Anda di halaman 1dari 41

ANALISIS PERHITUNGAN DAYA DUKUNG ULTIMIT TIANG PANCANG

PADA GEDUNG A RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


KOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

MOHAMMAD GILANG NUGRAHA

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Perhitungan


Daya Dukung Ultimit Tiang Pancang pada Gedung A Rumah Sakit Umum Daerah
Kota Pekanbaru Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, November 2016

Mohammad Gilang Nugraha


NIM F44120081
ABSTRAK
MOHAMMAD GILANG NUGRAHA. Analisis Perhitungan Daya Dukung Ultimit
Tiang Pancang pada Gedung A Rumah Sakit Umum Daerah Kota Pekanbaru
Provinsi Riau. Dibimbing oleh MACHMUD ARIFIN RAIMADOYA.

Proses konstruksi harus memenuhi standar yang mengatur proses


perencanaan struktur, kualitas material bangunan, dan lainnya. Tujuan dari
penelitian ini adalah menghitung besarnya daya dukung tiang pancang (dengan
metode Aoki De Alencar, Philoponat dan langsung) dan daya ijin dari hasil sondir
yang terjadi pada pondasi Gedung A RSUD Kota Pekanbaru serta menganalisis
nilai daya dukung tiang pancang yang didapatkan. Nilai daya dukung ultimit tiang
pancang yang didapatkan dengan metode Aoki De Alencar pada kedalaman 4 m, 8
m, dan 12 m besarnya adalah 30.5 ton, 34.5 ton, dan 39.1 ton serta nilai daya ijinnya
adalah 12.2 ton, 13.8 ton, dan 15.64 ton. Dengan metode Philoponat untuk
kedalaman yang sama, masing-masing besarnya 90.5 ton, 94.38 ton, dan 109.38 ton
serta nilai daya ijinnya adalah 36.2 ton, 37.75 ton, dan 43.75 ton. Dengan metode
langsung untuk kedalaman yang sama, masing-masing besarnya 96.33 ton, 105.13
ton, dan 115.13 ton serta nilai daya ijinnya adalah 20.43 ton, 23.36 ton, dan 32.19
ton. Metode Aoki De Alencar dan Philoponat lebih efektif dalam menentukan nilai
daya dukung ultimit tiang pancang.

Kata kunci: daya dukung, daya ijin, metode Aoki De Alencar, metode Philoponat,
tiang pancang

ABSTRACT
MOHAMMAD GILANG NUGRAHA. Analysis of Ultimit Piles Carrying Capacity
on Pekanbaru Regional General Hospital Building A. Supervised by MACHMUD
ARIFIN RAIMADOYA.

The process of construction must meet the standards that govern the planning
process of the structure, the quality of building materials, and others. The purpose
of this study were to calculate the value of the carrying capacity (using Aoki De
Alencar, Philoponat and direct methods) and the permit from the sondir result that
occurs at the foundation of Pekanbaru Regional General Hospital Building A and
to compare the value of pile carrying capacity. The value of ultimit carrying
capacity using Aoki De Alencar method at a depth of 4 m, 8 m and 12 m were 30.5
tons, 34.5 tons, and 39.1 tons with the value of permitted capacity were 12.2 tons,
13.8 tons, dan 15.64 tons. Using Philoponat method at the same depth. The value
were 90.5 tons, 94.38 tons, and 109.38 tons respectively with permitted capacity of
36.2 tons, 37.75 tons, dan 43.75 tons. The values of ultimit carrying capacity using
direct method with the same depth were 96.33 tons, 105.13 tons, and 115.13 tons
with permitted capacity of 20.43 tons, 23.36 tons, and 32.19 tons. Aoki De Alencar
and Philoponat methods were more effective in determining the value of ultimit
carrying capacity.

Keywords: Aoki De Alencar method, carrying capacity, permitted capacity,


Philoponat method, pile
ANALISIS ANALISIS
PERHITUNGAN DAYA
METODE DUKUNG ULTIMIT
PERHITUNGAN DAYA TIANG PANCANG
DUKUNG
PADA GEDUNG
ULTIMIT A RUMAH
TIANG SAKITMINIPILE
PANCANG UMUM DAERAH
PADA
KOTA PEKANBARU
PEMBANGUNAN GEDUNG APROVINSI RIAU UMUM
RUMAH SAKIT
DAERAH KOTA PEKANBARU

MOHAMMAD GILANG NUGRAHA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PRAKATA

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan
karunianya sehingga skripsi yang berjudul “Analisis Perhitungan Daya Dukung
Ultimit Tiang Pancang pada Gedung A Rumah Sakit Umum Daerah Tipe C Kota
Pekanbaru Riau” ini dapat diselesaikan dengan baik.
Ucapan terimakasih disampaikan kepada:
1. Bapak Ir. Machmud Arifin Raimadoya, MSc selaku pembimbing atas bantuan
serta waktu yang telah diluangkan dalam memberikan ilmu, bimbingan,
masukan, dan motivasi selama perkuliahan, penyusunan proposal, pelaksanaan
penelitian hingga penyusunan skripsi.
2. Bapak M. Fauzan, ST. MT. dan Dr. Ir. Meiske W, M.Eng selaku dosen penguji
yang telah memberikan masukan dalam penyusunan skripsi.
3. Kedua orang tua, Bapak Topan dan Ibu Aini serta seluruh keluarga besar atas
doa, dukungan, dan motivasi yang diberikan.
4. Mohammad Gintang dan Munazah Galuh sebagai saudara yang selalu memberi
dukungan.
5. Pasca Eka Prasetya, Fajar Ramadhani, Arrasyid Maulana, Hamzah Arief, Deni
Miranda, Melia Hergiana, Andini Ginawati dan Imam Musa yang selalu
memberikan motivasi.
6. Teman-teman Mahasiswa Teknik Sipil dan Lingkungan angkatan 49 (2012) dan
semua pihak terkait yang telah banyak memberi semangat, saran, maupun
bantuan dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, November 2016

Mohammad Gilang Nugraha


Daftar isi

PRAKATA x
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Pondasi 2
Daya Dukung Tanah 3
Pondasi Tiang Pancang Minipile 7
Kuat Dukung Kelompok Tiang Pancang (Pile Group) 13
METODE PENELITIAN 14
Waktu dan Tempat 14
Alat dan Bahan 14
Prosedur Penelitian 15
HASIL DAN PEMBAHASAN 16
Gambaran Umum Proyek 16
Hasil Data Sondir atau Cone Penetration Test (CPT) 17
Hasil Klasifikasi Jenis Tanah Berdasarkan Data CPT 19
Hasil Kuat Dukung Tiang 19
SIMPULAN DAN SARAN 22
Simpulan 22
Saran 22
DAFTAR PUSTAKA 22
LAMPIRAN 23
RIWAYAT HIDUP 31
DAFTAR TABEL

1 Sistem klasifikasi tanah unified 4


2 Faktor daya dukung untuk persamaan Terzaghi 5
3 Persamaan daya dukung Meyerhof 6
4 Faktor Empirik Fb dan fs 10
5 Nilai Empirik untuk tipe tanah yang berbeda 10
6 Faktor kapasitas dukung (kb) 11
7 Faktor empirik Fs 11
8 Faktor aman minimum berbagai metode 14
9 Hasil data sondir pada titik sondir 1 17
10 Perkiraan jenis tanah pada titik sondir 1 19
11 Hasil kuat dukung ultimit tiang tunggal (Qu) dan kuat dukung ijin (Qa)
dengan metode-metode statis pada titik sondir 1 20
12 Perbedaan nilai kuat dukung ijin (Qa) pada titik sondir 1 20
13 Kapasitas kuat dukung ultimit kelompok tiang pancang 21

DAFTAR GAMBAR

1 Pondasi Tiang 3
2 Grafik koefisien kapasitas daya dukung Terzaghi 6
3 Diagram alir pelaksanaan penelitian 15
4 Lokasi Proyek Pembangunan RSUD Tipe C Kota Pekanbaru 17
5 Grafik Data Sondir 18

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil pemodelan Tekla Structure 25
2 Contoh perhitungan 27
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia laju pertumbuhan


struktur dan infrastruktur juga mengalami peningkatan. Pembangunan tersebut
merupakan suatu tuntunan dalam memenuhi kebutuhan penduduk. Salah satu sektor
pembangunan yang penting adalah pembangunan sarana kesehatan. Proyek
pembangunan Gedung Rumah Sakit Umum Daerah Tipe C Kota Pekanbaru, Riau
merupakan salah satu proyek konstruksi untuk memenuhi kebutuhan sarana
kesehatan tersebut.
Proses konstruksi dalam pembangunan harus memenuhi standar yang
mengatur proses perencanaan bagian-bagian struktur, kualitas material bangunan,
dan pembebanan minimum untuk bangunan. Hal ini mendorong diperlukannya
suatu kajian terhadap keamanan struktur dalam suatu perancangan struktur. Salah
satu kendala terbesar yang dihadapi dalam perancangan konstruksi suatu bangunan
adalah tidak adanya keseragaman struktur atau pedoman teknis tentang pola
perencanaan dan perancangan pondasi yang ditetapkan. Oleh karena itu, untuk
menghasilkan struktur pondasi konstruksi bangunan yang lebih efisien maka
dilakukan analisis perencanaan pondasi pada Gedung Rumah Sakit Umum Daerah
Kota Pekanbaru, Riau.
Pondasi sebagai dasar konstruksi bangunan harus mampu memikul beban
struktur secara keseluruhan untuk diteruskan ke dalam tanah sehingga dalam setiap
konstruksi bangunan diperlukan pondasi yang kuat, kokoh, stabil, dan aman.
Pondasi Gedung Rumah Sakit Umum Daerah Tipe C Kota Pekanbaru, Riau
menggunakan jenis pondasi tiang pancang pada lapisan tanah gambut. Berdasarkan
kondisi tersebut, penelitian ini berfokus pada menganalisis daya dukung pondasi
tiang pancang Gedung Rumah Sakit Umum Daerah Kota Pekanbaru, Riau. Dan
terakhir permodelan gedung dengan menggunakan software Tekla Structure.
Penelitian ini sendiri mengharuskan data-data yang didapat dari proyek untuk
diolah terlebih dahulu perhitungannya. Lalu, data yang telah diolah berdasarkan
rumus-rumus pada metode akan ditinjau kembali menggunakan perbandingan antar
metode perhitungannya. Perbandingan tadi menjadi acuan untuk mendapatkan hasil
yang sebenarnya setelah melihat dari data PDA test. PDA test sendiri didapatkan
melalui tes yang telah dilakukan oleh kontraktor. Setelah perbandingan didapatkan,
maka dilakukan analisis data untuk penyesuaian terhadap permodelan struktur
kolom dan tiang pancang gedung pada software Tekla Structure.

