 8. Dan dari grafik dapat dilihat semakin tinggi
kedalaman maka perlawanan konus dan jumlah hambatan lekat akan semakin besar
nilainya.
Kuat dukung tiang yang dihitung terdiri atas kuat dukung tiang tunggal dan
kuat dukung tiang grup.
menggunakan metode Aoki dan De Alencar, Philoponat dan langsung, kuat dukung
ujung tiang ijinnya dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11 Hasil kuat dukung ultimit tiang tunggal (Qu) dan kuat dukung ijin (Qa)
dengan metode-metode statis serta tes PDA pada titik sondir 1
Aoki De Metode
Philoponat
Kedalaman Alencar Langsung PDA
(m) Qu Qa Qu Qa Qu Qa (ton)
(ton) (ton) (ton) (ton) (ton) (ton)
4 30.5 12.2 90.5 36.2 96.33 20.43
8 34.5 13.8 94.38 37.75 105.13 23.36 90
12 39.1 15.64 109.38 43.75 115.13 32.19
Tabel 12 Perbedaan nilai kuat dukung ijin (Qa) pada titik sondir 1
Kedalaman ∆Qa
Metode
(m)
(ton) (%)
Aoki De Alencar dan Philoponat 28.11 47.33
12 Aoki De Alencar dan langsung 16.55 34.61
Langsung dan Philoponat 11.56 15.22
Dari hasil perhitungan kuat dukung ultimit tiang kelompok (Qg) di atas
dengan menggunakan metode statis yaitu metode Aoki De Allencar, metode
Philoponat dan metode langsung, nilai kuat dukung ultimit kelompok terbesar
terdapat pada metode langsung. Kuat dukung tiang kelompok dipengaruhi oleh
beban-beban vertikal yang bekerja pada pondasi gedung. Kuat dukung tiang
kelompok minimum terdapat pada metode Aoki De Alencar, hal ini dipengaruhi
dari hasil kuat dukung ultimit tiang tunggalnya yang juga rendah. Beban yang
bekerja dapat dikaitkan dengan hasil minimum dari kuat dukung ultimit tiang
kelompok pada metode ini. Untuk keefektifan diambil nilai kuat dukung yang
minimum sebagai faktor aman yang normal. Kemudian dibandingkan dengan nilai
tes PDA untuk mendapatkan hasil yang signifikan baik dalam metode perhitungan
atau pun dalam pengerjaan pembangunan yang kuat dan sesuai dalam pedoman
kekuatan struktur bangunan. Nilai keefektifan dari ketiga metode yang dipakai
sangat mempengaruhi ketepatan pemakaian metode perhitungan untuk mencari
daya dukung yang dipakai untuk analisis kuat struktur ke depannya dan periode
ketahanan bangunan yang akan dipakai dalam jangka waktu tertentu atau permanen
untuk dipertahankan pemakaiannya.
22
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Dengan Variasi Lebar Dan Jumlah Lapisan Perkuatan. Jurnal Teknik Sipil dan
Lingkungan. 2(3): 297-302.
Yulianti P. 2014. Studi Pemodelan Perkuatan Pondasi Dangkal Pada Tanah
Lempung Lunak Menggunakan Kombinasi Geotekstil Woven Dan Grid
Bambu Dengan Bantuan Program Plaxis. Jurnal Teknik Sipil dan
Lingkungan. Vol. 2, No.3.
Lampiran 1 Hasil Permodelan Tekla Structure
25
27
As = 4 x P x L
Untuk kedalaman 4 m
𝐴𝐴𝐴𝐴 = 4 × 1380 × 25
𝐴𝐴𝐴𝐴 = 138000 cm2
14
𝑄𝑄𝑄𝑄 = = 4 ton
3.5
2.2�
𝑓𝑓 = 30.5 × 100 = 0.192
3.5
𝑄𝑄𝑄𝑄
𝑄𝑄𝑄𝑄 =
2.5
30.5
𝑄𝑄𝑄𝑄 =
2.5
𝑄𝑄𝑄𝑄 = 12.2 ton
2. Metode Philoponat
𝑞𝑞𝑞𝑞𝑞𝑞(𝐴𝐴) + 𝑞𝑞𝑞𝑞𝑞𝑞(𝐵𝐵)
𝑞𝑞𝑞𝑞𝑞𝑞 =
2
𝑎𝑎𝑎𝑎
𝑓𝑓 = . 𝑞𝑞𝑞𝑞𝑞𝑞
𝐹𝐹𝐹𝐹
As = 138000 cm
28
Lampiran 2 Lanjutan
Untuk kedalaman 4 m
Qb = kb . qca
Qb = 0.4 × 10.5
Qb = 4.2 ton
1.25
𝑓𝑓 = × 30.5
60
f = 0.635
Qu = Qb. Ab + f. As
Qu = 4.2 × 625 + 0.635 × 138000
Qu = 90255 kg
Qu = 90.255 ton
𝑄𝑄𝑄𝑄
𝑄𝑄𝑄𝑄 =
𝑆𝑆𝑆𝑆
90.225
𝑄𝑄𝑄𝑄 =
2.5
𝑄𝑄𝑄𝑄 = 36.2 ton
3. Metode Langsung
𝑄𝑄𝑄𝑄 = 14 × 625
𝑄𝑄𝑄𝑄 = 8.7 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡
𝑄𝑄𝑄𝑄 = 𝐴𝐴𝐴𝐴. 𝑓𝑓
𝑄𝑄𝑄𝑄 = 138000 × 0.635
𝑄𝑄𝑄𝑄 = 87.63 ton
Lampiran 2 Lanjutan
8.7 87.63
𝑄𝑄𝑄𝑄 = +
3 5
𝑄𝑄𝑄𝑄 = 20.43
𝑄𝑄𝑄𝑄 = 𝑄𝑄 . 𝑁𝑁 . 𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸
𝑄𝑄𝑄𝑄 = 39.1 × 192 × 0.98
Qg = 7357.1 ton
31