Anda di halaman 1dari 7

Trend dan Sissu Angiografi Koroner

Dewasa ini penyakit jantung koroner menjadi ancaman serius bagi


masyarakat karena merupakan salah satu penyakit dengan mortalitas dan
morbiditas yang tinggi di dunia termasuk Indonesia. Sebagai gambaran, satu
setengah juta penduduk Amerika Serikat per tahun dilaporkan menderita penyakit
jantung koroner.Penyebab utama pada lebih dari 98% kasus penyakit jantung
koroner adalah aterosklerosis pembuluh darah koroner.

Untuk mengetahui gambaran pembuluh darah koroner, pada tahun 1959


ditemukan metode pemeriksaan invasif yang dikenal dengan nama angiografi
koroner. Angiografi koroner pertama kali dilakukan oleh Sones dengan
memasukkan kateter yang dilanjutkan dengan menginjeksikan agen kontras ke
dalam arteri koroner dan merekamnya dengan foto radiografi . Makin
berkembangnya teknik dan manajemen perioperatif membuat hasilnya makin baik
serta mengurangi komplikasi. Angiografi koroner sangat membantu menentukan
diagnosis, prognosis serta manajemen terapi kardiovaskuler selanjutnya.

Saat ini angiografi koroner menjadi salah satu prosedur invasif yang
paling banyak dilakukan di seluruh dunia dalam manajemen terapi
kardiovaskuler.

1. Definisi
Angiografi koroner adalah salah satu pemeriksaan invasif untuk
menggambarkan keadaan arteri koroner jantung dengan cara memasukkan kateter
pembuluh darah ke dalam tubuh dan menginjeksikan cairan kontras untuk
memberikan gambaran pembuluh darah koroner pada pencitraan sinar-X segera
setelah kontras diinjeksikan.

Angiografi koroner merupakan pemeriksaan yang paling akurat dan


sesuai standar untuk mengidentifi kasi penyempitan pembuluh darah yang
berhubungan dengan proses aterosklerosis di arteri koroner jantung. Selain itu,
angiografi koroner merupakan pemeriksaan yang paling andal untuk memberikan
informasi anatomi koroner pada pasien penyakit jantung koroner pasca

1
pengobatan medik maupun revaskularisasi, seperti Percutaneous Coronary
Intervention (PCI), or Coronary Artery Bypass Graft (CABG).Angiografi
koroner dilakukan jika hasil pemeriksaan noninvasif kurang informatif atau
karena ada kontraindikasi pemeriksaan noninvasif.

Beberapa faktor yang mendorong perkembangan angiografi koroner:


1. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia kedokteran.
2. Pasien menuntut diagnosis pasti dan cepat tentang penyakit yang dideritanya.
3. Dibutuhkan diagnosis pasti guna pencegahan dan terapi.
4. Dibutuhkan pencitraan anatomi pembuluh darah koroner sebagai syarat PCI
maupun CABG.

2. Indikasi

1. Pasien yang akan menjalani revaskularisasi.


2. Rekurensi dini gejala sedang sampai berat pasca revaskularisasi.
3. Evaluasi hasil pengobatan medik PJK. 5. Pasien yang akan menjalani operasi
jantung untuk penyakit katup jantung, penyakit jantung kongenital.
4. Pasien gagal jantung kronis dengan fi sik dan pemeriksaan laboratorium
harus malfungsi sistolik ventrikel kiri. dilakukan untuk mengetahui keadaan
pasien
5. Pasien dengan kontraindikasi tes secara menyeluruh, antara lain: noninvasif
 Elektrokardiografi
 Darah lengkap
 Elektrolit darah

3. Tata Laksana
1. Persiapan
Persiapan harus benar-benar diperhatikan agar dilaksanakan, dapat
diganti dengan prosedur ini bisa sukses. Beberapa pemeriksaan
unfractionated heparin IV atau subcutaneous low-molecular-weight
heparin.