Perumusan Masalah

Permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut:

1. Berapa besarnya daya dukung ultimit dan daya dukung ijin struktur pondasi
tiang pancang dalam mendukung beban?
2. Metode mana yang efektif dalam menentukan daya dukung pondasi tiang
pancang?
2

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Menghitung besarnya daya dukung tiang pancang dengan Metode Aoki De


Alencar, Philoponat, dan langsung serta daya ijin dari hasil sondir yang terjadi
pada pondasi Gedung A Rumah Sakit Umum Daerah Tipe C Kota Pekanbaru,
Riau.
2. Menganalisis daya dukung tiang pancang yang diperoleh dari metode Aoki De
Alencar, Philoponat dan Metode Langsung.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini antara lain:

1. Memberikan informasi kepada pembaca khususnya mahasiswa dalam


menentukan metode yang terbaik untuk perhitungan daya dukung tiang pancang.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup atau batasan masalah penelitian ini yaitu:

1. Analisa dan perhitungan meliputi daya dukung tiang pancang.


2. Permodelan pondasi tiang pancang menggunakan program Tekla Structure.

TINJAUAN PUSTAKA
Pondasi

Bangunan merupakan wujud fisik dari hasil suatu pekerjaan konstruksi yang
didukung oleh suatu konstruksi bawah tanah yang disebut sebagai pondasi. Pondasi
merupakan bagian dari suatu sistem rekayasa yang meneruskan beban yang
ditopang oleh pondasi dan beratnya sendiri ke dalam tanah dan batuan yang terletak
di bawahnya (Bowles 1997). Menurut Yulianti (2014), terdapat beberapa
persyaratan dasar pondasi yaitu memiliki faktor keamanan (2 atau 3) agar aman
terhadap kemungkinan keruntuhan geser, maka penurunan tersebut harus masih
berada dalam batas toleransi, differential settlement (penurunan sebagian) tidak
boleh menyebabkan kerusakan serius atau mempengaruhi struktur bangunan.
Menurut Suyono dan Nakazawa (1984), pemilihan jenis pondasi dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Keadaan tanah pondasi yang meliputi jenis tanah, daya dukung tanah, kedalaman
tanah keras dan lainnya.
2. Batasan-batasan akibat konstruksi di atasnya, meliputi kondisi beban (besar
beban, arah beban, penyebaran beban) dan sifat dinamis bangunan atas (statis
tertentu atau tak tentu, kekakuan dan lainnya).
3

3. Batasan-batasan di sekelilingnya, meliputi kondisi lokasi proyek dan pekerjaan


pondasi tidak boleh mengganggu atau membahayakan bangunan serta
lingkungan di sekitarnya.
4. Waktu dan biaya pelaksanaan pekerjaan.

Pondasi dibagi menjadi dua jenis, yaitu pondasi dangkal dan dalam. Pondasi
dalam sendiri terbagi lagi menjadi tiga jenis, yaitu pondasi sumuran, bored pile, dan
tiang pancang. Pondasi tiang pancang digunakan bila lapisan tanah di kedalaman
normal tidak mampu mendukung beban dan lapisan tanah keras yang sangat dalam.
Pondasi ini terbuat dari kayu, beton dan baja dengan diameter yang lebih kecil dan
lebih panjang dibanding pondasi sumuran yang biasanya dipakai untuk bangunan
dengan rekayasa beban menengah (El-Esnawi 2010). Menurut Sosrodarsono dan
Nakazawa (1990), jenis pondasi harus sesuai dengan keadaan tanah pondasi yang
bersangkutan. Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman sekitar 20
meter di bawah permukaan tanah, dalam hal ini tergantung dari penurunan
(settlement) yang diijinkan. Kondisi tersebut menyebabkan kelemahan struktural
dan diskontinuitas antar lantai sering diasosiasikan dengan perubahan secara
mendadak pada geometri frame sepanjang tinggi dari struktur (Athanassiadou
2008). Ketika tidak boleh terjadi penurunan, biasanya digunakan pondasi tiang
pancang (pile driven foundation). Pondasi tiang dapat dilihat pada Gambar 1
(Marbun 2009).

Gambar 1 Pondasi Tiang

Daya Dukung Tanah

Dalam pengertian teknik secara umum tanah adalah material yang terdiri dari
agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara
kimia) satu sama lain dan dari bahan-bahan organik yang telah melapuk (yang
berpartikel padat) disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong
di antara partikel-partikel padat tersebut (Das 1995). Tanah harus mampu memikul
beban dari setiap konstruksi teknik yang diletakkan pada tanah tersebut tanpa
kegagalan geser (shear failure) dan dengan penurunan (settlement) yang dapat
ditolerir untuk konstruksi tersebut (Causevic dan Mitrovic 2011). Ada beberapa
macam sistem klasifikasi tanah sebagai hasil pengembangan dari sistem klasifikasi
yang sudah ada. Tetapi yang paling umum digunakan adalah sistem klasifikasi
tanah unified atau unified soil classification system (USCS). Klasifikasi ini sangat
4

dianjurkan untuk pemakaiannya dalam penentuan. Tabel 1 menunjukkan sistem


klasifikasi tanah unified (Bowles 1989).

Tabel 1 Sistem klasifikasi tanah unified


Jenis Tanah Simbol Sub Kelompok Simbol
Kerikil G Gradasi baik W
Gradasi buruk P
Pasir S Berlanau M
Berlempung C
Lanau M
Lempung C WL < 50% L
Organik O WL > 50% H
Gambut Pt

Daya dukung tanah merupakan kemampuan tanah untuk menahan beban


pondasi tanpa mengalami keruntuhan akibat geser yang juga ditentukan oleh
kekuatan geser tanah. Kekuatan geser tanah memiliki nilai tersendiri yang
didapatkan dari nilai pengujian terhadap boring log dan sampel tanah (Pranata dan
Wijaya 2008). Tanah mempunyai sifat untuk meningkatkan kepadatan dan
kekuatan gesernya apabila menerima tekanan. Analisis daya dukung (bearing
capacity) mempelajari kemampuan tanah dalam mendukung beban pondasi dari
struktur yang terletak di atasnya. Struktur diberikan pembebanan hingga beberapa
elemen struktur mencapai tegangan ultimate, lalu diberikan beberapa kombinasi
pembebanan agar diperoleh analisis daya dukung tanah yang sesuai (Kadid dan
Boumrkik 2008). Analisis daya dukung tanah pertama kali dikenalkan oleh Prandtl
(1921), yang kemudian dikembangkan oleh Terzaghi (1943), Meyerhof (1955) dan
peneliti lainnya (Hardiyatmo 2011). Apabila beban yang bekerja pada tanah
pondasi telah melampaui daya dukung batasnya, tegangan geser yang ditimbulkan
di dalam tanah melampaui ketahanan geser pondasi, maka akan terjadi keruntuhan
geser pada tanah pondasi (Usman 2014).
Daya dukung tanah adalah kemampuan tanah memikul tekanan atau tekanan
maksimum yang diijinkan bekerja pada tanah pondasi. Kemampuan tanah ini sangat
membantu dalam beberapa teknik dasar untuk metode pembangunan yang efektif
dan efisien (Kreslin dan Fajfar 2012). Daya dukung tanah juga merupakan bagian
dari struktur yang menyalurkan beban langsung ke lapisan tanah di bawahnya. Daya
dukung tanah juga dapat dituliskan dengan persamaan (1).

𝑃𝑃
𝜎𝜎 = (1)
𝐴𝐴

Keterangan:
σ = daya dukung tanah (KN/m2)
P = beban yang bekerja (KN)
A = luas pondasi (m2)

Daya dukung ijin adalah beban per satuan luas yang diijinkan untuk
dibebankan pada tanah di bawah pondasi, agar kemungkinan terjadinya keruntuhan
dapat dihindari. Beban tersebut termasuk beban mati dan beban hidup diatas
5

permukaan tanah, berat pondasi itu sendiri dan berat tanah yang terletak tepat diatas
pondasi. Untuk menghitung daya dukung ijin digunakan rumus seperti disajikan
pada persamaan (2) (Mulyati dan Indriastuti 2006).

𝑞𝑞𝑢𝑢
𝑞𝑞𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 = (2)
𝑆𝑆𝑆𝑆

Dengan:
qu = daya dukung batas (ton)
SF = safety factor / angka aman

Pada umumnya angka aman besarnya sekitar 3, digunakan untuk menghitung


daya dukung yang diijinkan untuk tanah di bawah pondasi. Hal ini dilakukan
mengingat bahwa dalam keadaan yang sesungguhnya tanah tidak homogen dan
tidak isotropis sehingga pada saat mengevaluasi parameter-parameter dasar dari
kekuatan geser tanah ini ditemukan banyak ketidakpastian (Mulyati dan Indriastuti
2006). Nilai faktor aman umumnya diperhitungkan terhadap ketelitian hasil uji
tanah, kondisi lokasi pembangunan, pengawasan saat pembangunan dan derajat
ketidaktentuan dari persamaan kapasitas dukung yang digunakan seperti kapasitas
balok beton serta coran lantai (Naik dan Saleemuddin 2015). Faktor aman terhadap
keruntuhan kapasitas dukung akibat beban maksimum disarankan sama dengan 3.
Faktor aman = 3 adalah sangat berhati-hati guna menanggulangi ketidaktentuan
variasi kondisi tanah dasar. Bila pembebanan berupa kombinasi beban-beban
permanen dan beban-beban sementara, faktor aman kurang dari 3 dapat digunakan
(Achmad 2012). Terzaghi juga mengatakan ketika pondasi dibebani, pada tanah
tepat di bawah dasar pondasi terbentuk 3 zona geser seperti yang terlihat pada
Gambar 8 (Hardiyatmo 2002).
Ada beberapa teori untuk menghitung daya dukung tanah, teori yang paling
sering digunakan adalah teori Terzaghi. Teori Terzaghi berlaku untuk pondasi
dangkal (D ≤ B). Dari penjabaran tertentu, Terzaghi mengemukakan rumus praktis
untuk menghitung daya dukung tanah seperti disajikan pada persamaan (3), (4) dan
(5). Daya dukung tanah ultimit dipengaruhi oleh nilai parameter tanah (Ø, c, dan γ),
kedalaman pondasi (Df), ukuran dan bentuk pondasi, sifat tanah terhadap penurunan
dan kedalaman muka air tanah (Ramot dan Rudi 2013). Jadi untuk menghitung daya
dukung tanah, perlu diketahui berat volume tanah, kohesi tanah dan sudut geser
tanah. Faktor koefisien daya dukung pondasi menurut Terzaghi ditunjukkan oleh
Tabel 2 (Romel dan Doni 2007).

Tabel 2 Faktor daya dukung untuk persamaan Terzaghi


ϕ Nc Nq Nɣ N’c N’q N’ɣ
0o 5,71 1,00 0 3,81 1,00 0
5o 7,32 1,64 0 4,48 1,39 0
10o 9,64 2,70 1,2 5,34 1,94 0
15o 12,8 4,44 2,4 6,46 2,73 1,2
20o 17,7 7,43 4,6 7,90 3,88 2,0
25o 25,1 12,7 9,2 9,86 5,60 3,3
30o 37,2 22,5 20,0 12,7 8,32 5,4
35o 57,8 41,4 44,0 16,8 12,8 9,6
6

40o 95,6 81,2 114,0 23,2 20,5 19,1


45o 172 173 320 34,1 35,1 27,0

Nilai-nilai Nc, Nq dan Nγ adalah fungsi dari besarnya sudut geser dalam (φ)
yang diberikan Terzaghi dalam bentuk grafik pada Gambar 2 (Hardiyatmo 2002).
Meyerhof (1951), (1963) dalam Bowles (1992) menyarankan persamaan daya
dukung yang mirip dengan rumus Terzaghi tetapi memasukkan suatu faktor bentuk
sq, faktor kedalaman di dan faktor kemiringan ii. Menurut Meyerhof, faktor-faktor
bentuk, kedalaman dan kemiringan, persamaannya ditunjukkan Tabel 3.

Beban vertikal:
qu = c Nc sc dc + Df γ Nq sq dq + 0,5γ B Nγ sγ dγ (3)

Beban miring:
qu = c Nc dc ic + Df γ Nq dq iq + 0,5γ B Nγ dγ iγ (4)

Gambar 2 Grafik koefisien kapasitas daya dukung Terzaghi

Tabel 3 Persamaan daya dukung Meyerhof


Faktor Nilai Untuk
Bentuk Sc = 1 + 0.2 Kp (B/L) Semua ɸ
Sq = s = 1 + 0.1 Kp (B/L) ɸ > 10o
Sq = sɣ = 1 ɸ=0
Kedalaman dc = 1 + 0.2 Kp (D/B) Semua ɸ
dq = dɣ = 1 + 0.1 Kp (D/B) ɸ > 10o
dq = dɣ = 1 ɸ=0
Kemiringan ic = iq = (1 – (θo/90o)) Semua ɸ
iɣ = (1 – (θo/90o)) ɸ > 10o
iɣ = 1 ɸ=0
7

Tegangan tanah maksimum merupakan tegangan tanah maksimum yang


dialami oleh tanah apabila tanah tersebut terkena keseluruhan beban bangunan.
Tegangan tanah maksimum dihitung dengan persamaan (5). Hasilnya akan sangat
mempengaruhi keadaaan perhitungan setelahnya.
𝑅𝑅 𝑀𝑀𝑥𝑥 𝑦𝑦𝑜𝑜 𝑀𝑀𝑥𝑥 𝑥𝑥𝑜𝑜
𝑞𝑞𝑜𝑜 = ± ± (5)
𝐴𝐴 𝐼𝐼𝑥𝑥 𝐼𝐼𝑦𝑦

Dengan:
qo = tegangan tanah maksimum maksimal (kN/m2)
R , Mxyy0 = beban keseluruhan (kN)
A , Ixy = luas alas bangunan (m2)

Tegangan tanah akibat beban bangunan merupakan tegangan tanah yang


terjadi karena adanya pembebanan secara vertikal dari bangunan di atas pondasi.
Tegangan tanah tersebut dihitung dengan persamaan (6).

(𝑞𝑞𝑞𝑞𝑞𝑞𝑞𝑞𝑞𝑞)
∆𝑃𝑃 = (6)
(𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵)𝑥𝑥(𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿)

Dengan:
∆𝑃𝑃 = total tegangan tanah (kN/m2)
q = beban (kN)
B,H, L = panjang, lebar, tinggi bangunan (m)

Tegangan tanah efektif merupakan tegangan dalam tanah yang dipengaruhi


oleh gaya-gaya dari air yang terdapat di dalam tanah. Berat tanah yang terendam
oleh air disebut berat tanah efektif, sedangkan tegangan yang terjadi disebut
tegangan efektif. Untuk menghitung nilai tegangan tanah efektif pada kedalaman
tertentu digunakan persamaan (7). Tegangan tanah efektif pada kedalaman tertentu
dimana air mulai muncul dihitung dengan persamaan (8).

𝑃𝑃𝑜𝑜 = ɣ𝑏𝑏 𝑥𝑥 ℎ (7)

𝑃𝑃𝑜𝑜 = 𝑃𝑃′𝑜𝑜 + (ɣ𝑏𝑏 + ɣ𝑤𝑤 ) 𝑥𝑥 ℎ (8)

Dengan:
Po = total tegangan tanah (kN/m2)
ɣ𝑏𝑏 = berat tanah efektif (kN/m3)
ɣ𝑤𝑤 = berat air efektif (kN/m3)
h = kedalaman tanah (m)

Pondasi Tiang Pancang Minipile

Tiang pancang beton pracetak yang sering dipergunakan dalam dunia


konstruksi di daerah dengan tanah lempung adalah tiang pancang mini pile dan juga
tiang pancang pratekannya dalam ukuran yang besar. Tiang pancang mini pile
umumnya berbentuk persegi, prisma atau lingkaran. Biasanya pembuatan tiang
pancang mini pile dicetak di lokasi tertentu, kemudian diangkut ke lokasi
8

pembangunan. Cara pemasangan tiang sangat berpengaruh pada kelakuan tiang


dalam mendukung beban terutama pada perubahan sifat-sifat tanah.
Pengerjaan pemakaian pondasi tiang pancang tipe ini mempunyai kelebihan
atau keuntungan dan kerugian. Adapun keuntungan pemakaian tiang pancang mini
pile adalah sebagai berikut.
a. Bahan tiang dapat diperiksa sebelum pemancangan
b. Prosedur pelaksanaan tidak dipengaruhi oleh air tanah
c. Penyambungan tiang tidak membutuhkan waktu yang lama, dikarenakan
bentuknya yang mini

Sedangkan kerugian pemakaian pondasi mini pile adalah sebagai berikut.


a. Pengembunan pada permukaan tanag dan gangguan tanah akibat pemancangan
tiang dapat menimbulkan masalah
b. Tiang pancang mini pile ini mudah rusak akibat pemancangan
c. Pemancangan menimbulkan suara atau getaran dan deformasi tiang yang dapat
menimbulkan kerusakan bangunan di sekitarnya

Pekerjaan pemancangan dapat mengakibatkan perubahan terhadap sifat


tanah. Tiang yang dipancang ke dalam tanah granular (pasir), dapat menyebabkan
tanah mengalami pemadatan atau kenaikan berat volume dan di permukaan tanah
akan terlihat tonjolan tanah. Tiang yang dipancang ke dalam tanah kohesif seperti
lempung dan lanau, akan mengakibatkan kenaikan tanah di sekitar permukaan tiang
yang diikuti oleh konsolidasi tanah.