2
2. Pemilihan arteri
Pemilihan arteri yang akan digunakan sebagai akses masuknya
kateter ke dalam tubuh pasien juga tidak kalah penting. Pemilihan arteri
ini bergantung pada beberapa faktor, seperti keahlian operator, kondisi fi
sik pasien, status antikoagulasi dan kondisi pembuluh darah perifer.
Beberapa arteri yang dapat dipilih, antara lain:

3. Arteri femoralis
Paling banyak dipilih bila tidak ada kondisi yang mengganggu
Arteri brakialis dan arteri radialis Arteri-arteri ini kurang populer, tetapi
dipilih apabila ada penyakit pembuluh darah perifer yang parah dan pada
pasien obesitas. Dibandingkan dengan arteri brakialis, arteri radialis lebih
sering dipilih karena kateter lebih mudah dipasang dan dilepas.

4. Obat yang digunakan


1. Analgesik/Sedatif Tujuan penggunaan analgesik adalah untuk sedikit
menurunkan kesadaran sehingga membuat pasien tenang tetapi masih
dapat merespons perintah verbal dan menjaga jalan napasnya sendiri.
Diazepam 2,5-10 mg oral dan difenhidramin 25-50 mg oral adalah obat
yang dapat dipakai satu jam sebelum prosedur. Selama prosedur dapat
dipakai midazolam 0,5-2 mg IV dan fentanil 25-50 mg. Selama dalam
pengaruh sedasi, pasien harus dipantau kondisi hemodinamiknya,
elektrokardiografi nya, dan oksimetrinya.
2. Kontras Semua kontras radiografi mengandung yodium yang secara
efektif menyerap sinar X dalam kisaran energi sistem angiografi .
Kontras radiografi ini dapat dibagi menjadi dua tingkat, yaitu kontras
yodium osmolar tinggi dan kontras yodium osmolar rendah. Kontras
angiografi memiliki efek samping terhadap hemodinamik dan ginjal.
Pada beberapa pasien dapat terjadi reaksi alergi,

3
5. Teknik
Setelah seluruh persiapan selesai termasuk informed consent dari
pasien, pasien akan dibawa masuk ke dalam ruang kateterisasi yang
dilengkapi dengan alat sinar-X di dalamnya. Pasien ditidurkan di meja
khusus, dilakukan sterilisasi serta anestesi lokal pada daerah insersi jarum.
Sheath dimasukkan hingga ujung berada dalam arteri, kemudian kateter
dimasukkan dan didorong hingga mendekati jantung dengan panduan
sinar X. Ujung kateter dapat berada di jantung, arteri koroner kanan,
ataupun arteri koroner kiri tergantung tujuan prosedur. Kontras
diinjeksikan melalui kateter sehingga menggambarkan anatomi jantung
dan pembuluh darah koroner pasien yang dapat dilihat dari serangkaian
foto sinar X. Ketika kontras diinjeksikan, pasien akan merasa sensasi
panas pada lokasi insersi jarum, merasa seakan tubuh menjadi basah, serta
adanya sensasi logam di lidah. Hal ini wajar dan sepantasnya
diinformasikan kepada pasien sebelum prosedur dilaksanakan. Setelah
rangkaian tindakan di atas selesai, kateter ditarik keluar secara perlahan.

6. Masa pemulihan
Pada saat kateter telah terlepas dari tubuh, arteri tempat insersi
jarum harus ditekan cukup kuat guna menghentikan perdarahan. Untuk
arteri femoralis, tenaga medis akan menekan arteri sekitar 5-10 menit dan
pasien diminta tetap dalam keadaan terlentang hingga beberapa waktu lalu
perlahan duduk dan jalan dalam beberapa jam kemudian. Untuk arteri
brakhialis atau arteri radialis, manset bertekanan rendah dapat digunakan
untuk menghentikan perdarahan dan pasien diminta duduk tegak sebelum
diperbolehkan berjalan. Rasa lelah dan nyeri pada luka wajar dirasakan
dalam beberapa hari.