Kuat Dukung Tiang Pancang


Berdasarkan beban - beban yang bekerja pada tiang pancang akan
mempengaruhi dari tiang pancang itu sendiri baik pada saat pemancangan terhadap
kekuatan tanah maupun terhadap beban yang bekerja di atasnya. Untuk menjaga
agar tiang tetap stabil dalam menerima beban yang bekerja, perlu diketahui kuat
dukung tiang yang diijinkan.
Hitungan kapasitas tiang dapat dilakukan dengan cara pendekatan statis
ataupun dinamis. Hitungan kapasitas tiang dengan metode statis dapat dilakukan
menurut teori mekanika tanah, yaitu dengan mempelajari sifat-sifat teknis tanah
tersebut. Sedangkan hitungan dengan metode dinamis dilakukan dengan
menganalisis kapasitas ultimit dengan data yang diperoleh dari data pemancangan
tiang. Hasil hitungan kapasitas tiang yang didasarkan pada teori mekanika tanah,
kadang-kadang masih perlu dicek dengan mengadakan pengujian ulang tiang untuk
meyakinkan hasilnya.

Kuat Dukung Tiang dari Cone Penetration Test (CPT)


Perbedaan tes di lapangan, sondir atau Cone Penetration Test, seringkali
dipertimbangkan peranan dari geoteknik. CPT atau sondir adalah alat uji sederhana
yang dipakai untuk lempung lunak dan pasir halus sampai pasir setengah kasar dan
tidak diterapkan pada tanah berkerikil atau lempung kaku. Uji sondir ini dapat
mengklasifikasikan jenis tanah dan kekuatan serta karakteristik lapisan tanah.
Secara khas, tahanan ujung / titik dan hambatan setempat dipakai untuk
menghitung rasio gesekan fR yang digunakan untuk perhitungan kuat dukung tiang
seperti dijelaskan pada persamaan (9).
9

𝑓𝑓𝑓𝑓
𝑓𝑓𝑓𝑓 = × 100% (9)
𝑞𝑞𝑞𝑞
Dengan:
fs = Hambatan setempat (kg/cm2)
qc = Tahanan konus (kg/cm2)

Dalam perencanaan pondasi tiang pancang, data-data tanah sangat diperlukan


dalam merencanakan kapasitas kuat dukung dari tiang pancang sebelum
pembangunan. Hal ini bertujuan untuk menentukan kapasitas kuat dukung ultimit
dari tiang pancang. Kegunaan dari uji Cone Penetration Test atau sondir adalah
untuk menentukan profil dan karakteristik tanah, menentukan daya dukung pondasi,
dan mengetahui kedalaman lapisan tanah keras serta daya dukung maupun daya
lekat setiap kedalaman.
Bentuk ujung sondir memberikan pengaruh yang amat besar terhadap tahanan
konus. Perlawanan konus (qc) yang lebih kecil ditentukan oleh ujung konus yang
lebih lancip pada sondir. Alat sondir dibuat sedemikian rupa sehingga dapat
mengukur tahanan ujung dan tahanan gesekan dari selimut silinder mata sondirnya.
Pembacaan tahanan kerucut statis dilakukan dengan melihat jam pengukur,
dilakukan tiap penembusan 20 cm. Tahanan ujung serta tahanan gesekan selimut
alat sondir dicatat. Dari sini diperoleh grafik tahan kerucut statis atau grafik sondir
yang menyajikan nilai keduanya. Kapasitas kuat dukung ultimit ditentukan dengan
persamaan (10).

𝑄𝑄𝑄𝑄 = 𝑄𝑄𝑄𝑄 + 𝑄𝑄𝑄𝑄 = 𝑞𝑞𝑞𝑞 . 𝐴𝐴𝐴𝐴 + 𝑓𝑓. 𝐴𝐴𝐴𝐴 (10)

Dengan:
Qu = Kuat dukung ultimit tiang pancang (ton)
Qb = Kapasitas tahanan di ujung tiang (ton)
Qs = Kapasitas tahanan kulit (ton)
qb = Kuat dukung di ujung tiang persatuan luas (kg/cm2)
Ab = Luas di ujung tiang (cm2)
f = Satuan tahanan kulit per satuan luas (kg/cm2)
As = Luas kulit tiang pancang (cm2)

Alat sondir terdiri dari konus atau bikonus yang dihubungkan dengan batang
dalam penyanggah. Kemudian alat sondir ini ditekan ke dalam tanah dengan
bantuan mesin sondir hidraulik yang digerakkan secara manual. Ada dua tipe ujung
konus pada sondir mekanis yaitu :
1. Konus biasa, yang diukur adalah perlawanan ujung konus dan biasanya
digunakan pada tanah berbutir kasar, dimana besar perlawanan lekatnya kecil.
2. Bikonus yang diukur adalah perlawanan ujung konus dan hambatan lekatnya
yang biasanya digunakan pada tanah yang berbutir halus.
Cara pembacaan pada sondir secara mekanis adalah secara manual dan
bertahap, yaitu dengan mengukur tahanan ujung dengan alat ukur menometer
kemudian dilakukan pengukuran gesekan selimut dan tahanan ujung. Menentukan
kapasitas dukung ultimit (Qu) berdasarkan hasil sondir atau Cone Penetration Test
dengan menggunakan metode statik.
10

1) Metode Aoki dan De Alencar


Untuk memperkirakan kuat dukung ultimit dari data CPT atau sondir, nilai
Qb dan f diperoleh dengan persamaan (11).
𝑞𝑞𝑞𝑞𝑞𝑞 (𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏)
𝑄𝑄𝑄𝑄 = (11)
𝐹𝐹𝐹𝐹
𝑎𝑎𝑎𝑎
𝑓𝑓 = 𝑞𝑞𝑞𝑞(𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠) (12)
𝐹𝐹𝐹𝐹

Dengan:
Qb = Kapasitas kuat dukung di ujung tiang (ton)
qca = Perlawanan konus di sekitar ujung tiang (kg/cm2)
Fb = Faktor empirik, bergantung pada jenis tanah
f = Kuat dukung kulit tiang persatuan luas (kg/cm2)
qc(side) = Perlawanan konus rata-rata pada masing-masing lapisan sepanjang
tiang (kg/cm2)
Fs = Faktor empirik yang bergantung pada jenis tanah
as = Nilai faktor empirik untuk jenis tanah berbeda

Nilai-nilai faktor empirik Fb dan fs diberikan pada Tabel 4. Nilai-nilai faktor


empirik as untuk tipe tanah yang berbeda diberikan pada Tabel 5.

Tabel 4 Faktor Empirik Fb dan fs


Tipe Tiang Pancang Fb Fs
Tiang Bor 3.50 7.0
Tiang Baja 1.75 3.5
Tiang Beton 1.75 3.5
Sumber: Titi dan Farsakh 1999

Tabel 5 Nilai empirik untuk tipe tanah yang berbeda


Tipe Tanah as (%)
Pasir 1.4
Pasir Berlanau 2.2
Lempung Berpasir 2.4
Pasir Kelanauan 2.0
Lempung berpasir dengan lanau 2.8
Pasir kelanauan dengan lempung 2.4
Lanau 3.0
Lempung berlanau dengan pasir 3.0
Pasir berlempung dengan lanau 2.8
Lanau berlempung dengan pasir 3.0
Lempung berlanau 4.0
Lempung 6.0
Pasir berlanau dan lempung 2.8
Sumber: Titi dan Farsakh 1999
11

Pada umumnya nilai as untuk pasir = 1.4 %, nilai as lanau = 3.0 %, dan nilai
as untuk lempung = 6%.

2) Metode Philoponat
Menurut Philipponat nilai Qb diperoleh dari nilai qc dengan persamaan :

𝑄𝑄𝑄𝑄 = 𝑘𝑘𝑘𝑘 . 𝑞𝑞𝑞𝑞𝑞𝑞 (13)


𝑞𝑞𝑞𝑞𝑞𝑞(𝐴𝐴)+𝑞𝑞𝑞𝑞𝑞𝑞(𝐵𝐵)
𝑞𝑞𝑞𝑞𝑞𝑞 = (14)
2

Dengan:
Qb = Kapasitas kuat dukung di ujung tiang (ton)
kb = Faktor yang bergantung pada tanah yang ditunjukkan Tabel 6
qca (A) = Perlawanan konus rata-rata 3D di atas ujung tiang
qca (B) = Perlawanan konus rata-rata 3D di bawah ujung tiang

Hitungan nilai qca dengan merata-ratakan nilai perlawanan konus (qc), yaitu
nilai qca (A) dengan merata-ratakan nilai qc, 3D di bawah ujung tiang dan nilai qca
(B) merata-ratakan 3D di atas ujung tiang. Tahanan kulit persatuan luas (f)
ditentukan dengan persamaan (15).

Tabel 6 Faktor kapasitas dukung (kb)


Tipe tanah Kb
Kerikil 0.35
Pasir 0.40
Lanau 0.45
Lempung 0.50
Sumber: Titi dan Farsakh 1999

𝑎𝑎𝑎𝑎
𝑓𝑓 = . 𝑞𝑞𝑞𝑞𝑞𝑞 (15)
𝐹𝐹𝐹𝐹

dengan:
qcs = Nilai qc rata-rata pada lapisan tanah di sepanjang tiang
Fs = Faktor empirik, bergantung dari tipe tanah pada Tabel 7
as = 1.25
Philipponat menyarankan batas f = 1.2 kg/cm2

Tabel 7 Faktor empirik Fs


Tipe tanah Fs
Lempung 50
Lanau, lempung berpasir, pasir berlempung 60
Pasir lepas 100
Pasir kerapatan sedang 150
Pasir padat dan kerikil 200
12

Sumber: Titi dan Farsakh 1999

3) Metode Langsung
Metode langsung ini dikemukakan oleh beberapa ahli, yaitu Meyerhoff,
Tomlinson, dan Begemann. Daya dukung pondasi tiang dinyatakan dalam rumus
sebagai berikut.
𝑄𝑄𝑄𝑄 = 𝑞𝑞𝑞𝑞 . 𝐴𝐴𝐴𝐴 + 𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽 . 𝐾𝐾 (16)

Dengan:
Qu = Kapasitas daya dukung tiang pancang (ton)
JHL = Jumlah hambatan lekat (kg/cm)
K = Keliling tiang (cm)
Ap = Luas penampang tiang (cm2)
qp = Tahanan ujung rata-rata (kg/cm2)

Adapun persamaan lainnya untuk menghitung tahanan ujung ultimit


disampaikan pada persamaan (17). Untuk perhitungan tahanan gesek dinding tiang
yang digunakan, dinyatakan dalam persamaan (18).

𝑄𝑄𝑄𝑄 = 𝑞𝑞𝑞𝑞 . 𝐴𝐴𝐴𝐴 (17)

Dengan:
Qb = Tahanan ujung ultimit tiang (ton)
qc = tahanan kerucut (kg/cm2)
Ab = luas ujung tiang (cm2)

𝑄𝑄𝑄𝑄 = 𝐴𝐴𝐴𝐴 . 𝑓𝑓 (18)

Dengan:
Qs = Tahanan gesek dinding tiang (ton)
As = luas kulit tiang pancang (cm2)
f = tahanan gesek dinding satuan (kg/cm2)

Kapasitas dukung ultimit (Qu) diperoleh dengan menjumlahkan tahanan


ujung ultimit tiang (Qb) dengan tahanan gesek dinding tiang (Qs), sehingga
persamaannya menjadi seperti pada persamaan (19). Dengan demikian untuk daya
dukung ijin tiang dengan metode langsung yang dicari berdasarkan data-data yang
tidak berdasarkan jenis tanah dinyatakan dalam persamaan (20).

𝑄𝑄𝑄𝑄 = 𝑄𝑄𝑄𝑄 + 𝑄𝑄𝑄𝑄 (19)

𝑞𝑞𝑞𝑞 . 𝐴𝐴𝐴𝐴 𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽 . 𝐾𝐾


𝑄𝑄𝑄𝑄 = + (20)
3 5
13

Dengan:
Qa = Kapasitas ijin daya dukung tiang pancang (ton)
JHL = Jumlah hambatan lekat (kg/cm)
K = Keliling tiang (cm)
Ap = Luas penampang tiang (cm2)
qp = Tahanan ujung rata-rata (kg/cm2)

Kuat Dukung Kelompok Tiang Pancang (Pile Group)

Pondasi tiang pancang jarang sekali berdiri sendiri (Single Pile), akan tetapi
kita sering mendapatkan pondasi tiang pancang dalam bentuk kelompok (Pile
Group). Kapasitas kelompok tiang tidak selalu sama dengan jumlah kapasitas tiang
tunggal yang berada dalam kelompoknya. Hal ini dapat terjadi jika tiang pancang
dalam lapisan pendukung yang mudah mampat atau dipancang pada lapisan tanah
yang tidak mudah mampat, namun di bawahnya terdapat lapisan lunak.
Cara pemasangan tiang tunggal, seperti pemasangan tiang dengan cara
ditekan, dipancang dan sebagainya akan berpengaruh kecil terhadap kedua hal
tersebut. Pada beban struktur tertentu, penurunan kelompok tiang yang sama
dengan penurunan tiang tunggal hanya terjadi jika kelompok tiang terletak pada
lapisan keras. Dalam perhitungannya poer dianggap atau dibuat kaku sempurna,
sehingga bila beban-beban yang bekerja pada kelompok tiang tersebut
menimbulkan penurunan, maka setelah penurunan bidang poer tetap merupakan
bidang datar.
Jika kelompok tiang dipancang dalam tanah lempung lunak, pasir tidak pada,
atau timbunan, dengan dasar tiang yang bertumpu pada lapisan lempung kaku,
maka kelompok tiang tersebut tidak mempunyai resiko akan mengalami keruntuhan
geser umum, asalkan diberikan faktor aman yang cukup terhadap bahaya
keruntuhan tiang tunggalnya (Hardiyatmo 2002).
Kemudian, untuk kelompok tiang yang dasarnya bertumpu pada lapisan
lempung lunak tersebut, faktor aman terhadap keruntuhan blok harus
diperhitungkan, terutama untuk jarak tiang-tiang yang dekat. Pada pemancangan
tiang untuk tanah granular, menyebabkan tanah di sekitar tiang dalam radius sedikit
tiga kali diameter tiang memadat. Jika masing-masing tiang dipancang
berkelompok, tanah yang berada di area kelompok tiang, akan mempunyai
kepadatan tinggi. Bila kelompok tiang ini dibebani, tiang-tiang yang terletak di
antaranya akan bergerak bersama-sama sebagai satu kesatuan. Jadi, kelompok tiang
berkelakuan seperti pondasi rakit dengan luas dasar yang sama dengan luas
kelompok tiang.
Pengamatan pada tiang yang dipancang dalam tanah pasir homogen
menunjukkan bahwa kapasitas kelompok tiang lebih besar daripada jumlah
kapasitas masing-masing tiang dalam kelompoknya. Jika jarak tiang dekat, pada
waktu pemancangan tiang di dekatnya, tegangan efektif lateral akan bertambah.
Akibatnya tahanan gesek dinding tiang juga bertambah. Pada pemancangan yang
berdekatan cenderung akan menambahkan kerapatan relatif pasir, dengan demikian
akan menambah sudut gesek dalam tanah.
14

Faktor Aman

Untuk memperoleh daya ijin tiang, maka diperlukan untuk membagi


kapasitas ultimit tiang dengan faktor aman tertentu. Faktor aman ini perlu diberikan
dengan maksud untuk memberikan keamanan terhadap ketidakpastian metode
hitungan yang digunakan. Lalu, faktor aman juga diperlukan untuk meyakinkan
bahwa bahan tiang cukup untuk aman dalam mendukung beban yang bekerja. Batas
toleransi penurunan tidak seragam diantara tiang-tiang juga menjadi penyebab
dibutuhkannya faktor aman.
Besarnya kuat dukung ijin (Qa) dengan memperhatikan keamanan terhadap
keruntuhan adalah nilai kapasitas ultimit (Qu) dibagi dengan faktor aman (SF) yang
sesuai. Variasi besarnya faktor aman yang telah banyak digunakan untuk
perancangan pondasi tiang pancang, dihitung dengan persamaan (21). Lalu,
penggunaan faktor aman minimum yang dipakai dalam perhitungan untuk metode
statis dan metode dinamis dapat dilihat pada Tabel 8 (Titi dan Farsakh, 1999)

𝑄𝑄𝑄𝑄
𝑄𝑄𝑄𝑄 = (21)
𝑆𝑆𝑆𝑆

Qa = Daya dukung ijin tiang pancang (ton)


Qu = Daya dukung ultimit tiang pancang (ton)
SF = Faktor aman

Tabel 8 Faktor aman minimum berbagai metode


Metode Faktor aman minimum
Aoki De Alencar 2.5
Meyerhoff 2.5
Hilley’s 2.7
Philoponat 2.5

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga bulan Agustus 2016.
Pengambilan data penelitian dilakukan di proyek pembangunan Gedung Rumah
Sakit Umum Daerah Tipe C Kota Pekanbaru, Riau.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat laptop VAIO
yang dilengkapi dengan Software Microsoft Office, dan Tekla Structure. Bahan
yang digunakan merupakan data sekunder meliputi gambar kerja Gedung Rumah
Sakit Umum Daerah Tipe C Kota Pekanbaru, Soil Investigation Report, Boring
Logs, Result of Laboratory Test, dan SNI.
15

Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tahap seperti yang disajikan pada Gambar 3,
yaitu:
1. Pengumpulan Data
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari proyek pembangunan Gedung
Rumah Sakit Umum Daerah Tipe C Kota Pekanbaru dan peraturan-peraturan
yang akan dianalisis daya dukung dan penurunan pondasi tiang pancang.

Mulai

Pengumpulan Data Sekunder


1. Soil Investigation Report
2. Boring Log and SPT Test Result
3. Result of Laboratory Test
4. As Built Drawing

Analisis Daya Dukung Ultimit Tiang Pancang Tunggal

Metode Metode Metode


Aoki De Alencar Philoponat Langsung

Daya Dukung Ijin Tiang


Pancang Tunggal

Daya Dukung Tiang Pancang Kelompok

Pembahasan

Selesai

Gambar 3 Diagram alir pelaksanaan penelitian

2. Analisis Struktur
Meninjau respons struktur terhadap beban yang bekerja, di samping menentukan
tegangan ataupun gaya-gaya pada elemen-elemen struktur dan memeriksanya
terhadap kriteria desain.
3. Analisis Pondasi Tiang Pancang
Pada tahapan ini dilakukan perhitungan dan analisis pada struktur bawah atau
pondasi yang meliputi daya dukung pondasi.
4. Daya Dukung
16

Kapasitas daya dukung pada tiang pancang dilakukan berdasarkan hasil SPT
(Standard Penetration Test) dan data laboratorium.
a. Daya Dukung Ultimate
Kapasitas daya dukung tiang kelompok (Qult) merupakan hasil perkalian
jumlah tiang (n) dengan kapasitas dukung total tiang tunggal (Pu), kemudian
dikalikan nilai efisiensi.
b. Daya Dukung Ijin
Daya dukung ijin tiang diperoleh dari daya dukung ultimate dibagi dengan
faktor keamanan (safety factor).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Proyek