Pasien pascaangiografi koroner dapat pulang dari rumah sakit


pada hari yang sama, kecuali ada kondisi lain yang mengharuskan pasien
tetap dirawat. Pasien harus istirahat total di rumah untuk beberapa hari.
Bila dirasakan keadaan fi sik pasien telah sehat, pasien dapat beraktivitas

4
seperti biasa, tetapi apabila kondisi memburuk, pasien harus segera
kembali ke dokter spesialis jantung untuk di periksa ulang.

7. KOMPLIKASI

1. Kematian
2. Infark miokardium
3. Stroke
4. Aritmia
5. Vaskular (termasuk perdarahan pada akses masuk kateter)
6. Hemodinamik
7. Reaksi kontras
8. Perforasi ruang jantung
Beberapa orang dapat lebih berisiko komplikasi, yang dapat
diklasifi kasikan sebagai berikut:
1. Menurut keadaan umum
 Usia >70 tahun
 Intoleransi glukosa yang tidak terkontrol
 Penyakit paru obstruktif kronis yang berat • Insufi siensi ginjal dengan
kreatinin >1,5 mg/dL
 Menurut keadaan jantung
 Penyumbatan cabang utama arteri koroner kiri atau di tiga lokasi atau
lebih
 Gagal jantung kelas IV
 Fraksi ejeksi ventrikel kiri <35%
2. Menurut keadaan pembuluh darah
 Hipertensi tidak terkontrol
 Penyakit pembuluh darah perifer berat
 Stroke

5
8. Mencegah Komplikasi Pasca Kateterisasi Jantung menggunakan
Bantal Pasir dan Cold-Pack

Kateterisasi jantung dapat menimbulkan komplikasi vaskuler


lokal dan neuropatifemoral. Perawatan bertujuan mempertahankan
hemostasis melalui penekanan mekanik bantal pasir dan cold-pack. Saat
ini, durasi penekanan lebih dari dua jam menimbulkan rasa tidak
nyaman. Tujuan penelitian untuk mengetahui apakah ada perbedaan
kejadian kedua komplikasi menggunakan bantal pasir 1 jam dengan
cold-pack 20 menit setelah pencabutan femoralsheaths. Jumlah sampel
adalah 40 pasien. Hasil penelitian pada kelompok kontrol terdapat
kejadian komplikasi vaskuler lokal 5,5 % dan neuropatifemoral 11,1 %.
Pada kelompok intervensi tidak ada kejadian komplikasi. Uji statistik
menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna antara kejadian
komplikasi vaskuler lokal dan neuropatifemoral pada kedua kelompok
dengan p value 0, 450 dan 0,196 Penekanan mekanik bantal pasir 1 jam
dan cold-pack 20 menit membantu pencapaian hemostasis sehingga
dapat digunakan dalam perawatan pasca kateterisasi jantung.

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa Penekanan mekanik


pada pasien pasca kateterisasi jantung bertujuan untuk mengurangi
risiko terjadinya hematoma. Bantal pasir seberat 2,5 Kg dengan lama
penekanan 6 jam adalah alat tekan mekanik yang biasa digunakan di
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung dan merupakan Standar Operasional
Prosedur di ruangan. Coldpack adalah alat tekan mekanik lain yang juga
dapat mengurangi risiko terjadinya hematoma dengan efek
vasokonstriksi dan waktu penekanan yang lebih singkat yaitu 20 menit.
Namun coldpack belum banyak digunakan selama ini. Penelitian ini
berujuan untuk membandingkan ukuran hematoma dalam waktu 24 jam
pada pasien pasca kateterisasi jantung yang menggunakan penekanan
mekanik bantal pasir dan coldpack.

6
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://www.kalbeme
d.com/Portals/6/23_207TeknikAngiografi%2520Koroner.pdf&ved=0ahUKEwim
pNW7iXXAhVIO48KHU7sAJcQFgggMAI&usg=AOvVaw0LGRZzRfLRZqM6
KVB4s4jT

http://pustaka.unpad.ac.id/archives/123579

http://www.jks.fikes.unsoed.ac.id/index.php/jks/article/view/600

Anda mungkin juga menyukai