Pembangunan Gedung Rumah Sakit Umum Daerah Tipe C Kota Pekanbaru


merupakan proyek pembangunan rumah sakit milik pemerintah Kota Pekanbaru
sebagai rumah sakit yang membantu dalam hal rujukan untuk beberapa puskesmas
di wilayah Kota Pekanbaru khususnya daerah Panam. Biasanya RSUD Arifin
Ahmad dan beberapa rumah sakit swasta lainnya merupakan pusat utama rujukan
dari beberapa puskesmas di wilayah Kota Pekanbaru. Maka, pembangunan RSUD
ini sangat berpengaruh dalam hal pelayanan untuk ke depan nantinya. Dari segi
ekonomi juga sangat membantu karena terjangkaunya akses dari luar kota untuk ke
proyek ini sendiri.
RSUD Tipe C Kota Pekanbaru ini memiliki konsep green hospital yang
mengutamakan kehijauan lingkungan dan kebersihannya. Rumah sakit ini akan
bersifat asri dan nyaman sehingga pasien merasa tidak berada di rumah sakit.
Pembangunan rumah sakit ini dilakukan mulai dari akhir bulan Desember tahun
2014. Ada beberapa gedung yang dibangun diantaranya gedung aktifitas rumah
sakit, yaitu gedung A, B, C, D dan E serta kamar mayat memiliki gedung tersendiri.
Pembangunan mesjid di dalam wilayah rumah sakit ini juga akan dilakukan setelah
pembangunan gedung-gedung sebelumnya telah selesai. Gedung-gedung ini
rencananya dibangun dengan jumlah 3 tingkat dan memiliki kubah seperti mesjid.
Taman yang dipenuhi dengan pepohonan dan rumput-rumput juga dibangun untuk
menambah kesan keasrian dan alamiah dalam mendukung fasilitas kesehatan yang
ada sehingga menambah kemudahan dalam kesembuhan pasien yang dirawat di
rumah sakit ini nantinya.
Proyek pembangunan gedung Rumah Sakit Umum Daerah tipe C Kota
Pekanbaru ini berada di Jalan Garuda Sakti KM 2 Kota Pekanbaru, Provinsi Riau.
Proyek ini berada di lahan bekas taman kota daerah panam di arah barat laut stadion
utama Riau. Akses jalan ke lokasi proyek sangat bagus karena jalan yang telah
beraspal dan lalu lintas yang tidak terlalu padat. Namun, jarak ke pusat kota
tergolong jauh untuk ditempuh dengan kendaraan bermotor (Gambar 4).
Lalu, lokasi kantor juga berada pada proyek pembangunan RSUD Kota
Pekanbaru ini dan barak-barak pekerja berada di bagian belakang lokasi proyek.
Lalu, kemudian akses tempat bekerja ini juga sudah sangat bagus dalam
mendukung pekerjaan seperti rumah tempat tinggal pegawai kontraktor pelaksana
17

yang berada 500 m tidak jauh dari tempat proyek dibangun. Kemudian, kontraktor
perencana tidak berada di tempat proyek dikarenakan sudah dilimpahkan
penugasan terhadap kontraktor pelaksana.

Lokasi Proyek
PEMBANGUAN
GEDUNG RUMAH
SAKIT DAERAH

Gambar 4 Lokasi Proyek Pembangunan RSUD Tipe C Kota Pekanbaru

Hasil Data Sondir atau Cone Penetration Test (CPT)

Data sondir merupakan hasil dari pengujian tes sondir dan Pile Driving
Analizer (PDA). Karakteristik hammer yang digunakan pada pengetesan adalah
Drop Hammer dengan berat Ram sebesar 1.3 ton. Pengetesan dinamik pada tiang
pancang ini menggunakan konsep satu dimensi gelombang yang diakibatkan oleh
pukulan pada tiang tersebut, maka tiang yang dipukul akan memberikan energi
tertentu yang menghasilkan kapasitas tiang. Adapun hasil data sondir atau Cone
Penetration Test, data sondir pada titik 1 dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Hasil data sondir pada titik sondir 1


Jumlah
Perlawanan Hambatan Hambatan Perlawanan
Kedalaman Hambatan
Konus Setempat Pelekat Gesek
(meter) Lekat
(kg/cm2) (kg/cm2) (kg/m) (kg/cm2)
(kg/cm)
0 0 0 0 0 0
1 2 0.2 4 17.33 3
2 5 0.13 2.67 33.33 2
3 4 0.2 4 57.33 3
4 14 0.2 4 76 3
5 17 0.2 4 101.33 3
6 24 0.4 8 144 6
7 34 0.4 8 189.33 6
8 28 0.4 8 232 6
9 20 0.33 6.67 266.67 5
10 30 0.53 10.67 314.67 8
11 38 0.4 8 360 6
18

12 44 0.4 8 400 6
13 136 0.27 5.33 442.67 4

Pada Tabel 9, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan nilai Perlawanan Konus
yang sejalan dengan bertambahnya kedalaman. Begitu pula dengan hasil Jumlah
Hambatan Lekat yang meningkat dari kedalaman 0 meter sampai 13 meter.
Sedangkan untuk nilai-nilai hambatan setempat, hambatan pelekat dan perlawanan
gesek mengalami keadaan yang stagnan atau tidak terlalu banyak mengalami
perubahan. Lalu, banyak sekali data-data yang berubah dikarenakan penggunaan
alat yang terus-menerus di sepanjang kedalaman tertentu. Berdasarkan dari hasil
data sondir, maka dapat dilihat grafik data sondir titik 1 pada Gambar 5.
Kedalaman (m)

Total side friction


(kg/cm2)

Cone resistance
(kg/cm2)

Total side friction (kg/cm2)

Gambar 5 Grafik data sondir


19

Dari hasil grafik sondir 1 pada Gambar 5 dapat dilihat terdapat perbandingan
antara nilai qc dan total side friction terhadap kedalaman sondir. Nilai tertinggi
terdapat pada kedalaman 13 meter dengan perlawanan konus dan jumlah hambatan
lekat yang dapat dilihat pada Tabel 8. Dan dari grafik dapat dilihat semakin tinggi
kedalaman maka perlawanan konus dan jumlah hambatan lekat akan semakin besar
nilainya.

Hasil Klasifikasi Jenis Tanah Berdasarkan Data CPT

Pengklasifikasian jenis tanah, diambil dari perkiraan pengujian titik sondir


yang mewakili jenis tanah Proyek Pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Pekanbaru. Sampel uji tanah dibawa ke laboratorium pengujian jenis tanah di PT.
Bigaman Bukit. Setelah hasil didapat, dibuatlah Geologic Drilling Log sebagai
acuan untuk investigasi jenis tanah. Titik uji sondir 1 mendapatkan perkiraan jenis
tanah dengan alat CPT pada Tabel 10.

Tabel 10 Perkiraan jenis tanah pada titik sondir 1


Perlawanan Hambatan
Kedalaman
Konus Setempat fR (%) Perkiraan Jenis Tanah
(meter)
(kg/cm2) (kg/cm2)
0 0 0 0 -
1 2 0.2 10 Lempung
2 5 0.13 2.67 Pasir Berlanau
3 4 0.2 5 Pasir Berlanau
4 14 0.2 1.43 Pasir Berlanau
5 17 0.2 1.18 Pasir Berlanau
6 24 0.4 1.67 Pasir Berlanau
7 34 0.4 1.18 Pasir Berlanau
8 28 0.4 1.43 Pasir Berlanau
9 20 0.33 1.67 Pasir Berlanau
10 30 0.53 1.78 Pasir Berlanau
11 38 0.4 1.05 Pasir Berlanau
12 44 0.4 0.91 Pasir Berlanau
13 136 0.27 0.2 Pasir Halus Berlanau

Hasil Kuat Dukung Tiang

Kuat dukung tiang yang dihitung terdiri atas kuat dukung tiang tunggal dan
kuat dukung tiang grup.

Kuat Dukung Tiang Tunggal


Data-data perencanaan yang dipakai adalah dimensi tiang, keliling ujung
tiang pancang dan luas ujung tiang pancang. Dimensi tiang adalah 25 cm x 25 cm,
lalu keliling ujung tiang pancang adalah 100 cm dan luas ujung tiang pancang
adalah 625 cm. Dari perhituangan kuat dukung ultimit tiang (Qu) dengan
20

menggunakan metode Aoki dan De Alencar, Philoponat dan langsung, kuat dukung
ujung tiang ijinnya dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Hasil kuat dukung ultimit tiang tunggal (Qu) dan kuat dukung ijin (Qa)
dengan metode-metode statis serta tes PDA pada titik sondir 1
Aoki De Metode
Philoponat
Kedalaman Alencar Langsung PDA
(m) Qu Qa Qu Qa Qu Qa (ton)
(ton) (ton) (ton) (ton) (ton) (ton)
4 30.5 12.2 90.5 36.2 96.33 20.43
8 34.5 13.8 94.38 37.75 105.13 23.36 90
12 39.1 15.64 109.38 43.75 115.13 32.19

Perhitungan kuat dukung pondasi ini menggunakan beberapa rumus metode


statis, yaitu metode Aoki dan De Alencar, Philoponat dan metode langsung. Dari
hasil perhitungan, didapat kuat dukung ultimit (Qu) pada kedalaman 12 meter
dengan metode Aoki dan De Alencar adalah 39.1 ton dan kuat dukung ijin (Qa)
setelah dibagi dengan faktor aman sebesar 2.5 adalah 15.64 ton. Lalu, kuat dukung
ultimit (Qu) pada metode Philoponat dengan kedalaman yang sama adalah 109,38
ton dan kuat dukung ijinnya (Qa) adalah 43.75 ton. Sedangkan, metode langsung
memiliki nilai kuat dukung ultimit (Qu) yang paling besar dan kuat dukung ijin (Qa)
yang lebih kecil dibanding metode Philoponat pada kedalaman yang sama, yaitu
115.13 ton dan 32.19 ton.
Perbedaan hasil kuat dukung yang diperoleh dari ketiga metode tersebut
disebabkan adanya koefisien-koefisien yang berbeda dipakai dalam perhitungan
rumus pada ketiga metode tersebut. Perbedaan hasil kuat dukung antara metode
langsung dengan Philoponat tidak terlalu jauh apabila dibandingkan dengan hasil
kuat dukung pada metode Aoki dan De Alencar. Hal ini disebabkan pada pemakaian
nilai-nilai koefisien jenis lapisan tanah yang akan dipancang pondasi dan jenis
pondasinya pada metode Aoki De Alencar. Lalu untuk metode Philoponat terdapat
penambahan koefisien - koefisien dan faktor nilai as yang disarankan yaitu 1.25
karena merupakan ketetapan Philoponat, sedangkan pada metode langsung tidak
melihat jenis lapisan tanah, melainkan hanya menghitung berdasarkan nilai qc
setiap kedalaman tanah. Untuk nilai Qa diperoleh dengan membagi nilai Qu
terhadap faktor aman. Faktor aman yang digunakan pada metode Aoki De Alencar
dan metode Philoponat adalah 2.5. Lalu, metode langsung menggunakan faktor
aman yang dibedakan antara tahanan gesek dinding dan tahanan ujung. Nilai faktor
keamanan untuk tahanan gesek adalah 5 dan faktor keamanan untuk tahanan ujung
tiang adalah 3.
Berdasarkan hasil perhitungan kuat dukung ijin (Qa) pada titik sondir 1 antara
metode Aoki dan De Alencar, Philoponat, dan metode langsung pada Tabel 11,
maka nilai persentase perbedaan antara ketiga metode tersebut dapat dilihat pada
Tabel 12. Nilai persentase ini mempengaruhi pemakaian metode yang paling baik
diantara ketiganya.
21

Tabel 12 Perbedaan nilai kuat dukung ijin (Qa) pada titik sondir 1
Kedalaman ∆Qa
Metode
(m)
(ton) (%)
Aoki De Alencar dan Philoponat 28.11 47.33
12 Aoki De Alencar dan langsung 16.55 34.61
Langsung dan Philoponat 11.56 15.22

Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat persentase perbedaan nilai kuat dukung


ijin (Qa) antara ketiga metode tersebut, dimana perbedaan kuat dukung ijin pada
kedalaman 12 meter antara metode Aoki De Alencar dan Philoponat adalah 28.11
ton, maka dapat dikatakan memiliki persentase terbesar perbedaan nilai kuat
dukung ijin (Qa) diantara perbandingan metode lainnya. Lalu metode langsung dan
Philoponat memiliki persentase perbedaan terkecil dengan perbedaan kuat dukung
ijinnya (∆Qa) adalah 11.56 ton.

Kuat Dukung Tiang Kelompok


Kuat dukung ultimit kelompok tiang pancang diperoleh berdasarkan nilai
efisiensi kelompok tiang pancang, jumlah tiang pancang dan nilai kuat dukung
ultimit tiang pancang tunggal. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan
metode statis diperoleh hasil kuat dukung tiang pancang kelompok pada Tabel 13 .

Tabel 13 Kapasitas kuat dukung ultimit kelompok tiang pancang


Kuat Dukung
Jumlah
Kedalaman Dimensi Tiang
Metode Tiang
(m) Tiang (cm) Kelompok
Pancang
(ton)
Aoki De Alencar 7357.1
12 Philoponat 25 x 25 192 20580.0
Langsung 21662.8

Dari hasil perhitungan kuat dukung ultimit tiang kelompok (Qg) di atas
dengan menggunakan metode statis yaitu metode Aoki De Allencar, metode
Philoponat dan metode langsung, nilai kuat dukung ultimit kelompok terbesar
terdapat pada metode langsung. Kuat dukung tiang kelompok dipengaruhi oleh
beban-beban vertikal yang bekerja pada pondasi gedung. Kuat dukung tiang
kelompok minimum terdapat pada metode Aoki De Alencar, hal ini dipengaruhi
dari hasil kuat dukung ultimit tiang tunggalnya yang juga rendah. Beban yang
bekerja dapat dikaitkan dengan hasil minimum dari kuat dukung ultimit tiang
kelompok pada metode ini. Untuk keefektifan diambil nilai kuat dukung yang
minimum sebagai faktor aman yang normal. Kemudian dibandingkan dengan nilai
tes PDA untuk mendapatkan hasil yang signifikan baik dalam metode perhitungan
atau pun dalam pengerjaan pembangunan yang kuat dan sesuai dalam pedoman
kekuatan struktur bangunan. Nilai keefektifan dari ketiga metode yang dipakai
sangat mempengaruhi ketepatan pemakaian metode perhitungan untuk mencari
daya dukung yang dipakai untuk analisis kuat struktur ke depannya dan periode
ketahanan bangunan yang akan dipakai dalam jangka waktu tertentu atau permanen
untuk dipertahankan pemakaiannya.
22

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Simpulan dari penelitian ini, yaitu:


1. Nilai daya dukung ultimit tiang pancang yang didapatkan dari perhitungan
metode Aoki De Alencar pada kedalaman 4m, 8m, dan 12 m masing-masing
adalah 30.5 ton, 34.5 ton, dan 39.1 ton serta nilai daya dukung ijin, yaitu 12.2
ton, 13,8 ton, dan 15.64 ton. Metode Philoponat menghasilkan nilai daya dukung
ultimit tiang pancang dengan kedalaman yang sama, masing-masing adalah 90.5
ton, 94.38 ton, dan 109.38 ton serta nilai daya dukung ijin, yaitu 36.2 ton, 37.75
ton, dan 43.75 ton. Metode langsung menghasilkan nilai daya dukung ultimit
tiang pancang dengan kedalaman yang sama, masing-masing adalah 96.33 ton,
105.13 ton, dan 115.13 ton serta nilai daya dukung ijin, yaitu 20.43 ton, 23.36
ton, dan 32,19 ton.
2. Hasil daya dukung ultimit dan ijin tiang pancang dari metode Aoki De Alencar,
Philoponat, dan langsung memiliki perbedaan yang disebabkan oleh faktor jenis
tanah, koefisien-koefisien jenis tanah, dan nilai tahanan konus. Metode Aoki De
Alencar dan Philoponat lebih efektif dalam menentukan nilai daya dukung
ultimit tiang pancang karena banyaknya faktor-faktor lapisan tanah yang
digunakan daripada metode langsung yang tidak menggunakannya.

Saran

Saran yang dapat diberikan untuk penelitian ini, yaitu:


1. Menganalisa kuat dukung dengan metode statis, sebaiknya digunakan metode
Aoki De Alencar karena perhitungan kuat dukungnya lebih spesifik.
2. Penggunaan faktor aman juga harus diperhatikan dalam menganalisa kuat
dukung tiang pancang, hal ini memberikan keamanan terhadap ketidakpastian
perhitungan.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad F. 2012. Pemetaan Kapasitas Dukung Tanah Berdasarkan Data Sondir Di


Kota Gorontalo [Laporan Penelitian]. Gorontalo (ID): Universitas Negeri
Gorontalo.
Athanassiadou CJ. 2008. Seismic performance of R/C plane frames irregular in
elevation. Journal of Structure Engineering. 30(1):1250-1261.
Bowles JE. 1989. Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah. Jakarta (ID): Erlangga.
Bowles JE. 1992. Analisis dan Desain Pondasi. Edisi Keempat Jilid 1. Jakarta (ID):
Erlangga.
Bowles JE. 1997. Fondation analysis and design. Engineering Journal. 3(3) : 15-
20.
23

Causevic M, Mitrovic S. 2011. Comparison between non-linear dynamic and static


seismic analysis of structures according to European and US provisions.
Bulletin of Concrete Engineering. 9(2):467-489.
Das BM. 1995. Mekanika Tanah: Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis. Jilid 1.
Penerjemah: Noor Endah dan Indra Surya B. Mochtar. Jakarta (ID): Erlangga.
El-Esnawy NA. 2010. Evaluation of fondation demands for RC building frames
using modal pushover analysis method. Engineering and Applied Science.
54(3): 1347-1362.
Hardiyatmo HC. 2002. Mekanika Tanah 2. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Hardiyatmo HC. 2011. Analisis dan Perancangan Pondasi II. Yogyakarta (ID):
Gadjah Mada University Press.
Kadid A, Boumrkik A. 2008. Pushover analysis of reinforced concrete frame
structures. Asian Journal of Civil Engineering. 9(1):75-83.
Kreslin M, Fajfar P. 2012. The extended N2 method considering higher mode
effects in both plan and elevation. Bulletin of Earthquake Engineering. 10(2):
695-715.
Marbun B. 2009. Analisis Penurunan Elastic Pondasi Tiang Pancang Proyek
Pembangunan Rusunawa Medan Area [Laporan Tugas Akhir]. Medan (ID):
Universitas Sumatera Utara.
Mulyati E, Indriastuti Y. 2006. Kajian Penurunan Dan Daya Dukung
Pondasi Terapung (Floating Foundation) Pada Tanah Lunak [Tugas Akhir].
Semarang (ID): Universitas Diponegoro.
Naik SB, Saleemuddin MZ. 2015. Seismic performance evaluation of reinforced
concrete frame with irregular elevations using non linear static pushover
analysis. International Journal of Modern Trends in Engineering and
Research. 2(7):648-653.
Pranata YA, Wijaya PK. 2008. Kajian daktilitas struktur gedung beton bertulang
dengan analisis riwayat waktu dan analisis beban dorong. Jurnal Teknik Sipil
. 8(3):38-44.
Ramot EP, Rudi I. 2013. Analisa Daya Dukung Tanah Menggunakan Program
Elemen Hingga yang Diberi Perkuatan Geotextile dan Tanpa Perkuatan
Geotextile [Tugas Akhir]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.
Romel A A, Doni SF. 2007. Analisa Perbandingan Penggunaan Pondasi Tiang
Pancang Dengan Pondasi Sarang Laba-Laba Dilihat Dari Segi Teknis Dan
Ekonomis Pada Proyek Pembangunan Hotel Ibis Semarang [Tugas Akhir].
Semarang (ID): Universitas Diponegoro.
Sosrodarsono S, Nakazawa K. 1990. Mekanika Tanah dan Teknik Fondasi. Jakarta
(ID): PT. Pradnya Paramita.
Suyono S, Nakazawa K. 1984. Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi. Jilid II.
Jakarta (ID): PT. Dainippon Gitakarya.
Terzaghi K, Peck B. 1993. Mekanika Tanah Dalam Praktek Rekayasa Jilid-
1. Jakarta (ID): Erlangga.
Titi H, Farsakh MAY. 1999. Evaluation of bearing capacity of pile from cone
penetration test data. Lousiana Transportation Research Center Journal. 5(1)
: 100-110.
Usman A. 2014. Studi Daya Dukung Pondasi Dangkal Pada Tanah Gambut
Menggunakan Kombinasi Perkuatan Anyaman Bambu Dan Grid Bambu
24

Dengan Variasi Lebar Dan Jumlah Lapisan Perkuatan. Jurnal Teknik Sipil dan
Lingkungan. 2(3): 297-302.
Yulianti P. 2014. Studi Pemodelan Perkuatan Pondasi Dangkal Pada Tanah
Lempung Lunak Menggunakan Kombinasi Geotekstil Woven Dan Grid
Bambu Dengan Bantuan Program Plaxis. Jurnal Teknik Sipil dan
Lingkungan. Vol. 2, No.3.
Lampiran 1 Hasil Permodelan Tekla Structure
25
27

Lampiran 2 Contoh Perhitungan

A. Kuat Dukung Tiang Tunggal

1. Metode Aoki De Alencar


𝑞𝑞𝑞𝑞𝑞𝑞 (𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏)
𝑄𝑄𝑄𝑄 =
𝐹𝐹𝐹𝐹
𝑎𝑎𝑎𝑎
𝑓𝑓 = 𝑞𝑞𝑞𝑞(𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠)
𝐹𝐹𝐹𝐹

As = 4 x P x L

Untuk kedalaman 4 m

𝐴𝐴𝐴𝐴 = 4 × 1380 × 25
𝐴𝐴𝐴𝐴 = 138000 cm2
14
𝑄𝑄𝑄𝑄 = = 4 ton
3.5
2.2�
𝑓𝑓 = 30.5 × 100 = 0.192
3.5

𝑄𝑄𝑄𝑄 = 𝑄𝑄𝑄𝑄 . 𝐴𝐴𝐴𝐴 + 𝑓𝑓 . 𝐴𝐴𝐴𝐴


𝑄𝑄𝑄𝑄 = 4 + 0.192 × 138000
𝑄𝑄𝑄𝑄 = 4 + 26.5 = 30.5 ton

𝑄𝑄𝑄𝑄
𝑄𝑄𝑄𝑄 =
2.5
30.5
𝑄𝑄𝑄𝑄 =
2.5
𝑄𝑄𝑄𝑄 = 12.2 ton

2. Metode Philoponat

𝑄𝑄𝑄𝑄 = 𝑘𝑘𝑘𝑘 . 𝑞𝑞𝑞𝑞𝑞𝑞

𝑞𝑞𝑞𝑞𝑞𝑞(𝐴𝐴) + 𝑞𝑞𝑞𝑞𝑞𝑞(𝐵𝐵)
𝑞𝑞𝑞𝑞𝑞𝑞 =
2
𝑎𝑎𝑎𝑎
𝑓𝑓 = . 𝑞𝑞𝑞𝑞𝑞𝑞
𝐹𝐹𝐹𝐹

As = 138000 cm
28

Lampiran 2 Lanjutan

Untuk kedalaman 4 m

Qca (3) = 4 ton


Qca (5) = 17 ton
4+17
Qca = = 10.5 ton
2

Qb = kb . qca
Qb = 0.4 × 10.5
Qb = 4.2 ton

1.25
𝑓𝑓 = × 30.5
60
f = 0.635
Qu = Qb. Ab + f. As
Qu = 4.2 × 625 + 0.635 × 138000
Qu = 90255 kg
Qu = 90.255 ton

𝑄𝑄𝑄𝑄
𝑄𝑄𝑄𝑄 =
𝑆𝑆𝑆𝑆
90.225
𝑄𝑄𝑄𝑄 =
2.5
𝑄𝑄𝑄𝑄 = 36.2 ton

3. Metode Langsung

𝑄𝑄𝑄𝑄 = 𝑞𝑞𝑞𝑞. 𝐴𝐴𝐴𝐴


𝑄𝑄𝑄𝑄 = 𝐴𝐴𝐴𝐴. 𝐹𝐹𝐹𝐹
Untuk kedalaman 4 m

𝑄𝑄𝑄𝑄 = 14 × 625
𝑄𝑄𝑄𝑄 = 8.7 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡

𝑄𝑄𝑄𝑄 = 𝐴𝐴𝐴𝐴. 𝑓𝑓
𝑄𝑄𝑄𝑄 = 138000 × 0.635
𝑄𝑄𝑄𝑄 = 87.63 ton

𝑄𝑄𝑄𝑄 = 𝑄𝑄𝑄𝑄 + 𝑄𝑄𝑄𝑄


𝑄𝑄𝑄𝑄 = 8.7 + 87.63
𝑄𝑄𝑄𝑄 = 96.33 ton
𝑄𝑄𝑄𝑄 𝑄𝑄𝑄𝑄
𝑄𝑄𝑄𝑄 = +
3 5
29

Lampiran 2 Lanjutan

8.7 87.63
𝑄𝑄𝑄𝑄 = +
3 5
𝑄𝑄𝑄𝑄 = 20.43

B. Kuat Dukung Tiang Kelompok

Baris (m) berjumlah 6


Jumlah tiang (n) gedung A dalam satu baris = 32
𝑁𝑁 = 6 × 32 = 192

𝜃𝜃(𝑛𝑛 − 1)𝑚𝑚 + (𝑚𝑚 − 1)𝑛𝑛


𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸 = 1 −
90. 𝑚𝑚. 𝑛𝑛
𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸 = 0.98

𝑄𝑄𝑄𝑄 = 𝑄𝑄 . 𝑁𝑁 . 𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸
𝑄𝑄𝑄𝑄 = 39.1 × 192 × 0.98
Qg = 7357.1 ton
31

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


Mohammad Gilang Nugraha lahir di Pekanbaru pada
tanggal 15 Maret 1995. Penulis merupakan anak pertama dari
tiga bersaudara dari pasangan Bapak Mohammad Noor Topan
dan Ibu Hilyathul Aini. Penulis memulai pendidikan dasar di SD
Kartika 1-9 dan lulus pada tahun 2006. Kemudian pada tahun
2009 menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMPN 4
Pekanbaru. Pendidikan menengah atas diselesaikan penulis
pada tahun 2012 di SMAN 8 Pekanbaru dan pada tahun yang
sama diterima di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan,
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Beasiswa
Utusan Daerah (BUD).
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di organisasi mahasiswa daerah
Ikatan Keluarga Pelajar dan Mahasiswa Riau (IKPMR) Bogor sebagai pengurus
periode 2013-2014 dan sebagai Badan Legislatif Organisasi periode 2014-2015.
Selain itu juga penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil dan Lingkungan
(Himatesil) sebagai staff Departemen Olahraga dan Seni periode 2013-2014 dan
sebagai staff Badan Internal dan Sekretariat pada tahun 2014-2015. Penulis juga
aktif pada berbagai acara kepanitian lingkup Departemen dan Fakultas. Selain itu
penulis aktif dalam perlombaan non-akademik lingkup universitas, yaitu juara 1
lomba tulis puisi Fateta Art Contest pada tahun 2013, juara 3 Olimpiade Mahasiswa
IPB cabang sepakbola pada tahun 2014 dan 2015, juara 2 Madina Cup cabang futsal
yang diselenggarakan oleh OMDA Tapanuli Selatan tahun 2016. Lalu, juara 3 IMR
(Ikatan Mahasiswa Riau) Universitas Indonesia cabang futsal pada tahun 2013.
Pada bulan Juni–Agustus 2015, penulis melaksanakan praktik lapangan dan
menyusun laporan berjudul “Mempelajari Manajemen Mutu dan K3L pada Proyek
Pembangunan Gedung A Rumah Sakit Umum Daerah Kota Pekanbaru Provinsi
Riau”. Pada tahun 2016, penulis menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Analisis
Perhitungan Daya Dukung Tiang Pancang pada Gedung A Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Pekanbaru Provinsi Riau” di bawah bimbingan Ir. Machmud Arifin
Raimadoya, M.Sc.

Anda mungkin juga menyukai